Bagus Syahputra dan Mohammad Saleh
Aspek Hukum Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Pada Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini
VariaVirdania Virdaus
Ambiguitas Dalam Judul Dongeng Anak
Muchamad Arif dan Nopitasari
Pengaruh Penggunaan Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak Usia Dini
Yayuk Setyawati, Firsta Bagus Sugiharto, Rok Jalal Rosyana, Bagus Cahyanto, Titis Angga Rini, dan Ali Yusuf
Pengaruh MBKM Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa
Ummi Masrufah Maulidiyah dan Andini Dwi Arumsari
Penggunaan Youtube Sebagai Media Pembelajaran Dalam Persiapan Siswa Menghadapi Dunia Kerja
PENGARUH PENGGUNAAN BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BICARA ANAK USIA DINI
Muchamad Arif1dan Nopitasari 2 Universitas Narotama
[email protected],1 [email protected]2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bicara anak terutama dalam bercerita di Tk Melati surabaya. Sekolah ini terletak di Jalan Jl. Mulyorejo Selatan II/19 Surabaya. Sample penelitian ini adalah siswa TK A yang berjumlah 25 anak. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penulis fokus bagaimana menerapkan penggunaan boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bicara anak di Tk Melati surabaya. Penulis melakukan observasi selama 3x pertemuan. Setiap pertemuan, mereka mendapatkan cerita dongeng yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa merasa gembira, ceria, semangat dan antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung.
Kata Kunci: boneka tangan, dongeng, bicara, AUD
ABSTRACT
This research aimed to determine the use of hand puppets to improve children's speaking skills, especially in storytelling at Tk Melati Surabaya. This school is located on Jalan Jl.
Mulyorejo Selatan II/19 Surabaya. The sample was Kindergarten A students; 25 children. It used a qualitative descriptive method. It focused on how to apply the use of hand puppets to improve children's speaking skills at Tk Melati Surabaya. There were 3 times observations in three meetings. Each meeting, they got a different fairy tale. The results showed that students felt happy, cheerful, enthusiastic and enthusiastic participating in the teaching-learning activities.
PENDAHULUAN
Boneka tangan merupakan salah satu media yang telah diterapkan di TK MELATI Surabaya. Pembelajaran melalui boneka tangan merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, selain digunakan untuk memantau/mengembangkan tingkat kepercayaan diri anak, juga melatih perkembangan bahasa dan kosentrasi, kemampuan menyimak dan menyampaikan, serta bisa digunakan untuk mengajak anak mengembangkan alur cerita bersama-sama.
Media boneka tangan dengan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak AUD (Yunita 2012). Selanjutnya, Mariana dan Zubaudah mengatakan bahwa media boneka tangan ini juga bisa meningkatkan ketrampilan bercerita siswa kelas 5 (Mariana and Zubaidah 2015). Kemudian, Chrisyarani mengatakan bahwa Media boneka tangan bisa digunakan untuk mengasah keterampilan berbahasa Indonesia siswa (Chrisyarani 2018). Bahkan, Joko dkk mengatakan bahwa media boneka tangan dapat menanamkan akhlak mulia karena membuat siswa lebih tertarik dan mudah belajar melalui hal-hal yang mereka sukai (Joko Sulianto, Mei Fita Asri Untari, and Fitri Yulianti 2014).
Kemudian, pemilihan cerita/dongeng dengan menggunakan boneka tangan disesuaikan pada usia dan pengalaman anak. Dongeng secara spontan juga dapat langsung digunakan dengan tanpa ada skenario khusus. Selain itu bisa dilakukan dengan cara guru hanya mengenalkan dan menyampaikan cara menggunakan boneka tangan kemudian anak dibiarkan sendiri memainkan boneka tangan tersebut. Guru hanya memotivasi saja atau guru turut bermain agar suasana bermain boneka tangan dapat lebih menarik
Boneka tangan sendiri dapat melatih keterampilan jari saat anak mencoba menggunakanya, melatih kemampuan bahasa anak saat bercerita. Anak akan lebih mudah menangkap apa yang disampaikan oleh guru karena anak tidak perlu membayangkan apa yang dimaksud guru saat mendongeng/bercerita. Karakter yang diceritakan adalah karakter hewan yang lucu-lucu sehingga anak tertarik untuk mendekat dan mengikuti kegiatan lalu guru akan mengamati capaian perkembangan anak.
Jennah mengatakan bahwa kata media berasal dari bahasa latin yakni medius yang artinya adalah tengah, perantara, atau pengantar serta dalam bahasa arab kata media artinya adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Jennah 2009).
Hal ini berarti segala sesuatu yang digunakan untuk mengantarkan pesan pembelajaran dari seorang guru kepada penerima pesan yakni siswa, ini bisa disebut media pembelajaran.
