• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH SPIN-OFF (METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR))

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH SPIN-OFF (METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR))"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 14 No 1, Juni (2023)

P-ISSN: 2086-5678, e-ISSN: 2807-8403.

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH SEBELUM DAN SESUDAH SPIN-OFF (METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR))

Sonia Putri Govina1, Rafika Rahmawati2, Rizal Pahlevi3

1 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: [email protected]

2 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: [email protected]

3 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: [email protected]

Artikel Abstract

Keywords: Spin-Off, RBBR, Health Level, Wilcoxon Signed Rank Test, Islamic Commercial Banks

Article History Received: Jan 3, 2023;

Reviewed: Feb 26, 2023;

Accepted: Marc 1, 2023

DOI:

10.xxxxx/maslahah.v12i2

The spin-off is carried out to gain a large influence in improving the company's condition and improving financial health. With the change in the Sharia Business Unit that carries out a spin-off, the soundness of the Sharia Business Unit will increase and encourage other Sharia business units to do a spin-off. This study aims to compare the financial health level of Islamic Commercial Banks before and after the Spin-Off using the RBBR method at PT. BTPN Syariah. The method used in this research is the comparison method of non-parametric statistical tests of two related samples, namely using the Wilcoxon Signed Ranks Test Differential Test.

The research data used are financial reports from the fourth quarter of 2008 - the third quarter of 2021. The results of this study on the Wilcoxon Signed Ranks Test showed a significant difference in the health level of PT. BTPN Syariah before and after Spin-Off on FDR, ROA, NIM/NOM, and CAR indicators. While the indicators for NPF, BOPO, and GCG, there are no significant differences before and after the Spin-Off. Differences in FDR, ROA, NIM/NOM, and CAR indicators can incentivize other Sharia Business Units to carry out Spin-Offs.

1. PENDAHULUAN

Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang berperan penting dalam menjalankan sebuah kegiatan perekonomian suatu negara yang perkembangannya saat ini semakin maju. Secara umum, bank yang ada di Indonesia terdiri dari bank konvesional dan bank syariah. Bank Syariah melakukan kegiatan operasionalnya berupa himpun dana (funding) dan alokasi dana (lending) serta memberikan jasa (service) pada masyarakat. Wangsawidjaja (2012:16). Perkembangan bank syariah terbilang sangat pesat saat adanya peraturan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Adapun perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan

(2)

menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 dan Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang menjadi dasar hukum penerapan dual banking system di Indonesia, yaitu memperbolehkan Bank Umum Konvensional memberikan pelayanan syariah dengan membentuk Unit Usaha Syariah (UUS) di kantor pusat bank tersebut.

Dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, terdapat peraturan bahwa Unit Usaha Syariah yang dimiliki Bank Umum Konvensional wajib memisahkan diri dari bank induknya apabila nilai aset dari unit tersebut sudah mencapai 50% dari total aset bank induknya atau 15 tahun sejak berlakunya Undang-Undang tersebut dibentuk. Dalam jangka waktu 13 tahun atau sejak berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, tercatat di tahun 2021 ini sudah ada sekian UUS yang melakukan spin-off.

Tabel 1 Daftar Unit Usaha Syariah dan Proses Spin-off

NO. BANK UMUM

SYARIAH

PROSES

SPIN-OFF ASAL BANK

1. Bank Panin Dubai Syariah Akusisi Bank Harfa 2. Bank Syariah Mandiri Akusisi Bank Susila Bakti 3. Bank BNI Syariah Spin-off Unit Usaha Syariah BNI

4. Bank BRI Syariah Akusisi Bank Jasa Artha

5. Bank BCA Syariah Akusisi dan Konversi

Bank UIB (Utama International Bank) 6. Bank Bukopin Syariah Akusisi Bank Persyarikatan

Indonesia

7. Bank Mega Syariah Akusisi Bank Umum Tugu

8. Bank BJB Syariah Konversi BPD Jabar dan Banten

9. Bank Aladin

Akusisi

NTI Global Indonesia dan Berkah Anugerah Abadi 10. Bank Victoria Syariah Akusisi, Konversi Bank Swaguna

