• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII. PENGENDALIAN MIKROBA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "VII. PENGENDALIAN MIKROBA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

VII. PENGENDALIAN MIKROBA

TUJUAN

1. Mempelajari metoda penghambatan pertumbuhan mikroba mikroba

2. Mempelajari pengaruh agen fisika dan kimia terhadap pertumbuhan mikroba

PENDAHULUAN

Pengendalian mikroba sangat penting dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, dalam kegiatan industri, rumah sakit, pengelolaan produk pasca panen, praktek budidaya pertanian, peternakan maupun aquakultur. Mikroba yang perlu dikendalikan populasinya terutama yang bersifat patogen, penghasil toksin, pencemar, maupun yang merusak bahan atau barang-barang yang kita pergunakan dalam kehidupan.

Secara umum metoda-metoda yang digunakan untuk pengendalian mikroba melibatkan pendekatan secara fisika dan kimia. Pengendalian secara fisika pada dasarnya dilakukan untuk dapat merusak keutuhan sel menjadi lisis. Sementara pengendalian secara kimia menggunakan bahan kimia yang dapat mengganggu keutuhan dan fungsi dinding sel, fungsi membran sel, proses metabolisme dari tingkat gen sampai metabolomik seperti proses replikasi DNA, proses transkripsi dan translasi DNA, proses sintesis protein, dan aktivitas enzim sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba (mikrobiostatik / bakteriostatik) bahkan membunuh (mikrobiosida / bakteriosida) mikroba. Kemampuan mikrobiostatik menyebabkan pertumbuhan mikroba terhambat sehingga jumlahnya tetap, sedangkan kemampuan mikrobiosida menyebabkan kematian mikroba.

Pemilihan metode pengendalian sangat bergantung pada keberadaan jenis mikroba, obyek yang ditangani, sifat bahan dari obyek, serta tujuan pengendalian yang diinginkan.

Untuk kategori agen pengendali dari bahan kimia, secara umum dibagi menjadi 2 kelompok besar yakni untuk aplikasi pada mahluk hidup dan bukan mahluk hidup.

Antiseptik dan agen kemoterapi merupakan senyawa kimia yang digunakan dalam upaya menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba untuk aplikasi pada mahluk hidup.

Untuk aplikasi pada mahluk hidup dibagi lagi menjadi 2 yakni untuk internal tubuh dan eksternal tubuh. Antiseptik merupakan senyawa kimia yang dipakai untuk eksternal tubuh sedangkan agen kemoterapi untuk internal tubuh. Desinfektan merupakan senyawa kimia yang digunakan dalam upaya menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba untuk aplikasi pada benda mati seperti ruangan, lantai, rumah kaca, air baku dan lain-lain.

Sementara itu, cara pengendalian secara fisik umumnya untuk target non mahluk hidup, atau mahluk hidup produk pasca panen.

7.1 PENGENDALIAN MIKROBA DENGAN PANAS LEMBAB

PRINSIP DASAR

Suhu mempengaruhi sistem enzim dan laju reaksi kimia sel sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan atau kematian mikroba

Enzim mikroba mempunyai kepekaan yang berbeda terhadap panas tergantung pada jenis mikrobanya

(2)

Suhu yang ekstrim dapat mengendalikan pertumbuhan mikroba. Suhu rendah menyebkan enzim tidak aktif, sedangkan suhu tinggi menyebabkan protein terdenaturasi

Penggunaan panas lembab lebih efektif dibanding,kan panas kering untuk pengendalian mikroba. Panas lembab dapat berpenetrasi lebih mudah, cepat dan merata melalui uap air sehingga menyebabkan penggumpalan protein mikroba.

Sterilisasi adalah proses membasmi semua bentuk kehidupan pada suatu bahan

Sterilisasi dengan panas lembab dilakukan pada suhu 121oC selama minimal 15 menit (aktif), sedangkan panas kering pada suhu 160-180oC selama 1,5 – 3 jam (aktif)

Bentuk hidup sel mikroba membutuhkan suhu yang bervariasi untuk proses sterilisasi.

