• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN

PENYAKIT TERPADU PADA

TANAMAN KEDELAI

Nasir Saleh

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Jl. Raya Kendalpayak, P.O.Box 66 Malang

(2)

IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PENYAKIT TERPADU Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu

Nagarajan dan Muralidharan, 1995 menerangkan komponen Pengelolaan Penyakit Secara Terpadu yang meliputi : 1) Ketahanan genetik; 2) Kemoterapi dan 3) Penanggulangan .

1. Ketahanan Genetik.

Ketahanan genetik merupakan sifat ketahanan suatu varietas kedelai terhadap patogen penyebab penyakit yang bersifat diturunkan pada keturunannya. Varietas tahan merupakan komponen utama untuk mengendalikan penyakit kedelai.

2. Kemoterapi

Bahan yang bersifat sistemik, banyak dipergunakan sebagai bahan aktif untuk mengendalikan penyakit tanaman kedelai, misalnya berupa fungisida, bakterisida, antibiotika dan mengendalikan serangga penular (vektor) virus tanaman, misalnya berupa insektisida, akarisida dan nematisida.

3. Penanggulangan, terdiri dari empat komponen yaitu Pencegahan infeksi oleh patogen, Perlindungan tanaman inang, Peraturan dan Eradikasi patogen.

3.1. Pencegahan infeksi patogen.

Untuk mencegah dan menghindari infeksi patogen maka beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :

Pemilihan lokasi untuk usaha tani hendaknya dihindarkan lokasi (petakan) yang diketahui merupakan daerah endemis penyakit tanaman kedelai. Misalnya penyakit rebah semai oleh jamur Sclerotium rolfsii, hawar batang/polong oleh

Rhizoctonia solani.

Musim tanam akan sangat berpengaruh terhadap kemunculan penyakit. Musim hujan pada umumnya merupakan musim yang lebih cocok untuk perkembangan berbagai penyakit oleh jamur Rhizoctonia solani, Colletrotichum dematium yang untuk perkembangannya memerlukan kelembaban udara yang tinggi.

Waktu tanam dan lokasi yang diperhitungkan dengan baik akan dapat menghindarkan tanaman kedelai dari infeksi penyakit virus. Populasi vektor virus (Aphis spp., Bemisia tabaci) umumnya mulai ada pada akhir musim penghujan dan meningkat pada musim kemarau. Oleh karena itu intensitas

(3)

serangan penyakit virus pada MK-II umumnya lebih tinggi dibanding pada pertanaman MH ataupun MK-I.

Stok benih yang terleksi dan terbebas dari penyakit tular benih. Jamur

Colletotrichum sp., Cercospora kikuchii, bakteri Pseudomonas syringae, Soybean mosaic virus (SMV), soybean stunt virus (SSV) diketahui ditularkan melalui benih kedelai.

3.2. Perundangan.

Karantina Tumbuhan bertujuan mencegah masuknya patogen dari negara lain atau dari satu wilayah ke wilayah yang lain dalam satu negara, khususnya untuk patogen yang belum ditemukan di negara/wilayah yang bersangkutan.

Phytosanitary certificate dapat dipergunakan untuk membatasi lalulintas tersebarnya patogen di berbagai daerah

3.3. Eradikasi Patogen :

Berbagai cara dapat dilakukan untuk eradikasi patogen yang secara umum dikelompokkan menjadi lima , yaitu :

- Perlakuan suhu tinggi ( hot air treatment/ hot water treatment) yang dilakukan untuk benih/ stok benih, peralatan pertanian.

- Perlakuan kimia (seed treatment, fumigasi, disinfectant) dapat diperlakukan untuk benih, stok benih dan peralatan pertanian.

- Cara Biologi, beberapa cara biologi yang dapat mengurangi sumber inokulum di lapang antara lain adalah aplikasi agens antagonis, hiperparasit, mycorhiza, pengendalian gulma dan serangga vektor.

