• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Waqaf dan Pengertiannya

N/A
N/A
Rifati Aisyah Hakima

Academic year: 2024

Membagikan "Jenis-Jenis Waqaf dan Pengertiannya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nama: Rifati Aisyah Hakima Kelas: Tahsin Lanjutan

Waqaf ( فْ ق َولا)

A. Pengertian Waqaf Waqaf ( فْ

ق َولا) mempunyai akar kata dari فَ

كلا yang artinya berhenti.

Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’, sebagaimana yang diungkapkan oleh ahmad Muthahar Abdur Rahman Al-Muroqi adalah :

تْ

ك َّسلاَ ف هْ

ن ِم صََ ْ قَ

اا َّمَ ا سفنََّ

تلا نَمَز َرا َد ْق ِم ِة َمِلَكلْا ر ِخ ا َ دْ

ن ِع ِت ْو َّصلا ع ْطَق َو ه فْق َوْلَا

memutus suara di akhir kalimat (ketika membaca Al-Qur’an) selama masa bernafas, tetapi jika lebih pendek dari masa bernafas itu, maka disebut saktah

Pada pengertian di atas, maka waqaf mempunyai 3 bagian yaitu :

1. Waqaf untuk berhenti selamanya. Misalnya orang membaca surah Al-Baqarah, setelah tamat ia meneruskan sholat, pada akhir bacaan surah al-Baqarah itulah yang disebut waqaf.

2. Waqaf yang bertujuan untuk mengambil nafas, karena nafas tidak kuat si pembaca menghentikan bacaannya pada kalimat tertentu dan setelah mengambil nafas, ia meneruskan lagi bacaanya.

3. Waqaf yang bertujuan untuk berhenti sebentar saja, sehingga tidak sempat bernafas walaupun hanya sejenak. Waqaf yang terakhir inilah yang disebut “saktah”

B. Pembagian Waqaf

Menurut ulama Qurra’ cara menghentikan bacaan al-Qur’an dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu:

1. Waqaf Ikhtibari ( ى راَبِت ْخ ِلإا فْ ق َولا) 2. Waqaf Intidhari ( ى را َ

ظ ِتْ

ن ِلإا فْق َولا ) 3. Waqaf Idhthirari ( ى را َر ِط ْ

ض ِلإا فْق َولا) 4. Waqaf Ikhtiyari ( ىراَي ِتْ

خ ِلإا فْق َولا )

Keempat waqaf ini dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut : 1. Waqaf Ikhtibari (berhenti diuji)

Waqaf yang dilakukan untuk mencoba bagaimana sebenarnya berhenti saat membutuhkan berhenti. Atau seorang guru ingin memberitahukan muridnya cara berhenti yang benar pada lafad tertentu, yang sebenarnya lebih baik diteruskan, namun karena kondisi tertentu waqaf itu diperlukan.

Akibat dari Waqaf Ikhtibari ialah harus menampakkan huruf tertentu yang sebenarnya tidak tampak.

Contoh : pada pengucapan lafad : ا َّمعdisuruh berhenti, maka lafad itu harus diuraikan َ dengan ْنعdan ا َمatau ketika membaca surah al-Maidah:27 َ

(2)

ق َحلْ

اِب َم َد ا ْ َ نْبا َ أَبَ

ن ْم ِهْيَل َع لْتا َو Bila setelah lafad ْ َ نْب ِاwaqaf, maka waqaf itu disebut waqaf ikhtibari dengan menguraikan lafad tersebut sebagaimana mestinya, yaitu : يَْ

نْب ِإdengan menampakkan huruf nun yang semula

dibuang karena di sandarkan (diidhafahkan) dengan lafad didepannya.

