• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Implementasi dan manfaat ice breaking dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik SDN Blok I Cilegon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of Implementasi dan manfaat ice breaking dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik SDN Blok I Cilegon"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Available online: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/trihayu

Implementasi dan manfaat ice breaking dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik

SDN Blok I Cilegon

Maulia Rahmawati1a*, Patra Aghtiar Rakhman2b, Siti Rokmanah3c Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Indonesia

[email protected]

*Corresponding Author

Received: 11-08-2023; Revised: 20-08-2023; Accepted: 28-08-2023

Abstract: There are still many teachers who conduct learning that is not fun or seems monotonous, causing a lack of interest in learning from students. So, this needs to be done Ice Breaking to break the atmosphere of the class. Good implementation of ice breaking in the learning process in the classroom can improve students' learning concentration ability, ability to absorb, learning interest, learning attention, and learning outcomes, and can improve student achievement. By implementing ice-breaking in learning, it is hoped that students will be able to learn in a pleasant and comfortable atmosphere. This research uses a descriptive qualitative approach with triangulation techniques. The validity of the interview material was tested through observation techniques and an in-depth examination of activities related to the research material. The researcher then analyzed the material at the data reduction stage, presented the data, and then drew conclusions. The results of this study are the benefits of implementing ice breaking at SDN Blok I Cilegon, which has a very good impact because it will be able to restore conditions, and the class will be more conducive for students to concentrate on the teacher delivering the subject matter. Although the ice breaking used is only light physical movement activities by moving the limbs, such as yelling, clapping together, singing or cheering songs. The implementation of ice- breaking can also make the

Keywords: Ice Breaking; Implementation of Ice Breaking; Benefits of Ice Breaking

Abstrak: Masih banyak ditemukan guru yang melakukan pembelajaran tidak menyenangkan atau terkesan monoton sehingga menyebabkan kurangnya minat belajar peserta didik. Maka hal ini perlu dilakukannya ice breaking untuk mencairkan suasana kelas. Pengimplementasian Ice breaking yang baik dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar peserta didik, kemampuan menyerap, minat belajar, perhatian belajar, dan hasil belajar, serta dapat meningkatkan prestasi peserta didik. Dengan mengimplementasikan ice-breaking di dalam pembelajaran, diharapkan peserta didik mampu untuk belajar dengan suasana yang menyenangkan dan nyaman. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik triangulasi. Validitas materi wawancara diuji melalui teknik observasi dan pemeriksaan mendalam terhadap kegiatan yang berkaitan dengan materi penelitian. Peneliti kemudian menganalisis materi pada tahap reduksi data, penyajian data lalu penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah manfaat pengimplementasian ice breaking di SDN Blok I cilegon yaitu mempunyai dampak yang sangat baik karena akan dapat memulihkan kondisi, kelas akan lebih kondusif bagi peserta didik berkonsentrasi dalam guru menyampaikan materi pelajaran.

Meskipun ice breaking yang digunakan hanya aktivitas gerak fisik ringan dengan menggerakkan anggota tubuh, seperti yel-yel, tepuk tangan bersama, nyanyian atau sorak lagu. Pengimplementasian ice breaking tersebut juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik.

(2)

How to Cite: Rahmawati, M., Rakhman, P. A., & Rokmanah, S. (2023). Implementasi dan manfaat ice breaking dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik SDN Blok I Cilegon. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 10(1), 66–74.

https://doi.org/10.30738/trihayu.v10i1.15903

Pendahuluan

Dalam proses pembelajaran guru berperan penting dalam menentukan model, metode, dan bahan ajar pembelajaran yang tepat dengan suatu tujuan dan materi yang hendak dicapai.