- Cara bercocok tanam, dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman, pemupukan yang berimbang, pengaturan populasi tanaman dengan mengatur jarak tanam, Sanitasi, mencabut dan membakar tanaman yang terinfeksi, disinfeksi pada gudang, sterilisasi peralatan pertanian.

- Mencabut tanaman yang dapat berperan sebagai inang alternatif. 4. Perlindungan Terhadap Tanaman Inang

Ada dua cara yang dapat dipergunakan untuk melindungi tanaman inang dari infeksi penyakit : Manipulasi Lingkungan dan Perlakuan Kimia.

(4)

4.1. Manipulasi Lingkungan.

- Pengaturan kelembaban tanah melalui pengaturan air irigasi dan sistem drainase.Sistem drainase yang baik sehingga tidak terjadi genangan air dapat mengurangi serangan penyakit jamur Rhizoctonia solani.

- Pengaturan suhu dan kelembaban mikro melalui pengaturan populasi dan jarak tanam.

- Solarisasi lahan dengan sinar UV matahari dapat mengurangi intensiotas serangan penyakit jamur tular tanah.

4.2. Perlakuan Kimia.

- Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang kerusakan oleh penyakit. - Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang batas pengendalian. - Perlakuan kimia yang memperhatikan ambang ekonomi.

Implementasi Pengelolaan Penyakit secara terpadu sejalan dengan Program pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang saat ini sedang dimasyarakatkan melalui Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

INFORMASI UMUM PENGGUNAAN MODUL Tujuan dan Sasaran

Modul ini disiapkan dengan tujuan sebagai penuntun bagi para Pemandu dalam memberikan pelatihan penyakit tanaman kedelai. Sasaran yang ingin dicapai adalah setiap peserta dapat memahami dan melakukan setiap langkah-langkah kegiatan Pengelolaan penyakit kedelai.

Struktur Modul

Modul berisi tentang pengetahuan umum penyebab penyakit pada tanaman kedelai, Pengamatan dan upaya pengendaliannya. Secara garis besar struktur modul adalah sebagai berikut :

(5)

No Kemampuan (Tahap, kegiatan) Modul (Langkah Kegiatan) 1 Pengenalan Penyakit Tan. Kedelai - Segitiga penyakit

- Penyakit oleh faktor biotik - Penyakit oleh faktor abiotik - Gejala dan tanda penyakit 2 Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai - Penentuan Lokasi

- Penentuan Waktu Pengamatan - Pengambilan sampel dan

pencatatan data

3 Perkembangan penyakit - Pola perkembangan epidemi - Ambang ekonomi penyakit 4 Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai - Seleksi benih

- Penggunaan Varietas Tahan - Pemanfaatan Agens Antagonis - Eradikasi

- Aplikasi Pestisida

1. Pengenalan Penyakit Tanaman Kedelai

Unit Kemampuan I. Pengenalan Penyakit Tanaman

Sub Unit Kemampuan I.1. Segitiga/piramida Penyakit

Latar Belakang :

Konsep Segitiga penyakit (triangle disease) menjelaskan timbulnya penyakit pada tanaman merupakan hasil interaksi tiga (3) faktor yaitu Tanaman (inang) – Penyebab penyakit (Patogen) – Lingkungan. Tanaman yang peka yang diinfeksi oleh patogen yang virulen dan kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, angin, hujan dll) yang mendukung terjadinya tanaman sakit. Di alam bebas seperti halnya belantara dengan berbagai jenis tumbuhan dengan tingkat keragaman genetik yang tinggi umumnya terjadi keseimbangan. Pada sistem pertanian modern, peran manusia melalui teknologi budidayanya yang lebih menyeragamkan genetik tanaman dan memanipulasi lingkungan sering mengakibatkan terjadinya ledakan penyakit. Peran manusia merubah konsep segitiga penyakit menjadi Piramida penyakit.

(6)

Tujuan :

Pemandu dapat menjelaskan hubungan ketiga faktor/dan manusia tersebut sebagai penyebab timbulnya penyakit tanaman.

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, informasi ketahanan varietas kedelai, informasi jenis penyakit dan informasi data keadaan cuaca, kasus kasus serangan penyakit tanaman. Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok , diskusi pleno.