Sterilisasi dengan panas lembab minimal 10 menit memerlukan waktu sbb:

endospora > 100oC sel vegetatif 60-70oC spora jamur 70-80oC

Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan metoda :

Tyndallisasi : 100oC, 20’, berulang 3 x (selang satu hari) Pasteurisasi : 63oC, 30' 1 x

(digunakan untuk tujuan membunuh sebagian kelompok mikroba)

Pengendalian pertumbuhan mikroba secara fisika dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini :

a. kering : oven listrik atau gas

Panas Suhu

b. lembab :

 uap air > 1 atm  autoklaf

 uap air < 1 atm  dididihkan pemanasan

bertahap c. Pasteurisasi

Dingin Pembekuan

Liofilisasi

Radiasi

 sinar X : radiasi ionik

 sinar gamma : radiasi ionik

 ultraviolet : dimerisasi timin Tekanan osmosis :

hipertonik hipotonik

Pengeringan : menghilangkan kandungan air pada sel

Vibrasi sonik : gelombang suara frekuensi tinggi

Penyaringan : memisahkan organisma atau partikulat dari larutan yang tidak tahan panas melalui filter mikroba

(3)

BAHAN DAN PERALATAN

Kultur :

2 tabung kultur Bacillus cereus dalam medium NB 2 tabung kultur Aspergillus niger dalam medium PDB Media :

2 tabung NA miring 2 tabung PDA miring Alat :

Bunsen / lampu spirtus, penangas air, kaki tiga, asbes, termometer, jarum inokulasi, cawan petri, spidol.

PROSEDUR KERJA

1. Siapkan waterbath suhu 80 dan 100oC

2. Masukkan kultur untuk masing variasi suhu selama 15 menit

3. Sub kultur (inokulasikan) masing kultur ke medium miring NA dan PDA

4. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam untuk bakteri dan pada suhu ruang selama 4-5 hari untuk fungi

5. Amati ada tidaknya pertumbuhan mikroba pada masing spesies dan masing suhu perlakuan

7.2 PENGENDALIAN MIKROBA DENGAN BAHAN HIPERTONIK

PRINSIP DASAR

 Osmosis adalah pergerakan molekul air (pelarut) dari larutan konsentrasi zat terlarut rendah ke larutan konsentrasi zat terlarut tinggi melalui membran semipermeabel

 Larutan hipertonis mempunyai tekanan osmosis tinggi, konsentrasi zat terlarut tinggi, dan konsentrasi air rendah.

 Larutan hipotonis mempunyai tekanan osmosis rendah, konsentrasi zat terlarut rendah, dan konsentrasi air tinggi

 Larutan isotonis : tidak menyebabkan proses osmomsis karena konsentrasi zat terlarut dan konsentrasi air sama

BAHAN DAN PERALATAN Kultur : Escherichia coli Media :

1 tabung NA miring yang mengandung 5 % NaCl 1 tabung NA miring yang mengandung 25 % NaCl

Alat : Bunsen / lampu spirtus, jarum inokulasi, spidol, cawan petri atau tabung reaksi

PROSEDUR KERJA

1. Inokulasikan bakteri pada medium dengan kadar garam 2,5% dan 15%

2. Inkubasikan pada suhu 25o C selama 1-2 hari

(4)

3. Amati ada tidaknya pertumbuhan bakteri pada masing konsentrasi garam

7.3 PENGENDALIAN MIKROBA DENGAN SENYAWA KIMIA

PRINSIP DASAR

 Agen kemoterapetik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit infeksi

 Agen kemoterapetik umumnya berupa antibiotika

 Antibiotika ada yang berupa metabolit mikroba (bakteri, aktinomiset, dan jamur), dan obat sintetik seperti : Sulfadazine (sulfonamide) dan p-aminobenzoat (PABA)

 Pemilihan obat-obatan untuk merawat penyakit tergantung pada mekanisme kerja dari senyawa kimia obat / antibiotika, efek samping dan kisaran aktivitas antimikrobanya

 Beberapa antimikroba mempunyai kemampuan yang terbatas karena hanya efektif terhadap 1 golongan mikroba saja sebagian ada yang mempunyai kemampuan yang luas terhadap beragam jenis mikroba

 Metode Kirby-Bauer umumnya digunakan untuk menentukan kepekaan mikroba terhadap obat. Metoda ini dilakukan dengan mengukur diameter zona hambat sekitar kertas cakram yang mengandung obat

 Kepekaan mikroba terhadap obat-obatan tergantung pada :

- laju difusi antibiotik ke dalam medium dan interaksinya dengan mikroba uji - jumlah mikroba uji yang diinokulasikan

Tabel 1. Modus aksi beberapa jenis antibiotik

Antibiotika Cara kerja Efek samping

Penisilin Mencegah inkorporasi asam muramat ke dalam komponen mukokompleks dari dinding sel sehingga menghambat sintesis dinding sel

Reaksi alergi dan resisten

Streptomisin Mempunyai afinitas terhadap ribosom bakteri, menyebabkan salah membaca kodon dari mRNA sehingga mengganggu sintesis protein

