• Tidak ada hasil yang ditemukan

Validasi Spesimen dalam Praktikum Histologi

N/A
N/A
Jihan Nabilah

Academic year: 2024

Membagikan "Validasi Spesimen dalam Praktikum Histologi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

JANUARI 2024

LEMBAR KERJA SITOHISTOTEKNOLOGI

KL POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS 2024

ADANG DURACHIM,S.Pd.,M.Kes WIWIN WIRYANTI S.Pd.,M.Kes, DANI MAHMUD ST.,MMKes,

NAMA MAHASISWA : JIHAN NABILAH

NIM : P17334121418

By Sorensen Clark Brelje

(2)

PRAKTIKUM 1 VALIDASI SPESIMEN

angkaian proses pemeriksaan histologi diawali dengan persiapan spesimen yaitu:

Deskripsikan bahan yang akan di periksa meliputi:

1. Menilai kelengkapan data klinik dalam formulir

2. Mendiskripsikan secara lengkap gambaran makroskopis jaringan (tekstur, berat-ukuran, jumlah, warna, konsistensi, bau) yang disesuaikan dengan data klinik dan jumlah jaringan yang diterima

Ada 3 jenis specimen yang diterima di laboratorium patologi yaitu:

1. Specimen yang besar, merupakan organ yang didapatkan melaui operasi misalnya uterus, tonsil dan sebagainya

2. Bagian jaringan yang didapatkan melalui biopsi

3. Cairan dan bagian jaringan yang sangat kecil seperti sel yang berasal dari cairan tubuh Spesimen diterima di laboratorium dalam container dengan identitas:

1. Nama lengkap pasien 2. No rekam medic 3. Tanggal lahir / usia 4. Jenis kelamin

5. Tanggal pengambilan specimen

6. Nama organ/jaringan /deskripsi specimen 7. Dokter pengirim

Ref: Geoffrey Rolls

Gambar 1. Spesimen dalam larutan fiksatif

R

REVIE W MATE RI

(3)

Gambar 2. Contoh formular permintaan pemeriksaan

Apabila specimen lebih dari 1, maka dipisahkan ke dalam container lain dengan identitas lengkap. Bila specimen harus dikirim ke laboratorium lain, maka dilakukan pengemasan yang benar untuk menghindari kerusakan specimen.

Persiapan

Sebelum jaringan tubuh diambil beberapa pesiapan perlu dilakukan terdiri dari:

1. Persiapan alat dan bahan/cairan

Perangkat peralatan yang harus dipersiapkan untuk melakukan isolasi atau pengambilan jaringan tubuh terdiri atas peralatan bedah minor (gunting, pinset, scalpel, klem, pemegang jaringan, kassa, dll), meja operasi, lampu, peralatan anestesi (disposible syringe, sungkup/masker anestesi) dan obat anestesi (eter, ketalar, phenobarbital dll) serta perangkat

(4)

pengawetan jaringan (fiksasi jaringan) seperti wadah untuk fiksasi emersi, cairan fiksasi (Formol salin, Muller, Bouin, Zenker dll), peristaltik pump/syringe pump untuk fiksasi supravital dan lain-lain

2. Persiapan sampel

Untuk jaringan yang diambil dari kadaver atau manusia, jaringan segera diambil dan dimasukkan kedalam caian fiksasi.

Aktivitas praktikum bertujuan mahasiswa mampu memvalidasi spesimen jaringan dan menjelaskan solusi dari permasalahan yang ada pada sepsimen jaringan tersebut.

1. Specimen jaringan 2. Larutan fiksatif 3. Wadah

4. Label

5. Formulir permintaan pemeriksaan

Pelaksanaan Praktikum

1. Peserta praktikum diberikan contoh specimen jaringan dalam larutan fiksatif

2. Setiap mahasiswa memvalidasi dan mencatat temuan specimen jaringan yang ditayangkan 3. Ada kasus pada setiap specimen yang ditayangkan

4. Mahasiswa menguraikan solusi dari permasalahan tersebut pada lembar kerja sebagai berikut:

BAHAN & ALAT PRAKT IKUM

PELAKS ANAAN PRAKT IKUM TUJUAN PRAKTI KUM

(5)

Nama Pasien : Tn. B

Tempat/tanggal lahir : Bandung, 3 Maret 2000 Jenis kelamin : Laki-laki

Validasi specimen jaringan : Sampel 1

NO. ASPEK HASIL

1. Identitas Pasien

a. Nama Lengkap : Bumi Putera b. No. Rekam Medis : 202400025 c. Usia : 24 Tahun d. Jenis Kelamin : Laki-Laki e. Tanggal Pengambilan : 18 Juli 2024 f. g. No. Sampel : 240001 2. Fiksasi Neutral Buffer Formaline (NBF) 10%

3. Jumlah Jaringan 1 buah jaringan utuh 4. Ukuran Jaringan 6 x 5 x 3 cm

5. Asal Jaringan Operasi 6. Jenis Jaringan Tiroid 7. Konsistensi Kenyal

8. Warna Kehitaman

9. Diameter Massa

Tumor 1,5 cm

10. Banyaknya Jaringan yang Dicetak

2 Blok jaringan yang terdiri dari 1 cup sinistra dari kapsul ke bagian tengah, 1 cup bagian hitam

11. Dokter PA dr. Nurjati Rahayu, Sp. PA

12. ATLM Resa Rubby Marselina

HASIL VAL IDASI

(6)

