• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan dan Morfologi

N/A
N/A
Muh Multazam

Academic year: 2024

Membagikan " Pengenalan dan Morfologi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PENYAKIT DAN MANAJEMEN KESEHATAN IKAN White Spot Syndrome Virus (WSSV)

Disusun oleh:

Kelompok 4

Andi Sulistiawati L012232014 Andi Ully Maicha Akmal L012232003 Debby Aranindy Putri L012232002

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU PERIKANAN SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2024

(2)

A. Etiologi

White Spot Syndrome Virus (WSSV) adalah patogen yang menyebabkan penyakit bintik putih (White Spot Disease) pada udang. Biasanya, Petambak lebih familiar dengan sebutan penyakit WS. WSSV pertama kali terdeteksi di Taiwan pada tahun 1992, kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara hingga ke wilayah Amerika Latin. Awal penyebaran penyakit WS di Indonesia pada tahun 1994 di pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa barat, hingga Aceh Selatan.

B. Morfologi

WSSV berbentuk bulat telur dan memiliki selubung virus dengan panjang 210-420 nm dan lebar 70-167 nm. WSSV dapat dengan mudah menyebar ke bagian tubuh udang melalui hemolimfa yang membentuk garis-garis horizontal dengan lebar 20 nm. Udang yang terserang WSSV akan mempunyai bintik putih dengan diameter 0,5-2 mm pada bagian kepalanya.

Gambar 1. Infeksi White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada Litopenaeus vannamei. Infeksi berkembang melalui tahapan berbeda yang dapat dilihat pada nukleus melalui histologi.

a) Sel yang terinfeksi tahap awal menunjukkan inti yang membesar dengan kromatin yang terpinggirkan dan wilayah tengah eosinofilik yang homogen. Ini kemudian mengembangkan inklusi tipe Cowdry A eosinofilik intranuklear (*); ini dapat dikelilingi oleh lingkaran cahaya bening di bawah membran inti (panah putih). Bilah skala = 25 µm;

b) Inklusi eosinofilik biasanya meluas hingga mengisi nukleus (*). Inklusi ini menjadi berwarna basofilik dan warnanya lebih padat seiring perkembangan infeksi (panah putih). Inti kemudian hancur sehingga isinya menyatu dengan sitoplasma (panah hitam). Bilah skala = 10 µm. noda H&E;

c) Virion WSSV tampak berbentuk bulat telur dan mengandung nukleokapsid padat elektron (panah putih) di dalam selubung trilaminar (panah hitam). Bilah skala = 0,2 µm. Sisipan. Nukleokapsid WSSV yang diwarnai secara negatif, menunjukkan adanya bahan bergaris silang atau lurik yang terstruktur sebagai serangkaian cincin subunit yang bertumpuk dan merupakan ciri diagnostik utama WSSV. Bilah skala = 20 nm;

d) Dugaan bahan nukleokapsid di dalam nukleus sebelum selubung. Bahan ini berpenampilan garis- garis silang atau lurik dan linier sebelum digabungkan dalam pembentukan partikel WSSV

(3)

dewasa. Bahan nukleokapsid linier ini diamati secara sporadis dalam pembuatan partikel WSSV.

Bilah skala = 100 nm. Gambar mikroskop elektron transmisi.

Ketika infeksi makin parah, bintik putih ini bisa menyebar ke seluruh tubuh udang.

Selain bintik putih, tubuh udang yang terinfeksi WSSV akan berubah menjadi pucat kemerahan. Tak hanya itu, udang juga akan menjadi lemas dan ususnya kosong karena tidak nafsu makan. Udang yang terserang WSSV akan mengalami kerusakan pada sel-sel hepatopankreas, lambung, insang, dan usus.

Gambar 2. (a) udang yang norman; (b) udang yang terinfeksi WSSV Berikut ini adalah pemicu penyakit WSSV pada udang:

1. Kualitas Air yang Buruk

Penyakit WS muncul disebabkan oleh kondisi lingkungan, inang, dan patogen. Ketika terjadi penurunan kualitas air secara signifikan, maka udang akan mengalami stres dan sistem kekebalan tubuhnya menurun, sehingga udang akan mudah terserang virus.

Berikut adalah parameter yang membuat patogenitas dari virus meningkat:

 Amonia > 1 mg/l

 Nitrit > 1 mg/l

 Fluktuasi suhu

 Fluktuasi pH

 DO < 3 mg/l

 TOM > 80 ppm

 Perubahan salinitas secara cepat

 Total vibrio tinggi

2. Manajemen Pakan yang Buruk

Pemberian pakan secara berlebih, yang dikenal dengan istilah overfeeding dapat meningkatkan bahan organik dan memicu peningkatan senyawa toksik, sehingga udang akan mudah terserang penyakit.