11. Bank BTPN Syariah Akusisi, Konversi, dan Spin-off

Bank Sahabat Purba

12. Bank NTB Syariah Konversi BPD Nusa Tenggara Barat

13. Bank Aceh Syariah Konversi BPD Aceh

Spin-off merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Kebijakan spin-off ini membuat adanya peraturan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kesehatan bank hasil dari spin-off tersebut. Bank Tabungan Pensiunan Negara Syariah (BTPN Syariah) merupakan salah satu Bank Umum Syariah yang dibentuk dari proses akusisi, konversi, sekaligus spin- off dan pada tahun 2021 ini termasuk dalam kategori KBMI II. Perkembangan BTPN Syariah juga terbilang cukup pesat, terbukti BTPN Syariah memberanikan sesuatu hal

(3)

yang lebih maju lagi dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) atau yang biasa disebut Go Public pada tahun 2018.

Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 mengenai tingkat kesehatan bank yang diukur dengan menggunakan metode Risk Based Bank Rating (RBBR) dan Otoritas Jasa Keuangan yang membuat peraturan POJK No.

8/POJK.03/2014 tentang penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dilihat dari uraian diatas, maka dalam penelitian ini mengambil studi pada BTPN Syariah, sebagai salah satu lembaga keuangan syariah yang ada di Indonesia dan masuk dalam daftar Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan menganalisis rasio-rasio keuangan yang terdapat di BTPN Syariah untuk mengetahui bagaimana kondisi tingkat kesehatan BTPN Syariah sesudah melakukan spin-off yang nantinya dapat dijadikan sebagai indikator Unit Usaha Syariah yang lain untuk melakukan spin- off. Data yang digunakan adalah laporan keuangan triwulan sebelum spin-off (Tahun 2008-2014) dan sesudah spin-off (Tahun 2015-2021).

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk menganalisis rasio-rasio yang diukur. Data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, dimana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data tersebut berupa data yang telah diolah dan data yang disajikan oleh pihak lain yang meliputi laporan keuangan. Sumber dalam penelitian yaitu laporan keuangan Bank BTPN Syariah periode (Desember 2008 – Juni 2014) sebelum spin-off dan periode (Maret 2015 - Desember 2021) sesudah spin-off.

Metode analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode analisis komparatif (perbandingan) dengan menggunakan data variabel dependen (sampel berpasangan) berupa rasio yang didapat dari rasio laporan keuangan sebelum (spin-off) dan sesudah (spin-off) berdasarkan metode pendekatan Risk Based Bank Rating (RBBR). Data yang diperoleh akan dilakukan uji normalias menggunakan uji shapiro-wilk. Pada uji perbandingan akan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis kompratif dua sampel berpasangan.

Jika t-hitung sig > 0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Sebaliknya jika t-hitung sig < 0,05 maka dinyatakan terdapat perbedaan yang signifikan.

3. KAJIAN TEORI 3.1

Bank Syariah

Dalam Undang-Undang Repubik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1 berisi tentang Pebankan Syariah, yaitu segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank Umum Syariah pada umumnya melakukan kegiatan transaksinya menggunakan prinsip syariah Islam sesuai dengan Al- Qur’an dan sunnah Rasul SAW. Adapun peraturan tentang perbankan syariah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang hadirnya bank syariah

(4)

dengan prinsip keislaman yang tidak adanya riba disambut baik dalam perekonomian di Indonesia. Kegiatan transaksi dalam bank syariah disebutkan dalam Pasal 1 ayat 13 UU No. 21 Tahun 2008 bahwa akad adalah kesepakatan tertulis antara bank syariah atau UUS dan pihak lainnya yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak sesuai dengan prinsip syariah.

3.2 Spin-Off

Spin-off merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja perusahaan. Dalam perbankan syariah diterapkan pula peraturan spin-off pada Unit Usaha Syariah yang sudah memenuhi syarat untuk dijadikan Bank Umum Syariah. Kebijakan spin-off tertuang dalam Undang - Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan dikuatkan dengan adanya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha Syariah (UUS).

UUS wajib melakukan spin-off dari BUK apabila nilai aset UUS telah mencapai 50 persen dari total nilai aset Bank Umum Konvensional (BUK) induknya, atau paling lambat 15 tahun sejak berlakunya Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008.

