• Tidak ada hasil yang ditemukan

usaha kopi bubuk cap kuda terbang di kelurahan sawahan timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "usaha kopi bubuk cap kuda terbang di kelurahan sawahan timur"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

(2)

2

USAHA KOPI BUBUK CAP KUDA TERBANG DI KELURAHAN SAWAHAN TIMUR KECAMATAN PADANG TIMUR (1984-2013)

Yulinda Safitri1 Zusmelia2 Meldawati3

Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Home Industry of Cap Kuda Terbang coffee powder is a business run by H.Arman (Mak Datuak), which is their own business idea since 1984 to 2013, it revealed the development of coffee business in East Sawahan of East Padang District. East Sawahan was chosen as the research object because this village is a place of Cap Kuda Terbang coffee powder production in Padang. Limitation of the study was taken early in 1984 because this year was the beginning of the existence of coffee business in the East Sawahan, while the final boundary of the study in 2013 because in this year when this business can survive in the middle of the many industries that have sprung up in the coffee powder industry and demand for export from the Netherlands.This study is purposed to describe Cap Kuda Terbang coffee powder business at East Sawahan Village of East Padang District (1984-2013). This study used historical research method consists of four stages. The first stage was heuristic that is collecting the data, both primary and secondary data. The second stage was a source of criticism, it was testing and selection of the data collection. The third stage was analysis and interpretation of data that is classifying or re-interpretation of the data that have been obtained. The last was stage of historiography, it was the presentation of research results in the form of a paper or thesis. The results of this study, it can be concluded that Cap Kuda Terbang coffee powder business the East Sawahan keep growing from1984-2013 both in production, distribution and management. In the beginning phase 1984-1986, this business was viewed from production which is still using traditional equipment that produces 50 kg/week coffee powder. In distribution, the sales of this product are still distributed around Sawahan and placed in stalls of home environment. In management, it still used family labor. In the second phase in 1986-2008, it was called as period of development it can be seen from production equipment which used for processing coffee beans already used modern machine and produced 600 kg/week. Moreover, the distributions of coffee sales have reached Riau Province and Bukittinggi. In addition, the management already employs residents around East Sawahan. Last, third phase from 2008-2013 was called persist period, the production of coffee powder produced 1000 kg/week. The distribution is not only traditional in Padang markets but also available in Supermarkets and Mini market.

Meanwhile, management workers are skilled people.

Key Words: Home Industry, Production, Distribution.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

2Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

3Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat.

(3)

3

PENDAHULUAN

Tanaman kopi sejak berabad-abad yang lalu telah dikenal oleh orang Minangkabau.Pada mulanya kopi yang diperdagangkan adalah dalam bentuk daun kopi bukan buahnya. Penduduk menjualnya dalam bentuk daun kopi kering yang sudah diolah sedemikian rupa menjadi semacam teh. Kontak dagang dengan dunia luar telah mengajarkan kepada penduduk untuk juga mengolah dan memperdagangkan buah kopi seperti yang dikenal kemudian.4

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 dan memasuki era orde lama Sumatera Barat 80 % perekonomian masyarakat didominasi oleh usaha- usaha perekonomian rakyat yang berskala kecil, baik di sektor pertanian, perdagangan, dan kegiatan industri.5 Daerah kota Padang berdiri industri kecil Cap Kuda Terbang tepatnya di Jalan Tepi Bandar Bekali, Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur. Usaha kopi bubuk di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur sudah ada semenjak tahun 1984.6 Pada tahun 1984 usaha kopi bubuk dibuka dan diproduksi oleh Mak Datuak (H.Arman), yang kemudian tetap berproduksi sampai tahun 2013. Apabila dilihat dari segi usia, usaha kopi bubuk di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur sudah berproduksi cukup lama dan tetap bertahan di di tengah-tengah banyaknya industri kopi bubuk yang bermunculan dalam dunia industri

4Mestika Zed. Melayu Kopi Daun:

Eksploitasi Kolonial Sistem Tanam Paksa Kopi Di Minangkabau Sumatera Barat (1847-1903). Jakarta:

Fakultas Pasca Sarjana Bidang Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia. 1983. Hal. 45.