Nama Pasien : Ny. A

Tempat/tanggal lahir : Tasikmalaya, 8 Maret 1998

Jenis kelamin : Perempuan

Validasi specimen jaringan : Sampel 2

NO. ASPEK HASIL

1. Identitas Pasien

a. Nama Lengkap : Anggraini Mentari b. No. Rekam Medis : 202400026

c. Usia : 26 Tahun d. Jenis Kelamin : Perempuan e. Tanggal Pengambilan : 5 Febuari 2024 f. g. No. Sampel : 240002

2. Fiksasi Neutral Buffer Formaline (NBF) 10%

3. Jumlah Jaringan 1 buah jaringan utuh

4. Ukuran Jaringan

9 x 5,5 x 2 cm

Adneksa kanan : 6 cm panjang tuba dengan diameter 0,5 cm dan 3 cm ukuran ovarium

Adneksa kiri :3 cm panjang tuba dengan diameter 0,5 cm dan 2,5 ukuran ovarium

5. Asal Jaringan Operasi 6. Jenis Jaringan Uterus 7. Konsistensi Kenyal

8. Warna Coklat krem dengan massa tumor berwarna putih 9. Diameter Massa

Tumor 2 cm

10. Banyaknya Jaringan yang Dicetak

5 Blok jaringan yang terdiri dari 1 cup serviks, 1 cup massa tumor, 1 cup tuba dekstra, 1 cup tuba sinistra, 1 cup ovarium sinistra

11. Dokter PA dr. Jihan Nabilah, Sp. PA

12. ATLM Larasati Putri Maynar

(7)

Keterangan pada validasi Jaringan:

Diterima pada tanggal 5 Februari 2024 Nama Pasien : Bumi Putra No. Rekam Medik : 240002

Dokter PA : dr. Jihan Nabilah, Sp. PA ATLM : Larasati Putri Maynar

Diterima sebuah jaringan uterus dengan ukuran panjang 9 cm, lebar 5,5 cm, tinggi 2 cm dengan dua adneksa. Ukuran Adneksa kanan yaknit, 6 cm panjang tuba dengan diameter 0,5 cm dan 3 cm ukuran ovarium. Adneksa kiri, ukuran 3 cm panjang tuba dengan diameter 0,5 cm dan 2,5 ukuran ovarium. Pada lamelasi ditemukan massa tumor padat dengan diameter 2 cm.

Keterangan potongan jaringan:

1) 1 cup serviks 2) 1 cup massa tumor 3) 1 cup tuba dekstra 4) 1 cup tuba sinistra 5) 1 cup ovarium sinistra

Maka dari itu, total jaringan yaitu ada 5 blok.

(8)

WORKFLOW LABORATORIUM PATOLOGI

Penyedia layanan kesehatan pada umumnya tidak terbiasa dengan cara kerja laboratorium patologi anatomi (PA). Pengiriman spesimen ke laboratorium patologi anatomi dimulai dari rangkaian peristiwa yang kompleks dan diakhiri dengan diagnosis/ interpretasi patologis untuk penunjang diagnosis.

Adapaun alur kerja dari laboratorium patologi yang perlu dipatuhi untuk memperoleh preparat yang baik dan diagnosis yang baik sesuai dengan kondisi pasien yang sebenernya, adalah sebagai berikut:

A. Penerimaan Specimen/Validasi Specimen B. Pemotongan Gross/Gross Examination C. Pematangan Jaringan

D. Pemotongan Mikrotomi E. Pewarnaan Sediaan

F. Kontrol Kualitas Keadaan/Scrinning G. Pembacaan oleh Dokter PA (Ahli Patologi) H. Sistem Pelaporan Hasil

PENERIMAAN SPECIMEN/VALIDASI SPECIMEN

Pada proses validasi specimen, sampel yang diterima menjalani pengujian awal untuk menentukan kesesuaian spesimen histologis. Hal ini mungkin terjadi karena sampel yang diperoleh tidak sesuai untuk preparasi yang disebabkan oleh beberapa hal. Pengoleksian spesimen dan transportasi spesimen yang benar untuk pemeriksaan histopatologi penting karena alasan berikut:

▪ Identifikasi dan pelabelan sampel pasien yang salah dapat menyebabkan penerbitan laporan yang salah.

▪ Arsitektur jaringan dan khususnya detail dari sel dapat menjadi sulit diidentifikasi ketika pengirim memberikan spesimen yang telah dimasukkan larutan fiksasi yang tidak semestinya,

URAIAN

(9)

sehingga sulit dilakukan diagnosis jaringan yang tepat. Oleh karena itu, biopsi ulang mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.

▪ Sampel dikirim dengan orientasi yang salah, formulir permintaan tidak diberi label dengan benar, atau tidak ada margin yang jelas (misalnya mesorektum). Hal ini dapat menyulitkan ahli patologi untuk mengomentari margin eksisi bedah.

▪ Hasil tes tambahan mungkin diperlukan oleh radiologi, laboratorium klinis, dll untuk membuat diagnosis histopatologis yang akurat.

▪ Jika laporan sangat dibutuhkan dalam waktu dekat, hal ini harus dicantumkan pada formulir permintaan dengan menggunakan tanda khusus (warna formulir atau huruf CITO). Praktik histopatologi dapat mengalami keterlambatan dalam pengumpulan, pemrosesan, atau pelaporan spesimen.

▪ Beberapa jenis spesimen mungkin memerlukan fiksatif khusus atau mungkin perlu dikirim dalam keadaan tidak terfiksasi untuk pengujian tertentu.

▪ Perlu memberi tahu laboratorium sebelum mengirimkan sampel untuk pengujian khusus atau darurat (misalnya potong beku).

Dari alasan-alasan di atas maka rincian yang harus ada dalam formulir permintaan adalah sebagai berikut:

▪ Jenis dan lokasi specimen.