(4)

3. Biosekuriti Tambak Kurang Baik

Penerapan biosekuriti adalah proses yang sangat penting pada budidaya udang. Salah satu caranya adalah dengan sterilisasi yang berguna untuk membunuh patogen pembawa penyakit. Apabila proses ini tidak dilakukan dengan baik, maka penyakit akan dengan mudah muncul dan menginfeksi udang. Selain itu, benur yang tidak memiliki sertifikat SPF (Specific Pathogen Free) akan rentan terkena penyakit. Untuk itu, Bapak/Ibu sangat disarankan memilih benur yang SPF. WSSV menyerang udang pada semua stadia, baik benur maupun udang dewasa. Selain itu, WSSV dapat menyebabkan kematian total hingga 100% populasi udang di tambak. Infeksi akan terjadi selama 2-10 hari setelah muncul gejala. Sementara, kematian massal terjadi pada 3-10 hari setelah udang terinfeksi.

C. Organ Target

Virus White Spot Syndrome (WSSV) merupakan salah satu patogen paling mematikan bagi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan spesies udang lainnya.

Virus ini menyerang berbagai organ penting udang, menyebabkan kerusakan parah dan kematian massal. Berikut adalah organ target utama WSSV yaitu:

1. Insang

- Fungsi: Berperan penting pada respirasi udang, memungkinkan perukaran gas antara lain hemolymph (darah udang).

- Dampak Infeksi: WSSV merusak sel-sel epitel insang, mengganggu struktur lamela dan menghambat aliran air. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas, hipoksia (kekurangan oksigen), dan kematian udang.

2. Hepatopankreas

- Fungsi: merupakan organ pencernaan dan metabolisme utama pada udang, berperan dalam pencernaan makanan, penyerapan nutrisi, dan ekskresi limbah metabolisme.

- Dampak Infeksi: WSSV menginfeksi sel-sel hepatosit di hepatopankreas, menyebabkan kerusakan struktur dan fungsi organ. Hal ini mengganggu pencernaan, metabolisme, dan regulasi osmoregulasi, ultimately leading to death.

3. Usus

- Fungsi: berperan penting dalam penyerapan nutrisi dari makanan yang dicerna.

(5)

- Dampak Infeksi: WSSV menginfeksi sel-sel enterosit di usus, menyebabkan kerusakan mikrovili dan mengganggu penyerapan nutrisi. Hal ini menyebabkan malnutrisi, kelemahan, dan kematian udang.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa WSSV juga dapat menginfeksi organ lain pada udang, seperti jaringan limfoid, alat gerak, dan epidermis, meskipun organ-organ ini bukan merupakan target utama. Selain itu, dampak infeksi WSSV pada organ target dapat bervariasi tergantung pada strain virus, kondisi lingkungan, dan status kesehatan udang.

D. Penyebaran

Penyebaran White Spot Syndrome Virus (WSSV) pada udang dapat terjadi melalui dua cara utama, yaitu:

1. Penularan Vertikal:

- Induk ke Benur

Induk udang yang terinfeksi WSSV dapat menularkan virus kepada benurnya melalui telur. Benur yang terinfeksi sejak awal ini berisiko tinggi untuk mati sebelum mencapai usia panen.

2. Penularan Horizontal:

- Kontak Langsung

Udang yang sehat dapat tertular WSSV melalui kontak langsung dengan udang yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi saat udang berdesakan di tempat yang sempit, seperti kolam tambak yang padat.

- Air

WSSV dapat bertahan hidup di air selama beberapa hari. Udang yang sehat dapat tertular virus jika mereka berada di air yang terkontaminasi dengan WSSV dari udang yang terinfeksi, kotoran udang, atau pakan yang terkontaminasi.

- Hewan Liar

Beberapa hewan liar, seperti burung dan kepiting, dapat bertindak sebagai pembawa WSSV. Hewan-hewan ini dapat menyebarkan virus dari satu tambak ke tambak lain melalui kotoran mereka.

- Peralatan Tambak

(6)

Peralatan tambak yang terkontaminasi dengan WSSV, seperti jaring, wadah, dan peralatan makan, dapat menularkan virus ke udang yang sehat jika tidak dibersihkan dan didisinfeksi dengan benar.