Membahayakan syaraf, dapat menyebabkan tuli

Kloramfenikol Mempunyai afinitas terhadap ribosom bakteri, mencegah pembentukan ikatan peptida antar asam amino selama snitesis protein

Menyebabkan anemia

Tetrasiklin Mempunyai afinitas terhadap ribosom bakteri, mencegah ikatan hidrogen antara anti kodon pada kompleks tRNA dengan asam amino dan kodon pada mRNA selama sintesis protein

Perubahan warna gigi pada balita

Basitrasin Menghambat sintesis dinding sel Hanya untuk pemakaian luar karena toksik

Polimiksin Merusak membran sel Hanya untuk pemakaian luar

karena toksik

Tabel 2 golongan besar agen antimikroba, mekanisme dan kisaran kerja serta penggunaannya.

Agen Mekanisme kerja Penggunaan

Senyawa fenolik : Fenol

1. Mempunyai kemampuan germisida, merusak struktur protein

2. Agen aktif permukaan (surfaktan), menggumpalkan protein sel dan merusak membran sel

1. Larutan 89% : kauterisasi luka kecil

2. Larutan 5% : desinfeksi 3. Larutan 0,5% – 1% : efek

antiseptik

(5)

Kresol 1. Sama dengan fenol

2. Beracun dan hanya untuk obat luar 3. Larutan kresol 50% dalam minyak sayur

dikenal sebagai lisol

larutan lisol 2% - 5% digunakan sebagi desinfektan

Heksaklorofen 1. Kemampuan germisida seperti fenol 2. Harus hati-hati karena neurotoksik bila

terabsorpsi

1. Mereduksi patogen pada kulit, ditambahkan pada deterjen, sabun, pelembab, dan salep 2. Efektif untuk Gram positif 3. Digunakan sebagai antiseptik Resorsinol 1. Mempunyai aktivitas germisida seperti fenol

2. Modus mengendapkan protein sel

1. Antiseptik

2. Agen keratolitik pelunak keratin pada epidermis Heksilresorsinol Mempunyai aktivitas germisida seperti fenol 1. Pengendalian cacing

2. Antiseptik untuk urinaria Timol 1. Hampir sama dengan kresol

2. Lebih efektif daripada fenol

1. Aktivitas antijamur

2. Mengobati infeksi oleh cacing 3. Larutan pencuci mulut Alkohol

Etil (CH3CH2OH) Isopropil

[(CH3)2CHOH]

1. Pelarut lemak

2. Denaturasi dan koagulasi protein 3. Aktivitas germisida makin meningkat jika

bobot molekulnya semakin besar

1. Antiseptik kulit : 2. Etil 50% - 70%

3. Isopropil 75%

Halogen

Senyawa Klorin : Natrium hipoklorit NaOCl

Kloramin CH3C6H4SO2NNaCl

1. Efek germisida

2. Klorin bereaksi dengan air membentuk asam hipoklorit yang memiliki efek bakterisida

3. Agen oksidasi

4. Inhibitor non kompetitif

1. Pemurnian air

2. Sanitasi produk susu dan industri makanan

3. Kloramin, larutan 0,1% - 2%

untuk luka iritasi 4. Mikrobisida Senyawa iodida :

Iodin tintur Larutan iodin - Povidon

1. Mekanisme belum diketahui tapi diyakini mengendapkan protein

2. Agen aktif permukaan

1. Iodin dipakai untuk antiseptik kulit

2. Efektif membasmi spora, fungi, dan virus

Logam berat Senyawa merkuri anorganik : Merkuri biklrorida

1. Ion merkuri menyebabkan presipitasi protein sel

2. Inhibitor non kompetitif

1. Merkuri menyebabkan iritasi pada jaringan

2. Merkuri digunakan sebagai desinfektan untuk bahan- bahan di laboratorium

Merkuri organik:

Merkurokrom (merbromin) Mertiolat (timerosal) Metafen (nitromersol) Merbak

(acetomeroctol)