▪ Rincian identifikasi pasien (serupa dengan yang ada pada wadah spesimen).

▪ Rincian klinis yang relevan (temuan radiologi untuk tumor tulang, tes fungsi hati untuk biopsi hati, tes fungsi ginjal untuk biopsi ginjal, kadar PSA untuk prostat biopsi dan lain lain) dan bila tersedia ditambahkan diagnosis klinis sebgai pembanding.

▪ Nomor referensi dan diagnosis laporan aspirasi jarum halus yang relevan sebelumnya (FNA) atau histologik sebelumnya, jika ada.

▪ Jika jahitan orientasi ditempatkan, margin yang diwakilinya harus ditunjukkan dengan jelas.

▪ Sebuah indikasi jika laporan tersebut sangat dibutuhkan.

(10)

Contoh formulir penerimaan specimen:

Specimen Jaringan Specimen Sitologik

PROSES FIKSASI

Sebelum dilanjutkan ke tahap gross xamination, penting untuk memperhatikan proses fiksasi. Tujuan umum dari fiksasi jaringan adalah menjaga komponen sel dan jaringan seperti ketika sel itu masih dalam kondisi hidup. Secara teknis fiksasi bertujuan untuk mencegah atau menahan proses degeneratif yang dimulai segera setelah jaringan lepas dari kontrol tubuh dan kehilangan pasokan darahnya. Proses degeneratif ini kadangkala disebut dengan proses penurunan metabolisme atau penghentian metabolisme yang berujung terhadap kematian sel dan penghancuran sel. Selain dari proses degeneratif, kehilangan dan difusi zat terlarut di dalam sel harus dihindari semaksimal mungkin dengan mekanisme pengendapan atau koagulasi komponen ini dengan mekanisme “cross linked” dengan komponen struktural lain yang tidak dapat larut. Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi proses fiksasi, diantaranya:

Konsentrasi ion hidrogen (pH): Fiksasi sebaiknya dilakukan dengan pH netral, sekitar 6 8.

Temperatur fiksasi: Peningkatan suhu pada semua reaksi kimia, akan meningkatkan kecepatan fiksasi

Kemampuan penetrasi (penetration rate) dan ketebalan pemotongan: Penetrasi jaringan tergantung pada kemampuan berdifusi dan berat molekul dari setiap cairan fiksatif

(11)

Konsentrasi larutan fiksatif harus disesuaikan sampai ke tingkat serendah mungkin, karena dapat menghemat dalam pembuatan cairan fiksatif tersebut. Formalin adalah yang terbaik di 10

%.

Volume fiksasi: Rasio yang tinggi antara larutan fiksatif dengan jaringan akan memastikan proses fiksasi yang baik. Rasio optimal jaringan dengan volume larutan fiksasi 1:20

Durasi fiksasi: Waktu fiksasi optimal tergantung pada beberapa faktor dan bervariasi tergantung dengan jenis agen fiksatif yang digunakan

Pada praktikum yang telah dilakukan, proses fiksasi menggunakan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%

dengan perbandingan 1:20 untuk memastikan penetrasi oprimal ke jaringan. NBF 10% dinilai mampu menstabilkan protein jaringan melalui ikatan silang, menghentikan proses degradasi autolisis. NBF 10%

cocok untuk hampir semua jenis jaringan dan pewarnaan.

GROSS EXAMINATION

Setelah dilakukan fiksasi, langkah selanjutnya adalah gross examination yang bertujuan untuk menentukan marker dalam tissue processing. Suatu bagian jaringan tersebut harus dipilih dengan baik (representatif) terutama jika terdapat massa tumor. Satu kaset menghasilkan satu blok dan satu spesimen jaringan dapat dibuat beberapa blok. Di dalam kaset diberi label (kertas kuning) dan bagian luar di depan ditulis dengan pensil 2B. Adapun tahapan dari proses gross examination adalah sebagai berikut:

1. Verifikasi pelabelan spesimen dan identifikasi pasien (label pada spesimen setidaknya memuat dua pengenal pasien, seperti nama lengkap pasien, nomor identifikasi (no. rekam medis, tanggal lahir, dan jenis kelamin).

2. Review informasi klinis pasien atau perkiraan diagnosis dengan pengetahuan anatomi fisiologi organ yang akan di gross examination, dilakukan oleh dokter.

3. Periksa dan palpasi (meraba) seluruh permukaan luar spesimen dengan hati-hati (warna, tekstur, konsistensi, nodul, cacat, jaringan yang melekat, tanda jahitan, garis anastomosis, dan penyimpangan dari anatomi normal).

Berikut merupakan beberapa kategori specimen:

A. Spesimen kecil kecil sehingga harus pake kertas saring di kaset, cacahan langsung transfer ke kaset

B. Dapat langsung transfer, tapi tetap memenuhi standar diukur, ditimbang, dan di slice/lamilasi

(12)

C. Specimen dipotong sederhana sekitar 2-3 potongan lalu dipindahkan ke kaset D. Specimen dipotong menjadi beberapa bagian kemudian dipindahkan ke kaset

E. Specimen dipotong dengan potongan yang kompleks/rumit, lalu dipindahkan ke kaset

4. Mengetahui batas margin. Margin reseksi spesimen adalah permukaan yang secara tepat mewakili permukaan potongan akhir dari jaringan yang diangkat. Mengetahui tanda bagian tumor atas bawah dan kiri kanannya.

5. Margin reseksi tinta (pengaplikasi tinta penanda atau pewarna – tinta india hitam)

6. Penerapan/aplikasi tinta (perhatikan pengisian dan pengusapan aplikator yang tepat sebelum mengaplikasikan pewarna untuk menghindari pengaplukasian berlebih)

7. Sectioning atau pemotongan specimen jaringan dilakukan oleh dokter PA dengan bagian yang sudah ditentukan dokter PA. Setelah itu, irisan jaringan dicermati Kembali dan dilanjutkan pada proses pematangan.