Unit Kemampuan I. Pengenalan Penyakit Tanaman

Sub Unit Kemampuan I.2. Penyakit Oleh Faktor Biotik

Latar Belakang :

Faktor biotik yang yang menyebabkan timbulnya penyakit adalah jazad renik (mikroorganisme) yang seringkali disebut Patogen. Beberapa jenis jasad renik tersebut adalah : Jamur, bakteri, virus, dan mikoplasma (Tabel 1).

Tujuan :

Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor biotik. Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, isolat jamur, isolat bakteri, tanaman yang terinfeksi oleh jamur, bakteri dan virus.

Metoda :

(7)

Tabel 1. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai

NO. PENYAKIT PATOGEN ARTI

PENTING 1. Karat daun Phakopsora pachyrhizi +++ 2. Antraknose Colletotrichum dematium ++ 3. Bercak coklat Septoria glycines -- 4. Busuk akar & batang Diaporthe phaseolorum ++ 5. Bercak daun Cercospora sojina -- 6. Bakteri pustul Xanthomonas campestris ++ 7. Bakteri hawar Pseudomonas syringe ++ 8. Mosaik kedelai Soybean mosaic virus (SMV) -- 9. Katai kedelai Soybean dwarf virus (SDV) -- 10. Kerdil kedelai Soybean stunt virus (SSV) + 11. Mosaik kuning Soybean yellow mosaic virus (SYMV) -- 12. Mosaik kedelai Bean yellow mosaic virus (BYMV) -- 13. Mosaik kedelai Bean common mosaic virus (BCMV) -- 14. Mosaik kedelai Peanut mottle virus (PMoV) -- 15. Mosaik kedelai Peanut stripe virus (PStV) ++ 16. Mosaik kedelai Blackeye cowpea mosaic virus

(BlCMV) -

17. Belang samar Cowpea mild mottle virus (CMMV) +++ 18. Sapu setan Mycoplasma-like organism (MLO) --

Unit Kemampuan I. Pengenalan Penyakit Tanaman

Sub Unit Kemampuan I.3. Penyakit Oleh Faktor Abiotik

Latar Belakang :

Lingkungan yang ekstrim mengakibatkan tanaman tumbuh secara tidak normal, contoh: suhu yang tinggi dapat mengakibatkan kelayuan, aplikasi bahan kimia herbisida dapat menimbulkan bercak-bercak pada daun atau kekerdilan. Defisiensi unsur hara kalium pada lahan Vertisol mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil dengan tepi daun berwarna kekuningan. Pada tanah Ultisol, tanaman tumbuh tidak normal karena keracunan ion hara Al. Ketidak normalan yang disebabkan oleh faktor

(8)

abiotik ini seringkali disebut dengan penyakit fisiologis atau gangguan fisiologis (Physiological disorder).

Tujuan :

Pemandu dapat menjelaskan penyebab penyakit yang disebabkan oleh faktor abiotik. Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, tanaman yang mengalami gangguan fisiologis, gambar-gambar tanaman yang mengalami gangguan fisiologis.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno . 2. Pengamatan Penyakit tanaman

Unit Kemampuan II Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai

Sub Unit Kemampuan II.1 Penentuan Lokasi

Latar Belakang :

Lokasi pengamatan daerah serangan penyakit yaitu plot, petak sawah, hamparan llahan sawah/tegalan atau wilayah (dusun, desa, kecamatan, kabupaten)

Tujuan :

Menentukan lokasi pengamatan penyakit tanaman kedelai. Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kertas label, label / bendera untuk plot, peta, data/ catatan serangan sebelumnya.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, Praktek di lapang, diskusi kelompok dan diskusi pleno .

Unit Kemampuan II Pengamatan Penyakit Tan.kedelai

(9)

Latar Belakang :

Penyakit tanaman kedelai dapat muncul mulai dari persemaian, stadia vegetatif, stadia generatif, pemasakan, panen dan paska panen. Siklus penyakit monosiklik atau polisiklik menentukan interval waktu yang tepat. Pengamatan kejadian penyakit di lapang diperlukan untuk pertimbangan tindakan pengendalian.

