• Tidak ada hasil yang ditemukan

VANDALISME SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "VANDALISME SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

VANDALISME SISWA DITINJAU DARI POLA ASUH PERMISIF ORANGTUA STUDENT VANDALISM REVIEWED FROM PERMISSIVE PARENTING

Oleh:

Safirah Lutfiah Tamara1)*, Alber Tigor Arifyanto2)

1)SMPN 1 Wolo, 2)Universitas Halu Oleo Email1)*: Safirahlutfiahtamara@gmail.com Kata Kunci:

Pola Asuh Permisif;

Vandalism

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 120 siswa.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 30 siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, skala pola asuh permisif dan skala vandalisme. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial menggunakan uji korelasi product moment pearson. Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan pola asuh permisif orangtua berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata skor 79,77 sedangkan skor vandalisme siswa berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 76,40. Hasil analisis inferensial pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh Pvalue sebesar 0,000. Karena Pvalue < α maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa.

Keywords:

Permissive Parenting, Vandalism

ABSTRACT

This study aims to determine the relationship between permissive parenting and student vandalism. It is quantitative correlation research. The population in this study amounted to 120 students. Sampling in this study used a purposive sampling technique with a total of 30 students. The data collection method used in this study were interviews, observation, permissive parenting scale, and vandalism scale. The data analysis technique used is a descriptive and inferential statistical analysis using the Pearson product-moment correlation test. The results of descriptive data analysis showed that the permissive parenting of parents was at the high level with an average score of 79.77 while the student's vandalism score was in the level category with an average score of 76.40. The results of the inferential analysis at the significance level = 0.05 obtained a P-value of 0.000. Because P-value < a, it can be concluded that there is a significant relationship between permissive parenting and student vandalism.

(2)

Pendahuluan

Orangtua merupakan pendidik pertama untuk anak. Dikatakan “pertama” maksudnya bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua orangtuanya. Mengingat orangtua adalah orang dewasa, maka merekalah yang harus bertanggung jawab atas anak. Di keluarga pertama kali anak menerima dan mengalami proses pendidikan. (Wahy, 2012: 253). Setiap orangtua pastinya menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Maka dalam setiap keluarga akan menerapkan dan mendidik anak sesuai dengan kemampuan dan pemahamannya untuk mencapai keluarga yang diimpikan. Hal itulah yang menyebabkan orangtua memiliki metode dan cara mendidik anak yang berbeda-beda, itulah yang disebut dengan pola asuh orangtua. Setiap orangtua memiliki bentuk pola asuh masing-masing yang memengaruhi kepribadian seorang anak hingga dewasa.

Gunarsa (dalam Adawiyah, 2017:34) Mengatakan bahwa pola asuh orangtua merupakan cara orangtua bertindak sebagai orangtua terhadap anak-anaknya di mana mereka melakukan serangkaian usaha aktif. Pola asuh merupakan hal yang fundamental dalam pembentukan karakter. Teladan sikap orangtua sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak karena anak-anak melakukan modelling dan imitasi dari lingkungan terdekatnya. Mendidik seorang anak merupakan tanggung jawab setiap orangtua.

Baumrind (dalam Adnan 2018: 71) membagi pola asuh orangtua menjadi tiga jenis, yang disebutnya dengan teknik disiplin anak. (1). Pola asuhan Authoritorian, (2). Pola asuhan Authorative, (3). Pola asuhan Permisive. Pola asuh Authoratorian merupakan pola asuh yang didalamnya memiliki pemimpin terpusat (otoriter) atau dalam kata lain orangtua menentukan segala keputusan untuk anaknya, sedangkan pola asuh Authoritative adalah pola asuh yang memerhatikan dua belah pihak yakni orangtua mendidik anak namun tetap memerhatikan keinginan anak, sedangkan pola asuh permisif adala pola asuh yang di mana anak sebagai penentu segala keputusan tanpa melibatkan orangtua, orangtua tidak memberikan saran kepada anak.