3.3 Laporan Keuangan Bank Syariah

Laporan keuangan adalah ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan, yang dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan hanya untuk para pemilik.

(Baridwan, (2004)). Karakteristik kualitas merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Adapun komponen laporan keuangan entitas syariah antara lain

1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial. Komponen laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas.

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial. Komponen ini meliputi laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan.

3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

3.4 Metode Risk Based Bank Rating (RBBR)

Pada Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan Bank Umum disebutkan dalam Pasal 2 Ayat (3), bahwa “Bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating) baik secara individual maupun secara konsolidasi.” Mekanisme penilaian tingkat kesehatan bank secara individual maupun secara konsolidasi disebutkan dalam PBI No.13/1/PBI/2011 Pasal 6 dan Pasal 11 serta POJK No. 8

(5)

/POJK.03/2014 Pasal 6 Ayat (1) bahwa “Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating) dengan cakupan penilaian terhadap faktor-faktor yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital (RGEC).

3.5 Tingkat Kesehatan Bank

Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang penilaian tingkat kesehatan bank dalam Pasal 9 ayat (1) disebutkan “Peringkat Komposit Tingkat Kesahatan Bank ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor.

Pada PBI No.13/1/PBI/2011 Pasal 9 dijelaskan pula karakteristik kondisi bank sesuai dengan peringkat kompositnya sebagai berikut :

1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

5. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

4. HASIL TEMUAN

A. Hasil Analisis Data

1. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Sebelum Spin-Off Tabel 2 Hasil Rata-Rata Nilai Rasio RGEC Sebelum Spin-off

Rasio Nilai Bobot Predikat

NPF 2,71% 2 Sehat

FDR 94% 3 Cukup Sehat

Self Assesment 1,57 2 Sehat

ROA 7,04% 1 Sangat Sehat

NIM/NOM 28% 1 Sangat Sehat

BOPO 76% 1 Sangat Sehat

(6)

CAR 17% 1 Sangat Sehat Sumber : Laporan Keuangan PT BTPN (2008 – 2014)

Dalam tabel data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2008-2014 faktor Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital BTPN Syariah mendapatkan rata-rata nilai yang positif.

Gambar 1 Peringkat Komposit BTPN Syariah Sebelum Spin-off

Sumber : Laporan Keuangan PT BTPN (2008 – 2014)

Hasil dari penghitungan nilai rasio BTPN Syariah pada tahun 2008-2014 dihasilkan peringkat komposit sebesar 89%. Nilai tersebut termasuk dalam kategori PK- 1 yang artinya memiliki predikat SANGAT SEHAT. Pada peringkat komposit 1 tersebut BTPN Syariah dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya yang terlihat dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital yang secara umum bernilai positif.

2. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Sesudah Spin-Off

Tabel 3 Hasil Rata-Rata Nilai Rasio RGEC Sesudah Spin-off Rasio Nilai Bobot Predikat

NPF 1,60% 1 Sangat Sehat

FDR 95,03% 3 Cukup Sehat

Self Assesment 2 2 Sehat

ROA 9,61% 1 Sangat Sehat

(7)

NIM/NOM 11,51% 1 Sangat Sehat BOPO 69,88% 1 Sangat Sehat

CAR 34,59% 1 Sangat Sehat

Sumber : Laporan Keuangan PT BTPN Syariah (2015 – 2021)

Dalam tabel data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2015-2021 faktor Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital BTPN Syariah mendapatkan rata-rata nilai yang positif.

Gambar 2 Peringkat Komposit BTPN Syariah Sesudah Spin-off

Sumber : Laporan Keuangan PT BTPN Syariah (2015 – 2021)

Hasil dari penghitungan nilai rasio BTPN Syariah pada tahun 2008-2014 dihasilkan peringkat komposit sebesar 91% dan terjadi peningkatan sebesar 3%. Nilai tersebut termasuk dalam kategori PK-1 yang artinya memiliki predikat SANGAT SEHAT. Pada peringkat komposit 1 tersebut BTPN Syariah dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya yang terlihat dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital yang secara umum bernilai positif.

3. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk

Rasio Statistic Df Sig

NPF Sebelum 0,715 23 DFFF0,000

Sesudah 0,914 27 0,028

FDR Sebelum 0,757 23 0,000

(8)

Sesudah 0,971 27 0,618

ROA Sebelum 0,929 23 0,103

Sesudah 0,912 27 0,025

NIM/NOM Sebelum 0,914 23 0,049

Sesudah 0,811 27 0,000

BOPO

Sebelum 0,858 23 0,004

Sesudah 0,933 27 0,083

CAR Sebelum 0,648 23 0,000

Sesudah 0,916 27 0,032

Hasil dari tabel diatas menunjukkan uji normalitas Shapiro Wilk pada rasio NPF, FDR, ROA, NIM/NOM, BOPO, dan CAR sebelum dan sesudah spin-off rata-rata berdistribusi tidak normal karena signifikansinya rata-rata bernilai lebih kecil dari 0,05.

Dengan hasil uji normalitas pada tabel diatas, maka uji hipotesis yang akan digunakan adalah Uji Non Parametrik Wilcoxon Signed Rank Test karena data yang berdistribusi tidak normal.

4. Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Hasil Uji Rasio NPF

Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Rasio NPF

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas nilai Positive Ranks rasio NPF lebih besar dari nilai Negative Ranks rasio NPF, dengan peningkatan sebanyak 16 data dan rata-rata rangking peningkatan sebesar 8,50 dari jumlah ranking 136.

Tabel 6 Hasil Test Statistics Rasio NPF

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

(9)

Dari tabel diatas Test Statistics pada uji Wilcoxon Signed Rank Test pada rasio NPF memiliki signifikansi sebesar 0,951. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi menjadi 2, maka nilai pada rasio NPF sebesar . Hasil 0,475 tersebut bernilai lebih besar dari 0,05, artinya H1 ditolak. Artinya tidak adanya perbedaan pada tingkat kesehatan antara rasio NPF BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

Hasil Uji Rasio FDR

Tabel 7 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Rasio FDR

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas nilai Positive Ranks rasio FDR lebih besar dari nilai Negative Ranks rasio FDR, dengan peningkatan sebanyak 15 data dan rata-rata rangking peningkatan sebesar 13,00 dari jumlah ranking 195.

Tabel 8 Hasil Test Statistics Rasio FDR

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas Test Statistics pada uji Wilcoxon Signed Rank Test pada rasio FDR memiliki signifikansi sebesar 0,083. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi menjadi 2, maka nilai pada rasio FDR sebesar . Hasil 0,0415 tersebut bernilai lebih kecil dari 0,05, artinya H1 diterima. Artinya adanya perbedaan pada tingkat kesehatan antara rasio FDR BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

(10)

Hasil Uji Rasio ROA

Tabel 9 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Rasio ROA

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas nilai Positive Ranks rasio ROA lebih besar dari nilai Negative Ranks rasio ROA, dengan peningkatan sebanyak 19 data dan rata-rata rangking peningkatan sebesar 12,68 dari jumlah ranking 241.

Tabel 10 Hasil Test Statistics Rasio ROA

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas Test Statistics pada uji Wilcoxon Signed Rank Test pada rasio ROA memiliki signifikansi sebesar 0,002. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi menjadi 2, maka nilai pada rasio ROA sebesar . Hasil 0,001 tersebut bernilai lebih kecil dari 0,05, artinya H1 diterima. Artinya adanya perbedaan pada tingkat kesehatan antara rasio ROA BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

Hasil Uji Rasio NIM/NOM

Tabel 11 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Rasio NIM/NOM

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

(11)

Dari tabel diatas nilai Negative Ranks rasio NIM/NOM lebih besar dari nilai Positive Ranks rasio NIM/NOM, dengan penurunan sebanyak 21 data dan rata-rata rangking penurunan sebesar 12,90 dari jumlah ranking 271.

Hasil Uji Rasio CAR

Tabel 15 Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Rasio CAR

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas nilai Positive Ranks rasio CAR lebih besar dari nilai Negative Ranks rasio CAR, dengan peningkatan sebanyak 23 data dan rata-rata rangking peningkatan sebesar 12,00 dari jumlah ranking 276.