Dengan demikian, penggunaan dan pemilihan komponen pembelajaran yang tepat akan menentukan pembelajaran yang efektif dan efisien. Ketika guru mengajar dan menyampaikan bahan ajar, bukan hanya sekedar mengajar dan berdiri saja di depan kelas, namun bagaimana guru dapat memahami dan menguasai berbagai teknik dan strategi mengajar ketika menyampaikan isi atau bahan pembelajaran sehingga mereka dapat mengajar dan mengatur peserta didik yang berhasil dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hariono, T., Ashoumi, H., Mujahadah, A. S., & Adransyah, A. 2021: 126) Sebab salah satu kunci keberhasilan pembelajaran terletak pada pemahaman guru yang baik terhadap metode pembelajaran. Oleh karena itu, proses belajar mengajar akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam kondisi yang membuat peserta didik senang. (Maulana, R 2021 :11) karena akan memberikan dampak positif terhadap kegiatan pembelajaran, seperti kemampuan untuk mengurangi rasa bosan peserta didik. Penyajian isi materi yang dilakukan guru secara beragam dan menarik dapat membentuk peserta didik lebih semangat dan termotivasi dalam belajar. Sehingga pada saat proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan mendatangkan kegembiraan bagi peserta didik.

Pada konteks pembelajaran, membentuk suasana yang nyaman dan interaktif di suatu kelas adalah hal yang sangat penting dilakukan. Peserta didik juga perlu merasa terlibat, termotivasi, dan siap belajar. Namun sering kali ditemukan pada saat awal pembelajaran peserta didik masih merasa canggung, ragu atau bahkan tidak nyaman dengan lingkungan baru nya yang belum mereka kenal atau biasa disebut peserta didik belum mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya (Wibowo 2023:1) Maka di sinilah peran penting ice breaking didalam pembelajaran muncul dan dikembangkan. Ice breaking dapat berfungsi sebagai pemecah ketegangan dan kecanggungan peserta didik dengan menciptakan suasana yang santai dan positif di kelas.

Namun pada kenyataannya banyak guru yang menyelenggarakan pembelajaran dengan belum maksimal dalam mengelola kelas yang menyenangkan atau selalu terkesan monoton sehingga menyebabkan kebanyakan peserta didik yang tidak memperhatikan apa guru sampaikan. Karena persiapan yang matang dan maksimal belum tentu mendapatkan pembelajaran yang maksimal, hal ini dapat disebabkan dengan berbagai faktor, salah satunya adalah kemampuan peserta didik dalam berkonsentrasi hanya pada hitungan menit, dan melamun yang cenderung tidak memahami isi pesan yang disampaikan (Zuhariah, Ilham 2022:28). Oleh karena itu, guru harus mampu menerapkan dan menciptakan berbagai ice breaking yang variatif agar peserta didik tetap fokus dan semangat belajar. Ice breaking berperan penting dalam meningkatkan minat dan belajar peserta didik. Minat peserta didik pada hakikatnya adalah sesuatu yang istimewa. Peserta didik yang tertarik terhadap suatu mata pelajaran mendapat banyak perhatian dan ketertarikan yang akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses belajar mengajar (Simbolon, N. 2014:15).

(3)

Meskipun guru menggunakan variasi ice breaking yang berbeda selama pembelajaran.

Ternyata masih ada beberapa kendala yang menghalangi guru dan peserta didik untuk mencairkan suasana. Misalnya, guru kesulitan dalam memunculkan ide untuk mengembangkan bentuk permainan supaya peserta didik tidak bosan dengan permainan yang berulang-ulang, dan mencari cara untuk merangsangnya. Belajar fokus dengan permainan yang berbeda. Pada saat yang sama, siswa juga tidak tertarik mempelajari materi yang tidak disukainya, tidak fokus dalam memahami materi, peserta didik terlalu asyik dengan dunianya sendiri dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan materi.