Pola asuh permisif adalah pola asuh orangtua kepada anak dengan cara memberikan pengawasan yang longgar dan bebas dalam upaya pembentukan kepribadian anak dan memberikan seorang anak kebebasan dalam melakukan tindakan tanpa pengawasan yang cukup. Prasetya (dalam Adawiah 2017: 35) menjelaskan bahwa pola asuh permisif atau biasa disebut pola asuh penelantar yaitu orangtua lebih memrioritaskan kepentingannya sendiri, perkembangan kepribadian anak terabaikan, dan orangtua tidak mengetahui apa dan bagaimana kegiatan anak sehari-harinya.

Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh ini membawa pengaruh buruk bagi anak di antaranya;

bersikap memberontak, keras kepala, tidak memiliki self control, kurang percaya diri, tidak jelas arah hidupnya. Sebagaimana penjelasan dari Dariyo (dalam Utami dan Raharjo, 2019: 158) pola asuh permisif yang diterapkan orangtua, dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan sosial yang berlaku. Namun jika anak mampu menggunakan kebebasan secara bertanggungjawab, maka dapat menjadi seorang yang mandiri, kreatif, dan mampu mewujudkan aktualisasi dirinya. Dilansir dari media Republika.co.id pada kamis, 29 November 2018 bahwasanya kasus gangguan mental di Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RS Jiwa Soeharto Heerdjan paling banyak karena pola pengasuhan orangtua permisif atau serba membolehkan hal apapun pada anak. “Pasien yang masuk Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja banyak yang pola asuh orangtua permisif”, Kata Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RS Soeharto Heerdjan Suzy Yusna Dewi

Akibat dari pola asuh permisif yang diterapkan orangtua di rumah mengakibatkan seorang anak terbawa hingga ke lingkungan lain seperti sekolah. Seorang anak sering melakukan berbagai macam pelanggaran-pelanggaran. Seperti bolos sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah, bertengkar dengan teman bahkan sampai merusak fasilitas sekolah. Tridhonanto dan Agency (dalam Sandi, 2017: 36) menyatakan ada beberapa dampak pola asuh permisif orangtua salah satunya adalah anak dapat bersifat impulsif dan agresif, sehingga menyebabkan anak bertingkah sesuai dengan kemauannya, sulit terkontrol dan tidak ingin dilarang. Maka tak jarang siswa melakukan suatu tindakan untuk mendapatkan keunggulan, kepercayaan diri dan juga perhatian untuk memperoleh pengakuan dari orang lain. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat kegaduhan dan mengganggu kenyamanan orang lain. salah satunya dengan melakukan

(3)

Salmah (2015: 17) menyatakan vandalism didefinisikan sebagai kegiatan iseng dan tidak bertanggung jawab dari beberapa orang yang berperilaku cenderung negatif. Kebiasaan ini berupa mencoret tembok, dinding atau obyek lain agar dapat dibaca secara luas, berupa tulisan nama orang, nama sekolah, nama gank atau tulisan-tulisan lain tanpa makna yang berarti. Vandalisme telah merujuk kepada tabiat seseorang yang membinasakan harta benda orang lain. Vandalisme sering terjadi di tempat-tempat atau area umum akibatnya dapat mengganggu ketertiban umum. Vandalisme dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminal karena dapat merugikan orang lain dan juga pemerintah setempat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anggono pada tahun 2014 menyatakan bahwa vandalisme terjadi di wilayah DIY yang dikenal sebagai kota pelajar dan juga kota pariwisata. Dikutip dari berita situs Jogja TV dari kurun waktu awal tahun sampai bulan oktober terdapat delapan puluh vandalisme yang diperkarakan ke pengadilan, dari delapan puluh kasus vandalisme yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2013 tersebut meliputi tindakan corat-coret pada halte Trans Jogja, tembok- tembok pinggir jalan, jembatan, bak sampah, rambu-rambu lalu lintas, serta fasilitas umum lainnya.