Tujuan :

Menentukan waktu pengamatan penyakit tanaman kedelai. Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, kalender, buku informasi perkembangan penyakit.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, diskusi kelompok dan diskusi pleno .

Unit Kemampuan II Pengamatan Penyakit Tan. Kedelai

Sub Unit Kemampuan II.3. Pengambilan Sampel dan pencatatan data

Latar Belakang :

Pengambilan sampel yang tepat akan sangat berguna untuk mendapatkan Informasi yang akurat keberadaan penyakit tanaman kedelai di lapang. Jumlah sampel tanaman yang diamati akan berkaitan dengan tenaga, biaya dan akurasi data. Tujuan :

Memahami prinsip pengambilan sampel dan dapat menentukan jumlah sampel tanaman contoh untuk pengamatan penyakit tanaman kedelai.

Alat dan Bahan :

Kertas koran, spidol, buku catatan, pensil bolpoint, tabel pengamatan Metoda :

(10)

3. Perkembangan Penyakit Kedelai

Unit Kemampuan III. Perkembangan Penyakit Kedelai

Sub Unit Kemampuan III.1. Pola epidemi penyakit

Berdasarkan pola perkembangan penyakit, perkembangan epidemi penyakit tanaman kedelai yang disebabkan jamur, bakteri ataupun virus umumnya mengikuti pola bunga majemuk (compound interest). Hal ini karena siklus hidup patogen yang pendek sehingga pada satu musim tanam kedelai terjadi beberapa kali siklus perkembangan patogen sehingga perkembangan penyakit bersifat logaritmik (eksponensial). Menurut van der Plank (1963), pola perkembangan epidemi penyakit tanaman dengan pola bunga majemuk mengikuti rumus:

rt

Xt = Xo e dimana

Xt = proporsi tanaman sakit pada saat t

Xo = proporsi tanaman sakit pada permulaan (t=0) e = bilangan alam

r = laju infeksi

t = waktu berlangsungnya epidemi

Tujuan :

Mengenal pola perkembangan epidemi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju infeksi.

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Metoda :

(11)

Unit Kemampuan III. Perkembangan Penyakit Kedelai Sub Unit Kemampuan III.2. Ambang ekonomi penyakit

Latar belakang

Ambang ekonomi adalah tingkat intensitas penyakit yang menyebabkan pengurangan nilai produksi yang sama dengan biaya pengelolaan penyakit. Ambang ekonomi suatu penyakit sukar ditentukan karena dipengaruhi oleh jenis patogen, jenis tanaman, lingkungan, biaya maupun harga produk yang selalu berubah. Bahkan menurut Untung (1993) terhadap penyakit yang menyebar secara cepat, penentuan saat pengendalian berdasar ambang ekonomi tidak dapat dianjurkan. Sudjono (1984, 1985) melaporkan bahwa penyemprotan fungisida triadimefon untuk mengendalikan penyakit karat akan menguntungkan apabila intensitas serangan pada umur 50 hari adalah 22% pada varietas Ringgit (rentan), 17% pada varietas Orba (agak tahan) dan 12% pada varietas No.29 (tahan). Secara umum penyemprotan fungisida untuk mengendalikan penyakit karat pada kedelai dilakukan apabila intensitas serangan mencapai 33 % (Sudjono et al.,

1983). Sampai saat ini penelitian tentang ambang ekonomi sebagian besar penyakit tanaman kedelai, termasuk penyakit virus belum banyak dilakukan.

Tujuan :

Memahami permasalahan ambang ekonomi penyakit tanaman kedelai di lapang dan faktor-faktor yang menentukan.

