• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI DAN TUJUAN STUDI ISLAM

N/A
N/A
Khairul

Academic year: 2023

Membagikan "URGENSI DAN TUJUAN STUDI ISLAM"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI DAN TUJUAN STUDI ISLAM

Oleh: Atriyuni Ginting (0602182018) SPI/Sem III

[email protected]

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan

A. PENDAHULUAN

Ada beberapa faktor mengapa metodologi studi islam hadir di Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI). Tradisi kajian-kajian ke-Islaman secara sejarah berakar yang sangat panjang tidak bisa dielakkan adanya persinggungan antara Islam dan Kristen. Bagi orang Kristen dulu kajian ke-Islaman untuk menunjukkan bahwa agama Kristen yang paling benar dibandingkan agama lain. Hal ini terlihat dari hasil karya dan kajian yang dilakukan untuk menyudutkan umat islam seperti yang pernah dilakukan oleh seorang teolog Kristen ST. Jhon asal Damaskus.

Tokoh ini mempelajari Islam baik dari alquran maupun sunnah-sunnah dengan berbahasa arab dan bahasa yunani. Semua karya-karya ke-Islaman merupakan polemik teologis, dan tidak satupun merupakan perdebatan politik.

Karya S.T. Jhon yang lain adalah Dispution Between a Saracen and a Cristian, Jhon juga menunjukkan sikap teologisnya yang tidak mengakui elemen- elemen kenabian Muhammad. Sikap tendisius sangat tampak pada tahap ini karena mereka berjalan atas landasan keyakinan Kristiani maka subjektivitas sangat menonjol pada hasil-hasil tulisannya, sikap itu masih sangat kuat hingga beberapa abad kedepan. Kajian mereka dengan niat untuk menyudutkan islam sepertinya tidak memiliki pengetahuan yang cukup.

Pada abad ke-12 mereka merubah tujuan kajian kajian ke-Islaman. Pada periode ini akibat kemunduran peradaban gereja, mereka menghasilkan kajian- kajian ke-Islaman untuk misi missionaris. Pada masa itu, ini masih juga terasa perang teolog antara Kristen dan Islam, mereka menganggapnya kajian-kajian ke-

(2)

Islaman itu sebagai awal dari "Perang Suci". Tokoh-tokohnya pada masa itu adalah Peter The Venerable (1094-1156 M). Tokoh lain adalah Robert Of Ketton yang menerjemahkan teks Alquran, hadis, sejarah Nabi dan manuskrip Arab lain.

Walaupun masih bersifat perang teologi, Peter juga termasuk tokoh yang mengecam pembunuhan yang mengatasnamakan Kristen.

Tokoh penting lainnya Pada masa ini adalah St. Thomas Aquinas yang menyerang umat Islam, hasil kajian mereka sangat menyakitkan perasaan objek penelitian, terutama umat Islam. Ketika terjadi pertentangan antara kaum reformis Kristen dengan Gereja, kajian Islam diwarnai dengan situasi politik yang sangat komplek pada masa itu, yaitu antara dogma gereja dengan superioritas akal manusia. Permasalahan teologi tidak lagi menjadi perhatian utama karena tidak relevan lagi dengan masalah yang dihadapi. Bahkan mereka menggunakan Islam sebagai perantara dan argumen untuk saling menyalahkan mereka sendiri.

Martin Luther misalnya, menyerang Islam dan kekuasaan Bani Umayyah sebagai gerakan pengacau anti Kristen. Sebenarnya paus dan pasukan Turki adalah 2 musuh utama bagi Kristen dan Gereja suci, jika pasukan Turki menjadi bahan dari gerakan anti Kristen, Paus adalah kepalanya. Polemik di antara mereka terus berlangsung dan mewarnai cara kalangan Kristen dalam memandang Islam.

Pada masa ini paling tidak, Islam tidak dianggap sebagai satu-satunya ajaran yang berbahaya. Perhatian kalangan Kristen terhadap Islam pada abad ke-12 hingga periode reformasi Eropa menunjukkan sedikit perubahan dalam memperkenalkan kajian keislaman yang lebih genuine.

