• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of TEKNIK PENSTRUKTURAN DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of TEKNIK PENSTRUKTURAN DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PENSTRUKTURAN DALAM LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

Rahayu Dewany1, Rezki Hariko2*, Yeni Karneli3

1,2,3Universitas Negeri Padang, Indonesia

*Email: [email protected]

ABSTRAK

Pelaksanaan konseling individual sering ditemui bahwa klien tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling atau masih ragu-ragu terhadap beberapa aspek konseling, misalnya klien tidak mengetahui apa arti, tujuan, prinsip, proses, dan konselor. dan klien berada dalam hubungan konseling. Layanan konseling individual adalah suatu proses pertolongan dari konselor kepada klien untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan dari masalah dan upaya untuk mengembangkan kepribadian klien agar dapat menyesuaikan diri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang normal, dalam pelaksanaan konseling individu. layanan konseling individual perlunya penataan teknik dalam hubungan konseling, dengan tujuan agar klien dapat mengetahui dan memahami dengan jelas apa itu konseling, tujuannya, proses pelaksanaan serta konselor dan konseli. Penataan merupakan upaya yang dilakukan konselor dalam proses konseling untuk membina pemberian bantuan melalui konseling. Penataan diperlukan untuk membawa klien ke layanan konseling individu untuk mengembangkan diri. Bagi klien yang baru pertama kali bertemu dengan konselor dan belum mengerti apa, mengapa dan bagaimana konseling, khususnya layanan konseling individual, memerlukan penataan yang lengkap.

Kata Kunci:, Teknik Penstrukturan, Konseling Individual

PENDAHULUAN

Setiap individu tidak terlepas dari berbagai macam masalah dalam hidupanya seperti masalah pribadi, sosial, belajar dan karir, untuk mengentaskan masalah tersebut individu memerlukan bantuan dari seseorang yang ahli dibidangnya yaitu konselor, melalui konseling individual konselor dapat membantu individu untuk mengentaskan

JUBIKOPS: Jurnal Bimbingan Konseling dan Psikologi

Volume 3 Nomor 2, September 2023, Hal. 62-69

(2)

masalahnya. Menurut Sofyan S. Willis, (2013) konseling individual adalah pertemuan konselor dengan konseli secara individual, dimana terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk pengembangan pribadi konseli sehingga konseli dapat mengantipasi masalah-masalah yang dihadapi.

Masalah tersebut merupakan masalah pribadi dan rahasia sehingga dalam pelaksanaannya menuntut kepercayaan yang tinggi dari konseli, oleh sebab itu membina hubungan yang baik antara konselor sebagai pihak yang membantu dan klien menjadi pihak yang dibantu sangat diperlukan dalam pelaksanaan konseling (Amalia Putri., 2016)

Melalui layanan konseling individual konselor dapat memberikan bantuan kepada klien untuk mengentaskan masalahnya, namun dalam pelaksanaan konseling individual sering ditemui bahwa klien belum dapat memahami secara jelas akan konseling itu sendiri atau masih ragu dengan beberapa aspek yang ada dalam konseling, misalnya saja klien tidak mengetahui apa pengertian konseling, tujuan dari konseling, asas-asas yang ada dalam konseling, bagaimana proses pelaksanaannya serta apa peranan konselor dan klien dalam kegiatan konseling. Oleh karena itu dalam pelaksanaan layanan konseling individual perlunya pelaksanaan teknik penstrukturan dalam hubungan konseling, dengan tujuan agar klien dapat mengetahui serta memahami secara jelas apa itu konseling, tujuan, proses pelaksanaan serta peranan konselor dan konseli.

Penstrukturan merupakan upaya yang dilakukan konselor dalam kegiatan konseling agar proses pelaksanaan dapat tersusun dengan baik dan mencapai keberhasilan pelaksaan layanan. (Karneli, 2000) mengemukakan bahwa penstrukturan adalah penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas dan tujuan konseling pada umumnya dan hubunganya dengan aspek -aspek pada khususnya.

Sehingga dapat dipahami bahwa teknik penstrukturan sangat perlu dilaksanakan baik pada awal proses, pertengahan maupun diakhir pelaksanaan layananya agar layanan konseling dapat terlaksanaan dengan baik sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.