E. Tanda Klinis

Ciri-ciri terkena penyakit WSSV yaitu jika terinfeksi ringan, belum terdapat perubahan secara morfologi, tetapi terdapat perubahan tingkah laku yaitu menurunnya aktivitas berenang, berenang tidak terarah, dan seringkali berenang pada salah satu sisinya saja. Kemudian cici-ciri terinfeksi sedang, yaitu pada bagian tubuh dan ekor menjadi kemerahan serta timbul bintik putih antara 1-3 buah pada karapas dan ekor gerimpis.

Kemudian jika infeksi berat yang terjadi, yaitu bintik putih sudah menyebar ke bagian tubuh udang serta adanya perubahan warna menjadi kemerahan pada ekor dan tubuh udang, selain itu ekor gerimpis, antena patah dan mata rusak. Infeksi berat (akut), udang mengalami perubahan warna tubuh kemerahan yang lebih tegas warna merah dapat dilihat pada ekor serta, bila sudah parah bercak putih menyebar sampai ke seluruh bagian tubuh (Amrillah et al., 2015).

Gejala udang vaname yang terserang WSSV sangat bervariasi. Pada udang terinfeksi WSSV muncul warna kemerahan di kepala maupun ujung ekor. Gejala-gejala lain WSSV, di antaranya udang bergerombol di pinggir kolam, nafsu makan menurun drastis, tidak peka rangsangan, tubuhnya berwarna kuning susu (Corteel, 2013). Kandang kala gejala terdapat bintik-bintik putih pada karapas tidak ditemukan di semua udang. Namun, hampir semua udang menunjukkan adanya warna kemerah-merahan di kepala ataupun ekor.

Kemudian salah satu gejala udang yang terinfeksi WSSV yaitu memiliki tubuh berwarna kuning susu (Arafani et al., 2016).

Gejala klinis yang timbul pada udang terinfeksi WSSV antara lain penurunan konsumsi pakan, lemah, kutikula lepas, hepatopankreas pucat dan anoreksia. Juga terlihat letargi, berenang dengan kondisi tidak stabil, warna kemerahan pada abdomen dan bintik putih pada karapas.

F. Pengendalian

Mengendalikan penyakit WSSV telah banyak dilakukan seperti pemakaian bahan kimia untuk skrining benur atau pengobatan, namun pemakaian bahan kimia dalam

(7)

waktu panjang akan berdampak negatif bagi lingkungan perairan, menimbulkan resistensi patogen serta residu bahan kimia yang berdampak terhadap kesehatan konsumen. Untuk itu peningkatan ketahanan tubuh udang menjadi salah satu usaha pengendalian penyakit yang efektif. Peningkatan daya tahan tubuh udang ini dapat dilakukan melalui pemberian imunostimulan maupun vaksinasi. Vaksinasi merupakan tindakan memasukkan antigen ke dalam tubuh yang dapat memicu timbulnya ketahanan spesifik (Fahmi dan malole, 2007).

Strategi dan pengendalian infeksi WSSV yaitu dengan meningkatkan produktivitas dari tambak dan memanfaatkan akses pemeriksaan WSSV secara laboratoris.

Meningkatkan kompetensi teknis petambak dengan penyuluh dan pelatihan, meningkatkan kualitas sarana dan prasarana, dan pemberian dukungan yang memadai dari pemerintah dan instansi terkait. Mengoptimalkan proses persiapan lahan tambak, dan mengoptimalkan kegiatan pemantauan oleh Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan. Kemudian mengguanakan benur yang dinyatakan bebas WSS, dan menerapkan Best Management Practice (Mukhlisah et al., 2023).

Pengendalian WSSV juga dapat dilakukan dengan pemberian prebiotik madu yang mampu meningkatkan ketahanan tubuh udang terhadap infeksi WSSV. Pemberian prebiotik madu sebanyak 0.5% efektif meningkatkan kinerja pertumbuhan, respons imun, dan resistansi udang vaname terhadap infeksi WSSV (Seran et al., 2019). Kemudian penggunaan cairan ekstrak pohon mangrove (CEPM) Avicennia sp. dan Sonneratia sp., memberikan pengaruh yang berbeda terhadap patogenitas WSSV dan udang uji pada setiap perlakuan. Perlakuan yang optimal yaitu pada dosis 250 ppm, yaitu dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang uji yang diuji tantang dengan white spot syndrome virus (WSSV) dengan tingkat kelangsungan hidup 98,4% (Wahjuningrum et al., 2006).

DAFTAR PUSTAKA

Amrillah, A.M., S.Widyarti., Y. Kilawati. 2015. Dampak stress salinitas terhadap prevalensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Survival Rate Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Kondisi Terkontrl. Research Journal of Life Science. 2(1). 110 – 123.

