• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of OUTLOOK KOMODITAS KARET ALAM INDONESIA 2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of OUTLOOK KOMODITAS KARET ALAM INDONESIA 2023"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OUTLOOK KOMODITAS KARET ALAM INDONESIA 2023 Commodity Outlook of Indonesian Natural Rubber 2023

Lina Fatayati SYARIFA , Dwi Shinta AGUSTINA, Aprizal ALAMSYAH,

*

Iman Satra NUGRAHA, dan Hajar ASYWADI

Pusat Penelitian Karet. Jl. Raya Palembang – Pk. Balai Km. 29, Sembawa, Banyuasin, Sumatra Selatan

*

Email: [email protected]

Diterima: 23 November 2022 / Disetujui: 5 Januari 2023 Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 202 , 3 41 (1) : 47 - 58

Doi : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v41i1.841

Abstract

Rubber is one of the strategic commodities that has made a very significant contribution to the Indonesian economy. Over the past five years, Indonesian rubber plantations have many external problems such as low rubber prices, the attack of Pestalotiopsis leaf fall disease, climate changes, and the Covid-19 pandemic. A study of the performance and prospects for rubber commodities is needed to determine policies that can be considered in maintaining the sustainability of the rubber industry in Indonesia. The research was carried out by using the method of desk study with secondary data on rubber statistics. The data used are annual time series data in the last 5- 12 years. The analytical method used is descriptive and forecasting analysis method.

The analysis showed that during the 2017- 2021 period, rubber production and productivity showed a declining trend with a decline rate of 4.03%/year and 3.61%/year, respectively. The performance of rubber exports also showed the decrease by 7.33%/year. Then, the forecasting analysis showed that the price of natural rubber of TSR 20 from October 2022 to September 2023 is predicted to decrease to average US$ 1.23. It is in line with the projected global economic growth that begins to enter a recession in the second semester of 2022 to 2023. In 2025, the price of TSR 20 is predicted to increase again to reach US$ 1.5 per g, and is predicted to k continue increased to US$ 2.5 per g in 2027. k The results of analysis show that the efforts to increase rubber production and productivity are still needed through the support of policy makers in providing funds to accelerate the use of high-yielding and disease-resistant rubber clones, through rubber replanting and new planting programs and the need to

i nc r e as e t he a b s o r pt i on o f r u b b e r c onsumpt ion both i n domest i c an d international market.

Keyword : s Indonesia; outlook; rubber commodity

Abstrak

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan strategis yang telah memberi kontribusi sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Selama kurun waktu 2017-2021, perkebunan karet I n d o n e s i a m e n g h a d a p i b a n y a k permasalahan eksternal seperti rendahnya , harga karet, serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis, serta adanya dampak pandemi Covid-19. Kajian kinerja dan p r o s p e k ka r e t d i p e r l u k a n u n t u k menentukan kebijakan yang bisa diambil dalam mempertahankan keberlangsungan industri karet di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan metode desk study, menggunakan data sekunder statistik karet.

Data yang digunakan berupa data time series tahunan dan triwulanan dalam 5 12 - tahun terakhir. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis forecasting. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode 2017- 2021, produksi dan produktivitas karet menunjukkan tren penurunan dengan masing-masing sebesar 4,03% per tahun dan 3,61% per tahun. Hal yang sama juga terjadi pada kinerja ekspor karet yang mengalami penurunan sebesar 7,33% per t a h u n . H a s i l a n a l i s i s f o r e c a s t i n g menunjukkan harga karet alam TSR 20 dari bulan Oktober 2022 sampai dengan September 2023 diproyeksikan rata-rata

(2)

sebesar US$ 1,23 seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang mulai memasuki resesi di semester II tahun 2022 sampai 2023. Selanjutnya pada proyeksi jangka panjang di tahun 2025 harga karet alam TSR 20, diproyeksikan akan kembali meningkat mencapai sebesar US$ 1,5 per g k karet kering, dan diproyeksikan akan terus meningkat di tahun 2027 menjadi US$ 2,5 per kg karet kering. Hasil analisis menunjukkan masih perlunya upaya-upaya untuk kembali meningkatkan produksi dan produktivitas karet melalui dukungan pemangku kebijakan dalam penyediaan dana untuk mengakselerasi penggunaan klon-klon karet berproduksi tinggi dan tahan penyakit tanaman karet. Upaya tersebut dapat dilaksanakan melalui program peremajaan karet rakyat serta perlunya peningkatan serapan konsumsi karet baik di dalam maupun luar negeri.