Tabel 16 Hasil Test Statistics Rasio CAR

Sumber : Data Sekunder yang sudah diolah (Output SPSS)

Dari tabel diatas Test Statistics pada uji Wilcoxon Signed Rank Test pada rasio CAR memiliki signifikansi sebesar 0,000. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi menjadi 2, maka nilai pada rasio CAR sebesar . Hasil 0 tersebut bernilai lebih kecil dari 0,05, artinya H1 diterima. Artinya adanya perbedaan pada tingkat kesehatan antara rasio CAR BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

5. Pembahasan

1. Risk Profile BTPN Syariah Sebelum dan Sesudah Spin-off

Pada rata-rata nilai keseluruhan rasio NPF dari 2,71% (sebelum spin-off) menjadi 1,60% (sesudah spin-off) dengan perbedaan sebesar 1,11%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio NPF memiliki signifikansi sebesar 0,951. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0,475. Dengan ketentuan

(12)

0,475 lebih besar dari 0,05 maka H1 ditolak. Jadi, tidak terdapat adanya perbedaan pada rasio NPF BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

Pada rasio FDR terjadi peningkatan dengan rata-rata nilai keseluruhan sesudah spin-off sebesar 95,03% dibandingkan rata-rata nilai keseluruhan sebelum spin-off sebesar 94% dengan perbedaan nilai sebesar 1,03%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio FDR memiliki signifikansi sebesar 0,083. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0,0415. Dengan ketentuan 0,0415 lebih kecil dari 0,05 maka H2 diterima. Jadi, adanya perbedaan pada rasio FDR BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

2. Good Corporate Governance BTPN Syariah Sebelum dan Sesudah Spin-off Dalam menilai faktor GCG (Good Corporate Governance) diperlukan penilaian self assesment yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan yang dipublikasi BTPN (2008-2014) dan BTPN Syariah (2015-2020). Hasil rata-rata keseluruhan nilai GCG sebelum spin-off sebesar 1,57 dan sesudah spin-off sebesar 2 dengan selisih sebesar 0,43. Hasil dari kedua nilai rata-rata tersebut tidak memiliki perbedaan karena kedua nilai rata-rata tersebut masuk dalam peringkat ke – 2 yaitu BAIK, maka H3 ditolak.

3. Earnings BTPN Syariah Sebelum dan Sesudah Spin-off

Pada faktor Earnings BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off terjadi peningkatan pada rata-rata nilai keseluruhan rasio ROA dari 7,04% (sebelum spin-off) menjadi 9,61% (sesudah spin-off) dengan perbedaan sebesar 2,57%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio ROA memiliki signifikansi sebesar 0,002. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0,001. Dengan ketentuan 0,001 lebih kecil dari 0,05 maka H4 diterima. Jadi, terdapat adanya perbedaan pada rasio ROA BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

Pada rasio NIM/NOM terjadi penurunan dengan rata-rata nilai keseluruhan sebelum spin-off sebesar 28% dibandingkan rata-rata nilai keseluruhan sesudah spin- off sebesar 11,51% dengan perbedaan nilai sebesar 16,19%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio NIM/NOM memiliki signifikansi sebesar 0,000. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0. Dengan ketentuan 0 lebih kecil dari 0,05 maka H5 diterima. Jadi, adanya perbedaan pada rasio NIM/NOM BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

Pada rasio BOPO terjadi penurunan dengan rata-rata nilai keseluruhan sesudah spin-off sebesar 69,88% dibandingkan rata-rata nilai keseluruhan sebelum spin-off sebesar 76% dengan perbedaan nilai sebesar 5,65%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio BOPO memiliki signifikansi sebesar 0,287. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0,1435. Dengan ketentuan 0,1435 lebih besar dari 0,05 maka H6 ditolak. Jadi, tidak adanya perbedaan pada rasio BOPO BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

(13)

