• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT NATUNA BAGIAN UTARA LAUT YURIDIKSI NASIONAL

N/A
N/A
Pega W128

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT NATUNA BAGIAN UTARA LAUT YURIDIKSI NASIONAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL MANEJEMEN EKSPLORASI

PENERAPAN METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK EKSPLORASI MINYAK DAN GAS BUMI DI LAUT NATUNA BAGIAN UTARA LAUT

YURIDIKSI NASIONAL

Disusun oleh:

Vega Setijawan (5017211061)

Dosen Pengampu:

Dr. Ayi Syaeful Bahri, S.Si., M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN, DAN KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA 2022

(2)

1 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

BAB I ... 2

1.1 Latar Belakang ... 2

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II ... 4

2.1 Metode Seismik ... 4

2.1.1 Seismograf ... 4

2.1.2 Gelombang Seismik ... 4

2.1.3 Hukum Dasar Penjalaran Gelombang Seismik ... 6

2.2 Metode Seismik Refraksi ... 7

2.3 Geografis Kepulauan Natuna dan Corak Sosial-Politik Daerah Perbatasan Pasca Otonomi Daerah ... 9

BAB III ... 12

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

3.2 Alat dan Bahan Dalam Penelitian... 12

3.2.1 Alat ... 12

3.2.2 Bahan... 12

BAB IV ... 13

4.1 Anggaran Biaya ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 15

(3)

2 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Sumber daya alam ini digunakan sebagai bahan bakar, bahan baku industri, dan pembangkit listrik. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya minyak dan gas bumi yang besar. Eksplorasi minyak dan gas bumi merupakan salah satu proses penting dalam menemukan dan mengembangkan sumber daya tersebut. Metode seismik merupakan salah satu metode eksplorasi yang paling banyak digunakan. Metode ini menggunakan gelombang seismik untuk mempelajari struktur bawah permukaan bumi. Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode seismik yang digunakan untuk menentukan kedalaman lapisan batuan bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang seismik yang dibiaskan oleh bidang batas antara dua lapisan batuan yang memiliki kecepatan gelombang seismik yang berbeda.

Peningkatan kebutuhan minyak bumi yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksinya menyebabkan Indonesia terancam krisis energi. Penurunan cadangan minyak disebabkan oleh dua faktor utama yaitu eksploitasi minyak selama bertahun-tahun dan minimnya eksplorasi atau survei geologi untuk menemukan cadangan minyak terbaru. Tanpa difokuskan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi terutama di wilayah Laut Natuna yang kaya minyak dan gas bumi, diperkirakan ±14 tahun lagi Indonesia menjadi negara total pengimpor minyak.

Untuk memperlambat Indonesia menjadi net oil importer country, perlu ditingkatkan jumlah cadangan minyak (oil reserve) yang tersimpan di cekungan minyak (oil basin) yang berada pada kedalaman beberapa ribu meter di bawah permukaan bumi (subsurface), peningkatan kegiatan hulu (upstream oil activity) yang terdiri dari penyelidikan umum, penelitian, pemetaan, eksplorasi dan eksploitasi, yang dilakukan baik pada kawasan daratan (onshore) atau lepas pantai (offshore), dan eksplorasi alternatif sumber energi lain sebagai cadangan habisnya minyak dan gas bumi

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

Berapakah kedalaman lapisan batuan dilaut Natuna bagian utara laut Yudiksi bagian utara berdasarkan hasil interpretasi data seismik refraksi?

Apakah terdapat struktur geologi yang dapat menjadi tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi d dilaut Natuna bagian utara laut Yudiksi bagian utara berdasarkan hasil interpretasi data seismik refraksi?