Kata kunci: Indonesia; komoditas karet; outlook

PENDAHULUAN

Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan strategis yang telah memberi kontribusi sangat berarti bagi perekonomian Indonesia. Perkebunan karet di Indonesia menjadi sumber mata pencaharian bagi 2,2 juta keluarga petani (Dirjenbun, 2021) dan menjadi enyumbang p devisa negara sebesar 2,38 juta ton dengan nilai US$ 4,12 milyar (Dekarindo, 2021).

Thailand merupakan produsen karet peringkat pertama di dunia dengan angka produksi mencapai 4,67 juta ton.

Sementara, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan jumlah produksi mencapai 3,12 juta ton, diikuti dengan negara Vietnam di peringkat ketiga 1,20 juta ton (ANRPC, 2021 dalam Dekarindo, 2021). Perkebunan karet di Indonesia terdiri atas perkebunan karet rakyat, perkebunan besar negara dan , perkebunan besar swasta. Sebagian besar produksi didominasi oleh perkebunan karet rakyat. Dalam perkembangannya, selama lima tahun terakhir (2017-2021), terdapat beberapa kondisi yang memengaruhi kinerja komoditas karet alam di Indonesia, baik dalam hal produksi, produktivitas, konsumsi, kegiatan ekspor dan impor serta , fluktuasi harga. Para pelaku industri perkebunan karet menghadapi masalah,

diantaranya rendahnya harga karet yang berpengaruh terhadap rendahnya produksi dan ekspor karet alam Indonesia. Harga karet yang rendah menyebabkan para pekebun banyak yang tidak mampu merawat kebunnya, meninggalkan kebun , dan atau mengkonversi tanaman karet menjadi tanaman lainnya yang lebih prospektif seperti sawit. Selain harga, terjadinya serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis di seb gian besar daerah a sentra perkebunan karet, juga menjadi penyebab turunnya angka produksi karet (hingga mencapai 30%-40%) di Indonesia.

Sebagai negara produsen utama karet di dunia, Indonesia melakukan kegiatan ekspor dan impor karet. Dalam kegiatan perdagangan karet di pasar nternasional, i harga karet dikendalikan oleh faktor-faktor yang berkaitan langsung dengan kinerja komoditas tersebut yaitu faktor permintaan dan penawaran karet, juga faktor eksternal seperti kenaikan tingkat suku bunga dan kegiatan spekulasi para spekulan di pasar internasional. Faktor-faktor inilah yang berperan terhadap dinamika pembentukan harga karet.

Awal tahun 2020, semua negara di dunia menghadapi masalah pandemi Covid- 19 yang mengguncang perekonomian dunia dan telah menyebabkan berlakunya kebijakan lockdown pada negara-negara pengimpor karet antara lain Eropa, Amerika Serikat, Cina, India dan Korea Selatan. , Kebijakan ini berpengaruh terhadap terhentinya kegiatan produksi pada industri hilir ban di negara-negara tersebut yang merupakan industri paling banyak menyerap karet alam. Hal ini berdampak pada turunnya permintaan karet alam dunia, yang pada akhirnya menyebabkan harga karet semakin terpuruk. Selanju nya t memasuki semester II tahun 2022, dunia tengah menghadapi ancaman resesi global dan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang pastinya akan berpengaruh terhadap permintaan komoditas karet alam.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah kebijakan d a l a m u p a y a m e m p e r t a h a n k a n keberlangsungan industri karet di Indonesia. Oleh karena itu, kajian ini dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai kinerja komoditas karet di Indonesia serta memberikan proyeksi gambaran kinerja komoditas karet

(3)

kedepannya. Hasil studi diharapkan dapat memberikan dasar kebijakan yang perlu diambil dalam upaya mempertahankan keberlangsungan industri karet Indonesia di tengah ketidakpastian pertumbuhan ekonomi yang saat ini sedang berlangsung.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan dengan metode desk study. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan data statistik karet Indonesia maupun statistik karet dunia. Data yang diambil meliputi data time series tahunan dan bulanan dalam 5 12 - tahun terakhir. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dan forecasting menggunakan model ARIMA. Model ARIMA didasarkan pada pola hubungan harga masa lampau untuk proyeksi harga masa yang akan datang. Model ini efektif untuk memproyeksikan rentetan data harga yang panjang dan berfluktuasi, dinamis dan , adanya keterbatasan informasi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah 1) analisis kinerja komoditas karet, yaitu data produksi, produktivitas, konsumsi, ekspor, impor selama 5 tahun terakhir (2017-2021) dan 2) forecasting harga karet TSR 20 dan RSS 3, yaitu harga bulanan TSR 20 (April 2010-September 2022) dan bulanan RSS 3 (April 2020-September 2022).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi dan Produktivitas Karet di Indonesia