Terlepas dari pandangan teologis yang secara umum menggambarkan keburukan Islam di kalangan Kristen mulai mendapatkan pandangan lain terhadap Islam dengan diterjemahkannya dan didistribusikan karya saintifik dan filosofis dalam Islam karya Ibnu Sina (w.1037 M) yang menjadi rujukan Barat. Kemudian komentar-komentar Ibnu Rusyd tentang pemikiran Aristoteles juga dijadikan rujukan kaum orientalis mereka menyebutkan Ibnu Rusyd adalah penyambung lidah atau komentator Aristoteles.

(3)

B. PENGERTIAN STUDI ISLAM

Secara etimologi merupakan dari bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Dalam kajian Islam di Barat disebut Islamic Studies secara harfiyah adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keislaman. Secara terminologis adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memakai dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam, pokok-pokok ajaran Islam, sejarah Islam maupun realit`s pelaksanaannya dalam kehidupan.

Islam hakikatnya membawa ajaran yang bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. sumber ajaran yang mengambil berbagai aspek ialah Al- Qur'an dan Hadits. Kedua sumber ini sebagai pijakan dan pegangan dalam mengakses wacana pemikiran dan membumikan praktik penghambaan kepada Tuhan, baik bersifat teologis maupun humanistis1.

Islam secara harfiyah berasal dari bahasa Arab yang mengandung arti selamat, sentosa dan damai. Arti pokok Islam adalah ketundukan, keselamatan dan kedamaian. Maka studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada 3 hal :

1. Islam yang bermuara pada ketundukan/berserah diri, berserah diri artinya pengakuan yang tulus bahwa Tuhan satu-satunya sumber ntoritas yang serba mutlak. Keadaan ini membawa timbulnya pemahaman terhadap orang yang tidak patuh dan tunduk sebagai wujud dari penolakan terhadap fitrah dirinya sendiri.

2. Islam dapat dimaknai yang mengarah kepada keselamatan dunia dan akhirat sebab ajaran Islam pada hakekatnya membina dan membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan dalam kehidupan di dunia termasuk kehidupan akhirat.

3. Islam bermuara pada kedamaian manusia harus hidup berdampingan dengan makhluk hidup yang lain bahkan berdampingan dengan alam raya.

Dengan demikian kedamaian harus dilakukan secara utuh dan multi dimensi.

1 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta: Kencana, 2005), hal.2

(4)

Dari 3 dimensi di atas studi Islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praktis yang berrnuara pada kedudukan Allah Swt. Yang Maha Esa, selamat di dunia akhirat dan berdamai dengan makhluk lain. Dengan demikian studi Islam tidak hanya bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada praktis kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan. Allah memerintahkan kepada hamba-hamba Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, agar berpegang kepada seluruh tali Islam dan syari’atnya, mengerjakan perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan- Nya sekuat tenaga dan senantiasa mengusahakan kehidupan kita bertolok ukur atas peraturan dari Allah.

Dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 208 -209 kita dapat mengetahui perintah dari Allah tentang bagaimana studi islam tidak hanya bermuara pada sebahagian aspek namun secara keseluruhan, ayat tersebut berbunyi sebagai berikut.

       

         

       

   

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al- Baqarah: 208-209).

Dalam pembelajaran studi Islam juga harus diketahui bahwa, keberadaan islam sebagai agama yang paling sempurna, dan agama yang diridhai oleh Allah hanyalah islam2. Sesuai dengan nas syara’, antara lain:

     

2 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik & Spiritual (Bogor: Al-Azhar Press, 2008), Hal.2

(5)

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.