(4)

3

Berapa besar potensi sumber daya minyak dan gas bumi di dilaut Natuna bagian utara laut Yudiksi bagian utara berdasarkan hasil interpretasi data seismik refraksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Menentukan kedalaman lapisan batuan di Cekungan X dari hasil interpretasi data seismic refraksi

• Menganalisis struktur geologi yang akan menjadi tempat akumulasi minyak dan gas bumi di Cekungan X yang didasari dari hasil interpretasi data seismic refraksi

• Menentukan besar potensi sumber daya minyak dan gas bumi di Cekungan X berdasarkan hasil interpretasi data seismic refraksi

(5)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Seismik

Metode seismik adalah Gelombang yang bersumber dari gelombang elastik yang merambat pada waktu terjadi gempa bumi. Ketika gempa bumi terjadi, stasiun penerima akan merekam dan menghasilkan suatu bentuk gelombang yang menunjukkan fluktuasi amplitudonya. Dalam survei seismik, gelombang seismik diciptakan oleh sumber yang dikendalikan dan merambat melalui bawah permukaan. Beberapa gelombang akan kembali ke permukaan setelah pembiasan atau refleksi pada batas-batas geologis di dalam permukaan bawah permukaan (Kearey, 2002). Metode ini biasanya menggunakan sumber getaran buatan berupa ledakan dinamit, vibroseis, weightdrop, palu (sledgehammer) yang dihantamkan pada plat besi di atas permukaan tanah, atau benda-benda lain bermassa besar yang dijatuhkan. Metode ini digunakan untuk memperkirakan sifat-sifat batuan di bawah permukaan bumi, seperti kecepatan gelombang seismik, ketebalan lapisan batuan, dan kedalaman batuan.

2.1.1 Seismograf

Ilmu seismologi berawal dari penemuan seismograf oleh ilmuwan Inggris John Milne pada tahun 1892. Namanya berasal dari kemampuannya untuk mengubah getaran tanah yang tidak dirasakan menjadi rekaman yang terlihat.

Seismograf terdiri 14 dari penerima dan perekam. Getaran tanah dideteksi dan diperkuat oleh sensor, yang disebut seismometer atau dalam seismologi eksplorasi disebut geophone. Respon (getaran) yang merambat ditangkap atau direkam oleh receiver (sensor) yang disebut geophone (geofon) atau hydrophone (hidrofon) untuk mengukur waktu perambatannya.

Seismometer menggunakan prinsip inersia. Alat ini dirancang untuk bereaksi terhadap gerakan bumi dalam arah tertentu. Instrumen mekanik merekam getaran tanah yang diperkuat sedangkan instrumen elektro magnetik merespon kecepatan gerakan tanah. Tergantung pada desain, salah satu jenis seismometer dapat merespon gerakan vertikal atau horizontal. Dalam instrumen modern, getaran diperkuat dan disaring secara elektronik. Gerakan tanah yang diperkuat diubah menjadi rekaman yang terlihat yang disebut seismogram (Lowrie, 2007).

Berdasarkan data rekaman inilah dapat diperkirakan kedalaman dan bentuk lapisan/struktur bawah permukaan bumi.

2.1.2 Gelombang Seismik

Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui lapisan di bawah permukaan bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang badan yaitu gelombang seismik yang menjalar dalam media elastik dan arah perambatannya ke seluruh

(6)

5 bagian di dalam bumi (Telford, 1990). Gelombang badan dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Gelombang P (primer/longitudinal) merupakan gelombang badan yang arah gerak partikelnya sejajar dengan arah rambatan gelombang. Gelombang ini memiliki kecepatan rambat paling besar dibandingkan dengan gelombang seismik lainnya, dapat merambat melalui medium padat, cari, dan gas.

Gambar 2.1 Perambatan Gelombang P

2. Gelombang S (sekunder/transversal) yaitu gelombang badan yang arah gerak partikelnya sejajar dengan arah rambatan gelombang. Gelombang ini memiliki cepat rambat lebih lambat bila dibandingkan dengan gelombang P dan hanya dapat merambat pada medium yang padat saja. Gelombang S tegak lurus terhadap arah perambatannya.