Ternyata perilaku vandalisme tidak hanya terjadi di kota-kota besar yang terkenal saja tetapi juga terjadi diberbagai wilayah tak terkecuali di wilayah Kendari. Dikutip dari media Sultraline.id diketahui bahwa demonstrasi yang terjadi di kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN) berujung dengan aksi vandalisme atau coret-coret dinding kantor tersebut, pada tanggal (27/02/2017). Akibat dari aksi ini, sejumlah dinding kantor BPN dipenuhi coretan. Dalam aksi ini mahasiswa menuliskan beberapa kalimat kecaman yang ditujukan pada pihak kantor BPN kota Kendari (sumber: Sultraline, Kendari). Tak hanya itu, beberapa lalu beredar sebuah unggahan video di Youtube berupa aksi perusakan fasilitas umum di Kota Kendari oleh demonstran yang membuat heboh kamis (17/09/20).

Demo yang terjadi di perempatan KFC Jl. MT Haryono dan perempatan Lippo Plaza Kendari membuat masyarakat yang berada di lokasi takut (Sumber: youtube oleh akun Acurat co).

Vandalisme tidak hanya terjadi di area umum yang bebas diakses oleh siapapun dan tidak memiliki aturan tertulis, tapi juga dapat terjadi di tempat-tempat yang terbatas dan juga memiliki aturan, contohnya sekolah. Di sekolah terjadi vandalisme dalam bentuk mencoret dinding, meja, kursi, merusak pintu dan perusakan fasilitas sekolah lainnya. Vandalisme biasanya dilakukan oleh siswa dengan tujuan iseng-iseng saja atau hanya ikut-ikutan dengan teman. Mereka secara sengaja melakukan perilaku vandalisme di sekolah dengan cara merusak fasilitas yang telah sekolah sediakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMAN 1 Wolo yang mengatakan bahwa terdapat siswa yang berprilaku vandalisme dan paling banyak terdapat di kelas 11 di SMAN 1 Wolo.

Hal ini dapat dilihat dari fasilitas yang ada di sekolah, seperti dinding, kursi dan juga meja terdapat banyak coretan-coretan yang di sengaja, menyebabkan hilangnya nilai keindahan dan fungsi dari fasilitas tersebut. Vandalisme yang dilakukan siswa di SMAN 1 wolo tidak hanya merusak fasilitas di sekolah, tapi juga merusak kendaraan pribadi guru, seperti mengambil kaca spion, merusak rantai motor dan kenakalan-kenakalanlain. Hal ini didukung dengan hasil observasi dan beberapa dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Hasil dari observasi menemukan bahwa terdapat coretan di meja, coretan di kursi, coretan di diniding, merusak pintu, memecahkan kaca, mengotori pintu, merusak sapu, pel, dan ember. Setelah berbincang dengan guru BK di SMAN 1 Wolo, ia menyatakan bahwa hal ini bisa jadi disebabkan oleh kondisi pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah, di mana orangtua lebih banyak menggunakan waktunya di luar rumah sehingga kurang memerhatikan anak.

Hal ini berdasarkan dengan kunjungan rumah yang pernah dilakukan oleh guru BK itu sendiri.

Orangtua siswa di SMAN 1 Wolo banyak bekerja sebagai petani dan juga nelayan sehingga mereka jarang berada di rumah, bahkan ada beberapa yang menginap di kebun karena jarak rumah yang jauh, akibatnya, Orangtua tidak dapat mengontrol anak. Ini juga dibuktikan dengan hasil wawancara penulis dengan orangtua siswa yang mengatakan bahwa orangtua terlalu sibuk bekerja dan berada di luar rumah sehingga tidak memberikan kontrol dan tidak memberi arahan kepada anaknya dengan baik.

Adapun tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa.

(4)

Pengertian vandalisme

Felkness (Anggono, 2014:11) menyatakan vandalisme merupakan sebuah tindak kejahatan yang bertujuan untuk merusak barang-barang. Perusakan tersebut meliputi perusakan fasilitas umum maupun fasilitas pribadi, coretan slogan pada tembok ditempat umum, perusakan terhadap mesin mesin dan banyak lagi bentuk dari aksi perusakan tersebut. Kim & Bruchman (Anggono, 2014: 12) mengungkapkan bahwa vandalisme adalah penodaan atau perusakan yang menarik perhatian, dan dilakukan sebagai ekspresi kemarahan, kreativitas, atau keduanya.