Karena tidak adanya pengetahuan klien akan konseling yang menyebabkan proses pelaksanaan layanan konseling tidak efektif, hal tersebut juga terjadi Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Netrawati, 2018) dengan judul “ The Implementation of Basic Counseling Technique in Elementary School For Helping The Development and Alleviating Student’s Problems in West Pasaman District Education Office” menyatakan bahwa pada proses konseling kadang-kadang terjadi pembicaraan yang meluas baik dari konseli maupun konselor itu sendiri. Pembatas/kontrak sangat diperlukan yang mencakup pembatasan/kontrak waktu, masalah, peran, dan tindakan.

Tujuan penstrukturan adalah agar konselor dan konseli memahami masing-masing perannya, mengetahui berapa lama sesi konseling yang akan diselenggarakan, membatasi masalah yang akan dibahas, memahami apa yang akan dilakukan dan apa yang diharapkan dalam sesi konseling.

(3)

Kurangnya pengetahuan serta pemahaman klien akan konseling sangat perlu diatasi agar pelaksanaan konseling dapat berjalan dengan baik. Oleh sebab itu teknik penstrukturan dalam metode hubungan konseling pada layanan konseling individual sangat diperlukan dengan tujuan konselor dan klien dapat mengetahui aspek-aspek yang penting dalam hubungan konseling.

TINJAUAN PUSTAKA

Pelaksanaan layanan konsleing individual sering ditemui bahwa klien belum mengetahui atau bahkan masih ragu akan aspek-aspek dalam konseling seperti klien belum tau apa itu konseling, tujuan dari konseling, asas dalam konseling, bagaimana proses pelaksanaan serta apa peran konselor dan klien dalam hubungan konseling.

Dalam hubungan konseling terdapat tersebut dalam teknik yaitu teknik yang menjelaskan tentang dasar, kondisi, batas dan tujuan dari proses konseling. Menurut Hikmawati (2016) mengatakan bahwa teknik structuring atau menstrukturkan adalah proses penetapan batasan oleh konselor tentang hakikat, batas-batas dan tujuan proses konseling pada umumnya, dan hubungan tertentu pada khususnya. Menata struktur akan memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada klien struktur konseling mempunya dua unsur yaitu: pertama, unsur implisit dimana peranan konselor yang secara umum diketahui klien, dan kedua, yaitu struktur yang formal berupa penataan konselor untuk menjelaskan dan membatasi proses konseling.

Tujuan dari teknik penstrukturan adalah menjelaskan kepada klien tentang pengertian konseling, tujuan dari kegiatan konseling yang akan dilaksanakan oleh klien, asas-asas apa saja yang ada pada pelayanan konseling, bagaimana proses pelaksanaan serta apa peran konselor dan klien dapat kegiatan konseling. dengan pemberian teknik penstrukturan oleh konselor pada klien maka akan dapat membawa klien kapada pemahamn baru/ diperolehnya wawasan baru tentang pelayanan konseling (Suwandi, 2016). Selanjutnya melalui teknik ini dapat meningkatkan kesiapan klien secara suka rela, terbuka dan aktif dalam mengikuti sesi konseling

1. Teknik Penstrukturan

Pelaksanaan penstrukturan dalam proses konseling individual meiputi Isi/materi dari seperti: (1) apa itu konsleing, (2) bagaimana konseling itu dilakukan, (3)arah pelaksanaan konseling yang dilakukan, (4) asas-asas pokok yang menanungi proses konseling dan (5) peran konselor dank lien dalam proses konseling.

Penstrukturan dalam konseling terbagi atas dua macam (Suwandi, 2016) yaitu:

a. Penstrukturan Penuh, yaitu semua isi/materi penstrukturan disampaikan kepada klien yang belum memahami dan mengetahui apa itu konseling. Hal ini dilakukan untuk klien yang tidak menyadari dirinya bermasalah dank lien punya persepsi negative terhadap konseling

b. Penstrukturan sebagian, yaitu menyampaikan sebahagian isi/materi penstrukturan kepada klien. isi atau materi penstrukturan dapat dipilih oleh

(4)

konselor sesuai dengan kebutuhan klien. penstrukturan sebagian ditujukan kepada klien yang datang dengan sukarela secara umum sudah memiliki pengetahuan minimal tentang konseling atau sudah pernah melakukan konseling. Penstrukturan sebagian ini dilakukan untuk menata kembali pikiran/perasaan klien tentang konseling.