5Mestika Zed. Sumatera Barat Di Panggung Sejarah 1945-1995. Jakarta: Sinar Harapan. 1998.

Hal. 318.

6Wawancara dengan H. Arman, 2 November 2013 di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur.

dan dengan adanya permintaan pengeksporan dari Belanda. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan judul “Usaha Kopi Bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur Tahun 1984-2013”.

Studi yang relevan diantaranya adalah Tulisan Ira Silvia menulis tentang “Usaha Bubuk Kopi di Nagari Koto Tuo Kecamatan Sungai Tarab Tanah Datar Tahun 1979-2010”. Tulisan ini mengkaji tentang usaha bubuk kopi di Nagari Koto Tuo yang berkembang signifikan tahun 1979-2010 baik dari segi pemasaran dan teknologi yang dipakai.

Hasil produksi usaha bubuk kopi pada tahun 1993- 1994 mampu menembus kota-kota besar, tetapi pada 1994-1995 perkembangan industri bubuk kopi mengalami kemunduran terlihat dari berkurangnya jumlah pemasaran produksi ke kota-kota besar.

Studi yang relevan diantaranya adalah Tulisan Aulia Fadhlia yang membahas tentang

“Perkembangan Perusahaan Kiniko Tabek Patah Tahun 1980-2000”. Kiniko Tabek Patah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan kopi. Perusahaan ini telah berkembang menjadi industri menengah dan telah membuka cabang di luar daerah yaitu di Pekanbaru.

Selanjutnya penelitian Armaini yang menulis tentang “Industri Minyak Goreng H. Zakaria Sebuah Profil Industri Rakyat di Pariaman Tahun 1980-2002”. Industri ini mengalami kemajuan yang ditinjau dari berbagai faktor pendukung: 1). Situasi politik yang stabil. 2). Permintaan pasar yang cendrung meningkat. 3). Persaingan dengan minyak sawit yang tidak begitu berarti akan tetapi, pada tahun 1990-an industri ini mengalami kemunduran.

Penyebab utama kemunduran ini adalah karena Hj.

Zakaria tidak memiliki penerus untuk melanjutkan usaha keluarganya.

(4)

4

Tulisan Karya lain adalah Idda Noviati tentang “Industri Rumah Tangga di Bukittinggi Studi Tentang Keluarga Pengusaha Kerupuk Sanjai Tahun 1984-1998”. Tulisan ini menjelaskan semakin meningkatnya usaha keluarga kerupuk sanjai di Bukittinggi dan pengaruhnya terhadap masyarakat sekitarnya.

Kemudian tulisan Epi Indra menulis tentang

“Industri Kerupuk Ubi Kuning di Nagari Koto Tuo Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 1980-2005”. Tulisan ini berisi tentang perkembangan Industri Kerupuk Ubi Kuning di Nagari Koto Tuo Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh Kota yang awalnya dipelopori oleh Marlana dan semakin berkembang di masyarakat sekitarnya.

Perbedaan yang peneliti lakukan dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti mengkaji tentang usaha Kopi Bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur tahun 1984-2013.

METODE

Penelitian yang berjudul “Usaha Kopi Bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur Tahun 1984-2013”

dalam penulisan ini menggunakan metode sejarah (historical method).7 Metode sejarah disebut juga dengan metode kritik sumber atau metode dokumenter, metode sejarah terdiri dari serangkaian kerja dan teknik-teknik pengujian otentitas (keaslian) sebuah informasi.8 Penulisan ini dituliskan dalam 4 (empat) tahap, yaitu:

7Pembahasan Tentang Metode Sejarah Lebih Lanjut Dibahas Oleh Louis Gottaschalk dalam Mengerti Sejarah. Terj Notosusanto. Jakarta:

Universitas Indonesia.1995. Hal 32.