Maka dari itu guru perlu mengubah proses pembelajaran dengan menyelang berbagai ice breaking yang bervariasi. Ada beberapa macam bentuk kegiatan ice breaking yang dapat digunakan dalam pembelajaran diantaranya yaitu, yel-yel, permainan, menyanyikan lagu, tepuk tangan, humor, serta gerak anggota badan. Dengan bantuan ice breaking pembelajaran akan terasa menyenangkan dan membuat minat belajar peserta didik semakin meningkat (Harianja, M. M., & Sapri,S 2022: 1325) Kegiatan ice breaking dengan berbagai bentuk dan ekspresi wajah yang tepat akan dapat mengembalikan fokus siswa. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan konsentrasi dan tingkat konsentrasi yang beragam. Ketika guru tahu apa yang dibutuhkan peserta didik, akan membuat pembelajaran menjadi sangat menyenangkan dan materi pembelajaran terserap dengan sempurna. Ide permainan ice breaking juga bisa ditentukan oleh keinginan peserta didik sendiri, sehingga kegiatan ini sangat menyenangkan karena tidak lagi dikontrol sepenuhnya oleh guru. (Nisa, dkk 2023: 108) Berdasarkan fenomena tersebut,. keterampilan sosial sangat dibutuhkan oleh guru. Guru diharapkan dapat membangun hubungan yang interaktif dengan peserta didik. Dengan adanya membentuk keterampilan tersebut, guru diharapkan dapat menjaga konsentrasi peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang efektif.

Pengimplementasian ice breaking di dalam pembelajaran, diharapkan peserta didik mampu untuk belajar dengan suasana yang menyenangkan dan nyaman. Agar peserta didik pun mendapatkan pengalaman baru dalam belajar dan pembelajaran pun akan menjadi lebih beragam dan bermakna. Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan tersebut ialah untuk mengetahui bagaimana implementasi dan manfaat ice breaking dalam meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik di SDN Blok I Cilegon.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah pengambilan data pada suatu latar alamiah yang tujuannya untuk menelaah fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai purposive dan snowball, Teknik pengumpulan dengan cara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada makna dari pada generalisasi (Anggito, A dan Johan Setiawan 2018:8). Pengumpulan data tersebut dilakukan dengan teknik wawancara dan observasi. Data diperoleh dari guru di SDN Blok I, jalan Sukabumi Blok I No. 180, Ciwedus, Cilegon. Data penelitian divalidasi dengan cara triangulasi sumber dan teknik. Peneliti menguji data dengan cara mewawancarai guru-guru di SDN Blok I dan membandingkan data yang disajikan. Peneliti juga menggunakan teknik triangulasi. Validitas materi wawancara diuji melalui teknik observasi dan pemeriksaan mendalam terhadap kegiatan yang berkaitan dengan materi penelitian. Peneliti kemudian menganalisis materi pada tahap reduksi data,

(4)

penyajian data lalu penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Pengimplementasian ice breaking yang baik dalam proses pembelajaran di kelas dapat meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar peserta didik, kemampuan menyerap, minat belajar, perhatian belajar, dan hasil belajar, serta dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

Ice breaking adalah kegiatan kecil dalam suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencairkan suasana kelas yang dingin/kaku agar peserta merasa nyaman aman dengan lingkungan sekitar dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk mengikuti kegiatan yang sedang berlangsung (Handayani, E.W 2022:3). Tujuan kegiatan ice breaking sekolah dasar adalah: (1). Mengarahkan otak pada keadaan gelombang alpha (8 sampai 12 Hz), (2). Membangun suasana pembelajaran yang serius, nyaman, dan menyenangkan, (3) Menjaga kestabilan fisik dan psikis penonton/

peserta didik agar selalu segar dan nyaman dalam menangkap informasi (Lutfi, M.F 2014:27).

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan ice breaking adalah suatu metode yang dapat dilakukan guru dalam menciptakan suasana kelas yang menyenangkan agar dapat memotivasi minat dan hasil belajar peserta didik.

a) Implementasi ice breaking dalam pembelajaran

Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik dengan mengimplementasikan ice breaking terkait proses belajar mengajar. Belajar merupakan usaha sadar seorang individu untuk menimbulkan suatu perubahan baru secara menyeluruh, yang merupakan bentuk pemahamannya sendiri dalam berhubungan dengan lingkungannya. Oleh sebab itu, pengimplementasian ice breaking dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik, sehingga peserta didik dapat menangkap daya ingat dengan baik materi yang diberikan guru dan melakukan perubahan karakter. Banyak sekali solusi yang bisa membuat pembelajaran terasa lebih mengasyikkan.