(13)

PRAKTIKUM 2 PEMATANGAN JARINGAN

Pematangan jaringan adalah suatu rangkaian proses untuk menyiapkan jaringan menjadi lebih mudah diolah, dipotong, diwarnai dan dibuat preparat. Proses pematangan jaringan melalui berbagai tahap sampai dengan menghasilkan preparat yang berkualitas.

Tahap pematangan jaringan

https://www.slideshare.net/khusumaari/2-laboratorium-histopatologi-rpl

Tugas:

Perhatikan dan cermati video di link ini:

https://drive.google.com/file/d/10ZrkcHt6ucHXsV6T6CcTapobxhyp9xp_/view?usp=shari ng

Terdapat beberapa tahap proses pematangan jaringan.

Sebutkan tahapan di video ini dan jelaskan tujuan tahapan tersebut!

REVIE W MATE RI

(14)

PROSES PEMATANGAN JARINGAN/TISSUE PROCESSING

Pematangan jaringan adalah proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada di dalam jaringan, kemudian digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku sehingga bisa dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis.

TUJUAN Untuk mempersiapkan jaringan supaya matang sehingga dapat dilakukan pewarnaan dengan Hematoxylin (HE).

PRINSIP Proses pengeluaran air dan larutan fiksatif yang ada di dalam jaringan, kemudian digantikan dengan media yang membuat jaringan menjadi kaku (paraffin) sehingga struktur dan fungsi jaringan tidak berubah dan dapat dilakukan pemotongan terhadap jaringan dengan ketebalan yang sangat tipis.

ALAT & BAHAN ➢ Alat ➢ Bahan - Gelas Kimia

- Talenan

- Pisau Jaringan dan Scalpel - Pinset

- Kaset Jaringan - Base Mold - Inkubator - Water Bath

- Embedding Cold & Hot - Microtome

- Objek Glass - Kertas Label - Penggaris - Pensil 2B

- NBF 10%

- Alkohol 70%

- Alkohol 95%

- Ethanol - Xylol - Parafin

- Sampel Jaringan URAIAN

(15)

CARA KERJA TAHAP PERSIAPAN PEMATANGAN JARINGAN

Tujuan Mempermudah pengukuran, penimbangan, dan memasukan jaringan ke dalam kaset jaringan

Prosedur 1. Sampel jaringan dipotong dengan ukuran 1,5 cm x 1 cm x 3 cm diukur menggunakan penggaris

2. Siapkan kaset jaringan, beri keterangan label di bagian dalam dan luar kaset sesuai sampel, lalu masukan jaringan yang sudah dipotong ke dalam kaset jaringan.

Tutup kaset dengan rapat.

TAHAP FIKSASI

Tujuan Proses pengawetan jaringan dengan larutan fiksatif untuk menjaga struktur, mencegah kerusakan serta mengeraskan sel dan jaringan,

Prosedur

3. Lakukan prosesing jaringan dengan merendam kaset jaringan sampai kaset full terendam pada larutan NBF (Neutral Buffer Formalin) 10% selama 1,5 jam.

TAHAP DEHIDRASI

Tujuan Proses yang bertujuan untuk menghilangkan air dan cairan fiksatif pada jaringan dan digantikan dengan alcohol dengan konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi.

Penggunaan alcohol bertingkat dilakukan agar jaringan tidak mengkerut/rusak dan dapat menyesuaikan untuk mengeluarkan air secara bertahap.

Prosedur

(16)

4. Lakukan prosesing jaringan dengan pencelupan ke larutan alcohol 70% selama 1 jam 5.

5. Kemudian prosesing jaringan dilanjutkan dengan pencelupan jaringan ke larutan alcohol 95% I selama 1 jam.

6. Lanjutan prosessing jaringan dengan pencelupan ke larutan alcohol 95% II selama 1 jam.

7. Lanjutkan prosessing jaringan dengan pencelupan ke larutan alcohol 95% III selama 1,5 jam.

8. Lalu lakukan prosessing jaringan dengan pencelupan ke larutan ethanol I selama 1 jam.

9. Kemudian lakukan prosessing jaringan dengan pencelupan ke larutan ethanol II selama 1 jam.

TAHAP CLEARING

Tujuan Proses yang bertujuan untuk menghilangkan alcohol pada jaringan dan digantikan dengan xylol dengan tujuan untuk menjernihkan jaringan dan sebagai perantara antara larutan dehidrasi dan ilfiltrasi sehingga mempermudah penetrasi paraffin.

Prosedur

10. Lanjutkan prosesing jaringan dengan mencelupkan kaset jaringan ke larutan xyol I selama 1 jam.

11. Kemudian dilanjutkan dengan mencelupkan kaset jaringan ke larutan xyol II selama 1 jam.

TAHAP INFILTRASI/EMBEDDING

Tujuan Infiltrasi merupakan suatu proses memasukkan materi/

filtrat (parafin) ke dalam jaringan sehingga jaringan dapat mengeras akibat filtrat tersebut di suhu ruang. Hal ini juga

(17)

bertujuan agar jaringan menjadi kaku dan memperta- hankan bentuknya sehingga mempermudah proses pemotongan blok paraffin.