8Mestika Zed. Metodologi Sejarah. Padang:

Fakultas Ilmu Sejarah UNP. 1999. Hal 32.

Pertama, Heuristik (pengumpulan data), merupakan proses pencarian dan pengumpulan informasi dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan penelitian. Informasi diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber primer dan sekunder. Sumber primer berupa dokumen atau arsip, diantaranya yaitu Penghargaan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Surat Izin Usaha Industri Kecil.

Nomor: 0128/03.06/IUI/X/2010, Surat Izin Gangguan, Surat Tanda Daftar Perusahaan, dan Surat Rekomendasi Pembelian BBM, dan Surat Hasil Pengujian Kopi Bubuk dari Balai Risert dan Standarisasi Industri Padang, Nama industri kopi di Kota Padang dan buku-buku penunjang(sumber sekunder).

Kritik sumber yakni pengujian kesahihan dan keabsahan data. Kritik sumber dapat dikelompokkan pada kritik eksteren dan kritik interen. Kritik eksternal yaitu pengujian otentitas (keaslian) materialnya, secara klinis dengan melihat kualitas kertas, tinta. Sedangkan kritik internal dilakukan untuk menguji kesahihan (validitas) isi informasi sejarah yang dilakukan melalui wawancara.Wawancara dilakukan dengan pengusaha kopi bubuk, Pegawai Disperindagtamben, Pegawai BPMP2T, pedagang kopi bubuk Cap Kuda Terbang dan penggemar atau pecandu kopi bubuk yang diproduksi oleh pengusaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang.

Ketiga yaitu Analisis-sintesis dan interpretasi merupakan proses analisis dan penafsiran dengan menggabungkan, mengelompokkan sumber- sumber yang sama, membandingkan, dan menggabungkan berbagai jenis data yang telah teruji kebenaran dan keasliannya.

Tahap terakhir adalah penulisan atau dikenal dengan Historiografi yakni penyajian data dan hasil

(5)

5

penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah atau skripsi dengan tulisan karya yang berjudul Usaha Kopi Bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur (1984-2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kecamatan Padang Timur merupakan salah satu dari 11 kecamatan yang berada di Kota Padang.

Kelurahan yang ada di Kecamatan Padang Timur mulai tahun 1981 sampai tahun 2003 yaitu sebanyak 27 kelurahan. Kemudian sejak tahun 2004 kelurahan Simpang Haru digabung dengan Kelurahan Jati Tanah Tinggi menjadi Kelurahan Sawahan Timur.

Tahun 2004-2013 kelurahan di Kecamatan Padang Timur terdiri dari 10 kelurahan. Tabel berikut menggambarkan luas kelurahan yang ada di Kecamatan Padang Timur.

Tabel 1 : Luas Wilayah Kecamatan Padang Timur Per Kelurahan Tahun 2013

No Nama Kelurahan Luas Wilayah

1 Sawahan 0.88

2 Ganting Parak Gadang 0.62 3 Parak Gadang Timur 0.44

4 Kubu Marapalam 0.80

5 Kubu Dalam Parak Karakah

1.35

6 Andalas 1.12

7 Simpang Haru 0.64

8 Sawahan Timur 0.55

9 Jati Baru 1.14

10 Jati 0.61

Jumlah 8.15

Sumber : Arsip Kecamatan Padang Timur Dalam Angka Tahun 2013.

Tabel 2 di atas dapat dilihat secara berurutan luas kelurahan yang ada di Kecamatan Padang Timur.

Kubu Dalam Parak Karakah menempati urutan pertama sebagai kelurahan yang terluas yaitu: 1.35 kilometer persegi. Dan posisi terakhir yaitu Kelurahan Parak Gadang Timur dengan luas 0.44 kilometer persegi.