Salah satu bentuknya adalah tenaga pendidik dapat berkreasi dengan menerapkan ice breaking dalam proses pengajaran (Zakiyyah, D., Suswandari, M., & Khayati, N 2022:77) Ada beberapa macam jenis ice breaking yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung seperti sebagai berikut : (1) Pembuka pembelajaran (opener)Ice breaker pada tipe ini dilakukan dengan cara menyuguhkan rangsangan berupa tantangan dan kemudian menyemangati peserta didik. Pembuka pembelajaran digunakan ketika hendak memulai pembelajaran atau sesi diskusi dan dapat juga digunakan untuk mengenalkan ide/topik baru. (2). Peningkat energi (energizer) diterapkan pada saat peserta didik mulai merasakan bosan, terlalu santai atau kegiatan peserta didik a terlihat datar. (3). Umpan balik dan pengungkapan (Feedback and disclosure) Jenis ini digunakan lebih untuk tujuan komunikasi guru dengan antar peserta didik. (Aniuranti, A., Tsani, M. H. N., & Wulandari, Y.2021:87).

Pada penerapannya di SDN Blok I Cilegon ice breaking dilakukan oleh guru pada saat awal pembelajaran, pertengahanan pada saat peserta didik kurang fokus dan sudah mengantuk, dan pada saat akhir pembelajaran. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik tetap konsentrasi dan memahami materi dengan baik. Adapun bentuk ice breaking yang diterapkan oleh guru SDN Blok I yaitu terbagi menjadi 2:

1) Ice breaking tanpa alat

Contoh bentuk icebreaking tanpa alat antara lain yel-yel, bertepuk tangan, bernyanyi,

(5)

bermain. Berdasarkan hasil observasi, peneliti Kelas VI-B SDN Blok I Cilegon diketahui bahwa pengimplementasian teknik ice breaking dalam pembelajaran di kelas dapat diterapkan tanpa menggunakan alat, melainkan hanya dengan menggunakan bagian tubuh.

Karena peserta didik ingin bergerak sambil belajar, bertepuk tangan, menyanyikan lagu dan belajar sambil bermain. Kegiatan ice breaking yang biasa dilakukan oleh Guru VI B dalam tugas-tugas pembelajaran tanpa menggunakan alat dan hanya menggunakan bagian tubuh saja, seperti: Tepuk tangan dan salam (P5) dari Proyek Penguatan Profil Siswa Pancasila dan lagu-lagu semangat yang disajikan di awal pembukaan pembelajaran. Tujuannya untuk meningkatkan semangat peserta didik untuk mulai belajar. Ketika guru menyampaikan isi materi, guru harus melihat situasi dan keadaan semangat peserta didik yang mulai berkurang karena peserta didik mulai bosan, bosan atau malas, mengantuk, guru menggunakan teknik ice breaking berupa aktivitas fisik ringan seperti tepuk tangan (tepuk tangan berupa pengenalan, tepuk tangan berirama dan tepuk tangan berupa permainan seperti “tepuk 1, 2, 3”), senam jari dan senam otak dengan mengucapkan “DAM-DIM-DUM”, dan senam tubuh, hal ini dilakukan guru, untuk mengembalikan semangat dan mood belajar peserta didik dan kemampuan konsentrasinya, sehingga suasana belajar kembali kondusif dan peserta didik dapat belajar dengan fokus.