Gambar 2.2 Perambatan Gelombang S

Berbeda dengan gelombang badan, gelombang permukaan merupakan gelombang seismik yang merambat di permukaan bumi. Gelombang permukaan juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

1. Gelombang Rayleigh merupakan gelombang permukaan yang orbit gerakannya elips tegak lurus dengan permukaan dan arah penjalarannya. Gelombang jenis ini adalah gelombang permukaan yang terjadi akibat adanya interferensi antara gelombang tekan dengan gelombang geser secara konstruktif.

(7)

6 Gambar 2.3 Perambatan Gelombang Rayleigh

2. Gelombang Love yaitu gelombang permukaan yang menjalar dalam bentuk gelombang transversal yaitu gelombang S horizontal yang penjalarannya paralel dengan permukaan.

Gambar 2.4 Perambatan Gelombang Love 2.1.3 Hukum Dasar Penjalaran Gelombang Seismik

Metode seismik refraksi didasari oleh Prinsip Huygens, Azas Fermat, dan Hukum Snellius. Hukum-hukum ini mendasari penjabaran gerak perambatan gelombang seismik di dalam medium, terutama yang ditinjau dari geometri perambatan gelombang.

1. Prinsip Huygens Prinsip Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang akan menjadi sumber gelombang baru. Sehingga prinsip Huygens dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena gelombang seismik yang makin melemah seiring dengan bertambahnya kedalaman.

2. Hukum Snell • Gelombang datang, gelombang pantul dan gelombang bias terletak pada satu bidang. • Sudut pantul sama dengan sudut datang. • Sinus sudut bias sama dengan sinus sudut datang kali perbandingan kecepatan medium pembias terhadap kecepatan medium yang dilalui gelombang datang. • Pada sudut kritis sinus sudut datang sama dengan perbandingan kecepatan medium yang dilalui gelombang datang terhadap kecepatan medium pembias.

3. Azas Fermat Azas Fermat menyatakan bahwa sinar gelombang selalu melintas pada lintasan optik yang terpendek (garis lurus). Lintasan optik terpendek yang dimaksud disini adalah terpendek secara waktu (tercepat), bukan terpendek secara jarak.

(8)

7 2.2 Metode Seismik Refraksi

Menurut Santoso (2002), metode seismik refraksi menggunakan energi seismik yang direfraksikan mengikuti lapisan-lapisan bumi di bawah permukaan.

Metode ini biasanya digunakan untuk menemukan bidang batas pembiasan (refractors) yang memisahkan lapisan kecepatan seismik yang berbeda. Gambaran tentang kecepatan dan kedalaman lapisan diperoleh melalui waktu tempuh gelombang antara sumber getar dan penerima. Namun, Kearey (2002) menyatakan bahwa hal ini tidak selalu menghasilkan gambaran bawah permukaan yang lengkap atau akurat. Dalam keadaan tertentu, interpretasi yang lebih kompleks dapat diterapkan.

Sebagian besar survei refraksi dilakukan di sepanjang garis profil yang disusun cukup panjang. Konsekuensinya, diperlukan pula sumber seismik yang besar untuk mendeteksi refraktor. Panjang profil yang diperlukan dalam kondisi tertentu tergantung pada distribusi kecepatan terhadap kedalaman di lokasi tersebut.