Penstrukturan diperlukan untuk membawa klien memasuki layanan konseling individual untuk pengembangan dirinya. Untuk klien yang baru pertama kali bertemu dengan konselor dan belum memahami tentang apa, mengapa dan bagaimana konseling khususnya layanan konseling individual memerlukan penstrukturan penuh. Kedalam dan volume serta kapan teknik penstrukturan ini dilaksanakan tentunya harus disesuaikan dengan kondisi pemahaman, wawasan, persepsi dan sikap klien terhadap pelayanan konseling pada umumnya. Dilihat dari segi waktu penstrukturan dapat diberikan pada awal, di tengah atau di akhir proses sesi konseling sesuai dengan kebutuhan klien. teknik penstrukturan dapat diberikan secara langsung oleh konselor tanpa persetujuan klien. namun dapat juga diberikan secara langsung jika ada pertanyaan yang muncul dari klien terkait dengan pentrukturan dalam konseling.

2. Bentuk Penstrukturan dan Kontrak

Setelah membahas penstrukturan sebagai tehknik untuk menjelaskan batas- batas dan isi dari proses konseling. Metode penstrukturan dilanjutkan dengan kontrak, dimana adanya suatu persetujuan bagaimana dan kapan tujuan konseling dilaksanakan (Brammer, 1982)

a. Kontrak

Kontrak dilakukan untuk menguraikan persetujuan penstrukturan. Beberapa kontrak yang secara khusus dilakukan kepada klien yang baru mengikuti konseling. Ciri khusus dari kontrak adalah untuk mengetahui bahwa secara pasti tentang apa yang diharapkan klien, pengertian dan kesanggupan klien untuk mencapai hasil konseling. Suatu kontrak akan lebih efektif jika klien dapat menghilangkan tingkah laku negatif.

b. Batasan waktu

Pada awal sesi konseling, konselor menjelaskan berapa banyak waktu yang akan terpakai. Jika dalam sesi konseling, konseli memakai lebih waktu yang telah ditetapkan maka konselor dapat mengatakan “kegiatan akan segara berakhir”. Dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan dari kegiatan konseling ini diperlukan beberapa kali kegiatan.

c. Batasan tindakan

Dalam batasan tindakan mengarah pada tindakan yang dapat dilakukan oleh klien dan tindakan yang tidak dapat dilakukan klien. Dalam proses pelayanan konseling, konselor tidak membatasi ekspresi verbal namun hal-hal yang tidak

(5)

boleh dilakukan seperti melukai diri sendiri dan orang lain. Klien boleh mengatakan tidak suka kepada konselor, namun klien tidak boleh melukai konselor.

d. Batasan peran

Pada setting konseling, konselor bermungkinan memiliki peran ganda, struktur peran tidak hanya dimaksudkan untuk membatasi siapa diri konselor pada saat ini (di ruang konseling) tetapi juga apa yang harus diperankan oleh konselor dan klien dalam proses yang akan berlangsung.

Konselor menjelaskan apa perannya dalam kegiatan konseling, karena terkadang klien datang dengan persepsi yang salah terhadap peran konselor, seperti terdapat beberapa konseli yang menganggap bahwa konselir merupakan sebuah pelayanan yang dapat mengobati orang-orang yang mengalami gangguan jiwa serta beranggapan bahwa masalah yang disampaikan pada konselor dapat diatasi secara cepat melalui pelayanan konseling, Kemudian konselir juga beranggapan bahwa segala tanggung jawab dalam pemecahan masalah yang terjadi pada klien dipikul oleh konselor sendiri. harapan-harapan yang tidak realitis ini sangat memerlukan penjelan dari konselor agar klien dapat mengubah persepsi mereka akan konselor serta kegiatan pelayanan konseling karena sejatinya konselor hanya membantu konseli dalam mengentaskan masalah dan perkembangan dirinya namun yang menentukan keputusan dan memecahkan masalah itu adalah konseli itu sendiri.

3. Konseling Individual

Konseling individual merupakan salah satu layanan yang ada dalama bimbingan dan konseling, layanan konseling individual merupakan layanan yang dilakukan secara tetap muka oleh konselor dank lien dalam rangka membantu klien untuk mengentaskan masalah yang sedang dialami serta membimbing klien agar dapat menyelesaikan masalahnya secara mandiri. Menurut Tohirin (2008)Layanan konseling individual juga dapat diartikan sebagai proses membantu dari konselor kepada klien untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan masalah dan upaya mengembangkan pribadi klien agar dapat beradaptasi serta dapat melakukan penyesuaian diri di lingkungan sosial dengan normal.