2) Ice Breaking menggunakan alat

Ice breaking dapat juga digunakan tanpa alat, ice breaking juga memeiliki bentuk jenis ice breaking dengan menggunakan alat/media bantu yang diimplementasikan oleh guru kelas VI B SDN Blok I Cilegon adalah penggunaan media pembelajaran “Infocus/Projector” yang digunakan untuk menyampaikan materi, menampilkan dan menayangkan video pembelajaran. teks lagu yang Anda nyanyikan bersama peserta didik, agar pembelajaran tidak menjenuhkan, karena Anda hanya memperhatikan dan mendengarkan apa yang diterangkan oleh guru saja. Melihat situasi peserta didik yang bosan, letih, mengantuk karena kurang tidur, bahkan ada sebagian siswa yang tidak konsentrasi dan fokus pada penyampaian materi yang dijelaskan oleh guru. Guru membuat semacam pemecah kebekuan antar kelas dengan menggunakan alat peraga /media yang ada di sekitarnya, salah satunya menggunakan kertas origami di dalam kelas, guru membentuk permainan sederhana dan mudah. Guru memerintahkan peserta didik untuk berdiri, kemudian peserta didik diminta untuk memberikan potongan origami berwarna tersebut kepada teman di sebelahnya, sebelum guru memulai lagunya, mereka bermain sampai lagu selesai. Guru juga menggunakan media/alat peraga berupa isyarat untuk memainkan permainan sederhana yaitu “spidol lempar”, yang mana permainan ini berguna untuk melatih tingkat fokus dan konsentrasi peserta didik. Permainan ini dilakukan dengan dimulai dengan tahap Guru memegang sebuah tanda atau clue. Ketika guru melemparkannya, peserta didik harus bertepuk tangan. Jika tanda itu kembali mengenai tangan guru, maka peserta didik harus menghentikan tepuk tangannya. Selanjutnya Guru dapat mempercepat tempo pelemparan spidol untuk mengalihkan perhatian siswa, atau berpura-pura melempar spidol di hadapan seseorang secara acak. Peserta didik bertepuk tangan, bila ada yang bertepuk tangan walaupun guru tidak melempar tanda, maka peserta dapat dihukum sesuai perjanjian bersama.

b) Kendala yang dirasakan guru

Pada saat proses melakukan ice breaking tentunya memiliki berbagai kendala yang dirasakan oleh guru, menurut Asifa, W., & Cahyana, Y. (2023 :7544) Dalam proses belajar

(6)

mengajar, peserta didik terkadang kurang menunjukkan minat belajar, hal ini disebabkan oleh berbagai hal, seperti rasa bosan dalam belajar di sekolah, yang dapat diakibatkan oleh beragam hal, antara lain cara mengajar atau strategi yang tidak beragam, sedang belajar.

hanya pada tingkat tertentu. tempat belajar, suasana belajar yang tidak berubah, kurangnya hobi atau hiburan, ketegangan mental yang kuat dan berkepanjangan selama pembelajaran menjadi kendala bagi guru. Guru juga lebih banyak memberikan peserta didik tugas pada buku pelajaran, atau bahkan ada yang tidak menyelesaikan pelajarannya sehingga peserta didik menjadi tidak aktif dalam belajar. Terlihat ada juga peserta didik yang tidak memperhatikan guru saat menjelaskan, terlihat ketika peserta didik lebih asik sendiri dengan dunianya, misalnya menggambar di meja, bercanda dengan teman sebangkunya, berbisik dan mengobrol dengan mengkritik mengganggu teman lain.

Sedangkan menurut Iskandar, Y. Z., Suryani, N., & Marlina, N. (2023:68) Secara umum permasalahannya adalah guru masih belum memahami kegunaan ice-breaking dalam pembelajaran di kelas, namun ice breaking yang dilakukan guru kurang bervariatif, seperti ice-breaking adalah permainan tepuk tangan bersama atau menyanyikan lagu sebagai mencairkan suasana Ice breaking yang dilakukan berkali-kali setiap hari akan membuat peserta didik kurang bersemangat dalam belajar, hal ini dikarenakan guru kurang mempunyai inisiatif untuk mengembangkan tepuk atau lagu yang ada.

