• Tidak ada hasil yang ditemukan

View/Open

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View/Open"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

Wakaf adalah kepemilikan pokok suatu harta di tangan pemilik wakaf dan penggunaan hasil dari benda tersebut, yang dapat disebut ariah atau pinjaman komoditas, untuk tujuan amal yang saleh. Wakaf adalah penguasaan suatu benda dengan cara bertasharruf (perbuatan yang halal, seperti jual beli) terhadap benda yang dimilikinya, dan benda tersebut tetap berada dalam kepemilikan wakif, sehingga membuahkan hasil yang baik. Wakaf adalah harta benda yang dapat diambil manfaatnya dengan tetap menjaga barangnya tetap utuh, dan barang tersebut bebas dari kewenangan wakif serta dipergunakan untuk sesuatu yang dibolehkan agama.

Wakaf adalah kebebasan pemilik harta untuk membelanjakan hartanya dengan cara yang bermanfaat dengan tetap menjaga keutuhan hartanya dan menentukan segala hak penguasaan atas harta tersebut serta menggunakan manfaatnya untuk sesuatu yang baik guna mendekatkan diri kepada Allah SWT. Wakaf adalah suatu perbuatan hukum yang melepaskan/mengambil suatu barang/keadaan untuk dipergunakan dalam lalu lintas masyarakat. Muhammad Farid Wajdi dalam “Dairah Ma'arif Al Qarn AI-Isyrin” mengartikan wakaf sebagai memiliki harta benda yang bukan milik siapapun melainkan milik Allah SWT saja.

Berdasarkan rumusan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf disebutkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum seorang wakif untuk memisahkan dan/atau mengalihkan sebagian hartanya untuk dimiliki selamanya atau untuk digunakan selama-lamanya. periode waktu. sesuai dengan kepentingannya untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah21. Perihalan pada pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf adalah yang dimaksud dengan wakaf adalah perbuatan hukum seorang wakif untuk menceraikan dan/atau memindahkan seorang sebagian hartanya untuk dipergunakan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu, sesuai dengan kepentingannya, untuk keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah22. Rumusan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyatakan bahwa wakaf adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang, atau badan hukum yang memisahkan sebagian hartanya dan menyatukannya untuk selama-lamanya untuk keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam.

Dari pengertian di atas, menurut penulis, wakaf adalah penyimpanan suatu zat atau benda dan membiarkan nilai manfaatnya untuk memperoleh imbalan dari Allah SWT.

Rukun dan Syarat Wakaf a. Rukun Wakaf

Landasan hukum berupa hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa wakaf merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah SWT yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW dan para sahabat. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa wakaf bukan hanya sekedar ibadah yang memberi pahala bagi wakif, namun juga bermanfaat bagi perkembangan perekonomian masyarakat. Melalui wakaf Nabi SAW dan para sahabatnya telah menunjukkan bahwa kelembagaan dalam sistem ekonomi Islam ditujukan untuk kebaikan dan kasih sayang, kasih sayang, toleransi dan gotong royong dan bukan untuk keuntungan sepihak atau perseorangan.

Selain itu, dapat juga diketahui bahwa jenis-jenis benda yang pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak30. Selain rukun wakaf, wakaf juga dibentuk dengan syarat-syarat yang menentukan sama ada sesuatu wakaf itu sah atau tidak. Berikut adalah penjelasan syarat-syarat setiap rukun wakaf: a. a) Berakal ialah orang yang mempunyai akal b) Matang (akil baligh).

Tujuan wakaf harus jelas, apakah untuk kemaslahatan bersama, untuk membantu fakir miskin, atau untuk kemaslahatan sanak saudara sendiri.

Macam-macam Wakaf

Kemanfaatan wakaf jenis ini jauh lebih besar dibandingkan dengan para ahli dan wakaf jenis ini nampaknya lebih sesuai dengan tujuan wakaf pada umumnya. Pada hakikatnya wakaf jenis ini merupakan salah satu aspek membelanjakan harta di jalan Allah SWT. Apabila dana wakaf digunakan untuk pembangunan, baik keagamaan maupun ekonomi, maka manfaatnya dirasakan untuk kepentingan bersama, dan tidak terbatas pada keluarga atau kerabat dekat.