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan. Metoda :

(12)

4. Pengendalian Penyakit Kedelai

Unit Kemampuan IV. Pengendalian Penyakit Kedelai

Sub Unit Kemampuan IV.1. Seleksi Benih

Latar Belakang :

Tanaman yang tumbuh dengan sehat berasal dari benih yang sehat. Beberapa jenis penyakit kedelai dikenal terbawa oleh benih (seed borne ), dan tular benih (seed transmitted). Benih kedela yang berwarna ungu merupakan indikasi terinfeksi jamur

Cercospora kikuchii. Infeksi bakteri Pseudomonas syringae pv. Glycinea kadang mengakibatkan biji kedelai menjadi berkeriput dan berubah warna, tapi kadang tidak bergejala sama sekali. Virus yang menular melalui benih kedelai adalah: Soybean mosaic virus (SMV), dan Soybean stunt virus (SSV). Kulit Biji kedelai yang berwarna lorek coklat kehitaman dapat digunakan sebagai indikasi bahwa benih tersebut dihasilkan dari tanaman yang terinfeksi virus SMV atau SSV. Oleh karena itu seleksi benih merupakan upaya pengendalian penyakit paling awal yang dapat dilakukan. Tujuan :

Mengenal seleksi benih sebagai pengendalian preventif untuk penyakit tanaman kedelai.

Mampu melaksanakan seleksi benih dengan cara yang sederhana. Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, benih kedelai yang terinfeksi SMV atau SSV.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno. Unit Kemampuan IV. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Sub Unit Kemampuan IV.2. Penggunaan Varietas Tahan

Latar Belakang :

Menanam varietas tahan merupakan cara yang murah, efektif, kompatibel dengan cara pengendalian lain dan mudah diadopsi oleh petani. Strategi pengembangan tanaman tahan sebaiknya ialah pengembangan tanaman yang

(13)

berketahanan lama (durable resistance). Terutama untuk tanaman seperti kedelai yang ditanam secara luas, diusahakan oleh petani kecil serta bernilai ekonomi rendah.

Kedelai varietas Wilis, Kerinci dan Malabar dilaporkan lebih tahan terhadap infeksi jamur karat (Phakopsora pachyrhizi) dibanding varietas Ringgit, Tidar dan Jayawijaya (Hardaningsih, 1997). Varietas Kipas putih, Kipas merah dan Singgalang juga diketahui rentan terhadap jamur karat (Salim dan Sadar, 1995). Varietas Galunggung lebih rentan dibanding Raung, Wilis dan Kerinci (Dahlan dan Masyurdin, 1989).

Kedelai varietas Krakatau, Tampomas dan Cikuray diketahui rentan terhadap infeksi jamur tanah Rhizoctonia solani dan Sclerotium rolfsii, sedang varietas Malabar mempunyai ketahanan yang lebih baik (Prayogo dan Baliadi, 1995)

Kedelai varietas Lokon diketahui tahan terhadap penyakit hawar bakteri (Pseudomonas syringae pv.glycinea), sedang varietas Wilis rentan terhadap bakteri tersebut (Budiman, 1997). Tetapi Habazar et al.(1997) melaporkan hasil yang bertentangan. Varietas Wilis, Lumajang bewok tahan sedang Lokon, Krakatau, Tampomas, Orba dan Singgalang rentan terhadap P. syringae pv. glycinea ras 4. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan ras bakteri yang digunakan dalam pengujian tersebut. Ras 4 merupakan ras yang dominan di sentra produksi kedelai di Jawa Timur dan Sumatra Barat (Habazar dan Rudolf, 1997).

Kedelai varietas Malabar dan Cikurai diketahui tahan terhadap penyakit bakteri pustul, Xanthomonas campestris pv. Glycines. Varietas Tidar dan Dieng bersifat agak tahan sedang Jayawijaya bersifat rentan (Dirmawati et al., 1997). Menanam varietas tahan merupakan cara yang paling efektif untuk mengendalikan penyakit virus pada tanaman kedelai. Kedelai varietas Taichung, Bonus dan No.1592 dilaporkan tahan terhadap SSV (Roechan et al., 1975. Burhanuddin (1995) melaporkan bahwa AGS 129, AGS 222, AGS2102, MLG 2526 dan MLG 2742 tahan terhadap SMV. Hasil penyaringan ketahanan 243 genotipe kedelai koleksi plasmanutfah terhadap infeksi CMMV menunjukkan bahwa terdapat dua genotipe yaitu No.3020 dan 3288 yang tahan (Baliadi dan Saleh, 1995)

Tujuan :

Memahami penggunaan varietas tahan untuk pengendalian penyakit kedelai. Mampu mengetahui dan menyeleksi varietas yang mempunyai ketahanan lapang

(14)

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, pertanaman berbagai varietas kedelai.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno kalkulator.