(QS. Ali Imran :19)

Dalam pembahasan studi Islam juga termasuk tentang keberadaan Allah yang disebut Al Khalik.3 Dialah yang menciptakan manusia, hidup dan alam semesta, dan Allah tidak hanya menciptakan segala sesuatu dimuka bumi, namun juga sang maha Mengatur serta Maha Bijaksana. Merujuk kepada surah Al Baqarah ayat 208 di atas, studi islam juga mencakup segala aspek pembahasan dan penerapan Islam itu sendiri, tidak tertinggal dalam hal membangun negara atau berpolitik. Seperti yang disampaikan oleh Djamaluddin Al Afghani bahwa

“Islam dan Politik memiliki keterkaitan yang erat sebagai bagian dari kewajiban seorang muslim dalam menjalankan syari’at Nya secara Kaffah/Keseluruhan”.4 C. TUJUAN DAN URGENSI STUDI ISLAM

Di era perang pemikiran atau ghawzul fikri seperti ini, para muslim seakan diguncang oleh deburan paham-paham “asing” yang seakan menggeserkan nilai- nilai kehakikian Islam. Banyak para muslim yang memang notabennya selalu mengerjakan ibadah shalat, puasa Ramadhan dan mengeluarkan zakat, tergelincir pada paham-paham sekuler bahkan liberal. Umat Islam saat ini berada dalam kondisi problematis, saat ini umat Islam masih berada dalam posisi termarginalkan (pinggir) dan lemah dalam aspek kehidupan sosial budaya yang harus berhadapan dengan dunia modern yang maju dan canggih. Untuk itu umat Islam harus melakukan gerakan pemikiran yang menghasilkan konsep yang cemerlang dan operasional untuk mengantisipasi perkembangan tersebut.

Saat ini umat islam sedang menghadapi tantangan dari kehidupan dunia dan budaya modern, studi keislaman menjadi sangat urgen. Studi islam dituntut untuk membuka diri terhadap masuknya dan digunakannya pendekatan- pendekatan yang bersifat objektif dan rasional. Dan secara bertahap meninggalkan

3 Taquyuddin an-Nabhani, Peraturan Hidup Dalam Islam (Jakarta: Pustaka Fikrul Islam, 2019), hal.11

4 Siti Mahmudah, Jurnal Islam, Islamisme: Kemunculan dan Perkembangannya di Indonesia, Juni 2018

(6)

pendekatan yang bersifat subjektif doktriner. Proses pengajaran islam hingga saat ini belum tersusun secara sistematis dan belum disampaikan menurut prinsip, pendekatan, dan metode yang direncanakan dengan baik.

Namun untuk kepentingan akademis, membuat islam lebih responsive dan fungsional dalam memandu perjalanan umat Islam, diperlukan metode yang dapat menghasilkan pemahaman dan penerapan Islam yang utuh dan komprehensif.

Salah satunya dengan mengetahui Asas Penerapan Hukum Islam. Dibawah ini merupakan asas yang perlu diketahui dalam usaha menerapkan hukum Islam.

1. Metode Penerapan Hukum Islam demi menjaga syari’at Islam dengan tegaknya Negara Khilafah Islamiyah. Menurut terminologi syar’i Khilafah diartikan sebagai kepemimpinan umum, yang menjadi hak seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia.

2. Metode Mengemban Islam, yaitu dengan dakwah. Secara etimologis dakwah adalah undangan atau seruan kepada orang lain agar melakukan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar.5

a. Tujuan Studi Islam

Setiap orang tentu mempunyai corak pandang yang berbeda mengenai suatu hal, begitu pun mengenai agama. Ada orang yang membagun pengertian tentang agama hanya dari apa yang nampak mata atau nampak secara empirik (das sein). Sebagai contoh sebagian pemikir non muslimn yang menilai islam denmgan mengambil sempel sekelompok orang yang awam tentang islam. Sehingga mereka menarik kesimpulan bahwa islam adalah agama yang kolot, tidak modern, tidak gaul, dan sebagainya. Padahal mereka tidak mengetahui apa dan bagaimana islam secara substansi (das sollen).