Adapun peralatan yang digunakan di dalam survey seismik refraksi, biasanya terdiri dari 12 sampai 24 channel geophone dengan interval 2-5 meter dan frekuensi 8-14 Hz, dengan sumber gelombang berupa palu ataupun dinamit serta perekam yang biasanya jauh lebih portable daripada peralatan seismik refleksi. Akan tetapi pada sebuah survey seismik refleksi, rekaman refraksi bisa diperoleh seiring dengan perekaman gelombang refleksi sendiri (Abdullah, 2020). Pada rekaman seismik (shot gathers), first break merupakan sinyal yang pertama kali terekam oleh penerima. Sinyal tersebut berasal dari direct wave dan head wave. Direct wave adalah gelombang yang merambat dari sumber langsung ke penerima melewati lapisan pertama, Sedangkan head wave adalah gelombang yang melewati lapisan pertama lalu merambat disepanjang lapisan kedua. Syarat terjadinya head wave adalah sudut tembak gelombang harus melewati sudut kritis dan lapisan kecepatan lapisan tersebut harus lebih cepat dari lapisan sebelumnya.

Pada Gambar 3.5 ditunjukkan rekaman (shot gather) serta interpretasi first break untuk direct wave (merah), head wave yang merambat melewati lapisan pertama 21 dan di sepanjang lapisan kedua (biru), serta head wave yang melewati lapisan pertama, kedua dan di sepanjang lapisan ketiga (hijau). Kedalaman dan kecepatan lapisan pertama dapat dianalisis dari kurva warna merah, lapisan kedua dari kurva warna biru dan lapisan ketiga dari kurva warna hijau. Perhatikan, banyaknya perlapisan ditunjukkan dengan berapa banyak kurva tersebut saling memotong (crossover).

(9)

8 Gambar 2.5 Rekaman Shot Gather

Berdasarkan hukum snellius yang diilustrasikan pada Gambar 3.6, jika gelombang terkena bidang antarlapisan maka sudut datang akan menentukan apakah dibiaskan atau dipantulkan.

Sudut datang dimana gelombang merambat sejajar dengan lapisan disebut sudut kritis (𝜃𝑐 ). Sehingga dapat dinyatakan sebagai berikut:

Gambar 2.6 Hukum Snellius

Kearey (2002) menyatakan bahwa nilai parameter model berlapis bidang yang paling pas, 𝑉1, 𝑉2 dan Z, dapat ditentukan dengan analisis kurva waktu tempuh (travel time) pada gelombang langsung gelombang refraksi. Kecepatan 𝑉1 dan 𝑉2 dapat diturunkan dari kebalikan dari gradien segmen waktu tempuh yang relevan. Secara sederhana kurva waktu tempuh dan perhitungan ketebalan lapisan dapat dilihat pada Gambar 3.7.

(3.1)

(3.2)

(10)

9 Gambar 2.7 Kurva Travel Time Untuk Gelombang Langsung

Menurut Santoso (2002), untuk menghitung ketebalan lapisan Z, waktu intercept (𝑡𝑖) yang merupakan waktu yang diperlukan gelombang lapisan dari sumber ke penerima secara tegak dituliskan sebagai berikut:

Adapun untuk ketebalan lapisan Z, dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Seismik refraksi ini dapat diterapkan pada berbagai masalah ilmiah dan teknis yang sangat luas, mulai dari survei investigasi geoteknik hingga eksperimen skala besar yang dirancang untuk mempelajari struktur kerak atau litosfer.

Pengukuran seismik refraksi juga dapat memberikan informasi kecepatan yang dapat digunakan dalam interpretasi survei refleksi untuk memetakan lapisan lapuk (Kearey, 2002).

2.3 Geografis Kepulauan Natuna dan Corak Sosial-Politik Daerah Perbatasan Pasca Otonomi Daerah

Kepulauan Natuna merupakan daerah perbatasan, secara geografis yaitu letaknya yang berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga. Kepulauan Natuna, adalah salah satu pulau di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia. Di sebelah utara, Natuna berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja, di selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan Jambi, di bagian barat dengan Singapura, Malaysia, Riau dan di bagian timur dengan Malaysia Timur dan Kalimantan Barat. Natuna berada pada jalur pelayaran internasional Hongkong, Jepang, Korea dan Taiwan.