Unit Kemampuan IV. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Sub Unit Kemampuan IV.3. Pemanfaatan Agens Antagonis

Latar Belakang :

Pengendalian yang ramah terhadap lingkungan saat ini telah menjadi tuntutan dalam melakukan perlindungan tanaman, termasuk pengendalian penyakit tanaman kedelai. Salah satu agens antagonis yang saat ini mulai banyak dikenal adalah pemanfaatan jamur antagonis (Trichoderma spp., Gliocladium spp). Jamur antagonis ini cukup efektif dan efisien untuk mengendalikan penyakit tular tanah pada tanaman kedelai di lapang.

Penyakit busuk batang yang disebabkan oleh jamur

Rhizoctonia solani dan layu oleh Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai dapat dikendalikan dengan menggunakan beberapa jamur yang bersifat antagonis. Hardaningsih (1997) melaporkan bahwa di laboratorium dan rumah kaca, jamur antagonis Trichoderma harzianum dan Gliocladiumi roseum. efektif menekan perkembangan jamur

Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Aspergillus neger, Fusarium sp. dan

Colletotrichum dematium. Poromarto dan Widadi (2000) melaporkan bahwa di laboratorium isolat No.8 jamur binukleat R. solani dapat menekan serangan jamur busuk batang R.solani hingga 59%. Keberhasilan penggunaan jamur antagonis di lapang juga telah dilaporkan. Penggunaan Biotric dengan bahan aktif Trichoderma harzianum masing-masing sebanyak 2,87 ku/ha dan 5,75 ku/ha pada daerah rhizosfer efektif menekan intensitas serangan penyakit layu S.rolfsii dari 52% turun menjadi 8 hingga 8,4% dan mempertahankan hasil 2 t/ha dibanding hanya 0,8 t/ha pada perlakuan kontrol (Sudantha,2000).

Tujuan :

Memahami pemanfaatan agens antagonis untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu mengaplikasikan agens antagonis.

(15)

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, jamuri antagonis, tanaman kedelai , sprayer, ember.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno

Unit Kemampuan IV. Pengendalian Penyakit Tan. Kedelai Sub Unit Kemampuan IV.4. Eradikasi Selektif

Latar Belakang :

Eradikasi merupakan cara untuk menekan sumber patogen, dengan menghilangkan sumber patogen penularan penyakit dari satu rumpun ke rumpun yang lain dapat dihambat. Eradikasi selektif dapat dilakukan dengan mencabut rumpun yang terinfeksi dan membenamkannya, sedangkan eradikasi secara total dilakukan apabila serangan penyakit telah lanjut.

Tujuan :

Memahami cara eradikasi untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan eradikasi selektif .

Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit virus yang ditularkan oleh serangga, jaring serangga.

Metoda :

Penjelasan singkat, tanya jawab, praktek ,diskusi kelompok dan diskusi pleno

Unit Kemampuan IV. Pengendalian Penyakit Padi

Sub Unit Kemampuan IV.5. Aplikasi Pestisida

Latar Belakang :

Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan fungisida atau bakterisida relatif masih sangat jarang dilakukan oleh petani kedelai di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungisida mankozeb (Dithane M-45), klorotalonil (Daconil),

(16)

tiofanat methil (Topsin), triadimefon (Bayleton) dan benomil (Benlate) cukup efektif menekan penyakit karat pada tanaman kedelai (Sudjono et al., 1983; Salim dan Sadar, 1995).

