• Tidak ada hasil yang ditemukan

variasi morfologi anggrek dendrobium yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "variasi morfologi anggrek dendrobium yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI MORFOLOGI ANGGREK DENDROBIUM YANG DITEMUKAN DI DESA SIOBAN KECAMATAN SIPORA

SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI Deri Andeska1 Des M2 Rizki1

1Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang [email protected]

ABSTRAK

Dendrobium orchid is a large group of epifit orchid in the world, which consist on 1.400 species. Species of Dendrobium orchid in Sioban village, difficult to found caused by tree cutting and taking over the orchid continuously from the nature, which give the result species of Dendrobium orchid diminish. The purpose of this reseacrh is to know Dendrobium Orchid variance which found in Sioban Village Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai. This research has done in January- February 2016 with survey method. This research has done in location Malabaet, Takkuman and Bagan Lelet. In Botani Laboratorium of STKIP PGRI Sumatera Barat and UNP as the place to identify it. Based on the result of this research, the researcher found that morphology variance of Dendrobium Orchid that is type of rod growth, obstruct leaf diameter, type of leaf, point of leaf type, the color of leaf, symmetry of leaf, style of length pseudibuld profil and style of profil obstruct pseudobuld. The similarity of morphology that found on Dendrobium Orchid Species is type of side leaf shape, leaf structure and leaf texture.

Key words:Dendrobium Orchid, Sioban Village, Identification

PENDAHULUAN

Tumbuhan anggrek Dendrobium merupakan salah satu kelompok anggrek epifit yang terbesar di dunia, yang terdiri dari 1.400 species. Anggrek Dendrobium memiliki bunga yang cantik penuh warna-warni dan tahan lama. Memiliki batang dan daun yang kuat (Junaedhie, 2014).

Sumatera Barat merupakan bagian dari daerah tropis, yang sebagian besar wilayahnya ditutupi oleh hutan dataran tinggi maupun hutan dataran rendah sehingga diperkirakan memiliki keanekaragaman yang cukup besar (Syamsuardi dkk, 2007). Daerah Mentawai merupakan daerah Kepulauan yang berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat. Posisi dan letak geografisnya menunjukkan bahwa Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan sebuah daerah kepulauan

yang letaknya terpisah dari Kota dan Kabupaten lain di Provinsi Sumatera Barat. Pulau Sipora merupakan salah satu pulau yang ada di Sumatera Barat dengan salah satu Kecamatan Sipora Selatan dengan Ibukota Kecamatan adalah Sioban.

Desa Sioban merupakan Desa yang memiliki enam kawasan bukit yaitu Teitei Pabobokat, Tektek Bukkuk, Sioban Dalam, Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet, yang ketinggian bukit dan letaknya yang berbeda-beda. Keenam kawasan merupakan kawasan yang berbukit-bukit yang ditumbuhi oleh banyaknya tumbuhan yang hidup, salah satunya adalah tumbuhan anggrek Dendrobium.

Berdasarkan wawancara dan observasi dengan masyarakat setempat, keberadaan species anggrek Dendrobium yang terdapat di Desa Sioban, sulit ditemukan yang disebabkan

(2)

oleh adanya penebangan kayu dan pengambilan anggrek secara terus menerus dari alam tanpa memperhatikan aspek kelestarian lingkungannya yang dapat mengakibatkan berkurangnya species anggrek Dendrobium bahkan dapat menyebabkan kepunahan suatu species anggrek.

Oleh karena itu keberadaan anggrek Dendrobium di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan perlu diteliti.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis telah melakukan penelitian mengenali dan mendeskripsikan variasi morfologi anggrek Dendrobium yang ditemukan di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

METODA PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2016.

Pengambilan sampel tumbuhan anggrek dilaksanakan di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai, dengan daerah lokasi dikawasan Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Botani Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat dan Laboratorium Botani Universitas Negeri Padang (UNP).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu altimeter, termohidrometer, teropong,gunting tanaman, meteran, parang, pisau, kamera digital, label gantung, label herbarium, kertas koran, kertas kardus, kertas monting, kantung plastik ukuran 50 kg, karung plastik ukuran 50 kg, tali rafia, lakban, karet gelang, map spesimen, oven pengering merek Gallenkamp, alat- alat tulis, pisau silet, jarum jahit, kertas karkil, dan buku identifikasi. Sedangkan bahan yang dipakai adalah alkohol 96%

serta jenis tumbuhan anggrek yang ditemukan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey dan pengkoleksian langsung di lapangan.