Perkebunan karet di Indonesia terdiri atas perkebunan karet rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Selama , kurun waktu 2017-2020, kinerja produksi karet di Indonesia menunjukkan tren penurunan sebesar 4,03% per tahun, yaitu 3,68 juta ton di tahun 2017 menjadi 3,12 juta ton di tahun 2021 (Gambar 1). roduksi P karet sempat meningkat di tahun 2017 dikarenakan adanya peningkatan harga karet, sehingga menyebabkan para pekebun dapat melakukan pemupukan dan mengoptimalkan pengambilan produksi.

Selanjutnya di tahun 2018, produksi karet kembali turun sebesar 1,36%, hingga terus berlanjut di tahun 2019 dengan tingkat penurunan sebesar 9,06%. Pada periode ini, produksi menurun dikarenakan harga karet yang kembali turun di tahun 2018, menyebabkan petani banyak tidak mampu merawat kebun karetnya, dan meninggalkan kebun karet untuk beralih ke mata pencaharian lainnya (seperti buruh di perdagangan atau buruh bangunan).

Rendahnya harga karet yang berlangsung lama menyebabkan banyak pekebun mulai mengkonversi tanaman karet ke komoditas lain yang lebih prospektif seperti sawit.

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1

Rakyat 3 0 0 232, 5 , 3 1 1 253, 1 , 2 9 5 236, 0 , 2 5 3 497, 3 , 2 7 0 886, 6 , Negara 2 9 2 64 , 8 2 0 3 13 , 6 1 5 0 06 , 7 1 7 6 83 , 6 1 0 2 74 , 5 Sw tas a 3 0 9 08 , 1 2 8 7 38 , 4 2 1 0 83 , 9 2 3 4 01 , 8 2 0 3 22 , 3 Indonesia 3 6 0 428, 8 , 3 6 0 357, 3 , 3 3 1 404, 0 , 2 8 4 645, 8 , 3 1 1 475, 2 ,

- 0 , 005 0 0 1,0 00 ,000 1,5 00 ,000 2,0 00 ,000 2,5 00 ,000 3,0 00 ,000 3,5 00 ,000 4,0 00 ,000

Gambar 1. Perkembangan roduksi aret asionalp k n (ton), 2017-2021 Figure 1. The growth of national rubber production (tons), 2017-2021 (Sumber : Dirjenbun, 2018; 2019; 2021; Badan Pusat Statistik, 2021)

(4)

Kondisi ini semakin diperburuk dengan adanya serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis yang terjadi sejak tahun 2018 hingga sepanjang tahun 2019 di beberapa negara-negara produsen karet utama termasuk di Indonesia. Di Indonesia, serangan estalotiopsis tersebar di wilayah-P wilayah utama karet di Sumatra dan Kalimantan yang menyebabkan turunnya kemamp uan tanaman karet untu k menghasilkan produksi. Tahun 2020 kondisi semakin memburuk akibat dampak pandemi yang mengakibatkan harga karet semakin rendah dan kondisi cuaca yang tidak mendukung menyebabkan turunnya aktivitas penyadapan .

Di pertengahan 2020 dan berlanjut di tahun 2021, beberapa negara tujuan konsumen besar karet alam dunia telah membuka kembali akti itas ekonominya v termasuk industri otomotif dan industri ban.

Pekebun mulai bersemangat kembali melakukan aktivitas penyadapan. Meskipun demikian, produksi karet di tahun 2021 masih rendah akibat dampak adanya konversi karet ke komoditas lainnya yang lebih prospektif seperti sawit, dan juga akibat serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis.

Secara umum, selama kurun waktu 5 tahun (2017-2021), produktivitas karet di

Indonesia berfluktuasi dari tahun ke tahun, dengan menunjukkan tren yang menurun sebesar 3,61% per tahun (Gambar 2). Pada tahun 2017, produktivitas karet rata-rata sebesar 1.205 g/ha/tahun dan di tahun k 2021 produktivitasnya menurun menjadi 1.040 kg/ha/tahun. Di tahun 2021, perkebunan karet rakyat memiliki produktivitas yang paling rendah, yaitu 1.022 kg/ha, dibandingkan dengan produktivitas pada perkebunan negara maupun swasta, yang produktivitasnya masing-masing sebesar 1.152 g/ha dan k 1.128 g/ha. Rendahnya produktivitas karet k rakyat disebabkan masih rendahnya penggunaan bahan tanam klon karet di tingkat petani (sekitar 59%) serta kurangnya pengetahuan dan penerapan teknologi penanaman dan pemeliharaan kebun yang direkomendasikan (Syarifa et al., 2012). Konsumsi Karet Domestik

Secara umum, dalam kurun waktu 2017-2021, perkembangan konsumsi karet alam domestik berfluktuasi dari tahun ke tahun, namun menunjukkan sedikit penurunan sebesar 0,16% per tahun. Di tahun 2017, konsumsi karet alam domestik mencapai 619 ribu ton, menurun menjadi 615 ribu ton di tahun 2021 (Gambar 3).