Helmie mengatakan bahwa media pembelajaran sangatlah penting supaya guru mampu mengajar dengan baik, tepat, dan siswa merasa tertarik untuk belajar bahkan media pembelajaran ini dapat menghilangkan kebosanan siswa (Helmie 2014). Guru yang mengajar dengan media yang tepat maka siswa lebih mudah memahami materi yang sedang dijelaskan serta dengan penggunaan media tersebut murid merasa ada hal baru dan menarik yang sedang dipelajari sehingga mereka merasa tidak melakukan hal-hal itu saja jadi mereka tidak bosan.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar memiliki pengaruh dan dampak yang besar terhadap minat dan motivasi siswa. Selain itu dengan penggunaan media pembelajaran juga akan memberi keringanan dan kemudahan bagi guru dalam menyajikan dan membelajarkan siswa. Sehingga pembelajaran akan lebih berpusat pada siswa bukan pada guru. Karena siswa akan dapat melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan dalam pembelajaran seperti mengamati dan mengkomunikasikan. Dengan begitu guru akan dapat meningkatkan perannya sebagai pengajar dan pendidik.
Musfiroh menyatakan bahwa boneka tangan adalah boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan dengan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan (Musfiroh 2005). Boneka tangan juga merupakan media yang dapat membuat anak berimajinasi.
Musfiroh juga mengemukakan bahwa boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas berbicara (Musfiroh 2005). Ada beberapa jenis boneka yang dapat digunakan sebagai alat peraga untuk bercerita, yaitu :
1. Boneka Tangan adalah boneka tangan mengandalkan keterampilan dalam menggerakkan
2. Boneka gagang mengandalkan keterampilan mensinkronkan gerak gagang dengan tangan kanan dan kiri .satu tangan dituntut untuk dapat mengatasi tiga gerakan sekaligus sehigga dalam satu adegan guru dapat memainkan dua tokoh sekaligus.
3. Boneka gantung mengandalkan keterampilan menggerakkan boneka dengan benang yang diikatkan pada materi tertentu seperti kayu, lidi atau panggung boneka.
4. Boneka temple mengandalkan keterampilan memainkan gerakan tangan boneka temple tidak leluasa bergerak karena ditempelkan pada panggung dua dimensi.
Maka pengertian media boneka tangan adalah alat atau perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran berupa boneka yang terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah dan bentuk tubuh dari berbagai bentuk dengan berbagai macam jenis sifat yang dimainkan menggunakan tangan dan digerakkan menggunakan jari-jari tangan. Boneka tersebut terbagi menjadi 4 jenis boneka yaitu : boneka tangan, boneka gagang, boneka gantung, dan boneka temple.
Ada beberapa manfaat dari permainan boneka tangan menurut Musfiroh, yaitu : 1. Tidak memerlukan waktu yang banyak,biaya, dan persiapan yang terlalu rumit
2. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara dapat dibuat cukup kecil dan sederhana
3. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi pemakainya
4. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan, dan menambah suasana gembira (Musfiroh 2005)
Seorang guru dituntut untuk dapat menentukan dan memilih media yang sesuai untuk peserta didiknya karena ketepatan pemilihan media akan dapat mempengaruhi minat anak untuk belajar. Boneka tangan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk Anak Usia Dini, tidak hanya menyenangkan namun juga melatih anak untuk mendengar, menyimak, serta mengikuti jalanya dongeng yang diceritakan. Mendongen menggunakan boneka tangan juga membuat anak tertarik untuk menciptakan cerita baru yang terkadang orang dewasa pun tidak dapat menebak alur ceritanya sehingga memacu anak untuk berkreasi.
Pelaksanaan kegiatan menggunakan boneka tangan ini dilakukan di TK MELATI yang beralamat di Jl. Mulyorejo Selatan II/19 Surabaya. Penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif karena penelitian ini dibuat sealami mungkin dan tidak ada paksaan kemampuan anak harus meningkat secara signifikan (Arif 2020). Sampel yang digunakan adalah siswa TK A yang berjumlah 25 anak; yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Kegiatan yang dilakukan adalah guru mendongeng terlebih dahulu, setelah dongeng selesai maka anak dipersilahkan maju satu persatu untuk mencoba bercerita melalui boneka tangan tersebut. Kegiatan ini dilakukan selama 3 kali, pelaksanaan dilakukan setiap hari Sabtu pada tanggal 8, 15 dan 22 Juni 2019. Pada hari pertama 9 anak maju untuk bercerita lalu hari selanjutnya sejumlah 8 anak maju untuk bercerita dan 8 anak lainya maju bercerita di hari selanjutnya. Data yang diambil adalah kepercayaan diri peserta didik, kreatifitas, keterampilan jari-jemari anak serta perkembangan bahasa yang dimiliki oleh anak.
HASIL DAN DISKUSI
Pada setiap pertemuan guru mengawali kegiatan dengan melakukan pemanasan terlebih dahulu. Anak diajak untuk melakukan gerakan dasar dengan hitungan 1-8, gerakan pertama anak berdiri dan menggelengkan kepala ke kanan dan kiri. Lalu Tangan kanan diayunkan ke atas, tangan kiri di bawah lalu diayunkan secara bersamaan, dan gerakan terakhir adalah kaki diselonjorkan sambil tangan memegang kedua lutut masing-masing.
