Tugas paper penyakit pada udang (AHPND) ASRA SAKIRA (L012232012)
Khaerul Amri Malkab (L012232006)
Taura syndrome virus A. Etiologi
Taura Syndrome Virus (TSV) dalam konteks jurnal yang dibahas adalah virus yang termasuk dalam genus Aparavirus, famili Dicistroviridae, ordo Picornavirales. Virus ini diketahui dapat menginfeksi berbagai spesies udang, seperti Metapenaeus ensis, Penaeus aztecus, Penaeus monodon,
Penaeus setiferus, Penaeus stylirostris, dan Penaeus vannamei.
Sindrom Taura (TSV) adalah virus ikosahedral, tidak berselubung, berukuran diameter 30 nm, dan mengandung genom RNA beruntai tunggal, sense positif, berukuran 10,2 kb. Virus TSV termasuk dalam famili Dicistroviridae . Penyebaran global TSV terjadi melalui perpindahan hewan, induk, dan pasca-larva yang terinfeksi ke seluruh dunia, dan strain baru terus bermuncul seiring dengan adaptasi virus terhadap spesies penaeid lain dan lingkungan baru.
Wabah TSV di kawasan budidaya perikanan menghambat produksi udang dengan tingkat kematian berkisar antara 40 % hingga 100 %. Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan sindrom Taura, dan tindakan umum yang efektif adalah mendeteksi TSV sedini mungkin, lalu mencegah dan mengendalikan epidemi dan penyebarannya.
Gambar 1. Taura syndrome virus
B. Epidemiologi
TSV adalah virus RNA beruntai tunggal tidak berselubung yang mengandung virus yang diklasifikasikan sebagai anggota keluarga Dicistroviridae, genus Aparavirus1. Penyakit ini disebabkan oleh TSV dan disebut sebagai penyakit udang penaeid yang diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi senilai antara USD 1,2–2 miliar di Amerika selama panzootik meluas antara tahun 1992 dan 19961. Sindrom Taura adalah penyakit yang terdaftar di Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) dan telah terdeteksi di lima benua.
Virus Sindrom Taura (TSV) melibatkan penyebaran global virus ini terutama melalui perpindahan hewan, induk, dan pasca-larva yang terinfeksi ke seluruh dunia. Strain baru TSV terus muncul seiring dengan adaptasi virus terhadap spesies udang penaeid lain dan lingkungan baru. Beberapa strain baru TSV telah diidentifikasi di berbagai negara seperti Meksiko, Arab Saudi, Kolombia, dan Venezuela .
.
deteksi dini masih menjadi cara penting untuk mengendalikan epidemi dan penyebarannya.
Sistem pengulangan palindromik pendek (CRISPR) dan sistem terkait CRISPR (Cas) 13a (CRISPR-Cas13a) yang dikelompokkan secara teratur telah digunakan untuk mendeteksi RNA virus.
TSV umumnya melibatkan penyebaran global virus ini melalui perpindahan hewan, adaptasi virus terhadap spesies udang penaeid lain, dan munculnya strain baru seiring dengan penyebaran virus ke seluruh dunia.
C. Tanda Klinis
Taura Syndrome Virus (TSV) adalah penyakit yang menyerang udang, dan gejala klinis yang mungkin terjadi pada udang yang terinfeksi TSV dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi
Gejala morfologis dari infeksi Virus Sindrom Taura (TSV) pada udang dapat mencakup Perubahan warna Pembengkakan, luka,dan Perubahan ukuran atau bentuk, selanjutnya pada fase akhir infeksi udang akan tenggelam dan mengarah pada kematian udang.
Tanda-tanda penyakit adalah:
1. Penurunan nafsu makan: Udang yang terinfeksi TSV biasanya mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan secara signifikan.
2. Perubahan perilaku: Udang mungkin menunjukkan perubahan perilaku seperti menjadi lebih lambat, kurang aktif, atau terlihat mengisolasi diri dari kelompoknya.