Secara hirarkhis pemerintahan merupakan “kesatuan masyarakat hukum” (pasal 1 (3.3)

(3.4)

(3.5)

(11)

10 huruf e UU No. 5 Tahun 1974). Kepulauan Natuna yang berstatus daerah perbatasan yang kaya dengan sumber minyak dan gas ini mengandung makna geopolitis, ekonomis, pertahanan keamanan dan sosial-budaya. Implikasinya bagi pemerintah yang berada di daerah perbatasan tersebut memiliki tanggung jawab besar dibandingkan daerah-daerah lainnya.

Sejarah Kabupaten Natuna tidak dapat dipisahkan dari sejarah Kabupaten Kepulauan Riau, karena sebelum berdiri sendiri sebagai daerah otonomi, Kabupaten Natuna merupakan bagian dari Wilayah Kepulauan Riau. Kabupaten Natuna dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau yang terdiri dari 6 Kecamatan yaitu Kecamatan Bunguran Timur, Bunguran Barat, Jemaja, Siantan, Midai dan Serasan dan satu Kecamatan Pembantu Tebang Ladan. Seiring dengan kewenangan otonomi daerah, Kabupaten Natuna kemudian melakukan pemekaran daerah kecamatan yang hingga tahun 2004 menjadi 10 kecamatan dengan penambahan, Kecamatan Pal Matak, Subi, Bunguran Utara dan Pulau Laut dengan jumlah kelurahan/desa sebanyak 53. Hingga tahun 2007 Kabupaten Natuna telah memiliki 16 Kecamatan. 6 Kecamatan pemekaran baru itu diantaranya adalah Kecamatan Pulau Tiga, Bunguran Timur Laut, Bunguran Tengah, Siantan Selatan, Siantan Timur dan Jemaja Timur dengan total jumlah kelurahan/desa sebanyak 75.

Corak sosial ekonomi politik yang menjadi konsekuensi dari statusnya sebagai daerah perbatasan yang kaya dengan sumber minyak dan gas pasca otonomi daerah. Pertama, kepentingan politik pemerintah pusat masih sangat besar di daerah ini. Hal ini menjadikan masih tertanamnya penetrasi negara. Letaknya yang berbatasan dengan negara-negara tetangga membuat Kepulauan Natuna secara strategis berada dalam jalur pertahanan keamanan RI. Kedua, Kepentingan ekonomi pusat yang masih besar meski otonomi daerah sudah diiimplementasikan.

Perekonomian Kepulauan Natuna menjadi aset untuk memicu pertumbuhan perekonomian nasional. Terutama untuk kebutuhan modal dan devisa asing.

Dipandang dari perspektif ekonomi regional, perekonomiannya telah terintegrasi ke dalam perekonomian Singapura. Hubungan perdagangan dan lalu lintas ekonomi yang berjalan setiap hari masih mencerminkan ketergantungannya dengan Singapura. Misalnya dalam hal eksport-import dan keikutsertaan modal-modal pengusaha Singapura secara tidak resmi mengelola bidang-bidang usaha yang dikerjakan masyarakat Kepulauan Natuna. Integrasi ekonomi tersebut menjadikan dominannya ekonomi dan perdagangan pada etnis Cina. Kepentingan ekonomi pemerintah pusat mengikat daerah dan pengaruh negara tetangga menjadi kekuatan sentrapetal (mengarah keluar) bagi sebagian masyarakat yang masih tergantung kepada Singapura yang mayoritas negaranya ber-etnik Cina. Ketiga, globalisasi, komersialisasi, liberalisasi berimplikasi bagi ketahanan sosial budaya masyarakat.

Masuknya nilai-nilai asing membuat sendi-sendi nilai-nilai adat istiadat setempat bergeser. Dalam pembauran seringkali terjadi differensiasi sosial yang dilegitimed.