Prosedur

12. Siapkan parafin dengan memanaskannya pada oven supaya menjadi cair.

13. Lakukan proses embedding dengan mencelupkan pada parafin I selama 1,5 jam di dalam oven.

14. Lanjutkan proses embedding dengan mencelupkan pada parafin II selama 1,5 jam di dalam oven.

TAHAP BLOCKING/PENANAMAN JARINGAN

Tujuan Proses penanaman jaringan pada base mold yang sudah dituangkan parafin cair sejenis yang bertujuan untuk mengorientasikan jaringan ssecara baik sehingga dapat mempermudah proses pemotongan jaringan.

Prosedur

15. Tuangkan paraffin cair secukupnya ke dalam base mold sembari memposisikan jaringan sesuai dengan yang diharapkan

16. Dinginkan dasar dari base mold sehingga posisi tidak terjadi perubahan, lalu tutup dengan kaset jaringan 17. Tuangkan paraffin cair kembali hingga batas maksimal

dan dinginkan dengan kondisi alas basemold dingin atau simpan pada refrigerator.

(18)

TAHAP PEMOTONGAN

Tujuan Proses yang dilakukan untuk mendapatkan pita jaringan yang baik dengan tahap potong kasar dan halus serta perlu dilakukan secara teliti agar tidak menimbulkan artefak yang mempersulit pengamatan.

TEKNIK PEMOTONGAN KASAR/TRIMMING

Tujuan Proses awal pemotongan yang bertujuan untuk membuang kelebihan paraffin yang menutupi jaringan sehingga permukaan jaringan dapat terbuka dan dihasilkan pita jaringan yang utuh.

Prosedur 18. Lakukan pemotongan blok parafin menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4-6 mikron.

TEKNIK PEMOTONGAN HALUS/SECTIONING

Tujuan Untuk menghasilkan pita jaringan dengan ketebalan tertentu.

Prosedur 19. Lakukan pemotongan halus sampai mendapatkan pita paraffin.

TAHAP FLOATING

Tujuan Proses penempatan pita jaringan pada air hangat sebelum ditempelkan ke kaca objek yang bertujuan untuk menghindari lipatan pada pita jaringan.

Prosedur

(19)

20. Pita jaringan dilakukan proses floating dalam air biasa lalu ditarik/ditempelkan pada objek glass.

21. Pita jaringan di floating kembali di air panas/hangat dalam waterbath kemudian ditempelkan kembali dengan objek glass.

22. Objek glass ditiriskan sampai kering selama satu malam untuk menghilangkan sisa air yang masih terperangkap dibawah pita jaringan.

(20)

PRAKTIKUM 3 PEWARNAAN HEMATOKSILIN EOSIN

Pemeriksaan histologi ditegakkan berdasarkan pemeriksaan preparat jaringan, untuk dapat melakukan hal tersebut diperlukan preparat yang berkualitas yang minim artefak.

Pemeriksaan preparat jaringan didasarkan interpertasi arsitektur jaringan dan sel-sel yang telah diwarnai untuk memudahkan identifikasi. Salah satu pewarnaan yang secara rutin digunakan untuk preparat histologi adalah Hematoksilin Eosin.

https://medicallabtechnology.com/hematoxylin-eosin-staining-principle/

Tugas:

Perhatikan dan cermati video di link ini:

https://www.youtube.com/watch?v=J9Ixve9sR_k

Terdapat beberapa tahap proses pewarnaan jaringan Hematoksilin Eosin Sebutkan tahapan di video ini dan jelaskan tujuan tahapan tersebut!

REVIE W MATE RI

(21)

PROSES PEWARNAAN HEMATOXYLIN-EOSIN (HE)

Pewarna HE adalah pewarnaan rutin jaringan. Hematoksilin bekerja sebagai basa, artinya pewarna ini akan mewarnai bagian sel basofilik jaringan, memulai inti dan unsur asam lainnya menjad biru.

Eosin bersifat asam, dimana akan memulas bagian sel yang bersifat asam (asidofilik) seperti mitokondria, granula sekretoris, dan kolagen manjadi warna merah muda.

TUJUAN Untuk mewarnai preparate blanko dan mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan terutama selnya, sehingga memungkinkan identifikasi dan evaluasi berbagai komponen jaringan dengan warna yang kontras pada.mikroskop.

PRINSIP Sifat asam basa dari larutan yang kemudian akan berikatan dengan komponen jaringan yang mempunyai kecenderungan terhadap sifat asam ataupun basa tersebut sehingga terjadilah ikatan antara molekul zat warna dengan komponen jaringan. Pewarna hematoksilin akan memberikan warna biru (basofilik) pada inti sel (nucleus). Sedangkan eosin merupakan pewarna bersifat asam akan memberikan warna merah terhadap sitoplasma sel.

ALAT & BAHAN ➢ Alat ➢ Bahan - Staining Jar

- Kertas Saring - Slide Holder

- Cover glass - Pinset

- Hot Plate

- Alkohol 70%

- Alkohol 80%

- Alkohol 90%

- Alkohol Absolute - Xylol I

- Xylol II

Acid Alkohol 0,5%

- Air

- Hematoxylin URAIAN

(22)

- Eosin

- Lithium Carbonate 0,5%

- Entelan/Canada balsam -

CARA KERJA TAHAP DEPARAFINISASI

Tujuan Untuk menghilangkan/melarutkan parafin yang terdapat pada jaringan dan glass object sebelum dilakukan proses pewarnaan sehingga penyerapan warna pada jaringan dapat lebih maksimal.

Prosedur

1. Pada saat praktikum, dilakukan pemasan preparate pada hotplate terlebih dahulu agar lebih melekat.

2. Lakukan tahap deparafinisasi dengan merendam pada xylene I selama 8 menit.

3. Lanjutkan tahap deparafinisasi dengan merendam pada xylene II selama 7 menit.

TAHAP REHIDRASI

Tujuan Untuk memasukkan air sehingga dapat mengisi rongga- rongga jaringan dan menghilangkan xylol dengan alcohol sehingga zat warna dapat masuk secara maksimal dan berikatan dengan bagian jaringan.