3. Pembengkakan abdomen: Infeksi TSV dapat menyebabkan pembengkakan pada bagian abdomen udang, yang dapat terlihat sebagai perut yang membesar secara abnormal.
4. Kematian mendadak: Pada kasus infeksi TSV yang parah, udang dapat mengalami kematian mendadak tanpa gejala yang jelas sebelumnya.
5. Lesi atau bintik-bintik pada tubuh: Infeksi TSV juga dapat menyebabkan munculnya lesi atau bintik-bintik pada tubuh udang, yang dapat terlihat sebagai perubahan warna atau tekstur pada kulit udang.
D. Disease Pattern 1. Transmisi
virus Sindrom Taura (TSV) dapat terjadi melalui kontak langsung dengan udang yang terinfeksi atau kontak langsung dengan air atau peralatan yang mengandung virus TSV.
2. Lingkungan
Kondisi cuaca, seperti suhu, kelembapan, dan angina Perubahan stasiun hidrologi, seperti perubahan tingkat air, kelembapan, dan kadar garam, dapat mempengaruhi keseimbangan kulit dan sistem imun udang, Kontaminasi air dan pasir dapat mengurangi keseimbangan kulit dan sistem imun udang, Memberi makan berlebihan, kualitas benih buruk, kualitas air yang buruk, kualitas pakan yang buruk, merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkannya terhadap kejadian tsv.
3. Patogenesis
virus Sindrom Taura (TSV) adalah proses penginfeksi dan pengembangan penyakit di organisme udang. TSV adalah virus RNA beruntai tunggal tidak berselubung dengan genom
~10 kb, yang mengandung virus yang diklasifikasikan sebagai anggota keluarga
Dicistroviridae, genus Aparavirus. TSV disebabkan oleh virus sindrom Taura (TSV) dan diklasifikasikan sebagai penyakit udang penaeid yang diperkirakan menyebabkan kerugian ekonomi senilai antara USD 1,2–2 miliar di Amerika selama panzootik meluas antara tahun 1992 dan 19961. TSV telah terdeteksi di lima benua.
TSV melibatkan infeksi virus, proses pengembangan, dan gejala penyakit. TSV dapat menginfeksi udang melalui kontak langsung dengan udang yang terinfeksi atau kontak langsung dengan air atau peralatan yang mengandung virus TSV1. Virus TSV dapat ditemukan dalam air, sediment, dan sampel organik yang mengandung virus TSV1. TSV dapat disebarkan melalui kontak langsung dengan udang yang terinfeksi, dan virus TSV dapat ditemukan dalam air, sediment, dan sampel organik
Gejala penyakit TSV antara lain kerusakan kulit, jaringan, tulang, organ, sistem imun, endokrin, hematopoetik, kardiovaskular, respirator, tahanan, jantung, dan pembuluh darah pada udang1. TSV dapat menyebabkan kerusakan kulit, jaringan, tulang, organ, sistem imun, endokrin, hematopoetik, kardiovaskular, respirator, tahanan, jantung, dan pembuluh darah pada udang
E. Diagnosa
F. Diferensial Diagnosa
RT-PCR (reaksi berantai polimerase transkripsi balik) Metode ini menggunakan primer yang spesifik untuk TSV dan mengidentifikasi produk akhir dari PCR yang spesifik untuk TSV.
RT-LAMP (reaksi loop transkripsi balik): Metode ini menggunakan primer yang spesifik untuk TSV dan mengidentifikasi produk akhir dari LAMP yang spesifik untuk TSV.
CRISPR-Cas13a bebas amplifikasi: Metode ini menggunakan CRISPR-Cas13a untuk membedakan RNA TSV dari RNA patogen lainnya.Enterocytozoon hepatopenaei (EHP), Hepatobacter penaei (NHP) dan shrimp haemocyte iridescent virus (SHIV).