Dalam layanan konseling individual terdapat beberapa unsur, yaitu:

a. Tujuan Layanan Konseling Individual

Tujuan layanan konseling individual adalah pengentasan masalah klien, dengan terentaskannya masalah klien, dia akan lebih mandiri dan mampu mengendalikan diri sehingga terbebaskan dari amsalah yang membebani dirinya serta lebih terbuka dalam berperilaku positif ke arah kondisi KES (Prayitno, 2017)

b. Asas Konseling Individual

(6)

Kekhasaan yang paling mendasar dalam layanan konseling individual adala hubungan interpersonal yang sangat intens antara klien dan konselor. Hubungan ini benar-benar sangat mempribadi, sehingga boleh dikatakan antara kedua pribadi itu dengan “saling memasuk-masuki”. Artinya konselor memasuki pribadi klien dan klien memasuki pribadi konselor. Proses layanan konseling dikembangkan sejalan dengan suasana yang demikian, serta dibangun kemampuan khusus klien untuk keperluan kehidupannya. Adapun asas-asas konseling memperlancar proses dan memperkuat bangun yang ada di dalam layanan konseling individual yaitu:

1) Asas kerahasiaan

2) Asas kesukarelaan dan keterbukaan 3) Asas kekinian dan kegiatan

4) Asas kenormatifan dan keahlian c. Proses layanan konseling Individual

Secara keseluruhan proses layanan konseling individual dengan format tatap muka secara langsung terentang dari kegiatan paling awal sampai kegiatan akhir, dapat dipilah dalam lima-an/ lima-in tahap. Yaitu: (1) tahap pengantaran (introduction), (2) tahap Penjajakan (investifation), (3) tahap penafsiran (interpretation), (4) tahap pembinaan (intervention), dan tahap penilaian (inspection).

Pada kenyataanya sering ditemukan pada proses pelaksanaan layanan konseling individual tidak berjalan dengan efektik karena kurangnya pemahaman klien akan konseling itu sendiri sehingga perlunya diberikan penstrukturan penuh dalam konseling agar klien dapat mengetahui tujuan dari layanan konseling individual, bagaimana proses pelaksanaan serta apa peran konselor dan klien dalam konseling tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi literature yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian. Menurut Dahnial & warsiah, (2009)Studi Literatur adalah merupakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku buku, majalah yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. selanjutnya jenis penelitian studi literature yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengolah menjadi bahan penelitian (Zed, 2008)

Berdasarkan Artikel yang ditulis oleh Mulyani, (2014) menguraikan bahwa seorang konselor harus mampu membina hubungan yang bersifat membantu (helping relation) dengan memberi kepercayaan terhadap klien untuk dapat bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas yang sedang dihadapi. Hubungan konseling tidak bermaksud HASIL DAN PEMBAHASAN

(7)

mengalihkan permasalahan klien kepada konselor, namun untuk memotivasi klien agar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi masalah.

Kegiatan konseling, terdapat bahwa konselor sering menumui klien yang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan konseling atau masih ragu tentang beberapa aspek mengenai konseling, seperti: klien tidak mengetahui pengertian, tujuan, prinsip, asas, proses dan peranan konselor dan klien dalam hubungan konseling. dan terdapat klien yang masih ragu tentang salah satu aspek dalam konseling yaitu keraguan tentang asas kerahasiaan, hal inilah yang mendorong konselor untuk melakukan penstrukturan (Suwandi, 2016). Dalam membina hubungan pelayanan konseling individual terdapat beberapa teknik yang dapat dilakukan agar terciptanya hubungan yang hangat dan harmonis antara konselor dan klien diantaranya adalah teknik penstrukturan. Teknik penstrukturan merupakan usaha konselor dalam proses konseling untuk membina struktur pemberian bantuan melalui konseling, hal tersebut senada dengan pendapat Karneli (1999) menjelaskan bahwa penstrukturan adalah penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batasan dan tujuan konseling pada umumnya dan hubungan dengan aspek-aspek khususnya.

Teknik penstrukturan bertujuan untuk menjelaskan peranan konselor, peranan klien, dan proses konseling yang akan dijalani oleh klien, dengan kata lain penstrukturan memberikan penjelasan kepada klien tentang pengertian, tujuan, sifat, asas, prinsip dan prosedur penyelenggaraan konseling. Pemberian teknik ini akan membawa klien kepada insight baru dan memperkuat wawasan tentang pelayanan konseling. Selain itu tujuan dari teknik penstrukturan adalah agar klien menyelenggarakan proses konseling secara sukarela serta terlibat secara langsung, penuh, aktif dalam keseluruhan konseling.