Konsumsi domestik paling rendah terjadi di tahun 2020, disebabkan dampak pandemi

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1

Rakyat 1 1, 53 1 1, 53 1 1, 07 1 1, 04 1 0, 22 Negara 1 5, 29 1 5, 29 1 5, 09 1 5, 10 1 1, 52 Sw tas a 1 5, 49 1 5, 49 1 5, 18 1 5, 06 1 1, 28 Indonesia 1 2, 05 1 2, 05 1 1, 61 1 1, 58 1 0, 40

- 02 0 04 0 06 0 08 0 , 01 0 0 , 01 2 0 , 01 4 0 , 01 6 0 , 01 8 0

Gambar 2. Pertumbuhan produktivitas karet nasional (kg/ha/tahun) Figure 2. The growth of national rubber productivity (kg/ha/year) (Sumber: Dirjenbun, 2018; 2019; 2021)

(5)

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1 Prod ku si (000 ton) 3 6, 80 3 6, 30 3 3, 01 2 8, 84 3 1, 21

Konsumsi (000 ton) 6 91 6 62 6 04 5 89 6 51

- 05 0 , 01 0 0 , 01 5 0 , 02 0 0 , 02 5 0 , 03 0 0 , 03 5 0 , 04 0 0

Gambar 3. Perkembangan produksi dan konsumsi karet alam domestik (2017-2021) Figure 3. The growth of domestic rubber production and consumption (2017-2021) (Sumber : ANRPC, 2021 dalam Dekarindo, 2021)

Covid-19 di tahun 2020, yang membuat industri hilir dalam negeri sempat menghentikan operasionalnya. Dari Gambar 3 terlihat bahwa selama tahun 2017-2021, rata-rata konsumsi karet domestik hanya sebesar 19% dari rata-rata produksi karet nasional. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar produksi karet nasional (± 81%) ditujukan untuk ekspor.

Ekspor dan Impor Karet Alam Indonesia Volume dan nilai ekpor karet alam Indonesia tahun 2017-2021, menunjukkan tren penurunan masing-masing sebesar 7,63% dan 7,33% per tahun (Gambar 4).

Volume ekspor karet sebesar 3,27 juta ton dengan nilai mencapai US$ 5,59 milyar di tahun 2017. Pada tahun 2021, menurun

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1 Volume o(T n) 3 2 6 958, 7 , 2 9 4 216, 5 , 2 5 2 684, 8 , 2 4 5 691, 5 , 2 3 5 198, 8 , Value (' 000US$) 5 5 9 884, 8 , 4 1 6 843, 6 , 3 6 4 531, 5 , 3 2 6 746, 4 , 4 1 2 668, 2 ,

- , 0 ,0001 0 0 , 0 ,0002 0 0 , 0 ,0003 0 0 , 0 ,0004 0 0 , 0 ,0005 0 0 , 0 ,0006 0 0

Gambar 4. Perkembangan ekspor karet nasional (2017-2021) Figure 4. The growth of national rubber export (2017-2021) (Sumber: Dirjenbun, 2018; 2019; Dekarindo, 2021)

(6)

volumenya menjadi 2,38 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 4,12 milyar. ahun T 2016 diberlakukan skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) yang disepakati oleh Tripartite Rubber Council (ITRC) untuk meningkatkan harga karet dengan membatasi kuota ekspor dari anggota ITRC yang merupakan negara-negara produsen utama karet (Manjari, 2017). Setelah kesepakatan berakhir di Desember 2016 yang berdampak pada kenaikan harga di tahun 2017, para eksportir mulai mengekspor karet secara besar-besaran, sehingga terjadi peningkatan volume ekspor di tahun tersebut. Namun, di tahun 2018- 2 0 1 9 e k p o r k a r e t k e m b a l i t u r u n dikarenakan penurunan produksi akibat rendahnya harga karet dan serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis yang menyerang sebagian besar perkebunan karet di Indonesia. Kondisi ini terus berlanjut di tahun 2020 dikarenakan pandemi Covid-19, yang menyebabkan kebijakan lockdown diberlakukan pada negara-negara konsumen utama karet di Eropa, Amerika dan India sehingga industri , , pabrik ban dan kendaraan menghentikan kegiatan produksinya. Pandemi uga j menyebabkan delay shipment sampai pembatalan kontrak pembelian dari beberapa negara konsumen. Selanjutnya di tahun 2021, ekspor karet mulai sedikit meningkat setelah dibukanya kebijakan lockdown dimana beberapa negara

konsumen karet alam terbesar di dunia membuka kembali akti itas industri ban v dan otomotif.