Kemudian di lanjutkan dengan mengukur karakter morfologi anggrek (tipe pertumbuhan batang, penampang melintang daun, bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk tepi daun, susunan daun anggrek, tekstur permukaan daun, simetri daun, warna daun, panjang daun, lebar daun, bentuk penampang membujur melintang umbi semu, panjang umbi semu dan lebar umbi semu) dan pembuatan herbarium.

Pengambilan sampel dilakukan di daerah lokasi kawasan Malabaet, Takkuman dan Baganlelet di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

Teknik pengambilan sampel secara langsung di bukit yang terdapat pada pada lokasi penelitian, dibantu oleh dua orang masyarakat sebagai petunjuk jalan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet terdapatnya variasi morfologi pada anggrek Dendrobium yaitu pada tipe pertumbuhan batang, penampang melintang daun, bentuk daun, bentuk ujung daun, warna daun, simetri daun, bentuk penampang membujur dan melintang umbi semu yang terdapat pada. Persamaan morfologi yang ditemukan pada species anggrek Dendrobium yaitu bentuk tepi daun, susunan daun dan tekstur permukaan daun. Bentuk dan ukuran dari anggrek Dendrobium yang ditemukan terdapat perbedaan yang berbeda-beda pada Tabel 1 dan Tabel 2.

(3)

Tabel 1. Data Pengukuran Kuantitaf Anggrek Dendrobium

No Species Karakter Daun Karakter

Pseudobuld PD (cm) LD (cm) PP

(cm)

LP (cm)

1. Dendrobium concinnum Miq. 1,1-4 cm 0,2-0,3

cm

- -

2. Dendrobium crumenatum Sw 2,5-9 cm 0,8-1,8

cm

3,5-6,5 cm

0,8-1 cm

3. Dendrobium flexile Ridl 3-5 cm 0,2-0,3

cm

- -

4. Dendrobium indivisum (Bl.) Miq 2-3,3 cm 0,4-1 cm - -

5. Dendrobium leonis (Lindl.) J.J.Sm 0,9-1,8 cm

0,3-0,8 cm

- -

6. Dendrobium sp1 4,2-10,5

cm

0,7-1,8 cm

- -

7. Dendrobium sp2 5-9 cm 0,2-0,6

cm

0,8-2,5 cm

0,2-0,5 cm

8. Dendrobium sp3 1,9-8 cm 0,4-1,5

cm

- -

9. Dendrobium sp4 2,6-7,3

cm

0,5-0,9 cm

- -

Ket:

PD :panjang daun LD :lebar daun

PP :panjang umbi semu LP :lebar umbi semu

Tabel 2. Kualitatif Anggrek Dendrobium

Karak ter Anggr

ek D.

concinnum Miq.

D.

crumenatu m Sw

D.

flexile Ridl D.

indivisum (Bl.) Miq

D.

leonis (Lindl.) J.J.Sm

D. sp1 D. sp2 D. sp3 D. sp4

TPB Mono podial

Simpo dial

Mono podi

Mono podial

Mono podial

Simpo dial

Mono podial

Mono podial

Simpodia l PMD Tidak

rangkap

Tipe simetri ditekan

Tidak rangkap

Tidak rangkap

Tidak rangkap

Tipe simetri ditekan

Tipe simetri ditekan

Tipe simetri ditekan

Tipe simetri ditekan BD Segitiga Berbentuk

lanset

Segitiga Segitiga Bulat telur

Lonjong Lurus Berbentu k jarum

Lurus BUD Berujung

runcing

Ujung membelah

Berujung runcing

Berujung runcing

Berujung runcing

Ujung mem belah

Beru jung runcing

Berujung runcing

Beru jung runcing BTD Meng

utuh

Meng utuh

Meng utuh

Meng utuh

Meng utuh

Mengu tuh

Meng utuh

Meng utuh

Meng utuh WD Hijau

muda

Hijau muda

Hijau muda

Hijau tua

Hijau tua

Hijau tua

Hijau muda

Hijau tua Hijau muda SSD Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap Rangkap

TPD Gundul Gundul Gundul Gundul Gundul Gundul Gundul Gundul Gundul

SD Simetri Tidak simetri

Simetri Simetri Simetri Simetri Simetri Simetri Simetri

BPBP - Lonjong - - - Mata

lembing Bujur telur

- -

BPMP - Jorong - - - Bujur

telur

- - -

Ket:

D :dendrobium

TPB :tipe pertumbuhan batang PMD :penampang melintang daun BD :bentuk daun

BUD :bentuk ujung daun BTD :bentuk tepi daun WD :warna daun

SSD :susunan daun

TPD :tekstur permukaan daun SD :simetri daun

BPBP :bentuk penampang bujur umbi semu

BPMP :bentuk penampang melintang umbi semu

(4)