Keempat, eksploitasi sumber daya alam dan industrialisasi di Kepulauan Natuna

(12)

11 yang dipertanyakan implikasinya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Keterlimpahan sumber daya alam tidak dengan sendirinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Faktor-faktor produksi belum maksimal dimiliki Kepulauan Natuna. Peluang kebutuhan tenaga kerja yang seharusnya dipasok oleh masyarakat lokal lebih banyak memanfaatkan orang luar. Masuknya penanam modal membuat ketidakberdayanya masyarakat di tanah kelahirannya sendiri.

(13)

12 BAB III

METODE RISET 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laut Natuna bagian utara laut yuridiksi nasional, tepatnya di perairan Selat Karimata dan Teluk Semangka, dengan luas area penelitian sekitar 5.000 km2. Penelitian akan dilakukan pada tahun 2023 dan 2024, dengan izin penelitian yang telah diperoleh dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

3.2 Alat dan Bahan Dalam Penelitian

Pada penelitian ini terdapat alat dan bahan yang akan digunakan. Berikut merupakan alat dan bahan yang akan digunakan:

3.2.1 Alat

Berikut merupakan alat yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Seismograf: Seismograf seismik lapangan yang dapat menghasilkan gelombang seismik dengan frekuensi 20-50 Hz yang berfungsi untuk menghasilkan gelombang seismik.

2. Hidrofon: Hidrofon yang akan digunakan dalam penelitian ini dibutuhkan Hidrofon dengan Frekuensi Tinggi yang dapat menjangkau perairan dangkal atau eksplorasi bawah laut untuk mendeteksi detail yang lebih halus dalam struktur bawah laut.

3. Kabel Hidrofon : Dibutuhkan kabel hidrofon yang memiliki Panjang hingga 5000m yang digunakan untuk menghubungkan hidrofon dengan seismograf.

4. Data Logger: Data logger digital dengan kapasitas penyimpanan 1TB yang berfungsi untuk merekam data seismik.

5. Komputer: Komputer dengan spesifikasi minimal prosesor Intel Core i9, RAM 36 GB, dan hard disk 2TB yang berguna untuk memproses data seismik.

6. Perangkat lunak pemrosesan data seismik: Perangkat lunak pemrosesan data seismik dengan kemampuan pemrosesan data seismik refraksi yang berguna untuk memproses data seismik.

7. Survey Ship: Fungsi survey ship dalam penelitian eksplorasi minyak dan gas bumi di laut menggunakan metode seismik refraksi adalah membawa dan menurunkan peralatan seismik, seperti seismograf, hidrofon, dan kabel hidrofon, menjalankan operasi seismik, seperti penembakan gelombang seismik dan pencatatan data seismik, alat transportasi.

3.2.2 Bahan

Berikut merupakan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Peralatan keselamatan kerja: Helm, kacamata keselamatan, sarung tangan, dan sepatu safety

(14)

13 BAB IV

BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 Anggaran Biaya

Berikut adalah perkiraan anggaran biaya yang diperlukan untuk penelitian ini:

Tabel 4.1 Anggatan Biaya RAB Konsumsi

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan 1 Makanan Berat 50 13 Kotak Rp 40,000.00 Rp 26,000,000.00 Beli

2 Air Mineral 50 20 Galon Rp 25,000.00 Rp 25,000,000.00 Beli

Total Rp 51,000,000.00

RAB Logistik

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 Seismograf 35 1 Set Rp 75,000,000.00 Sewa

2 Hidrofon 35 1 Set Rp 25,000,000.00 Sewa

3 Kabel Hidrofon 35 5000 Meter Rp 10,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Sewa

Total Rp 150,000,000.00

RAB Gaji Harian

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 Ketua Proyek 50 1 - Rp 1,000,000.00 Rp 50,000,000.00 -

2 Supervisor Lapangan 50 2 - Rp 750,000.00 Rp 75,000,000.00 -

3 Geophysicist 35 3 - Rp 700,000.00 Rp 73,500,000.00 -

4 Helper 35 6 - Rp 200,000.00 Rp 42,000,000.00 -

Total Rp 240,500,000.00

RAB Transportasi

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 Mobil 6 2 - Rp 650,000.00 Rp 7,800,000.00 -