Mereka lupa bahwa beberapa abad yang lalu Islam pernah menguasai 2/3 dunia dengan landasan kepemimpinan Islam. Islam menjadi pusat kejayaan dengan berbagai ilmu pengetahuan sebelum bangsa-bangsa lain bangkit dari

5 Lihat Majma’, al-Mu’jam, hal.228

(7)

keterpurukan atau mengalami kebangkitan (renaissance). Jika kemudian muncul pertanyaan, mengapa saat ini islam mengalami kemunduran yang drastis tertinggal jauh dari bangsa-bangsa barat, tidak lain tidak bukan adalah karena umat islam bersikap acuh tak acuh terhadap islam, terhadap Al Qur’an dan hadits, dan lebih cenderung condong kepada gemerlapnya dinia westernisasi, juga mengikuti eksistensi zaman yang berkembang tidak lagi sesuai pada jalur nya, para pemimpin-pemimpin turut memilih kiblat peradaban ke barat.

Dalam ranah perguruan tinggi Studi Islam sebagai satu mata kuliah memiliki posisi yang sangat penting bagi para mahasiswa, dalam kurikulum PTAI, mata kuliah ini diposisikan sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), yang difungsikan sebagai dasar pembentukan sarjana lulusan perguruan tinggi agama Islam yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Kemudian memiliki wawasan keislaman yang komprehensif, integral (utuh) dan terbuka yang diwujudkan dalam sikap dan tingkah laku serta perbuatan, baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, maupun dalam pelaksanaan pembangunan Nasional.

Hal tersebut sesuai dengan Visi Misi Perguruan Tinggi Agama Islam sebagai lembaga keilmuan sekaligus lembaga keagamaan. Sebagai lembaga keilmuan maka mata kuliah studi Islam mendudukkan Islam sebagai objek studi yang harus dikaji dan dianalisis secara kritis rasional, objektif, historis-empiris, dan secara sosiologis. Sementara itu, sebagai lembaga keagamaan mata kuliah studi Islam berusaha membangun sikap dan perilaku mahasiswa yang memiliki komitmen yang kuat terhadap Islam. Islam dianggap sebagai satu-satunya agama yang diyakini kebenarannya, atas dasar wawasan dan keilmuan yang dimilikinya sehingga dalam beragama tidak hanya didukung oleh keyakinan semata, tetapi didukung oleh pengetahuan dan keilmuan yang mumpuni, yang pada akhirnya akan melahirkan keyakinan yang didukung pada ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Penting untuk memahami bahwa siapa pun di antara mereka, hendaknya mengembangkan studi Islam dengan menguasai basic (dasar) dari kerangka keislaman, yaitu akidah (keimanan yang kuat keapada Allah), syari’ah (Ketentuan-ketentuan Allah) dan akhlak. Ketiga hal tersebut bersifat fardhu ain,

(8)

sebelum nantinya berpindah kepada spesialisasi kepada keilmuan masing-masing yang bersifat fardhu kifayah.6

b. Urgensi Metodologi Studi Islam

Seiring berkembangnya zaman agama lantas tidak hanya berfungsi sebagai penegasan terhadap doktrin semata namun agama juga harus mampu dipelajari secara akademik. Sebagaimana yang dijelaskan Amin Abdullah bahwa fenomena keberagaman manusia tidak hanya dilihat dari sudut normativitas ajaran wahyu, meskipun fenomena ini sampai kapanpun akan menjadi ciri khas daripada agama- agama yang ada. Tetapi juga harus mampu dilihat dari sudut historisitas pemahaman dan interpretasi orang-orang atau kelompok terhadap norma-norma ajaran agama yang dipeluknya serta model-model amalan dan praktek-praktek ajaran agama yang dilakukan.7

Terlepas dari perdebatan dan pesimisme itu, setuju atau tidak setuju, itu adalah pernyataan yang diberikan yang diakui oleh outsider dan insider dalam melihat kepentingan Metodologi Studi Islam. Ada beberapa yang sangat urgen Mengapa Metodologi Studi Islam ini digunakan untuk memahami Islam baik secara tekstual dan kontekstual di antaranya adalah:

1. Kita masyarakat Muslim yang hidup pada era abad 20 ini dihadapkan dengan berbagai persoalan multidimensi, baik sains, teknologi dan modernisasi, Islam yang exclusive, pemahaman Islam yang berkelompok-kelompok, golongan, serta berbagai aliran dan mazhab, bahkan Islam gerakan, yang saling mengklaim bahwa dirinya atau kelompoknya yang paling benar, menyalahkan, mengkafirkan, menyesatkan orang lain dalam beragam sehingga kita menjadikan terkotak-kotak sebagai akibat pemahaman Islam sejarah akibatnya kita belum menjawab hal-hal pokok dalam kehidupan beragama, bersosial dan bernegara.

6 Ahmad Ghazali, Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 2015), hal. 17-19 7 Amin Abdullah, Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hal. 5

(9)

2. Cara pandang Islam yang seharusnya tidak hanya doktrin, tetapi juga aspek sosial budaya di mana perkembangan zaman membutuhkan pemahaman Islam yang dinamis. Sikap Budi Luhur adalah amanah atau trust yang agaknya selama ini masih jauh dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Sementara ajaran agama ini sering dipisahkan dari kehidupan sosial dan lingkungan. Sebagai konsekuensi logis munculnya muncullah dikotomi wahyu dengan alam, wahyu dan akal, serta antar antara Wahyu dan realitas sosial. Masyarakat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Sehingga kita dituntut untuk memahami pengetahuan dan metodologinya di sinilah Perlunya kita memahami permasalahan dan sekaligus menggunakan metodologi terhadap aspek kajian tertentu. Karena akibat Kemajuan dan perkembangan zaman pasti ada dampak sosialnya dan cara pandang Islam itu sendiri.

3. Cara pandang dikotomi antara pengetahuan agama dan umum. Poin ini menunjukkan krisis intelektual dalam dunia islam yang berlarut-larut. Tidak diragukan lagi bahwa krisis adalah penyebab sekaligus bukti dekadensi dan melempem umat, yang sekaligus menghambat mereka untuk mengejar ketertinggalan kultural dan peradaban dunia modern. Kelesuan ini bahkan sering diperburuk dengan krisis politik, ekonomi, dan militer.

4. Sesama umat Islam larut dalam mengklaim sukunya yang paling benar, dalam beragama mengklaim dirinya paling saleh di muka bumi serta menyalahkan dan memburukan yang lain.

D. KESIMPULAN

Studi Islam mencerminkan gagasan tentang pemikiran dan praktis yang berrnuara pada kedudukan Allah Swt. Yang Maha Esa, selamat di dunia akhirat dan berdamai dengan makhluk lain. Dengan demikian studi Islam tidak hanya

(10)

bermuara pada wacana pemikiran tetapi juga pada praktis kehidupan yang berdasarkan pada perilaku baik dan benar dalam kehidupan. Allah memerintahkan kepada hamba-hamba Nya yang beriman kepada-Nya dan membenarkan Rasul-Nya, agar berpegang kepada seluruh tali Islam dan syari’atnya, mengerjakan perintah-Nya, serta menjauhi semua larangan-Nya sekuat tenaga dan senantiasa mengusahakan kehidupan kita bertolok ukur atas peraturan dari Allah.

Tidak mengambil aturan yang diberikan oleh Allah hanya sebahagian namun mengambilnya secara keseluruhan. Itulah bentuk bahwa kita mengetahui seruan Allah dalam berislam secara Kaffah atau keseluruhan. Dalam pembelajaran studi islam kita juga harus mengetahui bahwa, keberadaan islam sebagai agama yang paling sempurna, dan agama yang diridhai oleh Allah hanyalah islam. Juga tentang keberadaan Allah yang disebut Al Khalik. Dialah yang menciptakan manusia, hidup dan alam semesta, dan Allah tidak hanya menciptakan segala sesuatu dimuka bumi, namun juga sang maha Mengatur serta Maha Bijaksana.