Faktor penyebab vandalisme

Faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya vandalisme menurut Safitri (2012:109) adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh rekan sebaya

Pengaruh rekan sebaya dapat mengakibatkan aksi vandalisme. Remaja lebih mudah meniru dan terpengaruh dengan rekan sebayanya. Pengaruh rekan sebaya akan mencerminkan sikap, nilai dan tingkah laku remaja lebih-lebih remaja yang sedang menghadapi masalah keluarga.

2. Pengaruh orangtua dan keluarga

Orangtua merupakan salah satu faktor pendorong terjadinya sifat vandalisme dikalangan remaja.

Setengah remaja yang terjebak dalam gejala vandalisme berasal dari keluarga yang bermasalah atau keluarga yang mengamalkan budaya negatif.

3. Pengaruh media massa

Media massa memunyai pengaruh yang sangat kuat dan sangat sulit untuk dihindari. Paparan adegan negatif dari film barat yang memunyai unsur mengarah pada aksi vandalisme dapat memengaruhi remaja melakukan tindakan vandalisme.

4. Pengaruh lingkungan masyarakat.

Remaja adalah produk dari sistem masyarakat. Masyarakat sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah generasi remaja. Bila lingkungan masyarakat cenderung negatif maka tidak dapat dielakkan generasi remaja yang akan dihasilkan juga akan meniru perilaku masyarakat di mana mereka tinggal.

Aspek-aspek perilaku vandalisme

Lase (Adam, 2019: 17) menyebutkan beberapa aspek perilaku vandalisme, yaitu:

1. Aspek mencoret (grafity). Kegatan ini termasuk mencoret-coret meja, kursi, dinding kelas, dinding kamar mandi, dinding-dinding di lingkungan sekolah, dalam buku tulis ataupun buku cetak.

2. Aspek memotong (cutting). Kegiatan ini termasuk memotong dahan pohon tanpa tujuan yang pasti.

3. Aspek memetik (plucking). Kegiatan ini termasuk memetik bunga, buah, dahan ataupun daun pohon dengan tujuan hanya karena iseng.

4. Aspek mengambil (taking). Kegiatan ini termasuk mengambil barang milik siswa lain tanpa izin dan tidak mengembalikan, atau mengembalikan dalam keadaan rusak atau tidak utuh.

5. Aspek merusak (destroying). Kegiatan ini termasuk mengukir meja, kursi kayu dengan menggunakan cutter, pulpen atau benda lainnya, menggunakan spidol atau penghapus papan tulis dengan kasar sehingga penghapus menjadi rusak atau spidol menjadi tidak dapat digunakan lagi, mematahkan penggaris tanpa tujuan yang pasti, duduk di kursi yang sudah rusak dengan tujuan agar kursi tersebut menjadi tidak dapat digunakan lagi atau menjadi lebih bobrok, dan lain sebagainya.

Pengertian pola asuh permisif

Dariyo (dalam Agustiawati, 2014:16) pola asuh permisif orangtua justru merasa tidak peduli dan cenderung memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya. Sedangkan menurut Yatim dan Irwanto (dalam Agustiawati, 2014:16) bahwa pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan yang diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Anak tidak tahu perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak membenarkan atau menyalahkan anak.

(5)

Faktor-faktor yang memengaruhi orangtua dalam menerapkan pola asuh

Dalam menerapkan pola asuh orangtua memiliki beberapa faktor. Mussen (dalam Adnan, 2018: 75) menjelaskan ada beberapa faktor yang memengaruhi pola asuh yaitu:

1. Lingkungan tempat tinggal

Salah satu faktor yang memengaruhi pola asuh adalah lingkungan tempat tinggal. Perbedaan keluarga yang tinggal di kota besar dengan keluarga yang tinggal di pedesaan berbeda gaya pengasuhannya. Keluarga yang tinggal di kota besar memiliki kekhawatiran yang besar ketika anaknya keluar rumah, sebaliknya keluarga yang tinggal di desa tidak memiliki kekhawatiran yang besar dengan anak yang keluar rumah.

2. Memengaruhi pola asuh

Dalam setiap budaya pola asuh yang diterapkan berbeda-beda, misalkan ketika di suatu budaya anak diperkenankan berargumen tentang aturan-aturan yang ditetapkan orangtua, tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk semua budaya

3. Status sosial ekonomi

Keluarga yang memiliki status sosial yang berbeda juga menerapkan pola asuh yang berbeda pula.