Selain melakukan kegiatan ekspor, Indonesia juga mengimpor karet meskipun dalam jumlah yang kecil. Selama kurun waktu 2017-2021, perkembangan impor karet menunjukkan tren meningkat. Volume dan nilai impor meningkat masing-masing sebesar 28,15% dan 27,78% per tahun (Gambar 5). Di tahun 2021, impor karet a l a m m e n i n g k a t s e b e s a r 5 0 , 8 7 % dibandingkan tahun 2020, dikarenakan meningkatnya permintaan karet alam untuk keperluan industri hilir pembuatan peralatan medis dan industri hilir karet lainnya dengan nilai impornya mencapai US$ 110,7 juta.

Di tingkat dunia, faktor yang memengaruhi konsumsi karet antara lain pertumbuhan perekonomian global, kinerja industri otomotif dunia, harga minyak mentah, serta kondisi politik dunia.

Sementara, faktor yang memengaruhi produksi karet antara lain kegiatan peremajaan atau perluasan penanaman baru, distribusi umur tanaman karet, luas areal karet yang bisa disadap, produktivitas, serta iklim dan perubahan iklim (Haris, 2021). Pada tahun 2017 terjadi akumulasi defi it supplyc , yang menyebabkan harga karet meningkat. Sedangkan dalam periode

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1 Volume (t no ) 2 , 79 7 3 4 , 56 9 2 3 , 41 8 6 5 , 23 2 5 8 , 90 2 9 Value (' 000 US$) 4 , 21 5 7 5 , 02 4 2 3 , 47 7 8 5 , 83 7 2 1 0 7 11 , 0

- 0 0 02 , 0 0 0 04 , 0 0 0 06 , 0 0 0 08 , 0 0 , 001 0 0 2 , 001 0 0

Gambar 5. Perkembangan impor karet alam Indonesia (2017-2021) Figure 5. The rowth of Indonesian rubber import (2017-2021)g

(Sumber: Dirjenbun, 2018; 2019; 2021)

(7)

2018 2021 terjadi - excess supply (Gambar 6).

Excess supply yang paling tinggi terjadi di tahun 2020 dikarenakan dampak pandemi Covid-19, namun excess baru mencapai angka 0,39 juta ton atau 3% (belum mencapai 10%) terhadap konsumsi global.

Perkembangan Harga Karet Alam Dunia Dalam perdagangan karet di pasar internasional, Indonesia hanya bertindak sebagai price taker. Pembentukan harga karet sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental (permintaan dan penawaran karet) dan faktor non fundame tal (aktivitas n spekulan) di pasar dunia. Selama kurun waktu 2011-2021, perkembangan harga karet alam TSR 20 di pasar SICOM mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan menunjukkan tren penurunan sebesar 10,44% per tahun, dan selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2017-2022) harga karet alam mengalami tren penurunan sebesar 1,71% per tahun aat ini harga karet berada . S pada level rendah yang tidak remuneratif bagi para produsen karet. Sementara harga karet RSS 3 tahun 2011-2021 juga menunjukkan tren penurunan sebesar

8,88% per tahun (Gambar 7). Pada periode ini, banyak faktor yang menyebabkan harga karet terus menurun, antara lain adanya perang dagang dan politik antara Cina dan A m e r i k a y a n g m a s i n g - m a s i n g memberlakukan tarif impor sehingga mengakibatkan menurunnya konsumsi barang-barang asal Cina di Amerika. Kondisi ini pada gilirannya berdampak pada penurunan konsumsi bahan baku industri ban sebagai pengguna karet utama. Selain itu, penurunan harga disebabkan ketidak- akuratan gambaran supply dan demand karet di pasar global, akibat adanya ulah spekulan yang memberikan kesan adanya oversupply di pasar perdagangan karet dunia serta tata cara rubber trading di pasar global yang seringkali tidak menampilkan kondisi harga yang sebenarnya (Gapkindo, 2018). Kondisi ini mendorong negara-negara Thailand, Indonesia dan Malaysia yang , tergabung dalam ITRC sepakat untuk menurunkan volume ekspor dalam upaya meningkatkan harga karet. Sehingga harga karet di tahun 2019 meningkat sebesar 4%

dibandingkan tahun 2018. Disamping itu, terjadi sentimen damai antara Cina-Amerika Serikat yang menyebabkan bergairahnya