Kelurahan Sawahan Timur terdiri dari 21 RT dan 5 RW. Secara administratif, kelurahan Sawahan Timur mempunyai batas-batas wilayah.

Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Sawahan, sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Andalas, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jati, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Simpang Haru.9 Menurut letak astronomis, Kelurahan Sawahan Timur berada di ketinggian tanah dari permukaan laut 8 .

Jumlah penduduk Kecamatan Padang Timur menurut kelurahan rinciannya adalah Kelurahan Sawahan 4.806 orang, Kelurahan Ganting Parak Gadang 8.985 orang, Kelurahan Parak Gadang Timur 7.948 orang, Kelurahan Kubu Marapalam 5.886 orang, Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah 13.355 orang, Kelurahan Andalas 10.638 orang, Kelurahan Simpang Haru 4.600 orang, Kelurahan Sawahan Timur 5.091 orang, Kelurahan Jati Baru 6.183 orang dan Kelurahan Jati 10.494 orang.

Terdapat berbagai jenis mata pencaharian yang ditekuni penduduk di Kelurahan Sawahan Timur. Dari pencatatan sensus pada tahun 2009 profesi yang ditekuni oleh warga di Kelurahan Sawahan Timur yaitu: Pegawai Negeri, ABRI, Polisi, Pensiunan, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh, dan lain sebagainya.

9Wawancara dengan sekretaris lurah Sainiar, 16 Mei 2014 pukul 10.15 WIB di Kantor Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur.

(6)

6

Sektor pertanian memegang peranan utama dalam perekonomian Sumatera Barat. Sektor industri adalah merupakan penyumbang ketiga dari PDRB setelah sektor perdagangan besar dan eceran.10

Usaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur milik H. Arman merupakan industri kecil yang tetap bertahan dan mampu bersaing dengan industri kopi bubuk yang juga terdapat di Kota Padang. Usaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur digolongkan dalam tiga fase.

Periode Awal (1984-1986) Produksi

Modal usaha yang diperoleh oleh pengusaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang yaitu H.Arman, modal usaha pengusahakopi berasal dari tabungan sendiri yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, yaitu sejumlah Rp. 7.500. Peralatan-peralatan itu antara lain tampian, periuk belanga, sendok kayu, tungku pembakaran, lesung, ketiding, bakul sebagai wadah bubuk kopi, dan ruangan tempat bekerja. Biji kopi yang untuk diolah sebagai bahan mentah didapatkan oleh pengusaha pada tahun 1984 diperoleh dari daerah Bukittinggi, sekitar Agam yaitu IV Angkat Candung, Baso, dan Kamang. Biasanya pengusaha memproduksi kopi bubuk sekitar 50 kilogram/minggu.

Pemasaran

Pada periode awal ini tahun 1984 pemasaran yang dilakukan oleh pengusaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang adalah menjual di warung-warung

10Syahruddin. Pengembangan Industri dan Perdagangan Luar Negeri. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas. 1988. Hal. 40-41.

lingkungan perumahannya yaitu di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur.

Pengelolaan

Tenaga kerja dalam pembuatan kopi bubuk Cap Kuda Terbang awalnya dari keluarga H. Arman sendiri. Istri dan anak-anak H. Arman juga ikut membantu. Keluarga H. Arman juga didatangkan dari kampung untuk membantu proses pengolahan kopi bubuk yaitu Emy dan Zulilmi.

Periode Perkembangan (1986-2008) Produksi

Modal yang di dapatkan H. Arman berasal dari Kredit Bank. Mulai dari tahun 2000, mesin giling sudah berjumlah 14 buah yang 1 unitnya berharga Rp. 7.000.000, dan mesin rendang sebanyak 10 buah. Pada tahun 2001, mesin isi sebanyak 2 unit seharga Rp. 75.000.000 yang dibeli dari Jakarta yang produksi Thaiwan. Pada tahun 2004, mesin pres sebanyak 1 unit seharga Rp. 25.000.000 yang merupakan produk Thaiwan. Dan tambahannya mesin lem sebanyak 10 unit.11 Tempat pemasokan bahan baku kopi bubuk Cap Kuda Terbang tidak hanya diperoleh dari daerah Bukittinggi, sekitar Agam yaitu IV Angkat Candung, Baso, dan Kamang, tapi juga didatangkan dari Padang Panjang, Kerinci, Jambi dan Pesisir Selatan. Produksi kopi bubuk semakin meningkat yaitu 600 kilogram/minggu.