Arafani, L., M.Ghazali., dan M. Ali. 2016. Pelacakan virus bercak putih pada udang vaname (Litopenaeus vannamei) di Lombok dengan real-time Polymerase Chain Reaction.

Jurnal Veteriner. 17(1) : 88 – 95.

(8)

Chen, H. M., Leu, J. H., Chen, C. C., Huang, C. Y., & Wang, C. H. (2005). Detection of white spot syndrome virus (WSSV) in shrimp tissues by loop-mediated isothermal amplification (LAMP). Journal of Virological Methods, 125(1-2), 100-105.

Chien, T. H., Huang, C. Y., Wang, C. H., & Chen, H. M. (2004). White spot syndrome virus (WSSV) induces apoptosis in shrimp hepatocytes and ovarian cells. Journal of Cellular and Molecular Biology, 88(3), 433-440.

Corteel M. 2013. White spot syndrome virus infection in P. vannamei and M. rosen- bergii:

experimental studies on suscep- tibility to infection and disease. Thesis. Belgium.

Ghent University

Fahmi, M.R., M.B. Malole. 2007. Respon Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.) Terhadap Antigen Wssv Yang Diinaktivasi Dengan Formaldehid. J. Ris. Akuakultur Vol. 2 No. 1 : 77 – 86.

Haliman dan Adijaya., 2005. Budidaya Udang Vannamei. Swadaya Jakarta.

Jirassathirarat, S., Phomphaeng, P., Kittimanatit, K., Svasti, V., & Kruatrachue, M. (1999).

Molecular cloning and characterization of the major capsid protein gene of the shrimp white spot syndrome virus (WSSV). Virus Research, 66(1-2), 117-125.

Septiama, Budi Sugianti, Anna H. Aritonang, Dickry Novel Shatrie, Retnaningtyas Noor P., Ayu Astra Barleani, Indah wahyuni, Indri Hapsari, IrwanFakhriza, Surya Kusbiandany, Paul Davids HS., Achmad Gunardi, Evi Aryati Arbay, laila Lafi, Ratih Ismayasari.

2008.

Sudha, P.P., Mohan, C.P., Shankar, K.M., Hegde, A. 1998. Relation Between White Spot Syndrome Virus Infection and Clinic Manifestation in Indian Cutured Penaeid Shrimp Aquagulure.

Seran, H.N., Widyanarni, dan Sukenda. 2019. Pemanfaatan Madu sebagai Prebiotik untuk Pengendalian White Spot Disease (WSD) pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei.

Wahjuningrum, D., S.H. Sholeh dan S. Nuryati. 2006. Pencegahan Infeksi Virus White Spot Syndrome Virus (WSSV) Pada Udang Windu Penaeus monodon Dengan Cairan Ekstrak Pohon Mangrove (CEPM) Avicennia sp. dan Sonneratia sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 5(1): 65-75

Referensi

Dokumen terkait

Pinrang White Spot Disease I White spot syndrome virus (Whispovirus) Udang windu ( Penaeus monodon) Udang vannamei ( Litopenaeus vannamae). Selayar White Spot Disease I White

Ferocious attack of monodon Baculo Virus disease ( MBV) and White Spot Syndrome Virus ( WSSV) to tiger prawn that happened globally, have paralysed aquaculture industry,

Infectious myonecrosis I Infectious myonecrosis virus (IMNV) Udang vannamei ( Litopenaeus vannamae) White Spot Disease I White spot syndrome virus (Whispovirus) Udang vannamei

Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui respon udang windu ( Penaeus monodon ) terhadap pem berian antigen virus WSSV ( White Spot Syndrome Virus ) yang diinakt ifkan dengan

GEN PENYANDI VIRAL PROTEIN 15 (VP-15) WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) DAN APLIKASINYA SEBAGAI VAKSIN REKOMBINAN PADA UDANG WINDU.. Andi Parenrengi # , Sri Redjeki Hesti

dalam Penularan White Spot Syndrom Virus (WSSV) pada Udang Windu (Penaeus Monodon Fabr.) dengan berbagai perlakuan dapat terselesaikan.. Skripsi ini merupakan salah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi keberadaan virus WSSV dan periode masa kritis virus WSSV (White Spot Virus Syndrome) di saluran inlet pertambakan di

Dokumen ini membahas tentang etiologi, sifat, dan penyebaran virus Taura Syndrome (TSV) yang menginfeksi beberapa spesies