Aspek-aspek pola asuh permisif

Hurlock (Rahman, Mardhiha, Azmidar 2015: 122) mengemukakan aspek-aspek pola asuh permisif meliputi:

1. Kontrol terhadap anak kurang

Menyangkut tidak adanya pengarahan perilaku anak sesuai dengan norma masyarakat, tidak menaruh perhatian dengan siapa saja anak bergaul.

2. Pengabaian keputusan

Yakni membiarkan anak untuk memutuskan segala sesuatu sendiri, tanpa adanya pertimbangan dengan orangtua.

3. Orangtua bersifat masa bodoh

Yakni ketidakpedulian orangtua terhadap anak, tidak adanya hukuman saat anak sedang melakukan tindakan yang melanggar norma.

4. Pendidikan bersifat bebas.

Yakni kebebasan anak untuk memilih sekolah sesuai dengan keinginan anak, tidak adanya nasihat di saat anak berbuat kesalahan, kurang memerhatikan pendidikan moral dan agama.

Metode Penelitian

Penelitian ini akan bertempat di SMAN 1 Wolo lokasi di jalan Trans Sulawesi No. 171 di Desa Lapao-pao Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka, Kendari, Sulawesi Tenggara. Penelitian ini dilakukan selama 10 bulan, yaitu mulai dari bulan Desember 2020 sampai September 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Wolo yang berjumlah 120 orang. Siswa yang terdiri dari 2 kelas IPS d an 2 Kelas IPA.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah 30 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala yang disusun berdasarkan aspek- aspek pola asuh permisif dan vandalisme siswa. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum pola asuh permisif dan vandalism siswa dan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Analisis pola asuh permisif orangtua

Bagian ini akan menyajikan deskripsi atau gambaran pola asuh permisif orangtua di SMAN 1 Wolo.

Gambaran umum ini disajikan dalam bentuk statistik deskriptif melalui bantuan software SPSS 21.0 for windows. Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi pola asuh permisif orangtua.

(6)

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif Orangtua Interval Kategori Frekuensi Persentase

99-112 Sangat Tinggi 0 0%

76-98 Tinggi 23 77 %

53-75 Rendah 6 20 %

30-52 Sangat Rendah 1 3 %

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan bahwa frekuensi data pola asuh permisif orangtua siswa terdapat pada interval 30-52 sebanyak 1 (3%) siswa berkategori sangat rendah, interval 53-75 sebanyak 6 (20%) siswa berkategori rendah, interval 76-98 sebanyak 23 (77%) siswa berkategori tinggi dan interval 99-122 sebanyak 0 (0%) siswa berkategori sangat tinggi. Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan norma kategori pola asuh permisif orangtua merupakan nilai rata-rata pola asuh permisif orangtua. Artinya dapat diketahui bahwa tingkat pola asuh permisif siswa yang dimiliki oleh siswa SMAN 1 Wolo berada pada kategori tinggi.

Analisis vandalisme siswa

Bagian ini akan menyajikan deskripsi atau gambaran vandalisme siswa di SMAN 1 Wolo. Gambaran umum ini disajikan dalam bentuk statistik deskriptif melalui bantuan software SPSS 21.0 for windows.

Berikut ini merupakan tabel distribusi frekuensi vandalism siswa.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Vandalisme Siswa

Interval Kategori Frekuensi Persentase

91-112 Sangat Tinggi 0 0%

70-90 Tinggi 22 73 %

49-69 Rendah 6 20 %

28-48 Sangat Rendah 2 3 %

Jumlah 46 100

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa frekuensi data vandalisme siswa yang terdapat pada interval 91-112 sebanyak 0 (0%) siswa berkategori sangat tinggi, interval 70-90 sebanya 22 (73%) siswa berkategori tinggi, interval rendah 49-69 (20%) siswa berkategori rendah dan interval 28-48 sebanyak 2 (7%) siswa berkategori sangat rendah. Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan norma kategori vandalisme siswa merupakan nilai rata-rata vandalisme siswa.