Sehubungan dengan hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara pada guru VI B SDN Blok I Cilegon dengan inisial A: “Kendala yang saya rasakan saat melakukan ice breaking di dalam proses pembelajaran adalah ketika membangunkan semangat peserta didik karena membangunkan semangat peserta didik sangat sulit dilakukan. Seperti ada siswa yang tidak mau ikut melakukan ice breaking karena malas bergerak, selain itu setiap pembelajaran harus membuat ice breaking yang bervariatif terkadang saya sendiri suka kehabisan ide”(Senin, 04 September 2023).

c) Manfaat Ice Breaking

Penerapan ice breaking tersebut dapat memberikan manfaat. Adapun manfaat ice breaking menurut Luthfi, M. F. (2014 : 27) yang mengatakan bahwa ice breaking digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk mencairkan suasana, menjaga fokus pembelajaran, menjalin hubungan baik antar anggota kelas dan juga dapat digunakan untuk mempertajam daya ingat selama pembelajaran. Bagi guru, penggunaan ice breaker berguna untuk menumbuhkan citra positif dalam pembelajaran, sedangkan bagi peserta didik, pembelajaran tidak membosankan, melainkan menyenangkan. Sedangkan menurut Rahmawati, A., Astuti, D. D., & Ferina, O. M (2020:67) manfaat ice breaking yang dapat dirasakan yaitu:

1) Peserta didik dapat berkonsentrasi lebih baik

Hal ini dapat diketahui dengan semakin meningkatnya tingkat focus peserta didik terhadap partisipasi dalam pembelajaran di kelas. Ketika guru memberikan tugas, peserta didik kembali fokus dalam mendalami isi materi yang diberikan oleh guru.

2) Mengaktifkan siswa dalam belajar.

` Strategi ice breaking juga dapat berpengaruh terhadap kaitan kecerdasan emosional anak yang tidak mau bersosialisasi, dan kepasifannya dapat dihilangkan dengan melakukan latihan ice breaking bersama di kelas.

3) Dapat memberikan rasa nyaman dan mengurangi rasa jenuh/bosan

Dengan menggunakan ice breaking dalam pembelajaran, maka kelas yang awalnya

(7)

kaku dan dingin akan terasa lebih menyenangkan.

4) Meningkatkan hubungan komunikasi antara guru dan peserta didik

Dengan memberikan ice breaking kepada guru kepada peserta didik, maka akan terjalin hubungan yang erat antara guru dan peserta didik menjadi harmonis dan memberikan pengaruh yang baik dalam proses belajar mengajar di kelas.

5) Dapat menaikkan minat belajar peserta didik

Pendidik hendaknya terus melakukan dan memberikan cara yang dapat membangkitkan minat belajar peserta didik dan kegiatan pembelajaran yang sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Sehubungan akan hal tersebut maka dapat sesuai dengan hasil wawancara dengan guru VI B SDN Blok I Cilegon dengan inisial A: “Menurut saya penggunaan ice breaking dalam kegiatan belajar mengajar dapat mempunyai dampak yang sangat baik karena akan memulihkan kondisi kelas, kelas akan lebih teratur bagi peserta didik untuk fokus belajar dan konsentrasi dalam guru menyampaikan materi. meskipun ice breaker yang saya gunakan hanya aktivitas gerak fisik ringan dengan menggunakan bagian anggota tubuh, seperti yel-yel, tepuk tangan, nyanyian atau sorak lagu, atau ketika saya mempunyai waktu luang saya juga memainkan games sederhana yang diperagakan oleh anggota tubuh peserta didik saja, meskipun permainannya terlihat sederhana peserta didik tetap antusias dan bersemangat. Biasanya saya melakukan ice breaking di awal pembelajaran untuk mendorong peserta didik untuk mulai belajar dan ditengah-tengah pada saat saya menyajikan konten pembelajaran, untuk melihat kondisi peserta didik dan mengembalikan perhatian peserta didik pada materi pembelajaran dan ditutup di akhir pembelajaran dengan menarik kesimpulan bersama.