2 Survey Ship 35 1 - Rp 50,000.00 Rp 1,750,000.00 -

3 Tiket Pesawat 2 2 - Rp 2,000,000.00 Rp 4,000,000.00

4 Mobilisasi dan Demobilisasi 2 1 - Rp 1,500,000.00 Rp 3,000,000.00 -

Total Rp 16,550,000.00

RAB Akomodasi

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 Rumah Warga 15 1 - Rp 2,750,000.00 Rp 2,750,000.00 Sewa

Total Rp 2,750,000.00

RAB K3

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 Jas Hujan 5 - Rp 100,000.00 Rp 500,000.00 Beli

2 Helm 5 - Rp 100,000.00 Rp 500,000.00 Beli

(15)

14

3 Rompi 5 - Rp 75,000.00 Rp 375,000.00 Beli

4 Obat-Obatan 1 - Rp 200,000.00 Rp 200,000.00 Beli

5 Prokes 5 - Rp 50,000.00 Rp 250,000.00 Beli

6 Boots 5 - Rp 100,000.00 Rp 500,000.00 Beli

Total Rp 2,325,000.00

RAB Overhead Coast

No Keperluan Total

Hari Jumlah Satuan Harga Satuan Harga Total Keterangan

1 ATK - 1 Set Rp 200,000.00 Rp 200,000.00 -

2 Tinta Printing - 1 Buah Rp 150,000.00 Rp 150,000.00 -

3 Cetak Laporan Awal - 1 Bundel Rp 30,000.00 Rp 30,000.00 - 4 Cetak Laporan Tengah - 1 Bundel Rp 30,000.00 Rp 30,000.00 - 5 Cetak Laporan Akhir - 1 Bundel Rp 30,000.00 Rp 30,000.00 - 6

Presentasi ( Laporan Awal, Laporan Tengah &Laporan

Akhir)

15 15 - Rp 250,000.00 Rp 3,750,000.00 -

Total Rp 4,190,000.00

Biaya Tidak Terduga Rp 20,000,000.00 Pajak Alat Rp 2,000,000.00 Asuransi Pekerja (@13 pekerja) Rp 13,000,000.00 Pajak Gaji Pekerja Rp 3,967,500.00 Total Biaya Proyek Rp 467,315,000.00

PPN Proyek Rp 25,967,500.00

RAB KESELURUHAN

TOTAL Rp 493,282,500.00

4.2 Format Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2 Format Jadwal Kegiatan

No Jenis Kegiatan Minggu Penanggung

Jawab

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Survei Area Ketua Pelaksana

2 Penentuan Lokasi Area Geophysicist

3 Pengambilan Data Ketua Pelaksana

4 Akuisisi Data Ketua Pelaksana

5 Pemrosesan Data Ketua Pelaksana

6 Penyusunan Laporan Ketua Pelaksana

7 Publikasi Hasil Ketua Pelaksana

(16)

15 DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Agus., 2020. Ensiklopedi Seismik Online.

http://ensiklopediseismik.blogspot.com/

Kearey, P., Brooks, M., Hill, I., 2002. An Intoduction to Geophysical Exploation.

Third Edition. USA : Blackwell Science Ltd.

Lowrie, William, 2000. Fundamental Of Geophysics. New York: Cambridge University Press.

Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Bandung : Penerbit ITB.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang ada, dapat dibuat proyeksi jumlah ekspor minyak kayu manis (Cinnamon Oil) dari Indonesia dengan menggunakan metode rata-rata pertumbuhan,

Hasil yang di produksi dari pengolahan pabrik kelapa sawit adalah berupa CPO Crude Palm Oil merupakan minyak mentah yang masih perlu diolah agar memperoleh minyak yang terbaik maka