2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1 P o u sir d k 1 33 83 1 83 64 1 83 41 1 03 49 1 83 21 Konsumsi 1 23 97 1 33 87 1 93 10 1 82 24 1 04 79 Akumulas Ei xcess/Deficit -245 2 23 1 36 3 88 1 03

Excess/Deficit 86 4 77 -69 2 52 -258

-400 -200 0 2 00 4 00 6 00 8 00

1 02 00 1 22 00 1 42 00 1 62 00 1 82 00 1 03 00 1 23 00 1 43 00 1 63 00 1 83 00 1 04 00 1 24 00

Gambar 6. Perkembangan produksi dan konsumsi karet dunia Figure 6. The growth of world NR production and consumption (Sumber : ANRPC, 2021 dalam Dekarindo, 2021)

(Catatan: excess = roduksi - onsumsi > 0p k ; defi it = roduksi - onsumsi < 0s p k )

(8)

semangat investor untuk melakukan investasi dalam bisnis karet. Selanjutnya, naiknya harga karet juga dipicu oleh s e r a n g a n p e n y a k i t g u g u r d a u n Pestalotiopsis, yang menyerang sebagian besar perkebunan karet di negara-negara produsen karet terbesar dunia sehingga supply karet dunia menurun. Namun, pada tahun 2020, dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyaknya industri hilir karet berhenti beroperasi, telah membawa harga karet menjadi terpuruk. Selanjutnya, setelah mengalami penurunan yang sangat tajam sejak Maret 2020, harga karet kembali meningkat di Juni 2020 setelah kebijakan lockdown dibuka dan sempat menyentuh US Cent 176,4 per kg untuk jenis mutu TSR 20 pada tanggal 28 Oktober 2020. Kondisi ini terus bertahan hingga tahun 2021, dimana harga rata-rata di tahun 2021 mencapai US$

1,68 (TSR 20) dan US$ 2,08 (RSS 3). Namun, harga karet TSR 20 dan RSS 3 di September 2022 menurun hingga menyentuh level harga masing-masing US$ 1,33 dan US$

1,48 per g.k

Prospek Komoditas Karet Alam

Analisis forecasting dilakukan dengan menggunakan Model ARIMA, terhadap harga karet TSR 20. Analisis digunakan untuk memproyeksikan harga di bulan Oktober 2022 sampai September

2023. Hasil proyeksi menunjukkan bahwa harga karet TSR 20 dari bulan Oktober 2022 sampai September 2023 diproyeksikan rata- rata sebesar US$ 1,23 per g, dengan k kisaran harga US$ 1,18 1,29 per g (Gambar - k 8). Hasil proyeksi oleh Smit (2016) juga menunjukkan bahwa harga karet alam TSR 20 berkisar antara US$ 1,20 -1,30 di tahun 2023 (Gambar 9).

Rendahnya harga di tahun 2022 dan rendahnya harga karet yang diproyeksikan hingga tahun 2023, tidak terlepas dari kondisi perekonomian dunia saat ini yang s e d a n g m e n g a l a m i p e r l a m b a t a n pertumbuhan ekonomi, terutama di negara- negara konsumen utama karet alam. Di tahun 2022, meskipun situasi pandemi Covid-19 sudah semakin membaik di sebagian besar negara, namun pandemi telah memberikan tekanan ekonomi yang berat di sejumlah egara, dan kondisi ini n semakin diperparah oleh adanya perang Rusia-Ukraina yang juga berkontribusi dalam memperlambat proses pemulihan ekonomi di berbagai negara (Anas et al., 2022). Pada Juni 2022, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan global menjadi hanya 2,9% pada 2022 dari 5,7%

pada 2021. Menurunnya pertumbuhan ekonomi global akan berdampak pada menurunnya potensi permintaan komoditas termasuk permintaan komoditas karet.