Penyakit anthraknose selain daun juga menyerang polong kedelai. Polong yang telah isi merupakan organ yang paling rentan terhadap infeksi jamur (Elizabeth et al., 1997; Sulihtyorini et al., 1997). Oleh karena itu untuk menekan infeksi jamur antraknose pada benih kedelai dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida benomil (Benlate) atau fentin-hidroksida (Deuter) pada saat mulai berbunga hingga pengisian polong (Sudjono et al.,1983).

Penyakit layu Sclerotium dapat ditekan perkembangannya dengan menggunakan fungisida Dithane, Delsene, Manzate dan Benlate. Benlate dengan konsentrasi 2-4 g/l paling efektif menekan perkembangan penyakit (Wahab et al., 1995).

Pengendalian secara kimia dengan bakterisida terhadap penyakit bakteri pada tanaman kedelai tidak dianjurkan mengingat mahalnya biaya yang diperlukan untuk pengendalian tersebut.

Terhadap virus-virus non-persisten pengendalian vektor secara kimiawi dengan insektisida untuk menekan intensitas serangan penyakit virus sering tidak memberi hasil yang memuaskan. Hal ini diduga karena insektisida tersebut tidak dapat mematikan aphid dalam waktu yang cepat sebelum vektor menularkan virus ke tanaman lain (Broadbent, 1969; Lobenstein and Raccah, 1980). Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa penyemprotan insektisida cypermethrin, deltamethrin, permethrin, fanfalerate, disulfoton dan acephate selain dapat menekan kolonisasi aphid, juga mengurangi atau memperlambat penyebaran virus non-persisten (Asjes, 1985; Atiri et al., 1987; Piron et al., 1988). Penyemprotan minyak mineral (mineral oil) secara kontinyu dengan interval lima hari dilaporkan dapat menghambat proses infeksi dan penyebaran SMV sebesar 27% dibanding perlakuan kontrol yang tidak disemprot (cit. Irwin and Schult. 1981), tetapi karena harus disemprotkan beberapa kali dan harganya mahal. Penggunaan minyak mineral ataupun emulsi minyak nabati sulit diterapkan di Indonesia.

Dalam implementasi Pengendalian Hama Terpadu (PHT), aplikasi pestisida masih dibenarkan, akan tetapi harus merupakan alternatif terakhir setelah cara-cara yang llain sudah tidak mampu mengendalikannya. Aplikasi pestisida dapat dilakukan setelah OPT melampaui batas ambang pengendalian.

(17)

Tujuan :

Memahami cara aplikasi pestisida untuk mengendalikan penyakit kedelai. Mampu melakukan aplikasi pestisida tepat waktu, tepat dosis dan sasaran Alat dan Bahan :

Kertas koran, krayon, spidol, pensil, bolpoin, buku catatan, tanaman kedelai dengan iinfeksi penyakit karat daun, fungisida, sprayer, ember.

Metoda :

Gambar

Tabel 1. Penyakit-penyakit pada tanaman kedelai

Referensi

Dokumen terkait

The PPy-DS modified-Au electrode can be electrochemically prepared by cyclic voltammetry technique in the aqueous solution contains pyrrole, HDS dopant, and KNO 3

Salah satunya untuk membangun modul mata kuliah sebagai salah satu alat belajar bagi mahasiswa Berdasarkan gagasan tersebut, penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan

Data yang diperoleh dari hasil, tes dianalisis dengan menggunakan statistik inferensial. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada peningkatan terhadap

Dari deskripsi data penelitian Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) dan Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah (APBS) di SMP Negeri 2 Banjarnegara diperoleh

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kinerja keuangan, pertumbuhan potensial, ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan cash

Beberapa data yang diambil dalam pengujian ini adalah kecepatan putar rotor, frekuensi listrik keluaran generator, tegangan keluaran generator, arus jangkar generator,

The very irst publication of the Judith Trust identiied this gap (Joined Up Care: good practice in services for people with learning disabilities and mental health needs, 1998)

Billing Order, setiap pengujung yang sudah menjadi member dia akan mendapat hak akses untuk fasilitas ini dimana dia dapat melihat daftar pembelian yang telah