Kunci determinasi species anggrek Dendrobium

1. a. Mempunyai umbi semu... 2 b. Tidak mempunyai umbi semu... 3 2. a. Lebar umbi semu 0,2-0,5 cm...Dendrobium sp2 b. Lebar umbi semu 0,8-1 cm...Dendrobium crumenatum 3. a. Daun memeluk batang... 4 b. Daun tidak memeluk batang... 6 4. a. Jarak antar daun 1,4-1,9 cm...Dendrobium indivisum

b. Jarak antar daun 0,3-0,5 cm...Dendrobium concinnum 5. a. Daun hijau muda... 7 b. Daun tidak hijau muda... 8 6. a. Daun tipis...Dendrobium sp4

b. Daun tidak tipis...Dendrobium flexile 7. a. Ujung daun membelah...Dendrobium sp1 b. Ujung daun tidak membelah...Dendrobium sp3 Deskripsi species anggrek

Dendrobium yang ditemukan:

1. Dendrobium concinnum (Lindl. Ex Rchb.f) Miq.

Gambar 1. Dendrobium concinnum Anggrek ini ditemukan dilokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet.

Dengan habitat epifit berukuran kecil, pertumbuhan batang monopodial.

Panjang batang lebih kurang 3-16 cm mengelompok rapat, membawa 3-9 lembaran daun yang tersusun kompak dan rapat. Umbi semu tidak ada. Daun pipih, memeluk batang, lunak dan berdaging, tersusun dua baris dan mempunyai pelepah, dengan panjang daun lebih kurang 1,1-4 cm, lebar lebih kurang 0,2-0,3 cm, bentuk daun segitiga, berujung runcing, permukaan gundul, bewarna hijau muda, pinggir daun mengutuh, penampang melintang daun

tidak rangkap, susuanan daun rangkap dan daun simetri. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

2. Dendrobium crumenatum Sw.

Gambar 2. Dendrobium crumenatum Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet.

Dengan habitat epifit berukuran kecil hingga sedang, tumbuhan dengan rumpun yang rapat. Batang bewarna kuning, bercabang, panjang batang lebih kurang 6-19 cm, tipe pertumbuhan batang simpodial, mempunyai umbi semu yang beruas-ruas dari pangkal batang, beralur, bercabang, bujur telur, permukaan luar licin, kaku dan keras, dengan panjang umbi semu lebih kurang 3,5-6,5 cm dan lebar lebih kurang 0,8-1 cm. Daun tebal seperti kulit, memeluk batang berselingan sejajar, berbentuk lanset, ujung daun membelah, pinggir mengutuh, permukaan gundul, bewarna hijau muda, penampang melintang daun tipe simetri ditekan, susunan daun

(5)

rangkap, daun tidak simetri, panjang daun lebih kurang 2,5-9 cm, lebar lebih kurang 0,8-1,8 cm. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

3. Dendrobium flexile Ridl.

Gambar 3. Dendrobium flexile

Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet.

Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang monopodial, batang pipih, tidak bercabang, panjang batang lebih kurang 9-24 cm. Umbi semu tidak ada. Daun memeluk batang, berselingan, dan mempunyai pelepah, dengan panjang daun lebih kurang 3-5 cm, lebar lebih kurang 0,2-0,3 cm, bentuk daun segitiga, berujung runcing, permukaan gundul, pinggir mengutuh, warna daun hijau muda, penampang melintang daun tidak rangkap, susunan daun rangkap, daun simetri. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

4. Dendrobium Indivisum (Bl.) Miq.

Gambar 4. Dendrobium Indivisum Anggrek ini ditemukan dilokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet.

Dengan habitat epifit, berukuran kecil

hingga sedang, pertumbuhan batang monopodial, batang melengkung, tidak bercabang, panjang batang lebih kurang 14-38 cm dan umbi semu tidak ada.

Daun memeluk batang berselingan sejajar, pipih, dengan panjang daun lebih kurang 2-3,3 cm, lebar lebih kurang 0,4- 1 cm, bentuk daun segitiga, berujung runcing, tepi daun mengutuh, permukaan gundul, warna daun hijau tua, penampang melintang daun tidak rangkap, susunan daun rangkap, daun simetri dan jarak antar daun 1,4-1,9 cm.

Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

5. Dendrobium leonis (Lindl.) J.J.

Sm.

Gambar 5. Dendrobium leonis

Anggrek ini ditemukan dilokasi Malabaet, Takkuman dan Bagan Lelet.

Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang monopodial. Panjang batang lebih kurang 16-16,5 cm. Umbi semu tidak ada. Daun memeluk batang, bersusun dua baris, panjang daun lebih kurang 0,9-1,8 cm, lebar lebih kurang 0,3-0,8 cm, mempunyai pelepah, bentuk daun bulat telur, ujung berujung runcing, pinggir mengutuh, permukaan gundul, warna daun hijau tua, penampang melintang daun tidak rangkap, susunan daun rangkap, daun simetri dan jarak antar daun 0,3-1 cm. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

(6)

6. Dendrobium sp1

Gambar 6. Dendrobium sp1

Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet. Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang simpodial. Tidak memiliki umbi semu. Panjang batang lebih kurang 4-4,5 cm. Daun berbentuk lonjong, permukaan daun gundul, pinggir mengutuh, warna daun hijau tua, mempunyai pelepah, ujung daun membelah, penampang melintang daun tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, simetri daun tidak simetri, panjang daun lebih kurang 4,2-10,5 cm dan lebar lebih kurang 0,7-1,8 cm. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

7. Dendrobium sp2

Gambar 7. Dendrobium sp2

Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet. Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang monopodial.

Memiliki umbi semu, panjang umbi semu lebih kurang 0,8-2,5 cm, lebar lebih kurang 0,2-0,5 cm, bentuk penampang bujur umbi semu mata lembing, penampang melintang berbentuk bujur telur. Panjang batang lebih kurang 7,6-10 cm. Daun berbentuk lurus, berujung runcing, pinggir mengutuh, permukaan gundul, warna daun hijau muda, penampang melintang daun tipe simetri ditekan, susunan daun

rangkap, daun simetri, panjang daun lebih kurang 5-9 cm dan lebar lebih kurang 0,2-0,6 cm. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

8. Dendrobium sp3

Gambar 8. Dendrobium sp3

Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet. Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang monopodial. Umbi semu tidak ada. Panjang batang lebih kurang 8,3-33 cm. Daun berbentuk jarum, pinggir daun mengutuh, permukaan daun gundul, warna daun hijau tua, berujung runcing, penampang melintang daun tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, daun simetri, panjang daun lebih kurang 1,9-8cm, lebar lebih kurang 0,4-1,5 cm dan daun tidak transparan saat diherbariumkan.

Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

9. Dendrobium sp4

Gambar 9. Dendrobium sp4

Anggrek ini ditemukan di lokasi Malabaet. Dengan habitat epifit, pertumbuhan batang simpodial. Umbi semu tidak ada. Panjang batang lebih kurang 16-18 cm. Daun berbentuk lurus, berujung runcing, pinggir daun mengutuh, permukaan daun gundul,

(7)

warna daun hijau muda, penampang melintang daun tipe simetri ditekan, susunan daun rangkap, daun simetri,daun transparan saat diherbariumkan yang telihat jelas urat- urat daun, panjang daun lebih kurang 2,6-7,3 cm, lebar lebih kurang 0,5-0,9 cm. Pada penelitian ini bunga tidak ditemukan.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan ditemukan variasi morfologi anggrek Dendrobium di Desa Sioban Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan jurnal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Des M, M.S., selaku Pembimbing I dan Bapak Rizki, S.Si., M.P., selaku Pembimbing II atas saran dan bimbingannya serta seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam penusunan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA

Comber, J. B. 2001. Orchids of Sumatera. The Royal Botanic Gardens Kew. England.

Junaedhie, K. 2014. Membuat Anggrek Pasti Berbunga. Jakarta:

AgroMedia Pustaka.

Latif, S. M. 1960. Bunga Anggrek.

Sumur Bandung, Bogor.

Nita, S. R. 2016. Kajian Sistem Perkawinan Anggrek Merpati (Dendrobium crumenatum Sw.) Di Limau Manis Padang.

Iswanto, H. 2002. Petunjuk Perawatan Anggrek. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Sudarnadi, H. 1996. Tumbuhan Monokotil. Jakarta:Penebar Swadaya.

Sulistiarini, D & Uway, W. M. 2003.

Jenis-jenis Anggrek T.N.B.N Wartone. Pusat Penelitian Biologi. Lipi Bogor.

Suryowinoto, M. 1988. Mengenal Anggrek Alam Indonesia.

Penebar Swadaya. Jakarata.

Syamsuardi, Mairawati, Rici, R., Nurainas, Nurbaiti & Eli, W.

Anggrek Species Sumatera Barat Volume I. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Dan

Hortikultura Provinsi Sumatera Barat. Padang.

Yunaidi dan Nurainas. 2004. Jenis-jenis Tumbuhan Anggrek Di Taman Nasional Siberut. Balai Taman Nasional Siberut. Siberut.

Zakiyah, U. Y, Rindita, Z & Dadi, M. H.

B. 2009. Ensiklopedia Flora.

Pusat Penelitian Biologi. Lipi Bogor.

(8)

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,