Selanjutnya, pada kegiatan inti guru akan menceritakan sebuah dongeng yang berbeda pada tiap pertemuanya. Pada hari pertama guru mendongeng kisah “Persahabatan Panda dan Elang”, hari kedua dongeng yang diceritakan adalah “Singa Yang Jujur” lalu pada pertemuan terakhir dengan judul dongeng “Penyesalan Sang Buaya”. Seluruh dongeng tersebut diceritakan menggunakan media boneka tangan. Anak begitu senang dan antusias saat mendengar dan mengikuti kegiatan dongeng tersebut.
Gambar 2. Boneka tangan yang digunakan untuk mendongeng
Setelah guru selesai mendongeng maka anak dipersilahkan maju untuk mencoba menggunakan boneka tangan dan menceritakan apa yang ingin diceritakan. Kegiatan ini dilakukan agar dapat mengasah kreatifitas anak, keterampilan berbahasa, kepercayaan diri, keterampilan menggerakan jari-jari serta perkembangan sosial emosional anak.
Gambar 3. Guru mendongeng kisah “Persahabatan Panda dan Elang”
Setelah kegiatan selesai maka anak diajak untuk berdiskusi tentang pesan yang dapat diambil dari dongeng yang telah disampaikan dalam kegiatan inti. Berdiskusi tentang hal-hal yang patut dilakukan dan hal-hal tidak patut dilakukan anak dalam kegiatan sehari-hari.
Selanjutnya anak diajak menyanyi lagu lalu berdoa sebelum pulang ke rumah masing-masing.
Dalam kegiatan mendongeng yang dilaksanakan selama 3 kali tersebut, diketahui bahwa penggunaan media boneka tangan memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapanya untuk anak usia dini. Anak merasa gembira, ceria, semangat dan antusias mengikuti kegiatan yang berlangsung. Berbagai desain yang lucu dan menarik pada boneka tangan membuat minat anak terpancing. Guru tidak memerlukan banyak waktu, tempat dan biaya yang banyak, persiapan yang dilakukan pun tidak terlalu rumit.
Namun guru harus memperhatikan kreasi gerakan dan mimik suara pada tokoh masing-masing dongeng. Guru juga harus konsisten dalam pengucapan mimik suara, serta memahami keragaman individual masing-masing anak agar target perkembanganya tidak melesat dan semua anak fokus tanpa mengganggu teman lainya. Maka guru perlu melakukan interaksi dengan anak saat mendongeng, mengajaknya untuk ikut andil melakukan beberapa kegiatan.
mendampingi serta merangkul anak yang belum percaya diri namun dengan perlahan guru harus mencoba membiarkanya melakukan sendiri agar target perkembangan anak tercapai.
KESIMPULAN
Penggunaan boneka tangan sebagai media pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi anak dalam mengikuti proses belajar mengajar. Selain tidak terlalu rumit dalam pemakaianya, boneka tangan juga bisa dipakai berkali-kali sehingga bisa disimpan untuk jangka waktu yang lama jika perawatanya baik. Guru perlu melatih mimik suara agar memiliki banyak suara yang bisa digunakan untuk mendongeng. Penggunaan boneka tangan akan lebih menarik lagi jika digunakan dengan panggung boneka, namun menggunakan boneka tangan saja pun sudah dapat membuat anak merasa senang.
Arif, Muchamad. 2020. 5 Jurus Jitu Menulis Skripsi Deksriptif Kualitatif. Surabaya:
Narotama University Press.
Chrisyarani, Denna Delawanti. 2018. “Pengembangan Media Boneka Tangan Dengan Metode Bercerita Untuk Siswa Kelas V SDN Sudimoro 2 Kabupaten Malang.” Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) 2(1):57–62.
Helmie, Jauhar. 2014. “The Use of Aids in TEFL ( Teaching English as a Foreign Language ): A Case Study at the MTs SA Al-Istiqomah in Ciheulang , Cianjur , West Java , Indonesia.” ATIKAN: Jurnal Kajian Pendidikan 4(2):201–6.
Jennah, Rodhatul. 2009. Media Pembelajaran. 1st ed. Banjarmasin: Antasari Press.
Joko Sulianto, Mei Fita Asri Untari, and Fitri Yulianti. 2014. “Media Boneka Tangan Dalam Metode Berceritera Untuk Menanamkan Karakter Positif Kepada Siswa Sekolah Dasar.”
Jurnal Pendidikan 15(2):94–104.
Mariana, Siti, and Enny Zubaidah. 2015. “Pengaruh Penggunaan Media Boneka Tangan Terhadap Keterampilan Bercerita Siswa Kelas V Sd Se-Gugus 4 Kecamatan Bantul.”
Jurnal Prima Edukasia 3(2):166.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bercerita Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Yunita, Ika. 2012. “Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Menggunakan Metode Berbicara Dengan Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompo AIDI TK Kartika III-38
Kentungan, Depok, Sleman.”