G. Penyebaran
Penyebaran virus TSV (Taura Syndrome Virus) pada udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) disebabkan oleh serangan yang berasal dari induk (vertikal) atau lingkungan (horizontal). Serangan TSV pada umumnya terjadi pada umur 14-40 hari setelah penebaran ditambak, dengan tingkat kematian mencapai 9%
Udang vannamei dapat terserang TSV, namun tingkat kematiannya relative rendah, infeksi TSV ada dua fase, yaitu fase akut dan fase kronis. Pada fase akut akan terjadi kematian massal, sedangkan pada fase kronis udang mampu hidup dan tumbuh relative normal, namun merupakan pembawa (carrier) TSV yang dapat ditularkan ke udang lain yang sehat
Udang vannamei dapat terserang TSV pada umur 14-40 hari setelah penebaran ditambak, dengan tingkat kematian mencapai 9%. Penyakit terjadi pada umur 30 hari pertama, berarti infeksi berasal dari induk (vertikal), jika lebih dari 60 hari berarti infeksi berasal dari lingkungan (horizontal)
Udang yang berada pada fase kronis dapat hidup dan tumbuh relative normal, namun merupakan pembawa (carrier) TSV yang dapat ditularkan ke udang lain yang sehat Pencegahan TSV pada udang Vannamei dapat dilakukan melalui metode PCR (Polymerase Chain Reaction) dan pemeriksaan virus RNA. Deteksi penyakit TSV pada udang Vannamei dapat dilakukan berdasarkan gejala klinis, gross patologi, in situ hybridisasi, bioassay, atau uji yang paling cepat adalah PCR.
H. Treatment
tretman pengobatan virus sindrom Taura (TSV) belum tersedia sebagai obat, sehingga tindakan umum yang efektif adalah mendeteksi TSV sedini mungkin, lalu mencegah dan mengendalikan epidemi dan penyebarannya. Sistem pengulangan palindromik pendek (CRISPR) dan sistem terkait CRISPR (Cas) 13a (CRISPR-Cas13a) yang dikelompokkan secara teratur, seperti CRISPR-Cas12 dan CRISPR-Cas13, telah digunakan untuk mendeteksi RNA virus.
senyawa yang berasal dari Tanaman pepaya Di dalam ekstrak daun pepaya terkandung enzim papain yang memiliki aktivitas proteolitik dan antimikroba, sedangkan alkaloid carpain berfungsi sebagai antibakteri. Selain itu terdapat pula tocophenol dan flavonoid yang memiliki daya antimikroba. terkait imun dengan efek antibakteri lebih disukai dalam pengobatan infeksi TSV. Dewasa ini juga ekstrak dengan sifat antibakteri juga telah terbukti memberikan perlindungan terhadap bakteri penyebab TSV .
Daftar Pustaka
Ochoa, L. M., Cruz-Flores, R., & Dhar, A. K. (2020). Detection and phylogenetic analyses of Taura syndrome virus from archived Davidson’s-fixed paraffin-embedded shrimp
tissue. Viruses, 12(9), 1030.
Cruz-Flores, R., Mai, H. N., & Dhar, A. K. (2021). Complete genome reconstruction and genetic analysis of Taura syndrome virus of shrimp from archival Davidson's-fixed paraffin embedded tissue. Virology, 553, 117-121.
Achmad, H. (2021). Upaya Pencegahan Penyakit Pada Komoditas Perikanan yang Dilalulintaskan Antar Area dari Pintu Pengeluaran, Yogyakarta. SIGANUS: Journal of Fisheries and Marine Science, 3(1), 160-170.
Liu, J., Li, Y., Cao, H., Yao, S., Hu, K., Zhao, Q., ... & Huang, J. (2023). Amplification-free CRISPR- Cas13a assay for detection of Taura syndrome virus. Aquaculture Reports, 30, 101552.
Neneng, S. 2014. Kajian Pengaruh Jenis Pelarut dan Waktu Ekstraksi Senyawa Alkaloid Total Daun Pepaya (Carica papaya L.). e-jurnal fmipa unpak. Bogor.