Alat peraga/media yang digunakan untuk melaksanakan ice breaking adalah benda yang terdapat di lingkungan kelas atau lingkungan sekolah, misalnya infocus yang biasa saya gunakan untuk menayangkan isi materi pelajaran yang dibuat dalam bentuk PowerPoint untuk memudahkannya lalu saya memberikan materi atau menayangkan video animasi pembelajaran agar peserta didik lebih termotivasi dalam belajar. selain itu bisa juga dijadikan games sederhana seperti bola kertas agar siswa lebih aktif dan bersemangat.

Penerapan ice breaking juga dapat memberikan dampak pada hasil belajar peserta didik, karena cara belajar yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa dapat merangsang minat belajar siswa sehingga berujung pada hasil belajar. Namun penggunaan alat/media untuk mencairkan suasana tersebut tidak dapat terjadi secara spontan karena ada beberapa persiapan dan kendala seperti alat fokus/proyektor rusak, terbatas, atau ada kendala dalam penggunaan guru kelas lain atau penggunaan media.” (Senin, 04 September 2023)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SDN Blok I maka dapat disimpulkan bahwa manfaat pengimplementasian ice breaking di SDN Blok I Cilegon yaitu mempunyai dampak yang sangat baik karena akan dapat memulihkan kondisi, kelas akan lebih kondusif bagi peserta didik berkonsentrasi dalam guru menyampaikan materi pelajaran. Meskipun ice breaking yang digunakan hanya aktivitas gerak fisik ringan dengan menggerakkan anggota tubuh, seperti yel-yel, tepuk tangan bersama, nyanyian atau sorak lagu.

Pengimplementasian ice breaking tersebut juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena cara belajar yang menyenangkan dan nyaman bagi siswa dapat merangsang minat belajar peserta didik sehingga berakhir pada hasil dan prestasi belajar yang baik.

(8)

Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang disampaikan serta hasil penelitian dilapangan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian ice breaking pada pendidikan dasar khususnya di kelas VI B SDN Blok I Cilegon. Dapat dilihat bahwa guru kelas VI B menerapkan teknik ice-breaking dengan tujuan untuk mencairkan suasana dingin/kaku agar peserta merasa nyaman dengan lingkungan sekitar (lingkungan kelas) dan meningkatkan motivasi siswa dalam keterlibatan kegiatan yang sedang berlangsung. Saat melakukan ice breaking dapat dilakukan secara spontan atau tidak sadar maupun terencana, ice breaking dapat dilakukan tanpa alat peraga/media hanya dengan memperagakkan bagian tubuh saja seperti tepuk tangan, tepuk tangan berirama, menyanyikan lagu semangat, senam jari dan senam otak, permainan hanya dengan menggunakan tubuh. Kegiatan ice breaking juga dapat dilakukan dengan menggunakan media/alat peraga seperti LCD proyektor sekolah yang dapat digunakan untuk menampilkan materi pembelajaran dalam bentuk Power Point, video animasi pembelajaran atau menayangkan lirik lagu yang dinyanyikan bersama- sama. Selain media tersebut juga bisa menggunakan media seperti kertas origami berwarna yang dibentuk menjadi bola kertas lalu digunakan sebagai permainan sederhana. Kegiatan ice breaker dilakukan pada awal pembuka pembelajaran, pertengahan pembelajaran atau pada akhir pembelajaran. Pengimplementasian ice breaking dapat bermanfaat dalam pembelajaran seperti memberikan dampak positif dan minat belajar yang tinggi, siswa lebih antusias serta fokus dan konsentrasi belajar dapat kembali yang kemudian menghasilkan hasil belajar yang baik.

References

Anggito, A & Johan Setiawan. (2018). Metodologi penelitian kualitatif. N.p., CV Jejak (Jejak Publisher): Jawa Barat.