Untuk kemaslahatan si kaya lalu untuk si miskin yaitu untuk kebutuhan si kaya lalu untuk si miskin. Jika pembagian berbagai jenis wakaf menurut Ameer Ali berkaitan dengan pembagian berbagai jenis wakaf menurut praktik hukum Islam, maka wakaf kelompok kedua termasuk dalam wakaf profesional, dan wakaf golongan pertama dan ketiga termasuk dalam wakaf profesional. termasuk dalam wakaf khairi. Wakaf tetap adalah wakaf berupa barang yang bersifat abadi, yang sebagian hasilnya dibagikan sesuai dengan tujuan wakaf, dan sisanya digunakan untuk biaya pemeliharaan wakaf dan penggantian kerugian.

Sedangkan wakaf sementara adalah wakaf berupa barang yang mudah rusak bila digunakan tetapi tidak memberikan syarat penggantian bagian yang rusak. Wakaf langsung adalah wakaf yang pokok-pokoknya digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya wakaf masjid, wakaf sekolah, wakaf rumah sakit. Wakaf produktif adalah wakaf yang pokok-pokoknya dipergunakan untuk kegiatan produktif dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.

Menurut penulis, pembagian wakaf menurut Mundzir Qahaf ini merupakan sebuah terobosan dalam ilmu fikih wakaf. Namun dengan adanya penyaluran wakaf, terbuka peluang untuk mewakafkan benda bergerak, misalnya saja wakaf uang.

Konsep Wakaf Uang dalam Perspektif Hukum Islam

Dia tidak boleh menerima kehadiran wang wakaf seperti minyak wangi, lilin dan makanan kerana manfaatnya tidak akan mengalir lagi dan kewujudannya akan hilang. Menurutnya, wang bertindak sebagai alat tukar, bukan sebagai komoditi, sehingga tidak boleh dijadikan mauquf. Ulama Syafi’iyah seperti al-Nawawi dalam al-Majmu Syarah al-Muhadzdzab berpendapat boleh menghadiahkan benda bergerak seperti haiwan di samping benda tidak alih seperti tanah.

Namun mereka menyatakan bahawa dinar dan dirhem tidak boleh diwakafkan, kerana dinar dan dirhem akan hilang dengan penggunaan dan sukar untuk mengekalkan kandungannya. Berbeza dengan ulama lain, Abu Sur seorang ulama dari golongan Syafi'iyah membenarkan wakaf dinar dan dirham. 39 Namun, al-Marwadi menolak pendapat ini dengan menyatakan bahawa dinar dan dirham ini tidak boleh diwakafkan.37 Ibnu Qudamah menjelaskan dalam kitabnya al-Mughni bahawa ia tidak boleh dipindahkan dan penggunaannya tidak tahan lama.

Kerana itu secara umumnya para fuqaha dan ulama tidak membenarkan wakaf wang (dinar dan dirham) kerana wang itu akan hilang apabila ia dibelanjakan sehingga tidak wujud lagi. Ulama Hanafi membenarkan pemberian barang-barang bergerak asalkan menjadi urf (kebiasaan) dalam masyarakat seperti wakaf buku, mushaf dan wang. Caranya ialah dengan menggantikan objek dengan benda tak alih yang membolehkan manfaat objek kekal.

Di sinilah ulama Hanafiyah berpendapat boleh diwakafkan dinar dan dirham secara ganti (istibdal) dengan harta tak alih agar manfaat 39 kekal. Muhammad ibn Abdullah al-Ansyari, murid Zufar, seperti yang dinukilkan oleh Ibn Abidin dalam Rad al- Mukhtar, mengatakan boleh berwakaf dengan wang, seperti dinar dan dirham. Perselisihan pendapat di kalangan ulama undang-undang di atas sama ada boleh berwakaf dengan wang menunjukkan bahawa terdapat usaha berterusan untuk memaksimumkan hasil dan manfaat harta wakaf. Malah, pendapat ulama yang menekankan bahawa barang yang hendak diwakafkan itu mestilah kekal atau tahan lama tidak terlepas daripada paradigma konsep wakaf sebagai sedekah amal yang pahalanya terus mengalir, maka sewajarnya barang yang hendak diwakafkan itu mestilah kekal atau tahan lama.