Pemasaran

Tahun 2000 kopi bubuk dipasarkan ke Provinsi Riau. Pada tahun 2008 dipasarkan pula ke kota Bukittinggi. Provinsi Riau menjadi tempat pemasaran awal kopi bubuk dibanding kota

11Wawancara dengan H. Arman, 12 Mei 2014 pukul 11.00 di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur.

(7)

7

Bukittinggi karena di Kota Bukittinggi sudah ada berdiri industri kopi. Pengampas untuk Provinsi Riau dan Kota Bukittinggi yaitu Hendra yang merupakan anak dari H.Arman. Biasanya 400 kotak kopi bubuk langsung dibawa dan dipasarkan ke daerah luar Padang tersebut.

Pengelolaan

Para pekerja pada usaha kopi bubuk tidak hanya berasal dari anggota keluarga saja, sekarang penduduk sekitarpun ikut menjadi tenaga kerja.Penduduk sekitar yang menjadi tenaga kerja antara lain Yunus, Sudi, Nasir, Edi, Meli, Eni, Mel, Adis, Yogi, Riko, dan Ferry.

Periode Bertahan (2008-2013) Produksi

H. Arman juga mendapatkan modal dari kawan atau relasinya.Basrizal merupakan seorang kontraktor yang meminjamkan modal untuk usaha kopi bubuk yang dimiliki oleh H.Arman, peminjaman ini didasari oleh faktor keyakinan satu sama lain antara kedua belah pihak karena sudah saling mengenal.Kebutuhan modal dalam bentuk bahan baku juga di datangkan dari Lampung, Bengkulu, Medan, dan Aceh. Banyaknya permintaan dan datangnya bahan baku dari berbagai daerah membuat produksi kopi bubuk semakin meningkat yaitu 1000kilogram/minggu.

Pemasaran

Pengusaha memasarkan produknya melalui tiga cara yakni pemasaran langsung, eceran ke warung-warung/ pasar-pasar atau mini market, dan pesanan. Pemasaran pada periode ini hampir terdapat di semua pasar Kota Padang, di antaranya Pasar Alai,

Pasar Lubuk Buaya, Pasar Tabing, Pasar Belimbing, Pasar Sitebadan Pasar Raya.

Peran Pemerintah Dalam Perkembangan Industri Kopi Bubuk

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Padang berubah menjadi Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi berdasarkan Pada Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah merupakan salah satu perangkat Pemerintah Kota Padang yang bertanggung jawab kepada Walikota dalam penyelenggaraan pemerintah di bidang Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi.

Dengan adanya pengurusan surat Rekomendasi pembelian BBM yang di urus oleh PO Cap Kuda Terbang membuat proses usaha kopi bubuk ini semakin lancar. Saat pengurusan surat ini anggota Disperindagtamben melakukan tinjauan ke lapangan. Syarat yang harus dipenuhi oleh PO Cap Kuda Terbang yaitu: Legalitas Perusahaan, SITU, SIUP, TDP, Surat Permohonan untuk pembelian jeregen.12 Sumbangan yang diberikan Disperindagtamben untuk industri kopi yang ada di Padang yaitu : adanya pelatihan, dan pendaftaran merek, serta sertifikat halal.13

KESIMPULAN

Ternyata usaha kopi Bubuk Cap Kuda Terbang mulai dari fase awal berdiri semakin berkembang dari tahun ketahun dan tetap bertahan menghadapi persaingan dari usaha produksi luar.