0 0. 0 1 0. 0 2 0. 0 3 0. 0 4 0. 0 5 0. 0 6 0. 0

2 10 0 2 10 1 2 10 2 2 10 3 2 10 4 2 10 5 2 10 6 2 10 7 2 10 8 2 10 9 2 20 0 2 20 1 s.d Sep 2 20 2 Tahun

TSR 2 0 US$/Kg RSS3 US$/Kg

Gambar 7. Perkembangan arga TSR 20 dan RSS 3 2010-2022h ( ) Figure 7. The growth of price of TSR 20 and RSS 3 2010-2022( ) (Sumber: Sicom, 2010-2022)

(9)

Karena permintaan karet berkaitan dengan kondisi pertumbuhan ekonomi negara- negara konsumen utama karet seperti Cina, AS, Jepang, Brazil, Uni Eropa, India, Malaysia, dan Vietnam yang juga sedang mengalami perlambatan pertumbuhan e k o n o m i . P e r k i r a a n p e r l a m b a t a n pertumbuhan permintaan di Cina sebesar

0,6% p.a. dibandingkan dengan 2,3% p.a.

dalam dekade terakhir. Dalam laporan IMF (2022), negara AS, Cina, Uni Eropa, Brazil, India, dan negara ASEAN diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi dari tahun 2021 sampai tahun 2023 (Tabel 1).

Gambar 8. Forecasting arga TSR 20 (Oktober 2022-September 2023)h Figure 8. The forecasting of price of TSR 20 (Oktober 2022-September 2023) (Sumber: Data diolah (Oktober 2022-September 2023)

Gambar 9. Proyeksi harga karet dunia oleh Hidde Smit Figure 9. Projections of orld NR rice by Hidde Smitw p (Sumber: Smit, 2016)

(10)

Hasil analisis harga karet jangka panjang yang dilakukan oleh Hidde Smit menunjukkan bahwa proyeksi harga karet di tahun 2025 akan meningkat kembali menjadi US$ 1,5, dan akan terus meningkat menjadi US$ 2,5 di tahun 2027. Hal ini dikarenakan adanya prediksi konsumsi yang akan terus meningkat 0,5 uta tonj per tahun, sementara surplus produksi mulai berkurang. Proyeksi menunjukkan akan terjadi defisit produksi di tahun 2030 apabila tidak terdapat upaya-upaya

peningkatan produksi dan produktivitas yang dimulai dari sekarang (Gambar 10).

B e r d a s a r k a n p r o y e k s i t e r s e b u t , menunjukkan masih tingginya prospek permintaan karet alam di pasar dunia dalam beberapa dekade mendatang. Agar tidak kehilangan momentum kenaikan harga karet ini, diperlukan upaya-upaya untuk terus meningkatkan produksi dan kualitas karet alam, melalui upaya-upaya replanting atau penanaman baru.

Tabel 1. Proyeksi outlook ekonomi negara konsumen karet alam 2021-2023,

Table 1. Projections of economic outlook of natural rubber consuming countries, 2021-2023 Negar konsumen a

Consumi g coun ntries

Produk nasional bruto il (%) ri Re al gross n ion pat al roducts ( )%

2021 2022 2023

Amerika Serik at 5,7 2,3 1,0

C ain 8,1 3,3 4,6

Uni Eropa 5,4 2,6 1,2

Jepang 1,7 1,7 1,7

B azilr 4,6 1,7 1,1

India 8,7 7,4 6,1

ASE N A 3,4 5,3 5,1

Sumber: IMF, 2022

Gambar 10. Proyeksi harga (kiri) serta produksi dan konsumsi karet (kanan) dunia jangka panjang

Figure 10. Long term projections of price (left), production and consumption of world natural rubber (right)

(Sumber: Smit 2016, )

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Memasuki semester II tahun 2022, pertumbuhan ekonomi global melambat, terutama di negara-negara konsumen utama karet, dan diprediksi akan berlanjut ke tahun 2023. Hal ini akan berdampak pada permintaan komoditas karet alam yang juga diperkirakan akan melambat, yang pada gilirannya nanti akan memengaruhi harga karet di pasar global.

2. Harga karet alam di pasar global untuk jenis TSR 20 rata-rata di bulan September 2022 menurun hingga ke level US$ 1,33.

Sementara harga karet dari bulan Oktober 2022 sampai September 2023 diperkirakan rata rata sebesar US$ 1,23 per g, dengan kisaran harga US$ 1,18k - 1,29 per g.k

3. H a s i l p r o y e k s i j a n g k a p a n j a n g menunjukkan adanya peningkatan harga karet alam mencapai sebesar US$ 1,5 per kg karet kering di tahun 2025, dan diproyeksikan akan terus meningkat di tahun 2027 menjadi US$ 2,5 per g karet k kering. Proyeksi menunjukkan terjadi defisit produksi di tahun 2030 apabila tidak terdapat upaya-upaya peningkatan produksi dan produktivitas yang dimulai dari sekarang. Hal ini mengindikasikan perlunya upaya-upaya untuk kembali m e n i n g k a t k a n p r o d u k s i d a n produktivitas karet melalui dukungan pemangku kebijakan dalam penyediaan dana untuk mengakselerasi penggunaan klon-klon produksi tinggi yang tahan penyakit melalui program peremajaan dan penanaman baru serta dukungan dalam meningkatkan serapan konsumsi karet baik di dalam maupun luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, T. R., Zulfadin, & Haryanto, J. T.