Hasil uji normalitas data

Uji statistik yang digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov menggunakan aplikasi SPSS Versi 21.0 for windows yang berdasarkan nilai pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa. Hasil analisis normalitas data menunjukkan bahwa nilai Asymp.sig. (2-tailed) pola asuh permisif siswa sebesar 0,333 dan vandalisme sebesar 0,084. Nilai p 0.333 dan 0,084 0,05, sehingga dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi secara normal.

Uji linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui hubungan dari data pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa linear atau tidak dengan menggunakan bantuan SPSS 21.0 for windows, diketahui bahwa nilai Deviation From Linearity Sig. Sebesar 0.064. Nilai 0.064 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa data dalam penelitian ini adalah linear.

(7)

Uji hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan kaidah sebagai berikut: “Apabila nilai sign. > 0,05 maka tidak ada hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa di SMAN 1 Wolo. “Apabila nilai sign. < 0.05 maka ada hubungan antara antara pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa di SMAN 1 Wolo. Pengujian hipotesis ini menggunakan rumus analisis korelasi product moment pearson dengan menggunakan SPSS Versi 21.0 for, menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi data skala pola asuh permisif orangtua sebesar 0,796 dengan nilai signifikan 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa karena nilai sig 0.000 < 0,05 berdasarkan pengujian statistik. Tanda positif dalam hal tersebut menandakan bahwa kedua variabel memiliki arah korelasi positif, artinya bahwa semakin tinggi pola asuh permisif orangtua yang dimiliki oleh siswa maka semakin tinggi pula vandalisme siswa yang dilakukan dan sebaliknya, semakin rendah pola asuh permisif orangtua yang dimiliki oleh siswa maka semakin rendah pula siswa yang melakukan vandalisme.

Tabel 3

Tingkat Hubungan Antar Variabel Interval Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1.000 Sangat kuat

Dengan melihat tabel 3 tentang tingkat hubungan antar variabel, hasil r hitung 0,796 termasuk dalam kategori kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa memiliki tingkat korelasi yang kuat. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.

Nilai Prediktor Measures of Association

R R Squared Eta Eta Squared

Y*X ,796 ,633 ,961 ,924

Berdasarkan tabel diatas, nilai r = 0, 796 yang menunjukkan bahwa variabel pola asuh permisif orangtua memiliki hubungan yang kuat terhadap vandalisme siswa. Kemudian nilai koefisien determinan (r squared) sebesar 0,633 atau sebesar 63,3% dapat dikatakan bahwa pola asuh permisif orangtua memengaruhi perilaku vandalisme siswa, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa. Hubungan yang positif tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh permisif orangtua yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula vandalisme siswa, dan semakin rendah pola asuh permisif orangtua yang dimiliki siswa maka semakin rendah pula vandalisme siswa. Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis hubungan pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa yang menunjukkan nilai signifikasi (p) = 0,000 < 0,05, hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini diterima. Hasil pengujian hipotesis diperoleh menggunakan corellation product moment yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pola asuh permisif orangtua dengan vandalisme siswa di SMAN 1 Wolo.

Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 yang menujukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,796 yang artinya

(8)

pola asuh permisif orangtua memiliki hubungan dengan vandalisme siswa pada tingkat hubungan kuat. Nilai koefisien determinan sebesar 0,064 atau sebesar 64% yang artinya pola asuh permisif orangtua memengaruhi vandalisme siswa.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dan studi awal diperoleh informasi bahwa terdapat siswa yang melakukan vandalisme di sekolah seperti mencoret-coret, merusak fasilitas sekolah Hal ini dapat dilihat dari fasilitas yang ada di sekolah, seperti dinding, kursi dan juga meja terdapat banyak coretan- coretan yang disengaja, menyebabkan hilangnya nilai keindahan dan fungsi dari fasilitas tersebut.