12Wawancara dengan Husni Tamrin, 20 Mei 2014 pukul 14.45 WIB di Kantor Disperindagtamben Kota Padang.

13Wawancara dengan Zulfin, 20 Mei 2014 pukul 15.00 WIB di Kantor Disperindagtamben Kota Padang.

(8)

8

Perkembangan usaha kopi bubuk Cap Kuda Terbang di Kelurahan Sawahan Timur Kecamatan Padang Timur dalam rentang waktu tahun 1984-2013 menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terlihat dari jumlah produksi kopi bubuk pada periode awal (1984-1986), memproduksi 50 kilogram/minggu. Periode perkembangan (1986- 2008), kopi bubuk Cap Kuda Terbang menghasilkan 600 kilogram/minggu. Dan pada periode bertahan mencapai 1000 kilogram/minggu. Bahan baku yang diperoleh pada periode awal (1984-1986) didapatkan dari daerah Bukittinggi sekitaran Agam. Pada periode perkembangan (1986-2008) bahan baku di datangkan dari Padang Panjang, Kerinci, Jambi, dan Pesisir Selatan. Semakin berkembang pada periode bertahan (2008-2013) bahan baku diperoleh dari Lampung Bengkulu, Medan, dan Aceh. Pada awal produksi kopi bubuk dikemas dengan plastik biasa dan sablonan biasa, kemudian terjadi peningkatan, kemasan kopi bubuk sudah berubah dengan adanya plastik cetak tulisan, alumunium foil, kotak kertas, dan kotak karton. Kemasannya sudah di sablon dengan mencantumkan label atau nama bubuk kopinya serta sudah memiliki izin usaha.

Daerah pemasaran kopi bubuk Cap Kuda Terbang juga meningkat. Pada periode awal (1984- 1986) kopi bubuk dipasarkan di kota Padang saja.

Periode perkembangan tahun (1986-2008) kopi bubuk dipasarkan sampai ke Provinsi Riau tahun 2000 dan ke kota Bukittinggi tahun 2008. Dan pada periode bertahan (2008-2013) khususnya semua pasar-pasar di kota Padang terdapat kopi bubuk Cap Kuda Terbang dan permintaan perminggunya dari setiap pasar ini terus meninggkat hingga 20 kotak perminggu. Di swalayan dan mini marketpun juga terdapat kopi bubuk Cap Kuda Terbang.

Dari segi pengelolaannya, pengusaha bukan hanya mengambil tenaga kerja dari keluarga saja tetapi para tetangga sekitar juga dipilih dan tentunya yang berkualitas dan bermutu. Sampai tahun 2013 usaha kopi bubuk ini tetap bertahan dan eksis walaupun berada di tengah-tengah banyaknya industri kopi bubuk yang bermunculan dalam dunia industri dan dengan adanya permintaan pengeksporan dari Belanda.

DAFTAR PUSTAKA

BPS Kota Padang. Padang Timur Dalam Angka.

2012.

Gottaschalk Louis. (1975). Mengerti Sejarah, Terj Nugroho Noto Susanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mestika Zed. (1983). Melayu Kopi Daun: Eksploitasi Kolonial Sistem Tanam Paksa Kopi Di Minangkabau Sumatera Barat (1847-1903).

Jakarta: Fakultas Pasca Sarjan Bidang Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia.

Mestika Zed. (1998). Sumatera Barat Di Panggung Sejarah 1945-1995. Jakarta: Sinar Harapan.

Mestika Zed. (1999). Metodologi Sejarah. Padang:

Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Padang.

Syahruddin. (1988). Pengembangan Industri dan Perdagangan Luar Negeri. Padang: Pusat Penelitian Universitas Andalas.

Referensi

Dokumen terkait

Follow-up monitoring of post-disaster assignment Nurses have several possibilities to be affected by the experience of fellow nurses who have indirectly faced a