( 2 0 2 2 ) . T i n j a u a n E k o n o m i , Keuangan, & Fiskal. Momentum Kebangkitan Perekonomian di Tengah Dinamika Global. Edisi II tahun 2022. Jakarta: Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan.

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Karet Indonesia 2020. Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

[Dekarindo] Dewan Karet Indonesia. (2021).

Data Industri Karet Indonesia.

Jakarta: Dewan Karet Indonesia.

[ D i r j e n b u n ] D i r e k t o r a t J e n d e r a l Perkebunan. (2018). Statistik Perkebunan Indonesia Rubber (Karet) 2017-2019. Jakarta:

Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementeriaan Pertanian.

[ D i r j e n b u n ] D i r e k t o r a t J e n d e r a l Perkebunan. (2019). Statistik Perkebunan Indonesia 2018-2020.

Karet. Jakarta: Direktorat Jenderal P e r k e b u n a n , K e m e n t e r i a a n Pertanian.

[ D i r j e n b u n ] D i r e k t o r a t J e n d e r a l Perkebunan. (2021). Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementeriaan Pertanian.

[Gapkindo] Gabungan Perusahaan Karet Indonesia. (2018). Berita Karet.

D i a k s e s d a r i https://www.gapkindo.org/id/berita- karet/443-berita-karet-desember- 2018

Haris, U. (2021). Outlook Komoditas Karet Tahun 2021. Disampaikan pada

“Diskusi Outlook Industri Karet 2021: Tantangan dan Potensi Karet Indonesia”, diselenggarakan oleh Gamal Institute, 25 Februari 2021.

[IMF] International Monetary Fund. (2022).

World Economic Outlook July 2022.

Washington DC: International Monetary Fund. Diakses dari https://www.imf.org/en/Publicatio ns/WEO/Issues/2022/07/26/worl d-economic-outlook-update-july- 2022

Syarifa, L. F., Agustina, D. S., Nancy, C., &

Supriadi, M. (2012). Evaluation of adoption level of high yielding clones at rubber smallholder in South Sumatera province. Indonesian J.

Nat. Rubb. Res., 30 (1): 12-22.

(12)

Manjari, R. M. E. (2017). Pasar karet alam:

ketidakpastian rebound dan potensi pemulihan Indonesia. F o r b i l I n s t i t u t e . D i a k s e s d a r i https://forbil.org/id/article/6/pasa r - k a r e t - a l a m - k e t i d a k p a s t i a n - rebound-dan-potensi-pemulihan- indonesia

Sicom. (2022). Historical commodities daily settlement price. Diakses dari https://www.sgx.com/research- education/derivatives#Historical

Smit, H. (2016). The outlook for rubber prices and the need for appropriate action.

Disampaikan pada Global Rubber Conference 2016, 11-13 Oktober 2016, Krabi, Thailand.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam,

karet dalam negeri Thailand dan belum optimalnya produksi lahan karet yang baru direvitalisasi, sehingga nilai ekspor karet alam Thailand pada tahun 2006 mengalami

Komoditas yang tidak tersedia data baik impor, ekspor, maupun produksinya bisa didekati dengan data konsumsi per kapita dengan asumsi antara ketersediaan dan konsumsi ada

Indonesia yang merupakan produsen karet alam nomor dua terbesar di dunia dengan produksi setelah Thailand memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi selama periode

dapat diinterprestasikan bahwa secara simultan ketiga variabel yang dihipotesiskan yaitu produksi karet alam di Indonesia (QKR), harga ekspor karet alam (HXKR) dan nilai tukar

Untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing dengan negara-negara produsen karet alam dunia, industri perkebunan karet alam Myanmar terus memperbaiki produksi dan kualitas karet alam

SITUASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN ANALISIS PENGARUH FAKTOR HARGA DAN PRODUKSI TERHADAP VOLUME EKSPOR KARET ALAM INDONESIA TAHUN 2015-2020 International Trading Situation and the

Volume ekspor kopi Indonesia selama periode tahun 1998-2021 rata-rata mencapai 388.147 ton/tahun atau sekitar 59 persen dari rata-rata produksi kopi nasional yang produksinya 665.213