Prosedur

4. Lakukan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol menurun, dengan alcohol absolut selama 5 menit pada perendaman pertama.

(23)

5. Lanjutkan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol 80% selama 5 menit.

6. Lanjutkan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol 70% selama 5 menit.

7. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dibilas dengan dicelupkan ke dalam air beberapa kali.

TAHAP PEWARNAAN I: HEMATOXYLIN

Tujuan Untuk memberikan warna biru (bagian sel basofilik) pada inti sel dan sitoplasma jaringan.

Prosedur

8. Lakukan pewarnaan I dengan merendam preparate di dalam pewarna Hematoxylin selama 10 menit.

9. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dibilas dengan dicelupkan ke dalam air beberapa kali.

TAHAP DIFFERENSIASI

Tujuan Diferensiasi adalah proses penggunaan larutan asam untuk menghilangkan pewarnaan yang berlebih/dekolorisasi.

Larutan yang biasa digunakan adalah asam alkohol 1%.

Diferensiasi yang dilakukan adalah mengurangi warna biru pada inti dan menghilangkan warna biru pada sitoplasma.

Prosedur

10. Lakukan proses differensiasi dengan mencelupkan 1-2 celup preparat ke dalam asam alkohol 1%.

(24)

11. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dicelupkan 1-2 kali ke dalam air.

TAHAP BLUEING

Tujuan Untuk memperjelas warna biru pada inti sel. Blueing diperlukan untuk mengubah pewarnaan inti dari ungu kemerahan menjadi biru/ungu jernih.

Prosedur

12. Lakukan proses blueing dengan mencelupkan 1-2 celup preparat ke dalam lithium karbonat 0,5%.

13. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dicelupkan 1-2 kali ke dalam air.

TAHAP PEWARNAAN II: EOSIN

Tujuan Untuk memberikan warna merah muda pada sitoplasma sel. Eosin bersifat asam dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat.

Prosedur

14. Lakukan pewarnaan II dengan merendam preparate di dalam pewarna Eosin sebanyak 2-3 celup.

TAHAP DEHIDRASI

Tujuan Proses dehidrasi dilakukan oleh alcohol bertingkat dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengeluarkan air dari dalam jaringan dan menggantinya dengan alcohol.

(25)

Prosedur

15. Lakukan tahap dehidrasi dengan merendam pada alcohol bertingkat, dengan alcohol 70% sebanyak 2-3 celup pada tingkat pertamanya.

16. Lanjutkan tahap dehidrasi dengan mecelupkan pada alcohol 80% sebanyak 2-3 celup.

17. Lanjutkan tahap dehidrasi dengan mecelupkan pada alcohol absolut sebanyak 2-3 celup.

TAHAP CLEARING/PEMBENINGAN

Tujuan Untuk memperjelas preparate dengan menjernihkan dan melepaskan alkohol (agen dehidrasi) pada preparat jaringan dengan digantikan oleh xylol.

Prosedur

18. Lakukan tahap clearing dengan merendam pada xylene I sebanyak 2 celup.

19. Lanjutkan tahap clearing dengan merendam pada xylene II sebanyak 2 celup.

TAHAP MOUNTING/PENEMPELAN

Tujuan Untuk mengawetkan jaringan yang telah diwarnai agar dapat diamati dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan, penggunaan cover glass untuk melindungi preparate jaringan dari lensa mikroskop saat pengamatan.

(26)

Prosedur

20. Lakukan tahap mounting dengan meneteskan DPX (pada video)/entelan/Canada balsam pada preparate dan tutup dengan cover glass.

21. Beri label pada preparate.

22. Preparat siap diamati dibawah mikroskop.

HASIL

PENGAMATAN MIKROSKOPIS

(27)

PRAKTIKUM 4 PAPSMEAR PEWARNAAN PAPANICOLOU

Pemeriksaan sitologik adalah pemeriksaan yang sampelnya dari cairan tubuh manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Sediaan yang baik adalah suatu sediaan yang mampu menggambarkan kondisi sel atau jaringan layaknya ketika sel atau jaringan itu masih di dalam tubuh. Untuk menghindari atau memperkecil kerusakan sel dan jaringan ketika terlepas dari tubuh maka perlu dilakukan suatu tindakan yang membuatnya tidak berubah.

Tindakan tersebut kita sebut dengan “fiksasi”

Fiksasi pada sediaan sitologik terbagi menjadi beberapa bagian yaitu fiksasi kering, fiksasi lembab dan fiksasi basah. Pada jenis fiksasi basah, sediaan sitologik harus direndam dalam larutan fiksasi terpilih segera setelah pengambilan specimen sitologi masih dalam kondisi yang lembab. Fiksasi spesimen sitologi yang dilakukan dengan segera dilakukan guna mencegah pengeringan dan perubahan bentuk sel akibat faktor luar. Hasil dari fiksasi tersebut akan memungkinkan pewarnaan menjadi jelas dan tentunya menghasilkan diagnosis yang benar.

Lain halnya ketika fiksasi sitologi dilakukan dengan teknik pengeringan, metode ini dilakukan untuk sel-sel yang relatif kuat dari faktor lingkungan dandigunakan untuk jenis pewarnaan yang memiliki prinsip sederhana. Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalamfiksasi sediaan sitology adalah:

a. Melapisi sel dengan cepat

b. Minimal menjaga sel dari kerusakan atau kehilangan komponen sel layaknya ketika sel masih dalam kondisi hidup.

c. Menjaga secara struktur sel maupun komponen sel (kimiawi, enzimatik,imunologi) d. Menghentikan proses metabolisme autolysis

e. Menghentikan pertumbuhan selular dan mikroorganisme.

f. fMeningkatkan diferensiasi optik dan meningkatkan pewarnaan struktur dan komponen sel.