4. Capital BTPN Syariah Sebelum dan Sesudah Spin-off

Pada faktor Capital BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off terjadi peningkatan pada rata-rata nilai keseluruhan rasio CAR dari 17% (sebelum spin-off) menjadi 34,59% (sesudah spin-off) dengan perbedaan sebesar 17,20%. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dari rasio CAR memiliki signifikansi sebesar 0,000. Dalam pengujian hipotesis ini signifikansi dibagi dengan 2 menjadi sebesar 0. Dengan ketentuan 0 lebih kecil dari 0,05 maka H7 diterima. Jadi, terdapat adanya perbedaan pada rasio CAR BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Non Performing Financing (NPF) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan tidak terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio NPF memiliki signifikansi sebesar 0,951/2 = 0,475. Dengan ketentuan 0,475 lebih besar dari 0,05, sehingga H1 ditolak. Jadi, tidak terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio NPF BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

2. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio FDR memiliki signifikansi sebesar 0,083/2 = 0,0415. Dengan ketentuan 0,0415 lebih kecil dari 0,05, sehingga H2 diterima. Jadi, terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio FDR BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

3. Perbandingan tingkat kesehatan penilaian Good Corporate Governance (GCG) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan tidak terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan perbandingan rata-rata penilaian GCG sebelum spin-off sebesar 1,57 dan sesudah spin-off sebesar 2, yang didapatkan dari laporan keuangan BTPN dan BTPN Syariah, sehingga H3 ditolak. Jadi, tidak terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan penilaian GCG BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

4. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Return On Assets (ROA) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio ROA memiliki signifikansi sebesar 0,002/2 = 0,001. Dengan ketentuan 0,001 lebih kecil dari 0,05, sehingga H4 diterima. Jadi, terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio ROA BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

(14)

5. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Net Interest Margin / Net Operation Margin (NIM/NOM) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio FDR memiliki signifikansi sebesar 0,000/2 = 0. Dengan ketentuan 0 lebih kecil dari 0,05, sehingga H5 diterima. Jadi, terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio NPF BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

6. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan tidak terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio BOPO memiliki signifikansi sebesar 0,287/2 = 0,1435. Dengan ketentuan 0,1435 lebih besar dari 0,05, sehingga H6 ditolak. Jadi, tidak terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio BOPO BTPN Syariah sebelum spin-off dan sesudah spin-off.

7. Perbandingan tingkat kesehatan rasio Capital Adequency Ratio (CAR) pada BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan terdapat adanya perbedaan. Hal ini ditunjukan setelah dilakukan Uji Wilcoxon Signed Rank Test, yang didapatkan dari pengujian rasio CAR memiliki signifikansi sebesar 0,000/2 = 0. Dengan ketentuan 0 lebih kecil dari 0,05, sehingga H7 diterima.

Jadi, terdapat adanya perbedaan pada tingkat kesehatan rasio CAR BTPN Syariah sebelum spin- off dan sesudah spin-off.

8. Perbandingan tingkat kesehatan pada indikator BTPN Syariah sebelum dan sesudah spin-off menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap indikator FDR, ROA, NIM/NOM, dan CAR. Hal tersebut membuat indikator FDR, ROA, NIM/NOM, dan CAR dapat dijadikan sebagai indikator pendorong bagi Unit Usaha Syariah yang lain untuk melakukan spin-off.

Referensi

Ahmad Syakir, 2014. “Spin-off Unit Usaha Syariah”.

Ahmad Kholil. “3 Alasan Kinerja UUS, Lebih Baik Dibanding BUS”. Sharia News, https://sharianews.com/posts/3-alasan-kinerja-uus=lebih-baik-dibanding-bus. Diakses pada tanggal 15 Februari 2022

Amalia Nasuha, 2012. “Dampak Kebijakan Spin-off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Hal. 242 – 258

Baridwan, Zakir. Intermediate Accounting, Edisi Ke - 8. (BPFE Yogyakarta, Juni 2004, Cetakan Pertama). Hal. 17

Hendro Wibowo dan Kindy Miftah. “Spin-off, Lalu Apa?”. Opini Koran (Republika),https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/o03vcg15.

Diakses pada tanggal 03 Januari 2021. https://www.statiskian.com/PairedSampleTtest. Diakses pada tanggal 07 November 2021 https://www.statiskian.com/ShapiroWilk. Diakses pada

(15)

tanggal 07 November 2021 https://www.statiskian.com/WilcoxonSignedRankTest.