Melalui Urgensi Studi Islam, maka kesimpulan yang mungkin terlihat paling urgen dengan kondisi kehidupan yang kita rasakan adalah, cara pandang Islam yang seharusnya tidak hanya doktrin, tetapi juga aspek sosial budaya di mana perkembangan zaman membutuhkan pemahaman Islam yang sesuai tetap pada jalan Islam, sebagaimana tetap sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

DAFTAR PUSTAKA Al-Qur’an. Surah Al-Baqarah, Surah Al-Imran.

Muhaini, Pengantar Studi Islam, Banda Aceh: Yayasan Pena, 2013.

Ghazali, Ahmad. Dkk, STUDI ISLAM: Suatu Pengantar dengan Pendekatan Interdisipliner, Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2015.

(11)

Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas?, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

An-Nabhani, Taqiyuddin. Peraturan Hidup Dalam Islam, Jakarta: Pustaka Fikrul Islam, 2019.

Abdurrahman, Hafidz. Diskursus Islam Politik & Spiritual, Bogor: Al Azhar Press, 2018

Qol’ahji, Rawwas. Sirah Nabawiyah, Sisi Politisi Perjuanagan Rosulullah, Bogor: Al Azhar Press, 2014

Rozali, Moeh. Metodologi Studi Islam, Medan: Al Azhar Center, 2019 Ananda, Faisar. Dkk, Metode Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2016

Mahmudah, Siti. Islamisme: Kemunculan dan Perkembangannya di Indonesia’, Lampung: Jurnal Aqlam, 2018

BIOGRAFI SINGKAT PEMAKALAH

Pemakalah adalah mahasiswi di Universita Islam Negeri Sumatera Utara Medan, jurusan Sejarah Peradaban Islam semester III, dengan nama lengkap Atriyuni Ginting, Pemakalah merupakan salah satu mahasiswi yang sempat aktif

(12)

dalam pelaksanaan diskusi pada Forum Diskusi Sejarah Peradaban Islam yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan setiap bulan dengan nama FODIM SPI. Pemakalah adalah seorang Muslimah dan seorang mahasiswi yang tentunya memiliki banyak kekurangan dalam beberapa hal terutama dalam proses pembelajaran berlangsung.

Pemakalah juga merupakan seorang Hamba Allah yang ingin berada dibarisan pejuang syari’at Allah dalam menegakkan hukum Syari’at dibumi nya Allah, pemakalah juga hanya seorang hamba biasa yang berusaha senantiasa meniti jalan taubat dan berusaha meraih Ridha Allah dengan ketaatan kepada Nya, salah satunya dengan mengingat sebuah kalimat “Konsekuensi keimanan adalah, senantiasa terikat dengan Hukum Syara’”.

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman Islam Kelas Menengah Muslim Indonesia Masih Simbolik http://koransulindo.com/pemahaman-islam-kelas-menengah-muslim-i.... 1 of 4 12/2/2017,

Problematika Pendidikan Agama Islam di Era Digital I 119 Segudang persoalan tersebut masih ditambah lagi dengan persoalan- persoalan dari dalam lainnya yang harus

Dari uraian di atas dapat disimpulan bahwa kemajuan sains modern pada abad 20 menarik minat dua pemikir Muslim dari dua wilayah Islam yang berbeda, yaitu Muhammad Iqbal dari

Implikasi akal dalam mencapai tujuan pendidikan islam dari uraian diatas dapat kita fahami bahwa akal sebagai alat utama bagi manusia untuk mendapatkan ilmu, dan

Menyikapi realitas tersebut, diskursus epistemologi tujuan pendidikan islam yang tepat dalam menyelesaikan persoalan pendidikan Islam adalah upaya

Dewasa ini pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern yang penuh dengan berbagai persoalan yang cukup kompleks, antara lain bagaimana pendidikan Islam

Dewasa ini pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern yang penuh dengan berbagai persoalan yang cukup kompleks, antara lain bagaimana pendidikan Islam

Dari kenyataan seperti itu, dalam era modern umat Islam sering dihadapkan pada sebuah tantangan, di antaranya adalah menjawab pertanyaan tentang di mana posisi