REVIE W MATE RI

(28)

Tugas:

Perhatikan dan cermati video di link ini:

https://drive.google.com/file/d/11LmQ7mHDyOtZf60JME8tJWnmOfS3z0_/view?usp=sha ring

Terdapat beberapa tahap proses pewarnaan sitology Papanicolou Sebutkan tahapan di video ini dan jelaskan tujuan tahapan tersebut !

PROSES PEWARNAAN PAPANICOLAU

Pewarnaan Papanicolaou salah satu pewarnaan yang lazim digunakan pada pemeriksaan sitologi, karena pewarnaan ini dapat mewarnai inti sel dengan sangat jelas sehingga dapat mempermudah untuk melihat inti sel apabila terjadi kemungkinan keganasan. Menggunakan warna pembanding yang sangat kontras untuk mewarnai sitoplasma sehingga dapat dilihat sel- sel yang bertumpuk.

Pewarnaan Papanicolaou dilakukan dengan lima tahapan yaitu fiksasi, pewarnaan inti, pewarnaan sitoplasma, penjernihan (clearing) dan mounting (Djanah, 2020).

TUJUAN Untuk mewarnai preparat blanko dari cairan tubuh dan pap smear dengan prosedur Papanicolaou.

PRINSIP Kromatin di dalam inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan protein sitolpasma akan mengikat cat yang bersifat asam (Orange G) dan nukleus dalam inti akan mengikat cat asam (EA 50) sehingga sel akan berwarna merah muda dengan inti berwarna biru.

ALAT & BAHAN ➢ Alat ➢ Bahan - Staining Jar

- Kertas Saring - Slide Holder

- Cover glass - Pinset

- Preparat Blanko - Alkohol 70%

- Alkohol 80%

- Alkohol 95%

- Alkohol Absolute URAIAN

(29)

- Inkubator - Lidi

- Xylol I - Xylol II

Acid Alkohol 0,5%

- Air

- Hematoxylin - OG-6

- EA-50

- Lithium Carbonate 0,5%

- Entelan/Canada balsam

CARA KERJA TAHAP FIKSASI

Tujuan Untuk mengawetkan jaringan dan mempertahankan bentuk sel dan komponen jaringan dalam keadaan life like state /mendekati bentuk fisiologinya/menyerupai keadaan saat sel masih hidup di dalam tubuh).

Prosedur 1. Siapkan alat dan bahan serta preparaat blanko cairan tubuh dan pap smear yang dibutuhkan.

2. Lakukan fiksasi pada preparat blanko cairan tubuh dan pap smear dengan larutan alkohol 95% selama 24 jam.

TAHAP REHIDRASI

Tujuan Untuk memasukkan air sehingga dapat mengisi rongga- rongga jaringan sehingga zat warna dapat masuk secara maksimal dan berikatan dengan bagian jaringan.

Prosedur

(30)

3. Lakukan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol menurun, dengan alcohol 95% selama 5 menit pada perendaman pertama.

4. Lanjutkan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol 80% selama 5 menit.

5. Lanjutkan tahap rehidrasi dengan merendam pada alcohol 70% selama 5 menit.

6. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dibilas dengan dicelupkan ke dalam air selama 1 menit.

TAHAP PEWARNAAN I: HEMATOXYLIN

Tujuan Untuk memberikan warna pada inti sel dan sitoplasma jaringan dengan menggunakan Harris Hematoxylin yang bersifat pewarna regresif (dilakukan secara tidak langsung dimana sel diwarnai berlebihan, lalu yang tidak diinginkan dihilangkan pada tahap diferensiasi).

Prosedur

7. Lakukan pewarnaan I dengan merendam preparate di dalam pewarna Harris Hematoxylin selama 1-5 menit.

8. Lakukan pencucian preparate dengan tap water selama 1 menit.

TAHAP DIFFERENSIASI

Tujuan Diferensiasi adalah proses penggunaan larutan asam untuk menghilangkan pewarnaan yang berlebih/dekolorisasi.

Larutan yang biasa digunakan adalah asam alkohol 1%.

Diferensiasi yang dilakukan adalah mengurangi warna biru pada inti dan menghilangkan warna biru pada sitoplasma.

(31)

Prosedur

9. Lakukan proses differensiasi dengan mencelupkan 1-2 celup preparat ke dalam asam alkohol 1%.

10. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dibilas dengan dicelupkan ke dalam air selama 1 menit.

TAHAP BLUEING

Tujuan Untuk memperjelas warna biru pada inti sel. Blueing diperlukan untuk mengubah pewarnaan inti dari ungu kemerahan menjadi biru/ungu jernih.

Prosedur

11. Lakukan proses blueing dengan merendam preparat ke dalam lithium karbonat 0,5% selama 1 menit

12. Lakukan pencucian preparate dengan air mengalir atau dibilas dengan dicelupkan ke dalam air selama 1 menit.

TAHAP PEWARNAAN II: Orange Green (OG-6)

Tujuan Pewarna asam bertujuan untuk memberikan warna pada keratin di sitoplasma menjadi warna orange cerah atau orange pekat.

Prosedur

13. Lakukan pewarnaan II dengan merendam preparate di dalam pewarna OG-6 selama 2 menit.

(32)

TAHAP PENCUCIAN ALKOHOL

Tujuan Untuk mengurangi kelebihan zat warna yang berasal dari OG-6.