Vandalisme yang dilakukan siswa di SMAN 1 Wolo tidak hanya merusak fasilitas di sekolah, tapi juga merusak kendaraan pribadi guru, seperti mengambil kaca spion, merusak rantai motor dan kenakalan-kenakalan lain. Hal ini didukung dengan hasil observasi dan beberapa dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Hasil dari observasi menemukan bahwa terdapat coretan di meja, coretan di kursi, coretan di dinding, merusak pintu, memecahkan kaca, mengotori pintu, merusak sapu, pel, dan ember. Setelah berbincang dengan guru BK di SMAN 1 Wolo, ia menyatakan bahwa hal ini bisa jadi disebabkan oleh kondisi pola asuh yang diterapkan orangtua di rumah, di mana orangtua lebih banyak menggunakan waktunya diluar rumah sehingga kurang memerhatikan anak. Hal ini berdasarkan dengan kunjungan rumah yang pernah dilakukan oleh guru BK itu sendiri. Orangtua siswa di SMAN 1 Wolo banyak bekerja sebagai petani dan juga nelayan sehingga mereka jarang berada di rumah, bahkan ada beberapa yang menginap di kebun karena jarak rumah yang jauh, akibatnya, orangtua tidak dapat mengontrol.

Pola asuh permisif sendiri yaitu pola asuh yang membiarkan anak berperilaku semaunya tanpa adanya kontrol yang baik dari orangtua sehingga anak bebas melakukan apa yang ia inginkan. Pola asuh seperti ini kurang tepat jika diterapkan di kalangan remaja sebab, masa remaja merupakan masa di mana anak ingin melakukan dsn mencoba berbagai hal bahkan jika hal itu melanggar norma di masyarakat. Karena terbiasa diberikan kebebasan dalam rumah, sifat dan sikapnya terbawa hingga ke lingkungannya. Akibatnya, ia melakukan hal-hal yang dilarang dan merugikan orang lain salah satunya adalah vandalisme. Vandalisme adalah perilaku yang merugikan, bukan hanya diri sendiri tapi juga dapat merugikan orang lain. Vandalisme adalah perilaku merusak fasilitas umum maupun fasilitas pribadi dengan cara mencoret, memotong, memetik, mengambil dan merusak. Perilaku seperti ini jelas dapat merugikan orang lain dan juga pemerintah setempat.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Yusuf (2019) yang menemukan bahwa pola asuh permisif sangat berpengaruh dengan kepercayaan remaja karena pola asuh yang baik akan sangat memengaruhi tingkat kepercayaan diri remaja begitupun sebaliknya, serta penelitian Nasution (2018) yang hasil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh pola asuh permisif terhadap agresifitas anak disebabkan karena cenderung membiarkan anak melakukan apa saja tanpa adanya kontrol dari orangtua ini disebabkan kedua orangtua terlalu sibuk bekerja. Hal ini menandakan bahwa pola asuh orangtua sangat berpengaruh terhadap perilaku anak, dalam hal ini pola asuh permisif orangtua. Pola asuh yang diterapkan orangtua dalam rumah dapat memengaruhi perilaku anak di luar rumah, pola asuh orangtua yang baik akan membentuk pribadi anak yang baik, begitu pula sebaiknya.

Kesimpulan dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan, hasil analisis statistik deskriptif penelitian dan analisis inferensial menunjukkan pola asuh permisif orangtua kategori tinggi dengan rata-rata skor 79,77 dan vandalisme siswa berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 76, 40.

Dan pola asuh permisif orangtuamemiliki korelasi dengan vandalisme siswa di SMAN 1 Wolo dengan kontribusi sebesar79,6%.

Saran

Beberapa saran yang peneliti berikan antara lain: 1) bagi sekolah, diharapkan dapat mengadakan sosialisasi terhadap lingkungan sosial yang ada di sekolah terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan perilaku vandalisme, juga menyediakan sarana bagi siswa berekspresi agar siswa tidak