Aniuranti, A., Tsani, M. H. N., & Wulandari, Y. (2021). Pelatihan penyusunan Ice Breaking untuk penguatan kompetensi calon guru. ABSYARA: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 2(1), 85-93

Asifa, W., & Cahyana, Y. (2023). Psikoedukasi Penerapan Ice Breaking Untuk Mengatasi Kejenuhan Belajar Pada Siswa Sdn Kemiri 1. Abdima Jurnal Pengabdian Mahasiswa, 2(2), 7542- 7548

Handayani,E.W. (2022). 120+ Ice Breaking. Goresan Pena: Indonesia

Harianja, M. M., & Sapri, S. (2022). Implementasi dan Manfaat Ice Breaking untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 6(1), 1324-1330

Hariono, T., Ashoumi, H., Mujahadah, A. S., & Adransyah, A. (2021). Pendampingan Pembelajaran dalam Pengkondisian Siswa melalui Ice Breaking. Jumat Informatika: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(3), 125-129.

Iskandar, Y. Z., Suryani, N., & Marlina, N. (2023). PENERAPAN ICE BREAKING DALAM

(9)

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI. Plamboyan Edu, 1(1), 66-74

Luthfi, M. F. (2014). Pembelajaran Menggairahkan Dengan Ice Breaking. Madinah: Jurnal Studi Islam, 1(1), 27-29.

Maulana, R. (2021). Aksara-aksara di Nusantara: pengetahuan umum, sejarah, tabel aksara lengkap, pedoman tata penulisan, dan teknologi aksara. Indonesia: Samudra Biru.

Nisa, A. Q. (2023). KEGIATAN ICE BREAKING SEBAGAI KONSENTRASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR. Jurnal Pengabdian Kreativitas Pendidikan Mahakam (JPKPM), 3(1), 107-111

Rahmawati, A., Astuti, D. D., & Ferina, O. M. (2020). Penerapan Metode Ice Breaking Dalam Melatih Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Tematik Kelas 5 Sd Negeri 1 Hadiluwih. Journal of Social Empowerment, 5(1), 63-70.

Simbolon, N. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar peserta didik.

Elementary School Journal Pgsd Fip Unimed, 1(2).

Wibowo, H. (2023). Ice Breaker dan Pembelajaran. Tiram Media: Semarang.

Zakiyyah, D., Suswandari, M., & Khayati, N. (2022). Penerapan Ice Breaking Pada Proses Belajar Guna Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas Iv Sd Negeri Sugihan 03. Journal of Educational Learning and Innovation (ELIa), 2(1), 73-85.

Zuhariyah, Z., & Fahmi, I. (2022). Pengaruh Ice Breaking Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ii Di Sd Negeri Pusakajaya Utara I Kabupaten Karawang. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 7(1), 25-38

Referensi

Dokumen terkait

25 Wawancara dengan Bapak Sutrisno.S.Ag.MM, selaku Kepala MIN Mojorejo, Kamis 16 April 2015, pkl.. yang peserta didik belum ketahui tidak bertentangan dengan apa yang peserta

2. Gambaran Umum SDN Wates 02 Kec. Sejarah Singkat Perkembangan SDN Wates 02 Kec.. Wates ini, tidak terlepas dari lingkungan kecamatan itu sendiri. Dengan demikian, maka para

Tesis dengan judul “ Implementasi Nilai-nilai Religius bagi Peserta Didik (Studi Multi Kasus di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02 Kec. Blitar ) yang ditulis oleh Iwan Sutrisno

Tesis dengan judul “ Implementasi Nilai-nilai Religius bagi Peserta Didik (Studi Multi Kasus di MIN Mojorejo dan SDN Wates 02 Kec.. H.Hasyim Nawawi, SH, MHI,

telah melaksanakan penelitian di MIN Mojorejo mulai tanggal 11 April s.d 30 April 2015 sehubungan dengan penyusunan tesis yang berjudul: “Implementasi Nilai-nilai

Bedasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fiqih kelas VI di MI NU Tholibin Tanjungkarang Jati Kudus, menurut beliau selain menggunakan gaya mengajar

Pada siklus kedua materi yang diajarkan adalah Fluida Dinamis dalam 2 pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan dengan model pembelajaran berbasis masalah sesuai

Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa melalui implementasi model pembelajaran Quantum Learning dengan menggunakan metode Mind Mapping peserta didik merasa lebih