Prosedur

14. Lakukan tahap pencucian dengan menculpkan pada alcohol 95% I sebanyak 10 celup.

15. Lanjutkan tahap pencucian dengan menculpkan pada alcohol 95% II sebanyak 10 celup.

TAHAP PEWARNAAN III: Eosin Azure (EA-50)

Tujuan Untuk mewarnai sitoplasma sehingga menjadi merah muda dan memberi warna pada sel epitel

Prosedur

16. Lakukan pewarnaan III dengan merendam preparate di dalam pewarna EA-50 selama 1-3 menit.

TAHAP DEHIDRASI

Tujuan Proses dehidrasi dilakukan oleh alcohol bertingkat dengan tujuan untuk menghilangkan atau mengeluarkan air dari dalam jaringan dan menggantinya dengan alcohol.

Prosedur

(33)

17. Lakukan tahap dehidrasi dengan merendam pada alcohol bertingkat, dengan alcohol 70% sebanyak 10 celup pada tingkat pertamanya.

18. Lanjutkan tahap dehidrasi dengan mecelupkan pada alcohol 80% sebanyak 10 celup.

19. Lanjutkan tahap dehidrasi dengan mecelupkan pada alcohol 90% sebanyak 10 celup.

20. Lanjutkan tahap dehidrasi dengan mecelupkan pada alcohol absolut sebanyak 10 celup.

21. Masukkan preparat ke dalam inkubator selama 1-15 menit pada suhu 40°-60°C untuk proses pengeringan.

TAHAP CLEARING/PEMBENINGAN

Tujuan Untuk memperjelas preparate dengan menjernihkan dan melepaskan alkohol (agen dehidrasi) pada preparat jaringan dengan digantikan oleh xylol.

Prosedur

22. Lakukan tahap clearing dengan merendam pada xylol I selama 2 menit.

23. Lanjutkan tahap clearing dengan merendam pada xylol II selama 2 menit.

24. Keringkan preparate dengan kertas saring.

TAHAP MOUNTING/PENEMPELAN

Tujuan Untuk mengawetkan jaringan yang telah diwarnai agar dapat diamati dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan, penggunaan cover glass untuk melindungi preparate jaringan dari lensa mikroskop saat pengamatan.

(34)

Prosedur

25. Lakukan tahap mounting dengan meneteskan entelan/Canada balsam pada preparate sebanyak 2 tetes dan tutup dengan cover glass.

26. Beri label pada preparate.

27. Preparat siap diamati dibawah mikroskop.

HASIL

PENGAMATAN MIKROSKOPIS

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M.A. (2016) Studi Awal Histoteknik: Fiksasi 2 Minggu Pada Gambaran Histologi Organ Ginjal, Hepar, dan Pankreas Tikus Sparague Dawley Dengan Pewarnaan Hematoxylin Eosin.

Bhanvadia, M. V., Santwani, P. M., & Vachhani, J. H. (2014). Analysis of diagnostic value of cytological smear method versus cell block method in body fluid cytology: study of 150 cases. Ethiopian Journal of Health Sciences, 24(2).

Chlipala, E. et al. (2020) ‘Optical density-based image analysis method for the evaluation of hematoxylin and eosin staining precision’, Journal of Histotechnology, 43(1), pp. 29–37.

doi:10.1080/01478885.2019.1708611.

Djanah M, Fitri Nuroini. (2020). Perbandingan Kualitas Hasil Pengecetan Papanicolau Pada Preparat Apusan Dan Blok Sel. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Howat WJ, Wilson BA. Tissue fixation and the effect of molecular fixatives on downstream staining procedures. Methods. Elsevier Inc. 2014;70(1):12–9.

Khairani, R., Syahruddin, E., & Partakusuma, L. G. (2012). Karakteristik Efusi Pleura Di Rumah Sakit Persahabatan 32 (3), 155–160.

Khristian, E., Inderiati, D. 2017. Sitohistoteknologi. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium Medik (TLM). Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Jakarta.

Prasetyani, T. 2017. Gambaran Mikroskopis Histologi Bloksel Efusi Pleura dengan Menggunakan Fiksasi Alkohol 70% dan BNF 10% pada Pewarnaan HE. Diploma thesis. Universitas Muhammadiyah Semarang.

Gambar

Gambar 1. Spesimen dalam larutan fiksatif
Gambar 2. Contoh formular permintaan pemeriksaan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pidarta (1999) bahwa langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis adalah sebagai berikut: (1) Pertemuan Awal atau Perencanaan, meliputi: (a) menciptakan

formulir pemeriksaan meliputi nama, umur, jenis kelamin dan tanggal pemeriksaan. c) Selanjutnya dilakukan pemeriksaan klinis awal dengan menggunakan bahan pewarna khusus

Langkah penelitian meliputi: (a) Analisis penuntun praktikum yang dipergunakan di kelas XI semester I; (b) Pengembangan penuntun praktikum interaktif untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar dengan penerapan metode presentasi pada mata praktikum Histologi mahasiswa Program Studi Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar dengan penerapan metode presentasi pada mata praktikum

Adapu model pembelajaran praktikum Digital II dilaksanakan dengan langkah-langkah : (1) perumusan kompetensi didasarkan kedudukan mata kuliah dalam kurikulum dan

Langkah awal yang harus dilakukan untuk menjalankan aplikasi validasi STNK kendaraan bermotor menggunakan QR code berbasis Android ini yaitu dengan membuka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada praktikum farmasi komunitas klinis pertemuan 1 ini, mahasiswa melakukan kegiatan berupa pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang meliputi