(9)

siswa yang melakukan pelanggaran, dalam hal ini adalah vandalisme, 2) bagi guru BK, diharapkan untuk lebih aktif bersosialisasi dengan siswa dengan cara memberikan program-program yang menarik untuk siswa, seperti lomba menggambar atau melukis agar siswa bisa lebih mengembangkan bakat sehingga vandalisme berupa aspek mencoret dapat berkurang atau dengan cara mengarahkan siswa untuk mengikuti lomba-lomba baik di dalam maupun di luar sekolah dalam hal ini yakni lomba menggambar, 3) bagi siswa, diharapkan siswa dapat menyadari dampak berat yang akan ditimbulkan dari melakukan vandalisme dengan cara lebih memerhatikan lingkungan sekitar dan mengganti vandalisme dengan kegiatan yang lebih positif dan menyadari dampak buruk yang ditimbulkan vandalisme seperti merusak lingkungan sekolah, merugikan pemerintah. dengan begitu, siswa dapat mencegah diri untuk tidak melakukan vandalisme di sekolah, dan 4) bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan vandalisme di sekolah seperti faktor lingkungan, faktor media massa dan faktor rekan sebaya.

Daftar Pustaka

Adam. J.A.B. (2019). Konformitas Sebagai Mediator Konsep Diri Terhadap Vandalisme Pada Siswa SMA VII Yogyakarta. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga.

Adawiyah, Rabiatul. (2017). Pola Asuh Orangtua dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Anak.

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Vol 7 No 1

Adnan, Muhammad. (2018). Pola Asuh Orangtua dalam Pembentukan Akhlak Anak Dalam Pendidikan Islam. Jurnal Studi Keislaman. Vol 4. No 1.

Anggono, F. R. (2014). Perilaku Vandalisme Pada Remaja. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahman, Ulfiani, dkk. (2015). Hubungan antara Pola Asuh Permisif Orangtua dan Kecerdasan Emosional Siswa dengan Hasil Belajar Matematika Siswa. Jurnal Auladuna. Jurnal Auladuna Vol. 2, no. 1, Hal 116–30.

Salmah, Sri. (2015). Perilaku Vandalisme Remaja di Yogyakarta Youth Vandalism Attitude in Yogyakarta. Jurnal Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 39, No. 1

Safitri, Ani. (2012). Pengaruh Budaya Hedonisme terhadap Timbulnya Vandalisme Siswa SMK Tri Dharma 3 dan SMK YKTB 2 Kota Bogor. Jurnal Teknologi Pendidikan.Vol 1 No 2.

Sandi, K M. (2017). Dampak Pola Asuh Permisif Orangtua Terhadap Perilaku Minuman Keras Pada Remaja Usia 13-21 Tahun di RT 26 Kelurahan Silaberanti Kecamatan seberang Ulu I Palembang. Jurnal UIN Raden Fatah, Vol 12, NO. 2, Hal 245-248

Utami, Adristinindya Citra Nur dan Raharjo, Santoso Tri. (2021). Pola Asuh Orangtua Dan Kenakalan Remaja. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial

Wahy, Habsyi. (2012). Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama dan ‘utama. Jurnal Ilmiah.

Yusuf, Ridho Noviriansyah. (2019). Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Dengan Kepercayaan Diri Remaja Di SMP Negeri 35 Bandar Lampung. Thesis. UIN Raden Intan Lampung

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Hubungan antara persepsi pola asuh permisif orangtua dengan intensi merokok pada remaja awal. 2) Sumbangan efektif persepsi

Artinya ada perbedaan kemandirian remaja ditinjau dari persepsi terhadap pola asuh orangtua pada siswa SMP Negeri 3 Teras Boyolali berdasarkan pola asuh

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menyangkut dengan Hubungan Antara Pola Asuh Permisif Orang Tua dengan Tindakan Seksual Remaja di SMK Cendana Padang Panjang Tahun

Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kecenderungan pola asuh permisif dan kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi,

Pola asuh menurut Baumrind (dalam Yusuf 2008) terdiri dari tiga kecenderungan pola asuh orang tua yaitu: “pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh

Kondisi psychological well-being remaja yang diasuh dengan pola asuh neglectful menunjukan perbedaan signifikan daripada tiga pola asuh yang lain (authoritative,

Pendapat ini sejalan dengan pendapat Yusniah (2008) dalam Daulay &amp; Sartika (2014) bahwa anak dengan pola asuh permisif akan lebih terlibat dalam kenakalan remaja

Dari hasil pengisian kuesioner pola asuh orang tua di TK Insan Cemerlang Makassar diketahui bahwa pola asuh permisif sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6% dan hasil uji korelasi pola