Diakses pada tanggal 11 November 2021

Iqbal, M., 2018. Kebijakan Office Channeling dan Spin Off Stimulan Perbankan Syariah. Jurnal Manajemen & Bisnis Aliansi (November). Hal 37–44.Nardi Sunardi, 2018. “Analisis Risk Based Bank Rating (RBBR) Untuk Mengukur Tingkat Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia”, (Jurnal Ilmiah Manajemen Forkamma) Vol.1, No.2, Hal. 50 - 66

Neny Tri Indrianasari1, Khoirul Ifa2, 2019. ”Risk Based Bank Rating dalam Mengukur Tingkat Kesehatan Perbankan”, (Jurnal Ilmiah Ilmu Akuntansi, Keuangan, dan Pajak) Volume 3, Number 2, Hal. 114 - 123

Peraturan Bank Indonesia No : 13/ 1 /PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

Rachmania Anggraini1, Yuliani2, Rasyid Hs Umrie3, 2017. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah Sebelum dan Sesudah Spin-off”, (Jurnal Manajemen dan bisnis) Vol. 1, No. 1, Hal. 11 - 20

Risky Yuniar Rahmadieni, 2019. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Penyajian Laporan Keuangan Syariah Baitul Maal Wa Tamwil Di Kabupaten Wonogiri”, (Jurnal Ekonomi, Keuangan, dan Perbankan Syariah) Volume 3, Nomor 2, Hal. 128 - 139

Saffir Makki. “OJK Usul Hapus Kewajiban Spin-off Unit Usaha Syariah di Omnibus Law”.

CNN Indonesia, www.cnnindonesia.com/ekonomi/ojk-usul-hapus-kewajiban-spin-off- unit- usaha-syariah-di-omnibus-law. Diakses pada tanggal 07 November 2021

Sri Maria Ulfha, 2018. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode RBBR (Risk-Based Bank Rating) (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital)”, (Jurnal Cano Ekonomos) Vol .7, No. 2

Sri Norfitriani, 2016. “Analisis Efisiensi dan Produktivitas Bank Syariah di Indonesia Sebelum dan Sesudah Spin-Off”, (Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia) Vol. 6, No. 2, Hal. 135 Undang - Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

www.btpnsyariah.com/id/tentang-kami/sekilas-btpn. Diakses pada tanggal 12 Maret 2021 www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/PBS-dan-Kelembagaan. Diakses pada tanggal 02 Mei 2021

Yun Fitriano1, Ririn Marlina Sofyan2, 2019. “Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Penerapan Metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital) Pada PT. Bank Bengkulu”, (Jurnal Management Insight) Vol. 14, No. 1, Hal. 84

Zata Ghaisani Mazaya1, Rulfah M Daud2 , 2020. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Bank Umum Syariah Sebelum dan Sesudah Melakukan Spin-off (Studi Pada Bank BTPN Syariah)”, (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi) Vol. 5, No. 1, Hal. 149 – 158

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menunjukan tingkat kesehatan Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari tingkat kesehatan Bank Syariah Mandiri.. Total penilaian tingkat kesehatan Bank Muamalat

Hasil analisa data dengan mengunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan mengunakan bantuan SPSS versi 17 diperoleh temuan bahwa p value = 0,26 &gt; 0,05 artinya

Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test tersebut dapat diartikan ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan leaflet terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil

Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Pelaksanaan Sadari Sebelum dan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Sadari pada Kelompok Eksperimen. Keterangan

Berdasarkan hasil pengujian Return On Assets (ROA) dengan metode paired sample t-test untuk data berdistribusi normal dan metode Wilcoxon Signed Rank Test untuk data

KESIMPULAN, KETERBATASAN dan saran Berdasarkan pada hasil uji dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SPSS 23 dengan metode wilcoxon signed rank test atas 85 sampel uji yang telah

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test yang dianalisa menggunakan program SPSS for windows antara terapi bermain pretend play dengan perkembangan

Perbedaan Total Produksi Perikanan Budidaya Air Laut Sebelum Tahun 2009-2013 dan Sesudah Tahun 2015-2019 PERMEN-KP Nomor 49 Tahun 2014 Berdasarkan hasil uji wilcoxon signed rank test