1. Sama dengan merkuri anorganik, tetapi dengan konsentrasi seperti penggunaan sebagai antiseptik

2. Kurang iritasi dibanding merkuri anorganik

1. Kurang toksik, kurang iritasi, digunakan terutama untuk asepsi kulit

2. Tidak membunuh spora

Senyawa perak Perak nitrat

1. Mengendapkan protein sel

2. Mengganggu aktivitas metabolisme sel mikroba

3. Garam anorganik memiliki efek germisida

Asepsis untuk membran mukus pada kerongkongan dan mata

Agen aktif- permukaan

“Wetting agents” : Emulsifier, sabun, deterjen

1. Menurunkan tegangan permukaan 2. Aktivitas bakterisida bekerja dengan cara

mengganggu atau menekan aktivitas metabolit mikroba

3. Merusak membran sel

4. Mempengaruhi permeabi-litas sel

Bekerja lemah menghambat jamur, mikroba tahan asam, spora, dan virus

Agen kationik : Senyawa amonium kuarterner

Bensalkonium klorida

1. Menurunkan tegangan permukaan karena keratolitik, deterjen, dan emulsifer

2. Aktivitas germisida direduksi oleh sabun

1. Bakterisida, fungisida, membasmi spora, dan spora 2. Mengobati penyakit gondok 3. Efektif membasmi spora,

jamur, dan virus Agen anionik :

1. Garam netral atau alkalin dari asam

berbobot molekuler tinggi 1. Agen pembersih

(6)

Tintur pada sabun hijau

Natrium tetradesil sulfat

2. Aktivitas maksimum pada medium asam dan efektif membasmi bakteri Gram positif 3. Sama dengan semua agen aktif permukaan 4. sama dengan semua agen aktif permukaan

2. Agen sklerosi dalam pengobatan penyakit pelebaran pembuluh darah Asam (H+)

Basa (OH-)

1. Merusak dinding sel dan membran sel 2. Menggumpalkan protein

Desinfeksi Formaldehid (cair

atau gas)

Agen alkilasi menyebabkan reduksi enzim 1. Desinfeksi ruang, 2. Cairan alkohol untuk

desinfeksi

3. Pemeliharaan spesimen Etilen oksida Agen alkilasi menyebabkan reduksi enzim Sterilisasi dari bahan yang tak

tahan panas Beta-propiolakton

(cairan atau gas)

Agen alkilasi menyebabkan reduksi enzim 1. Sterilisasi jaringan 2. Menghancurkan virus

hepatitis

3. Desinfeksi ruang

Efisiensi desinfektan dan antiseptik dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Konsentrasi

2. Lamanya waktu pemaparan 3. Jenis mikroba

4. Kondisi lingkungan (suhu, pH)

BAHAN DAN PERALATAN

Kultur : Kultur cair E. coli dan S. aureus Media : 2 tabung NA tegak

Bahan : Kertas cakram, Antimikroba : streptomisin, kloramfenikol, sulfanilamid, obat luka, obat kumur, obat pel

Alat : bunsen / lampu spirtus, spidol, penggaris, pinset dan cawan petri

PROSEDUR KERJA

1. Inokulasikan 1 mL bakteri uji ke dalam cawan petri secara steril

2. Tuangkan agar yang telah cair (suhu 40oC) ke dalam cawan petri lalu goyang secara merata untuk membuat plat agar

3. Rendam kertas cakram dalam antimikroba yang akan diuji

4. Letakkan kertas cakram di atas agar yang telah membeku secara steril 5. Inkubasi seluruh cawan petri pada suhu 37oC selama 24-48 jam

6. Amati ada tidaknya zona hambat di sekitar kertas cakram

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan kajian mengenai potensi jamur dan bakteri endofitik dari beberapa tanaman pisang liar yang ada di Sumatera Barat sebagai agen hayati terhadap

Pengendalian Biofilm Aeromonas hydrophila Pada Permukaan Sisik Ikan dan Plastik PVC Dengan Senyawa Antimikroba Bakteri Asam Laktat

PENGENDALIAN BIOFILM Streptococcus agalactiae PADA PERMUKAAN SISIK IKAN DAN PLASTIK PVC DENGAN SENYAWA ANTIBAKTERI.. BAKTERI ASAM LAKTAT

Pengendalian secara kimia dengan bakterisida terhadap penyakit bakteri pada tanaman kedelai tidak dianjurkan mengingat mahalnya biaya yang diperlukan

Simbiosis yang dilakukan oleh bakteri dan khamir di dalam fermentasi kombucha menghasilkan minuman kombucha dengan jumlah dan kadar senyawa kimia yang meningkat.. Bukan hanya

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pengaruh konsentrasi gula pasir dan starter terhadap sifat kimia (total padatan terlarut dan kadar alkohol) dan total

Menurut Baker dan Cook (1974), mekanisme pengendalian dengan antagonis dikategorikan menjadi tiga, yakni: 1) antibiosis, yaitu mengeluarkan senyawa kimia yang dapat mematikan

Penelitian strategi pengendalian diare bakterial pada anak sapi potong telah dilakukan di Bbalitvet dengan tujuan untuk mengetahui agen bakteri penyebab diare pada anak sapi