Adapun isi/materi dalam teknik penstrukturan adalah: (1) apa itu konseling, (2) bagaimana konseling itu dilakukakn, (3) ke mana arah konseling dilakukan, (4) asas- asas pokok yang menaungi proses konseling, dan (5) peran konselor dan klien dalam proses konseling.

Hasilnya membuktikan bahwa dengan keterampilan seorang konselor dalam membangun hubungan antarpribadi antara konselor dan konseli dalam proses konseling yang diorientasikan pada kondisi masyarakat berbasih pengertahuan yang menempatkan kemanusian dan belajar sepanjang hayat yang bersifat psikologis. Dalam proses konseling, keterampilan konselor dalam penstrukturan adalah kemampuan untuk menjelaskan apa itu konseling, tujuan, peran konselor dan konseli serta batasan-batasan yang ada dalam proses konseling sehingga pelayanan konseling individual dapat terjalan dengan efektif dan mencapai tujuan yang diinginkan.

SIMPULAN `

Mengingat seringnya ditemui klien yang belum mengetahui akan konseling itu sendiri atau masih ragu dengan beberapa aspek perlunya penjelasan dari konseling

(8)

melalui teknik penstrukturan yang terdapat di dalam proses konseling. teknik penstrukturan merupakan upaya yang dilakukan konselor agar klien memahami bagaimana proses pelaksanaan konseling dan batasan-basatan yang ada didalamnya, sehingga konseli dapat meningkatkan pemahaman/ wawasannya secara lebih luas akan konseling itu sendiri, menurut Karneli (2000) yang menyatakan bahwa penstrukturan adalah penetapan batasan oleh konselor tentang hakekat, batas-batas dan tujuan konseling pada umumnya dan hubunganya dengan aspek -aspek pada khususnya.

Sehingga dapat dipahami bahwa teknik penstrukturan sangat perlu dilaksanakan baik pada awal proses, pertengahan maupun diakhir pelaksanaan layananya agar layanan konseling dapat terlaksanaan dengan baik sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.

SARAN

Guna memperjelas dan memperdalam teknik penstrukturan yang digunakan untuk membina hubungan antara konselor dank lien perlunya diadakan praktek secara langsung melalui layanan konseling individual yang bertujuan agar proses pelaksanaan berjalan dengan efektif dan mencapai harapan yang sesuai dengan keinginan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia Putri. (2016). Pentingnya Kualitas Pribadi Konselor dalam Konseling untuk Membangun Hubungan Antar Konselor dan Konseli. Vol. 1, No. 1. Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia., 1 No 1.

Brammer, L. M. (1982). Therapeutic Psychology. Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs.

Dahnial dan warsiah. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Karneli, Y. (2000). Teknik dan Laboratorium Konseling 1.

Netrawati. (2018). The Implementation of Basic Counseling Technique in Elementary School For Helping The Development and Alleviating Student’s Problems in West Pasaman District Education Office. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 2 No.

2.

PPrayitno. (2017). Konseling Profesional yang Berhasil (1st ed.).

Sofyan S. Willis. (2013). Konseling Individual Teori dan Praktek. Alfabeta.

Suwandi, dkk. (2016). Teknik dan Praktik Laboratorium Konseling. Mujahid press.

Tohirin. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Raja Grafindo Persada.

Zed, M. (2008). Metode Penelitian Kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

“alasan saya menggunakan pendekatan feminisme dalam konseling individu, atas dasar berlandaskan pada latar belakang masalah yang dihadapi konseli X, dimana konseli X tidak

Fungsi Layanan Konseling Individu dalam Menuntaskan Masalah Pribadi Peserta Didik di MAN Sibreh Aceh Besar adalah berfungsi untuk mengatasi masalah yang dihadapi

Pertama asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dan dilihat hasilnya, mengenai hubungan antara konsep diri dengan efikasi diri dalam memecahkan masalah melalui

10 Bidang Bimbingan Pribadi dan sosial 11 Tujuan a.Tujuan umum Agar dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa melalui layanan konseling individual dengan pendekatan Behavioristik

Dari analisis kasus atas pendekatan teori yang telah dijabarkan diatas maka masalah yang dialami oleh tokoh Anna akan ditangani dengan memberikan bantuan dengan menggunakan model

Keenam, Yahya Jaya, mengemukakan pendapatnya tentang konseling Agama Islam sebagai pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada individu konseli yang mengalami masalah dalam

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta Pendekatan Multikultural dalam Layanan Bimbingan