Dengan melihat sisi filosofis dari perbedaan pandangan para ulama mengenai wakaf uang dan nilai kegunaannya, maka wakaf uang dapat dikembangkan. Berkembangnya wakaf uang bukan berarti menghilangkan sifat abadi wakaf seperti yang dikhawatirkan oleh sebagian ulama Syafi’iyah, namun justru akan memberikan manfaat abadi seperti yang diajarkan Rasulullah. Dibolehkannya wakaf uang dan dilaksanakannya di berbagai negara yang berpenduduk muslim menunjukkan adanya upaya yang terus menerus untuk memaksimalkan sumber dana wakaf.

Pengertian Wakaf Uang

Selain itu, Pasal 28-31 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Vakuf dan Pasal 22-27 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf secara tegas menyebutkan diperbolehkannya wakaf moneter. Dari pasal di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan wakaf uang (cash waqf/wagf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang, lembaga, atau badan hukum yang berbentuk uang tunai.

Sejarah Wakaf Uang

Wakaf tidak hanya terbatas pada harta tidak bergerak saja, namun juga benda bergerak seperti wakaf uang. Pada tahun 1178, Salahuddin al-Ayyubi, guna meningkatkan kesejahteraan ulama dan kepentingan dakwah mahdab Sunni, mengeluarkan kebijakan dimana umat Kristiani yang datang dari Alexandria untuk berdagang harus membayar bea masuk. Tidak ada penjelasannya, umat Kristiani yang datang dari Alexandria membayar bea masuk berupa barang atau uang.

Uang hasil pembayaran bea cukai dikumpulkan dan disumbangkan kepada para pengacara dan keturunannya. Selain menggunakan wakaf untuk kepentingan masyarakat seperti para ulama, dinasti Ayyubiyah juga menggunakan wakaf untuk kepentingan politiknya dan misi mazhabnya yaitu mazhab Sunni serta untuk mempertahankan kekuasaannya. Dinasti Ayyubiyah juga memanfaatkan harta negara di Baitul Mal sebagai modal yang akan disumbangkan untuk pengembangan mahdab Sunni menggantikan mahdab Syiah di bawah dinasti sebelumnya yaitu Fatimiyah.

Salahuddin al-Ayyubi juga banyak menyumbangkan tanah milik negara untuk kegiatan pendidikan, seperti menghibahkan beberapa desa untuk pengembangan madrasah Asy-Syafi'i, madrasah Maliki, dan madzhab Hanafi dengan dana melalui model wakaf kebun dan lahan pertanian, seperti. Di era modern ini, wakaf tunai menjadi populer berkat sentuhan cerdas dengan berdirinya lembaga bernama Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh yang memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai untuk pertama kalinya dalam sejarah perbankan. SIBL menghimpun dana dari masyarakat dengan membuka rekening simpanan wakaf tunai untuk dikelola secara profesional sehingga menghasilkan keuntungan yang kemudian disalurkan kepada masyarakat di bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial dll. 43. Sertifikat Wakaf Tunai (SWT) adalah alternatif pembiayaan yang bersifat sosial dan bisnis, yang bertujuan untuk:.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai memberikan perhatian serius terhadap pengembangan dan pengelolaan wakaf di Indonesia karena melihat potensi wakaf moneter yang sangat besar.44 Di Indonesia, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi kontroversi mengenai wakaf moneter. wakaf moneter. ). Pada tanggal 11 Mei 2002 yang bertepatan dengan tanggal 28 Safar 1423 H, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa tentang wakaf moneter yang meliputi.

Peraturan Badan Wakaf Indonesia No 1 Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

“Peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) Dalam Mengembangkan Prospek Wakaf Uang di Indonesia.” JES (Jurnal Ekonomi Syariah).. “Manajemen Aset Wakaf Berbasis Kearifan Lokal