2. Waqaf Intidhari (berhenti menunggu)

Waqaf yang dilakukan karena terdapat perbedaan riwayat ulama Qurra’ boleh tidaknya berhenti masih diperselisihkan. Karena itu, pembaca mengambil jalan tengah dengan menghentikan bacaanya pada lafad yang diperselisihkan berhenti, selanjutnya diulangi pembacaan ayat pada permulaannya. Dengan demikian, kedua pendapat yang diperselisihkan tersebut dilaksanakan. Contoh:

ا َهَ ل َما َص ِفْ

نا َ لَ ققٰ ْ

ث ولْ

ا ِةَو ْر عْلاِب ك َس ْمَ َ ت ْسا ِدَ

قَ ف Setelah lafad قٰ ْ

ث ولْ

ا boleh berhenti intidhari, namun berhentinya itu diulangi lagi mulai

lafad : دَ قَ

ف sampai pada ا َهَ

ل

3. Waqaf Idhtirari (berhenti terpaksa)

Waqaf yang dilakukan karena terpaksa. Seorang pembaca ketika membaca al-qur’an nafasnya habis, batuk, lupa dan sebagainya. Maka dalam kondisi ini, ia terpaksa menghentikan bacaannya, walaupun tempat pemberhentiannya tidak selayaknya berhenti.

Contoh:

َن ْوها َس ْم ِهِت َ

لَ َص ْنع ْمَ ه َنْي ِذلَّ

ا َ ْ يِّ

ل َص مْ لِّ

ل لْي َوَ ف Setelah lafad َ ْ يِّ

ل َص مْ

ل ِلberhenti, padahal berhenti pada lafad itu tidak layak, karena tidak pada tempatnya. Maka jalan sattu-satunya adalah mengulangi bacaannya kembali mulai dari لْي َوَ

فsampai pada َ

ن ْوها َس

4. Waqaf Ikhtiyari (berhenti yang dipilih)

Waqaf yang dilakukan oleh pembaca atas pilihannya sendiri, tidak karena sebab-sebab sebagaimana dalam waqaf lainnya. Tentunya pada waqaf ini seorang pembaca sudah mengerti kedudukan waqaf, apakah boleh berhenti atau tidak. Maka jika diperbolehkan berhenti, atau lebih baik berhenti, maka pembaca hendaknya menghentikan bacaannya, tetapi jika tidak boleh berhenti maka pembaca mewashalkannya. Contoh :

؞ا ْون ِسْحَا َو ؞ ةَ كُ

ل ْهَّ

تلا َ ل ِا ْمُ

ك ْي ِدْيَاِباْو قْل ت َلَ َو (Tanda pada lafad diatas adalah sepasang titik tiga (؞__؞) atau disebut juga dengan Mu’anaqah ( ةَ

قَ نا َع ملا)

Setelah lafad ا ْون ِسْحَا َوpembaca menghentikan bacaannya tetapi dalam waktu lain pembaca menghentikan pada lafad : ةَ

كُ ل ْهَّ

تلاkedua-duanya diperbolehkan dan pembaca sudah mengerti

(3)

ketentuan waqaf tersebut, sehingga ia berhenti karena pilihannya sendiri bukan karena sebab- sebab tertentu.

Pada waqaf ikhtiyari ini terbagi atas beberapa bagian. Pada umumnya ulama Qurra membaginya dengan 4 bagian, tetapi lebih lengkapnya penulis mengambil pendapat Syekh Sulaiman Jamzuri dalam kitab Fat-hul Aqfal fi Syarkhi Tuhfatul Athfal yang membaginya atas 8 bagian yaitu:

1. Waqaf Taam ( ِماتلا فَّ ْ ق َولا) 2. Waqaf Hasan ( ن َس َحلا فْ

ق َولا) 3. Waqaf Kaafi ( ِفاَ

كلا فْ ق َولا) 4. Waqaf Shalih ( ح ِلا َصلا فْق َولا) 5. Waqaf Mafhum ( ِمْو ه ْف َملا فْق َولا) 6. Waqaf Jaiz ( ز ِئاَجلا فْق َولا) 7. Waqaf Bayan ( ناَي َبلا فْ

ق َولا) 8. Waqaf Qabih( حِباَ

قلا فقولا)

Kedelapan waqaf ikhtiyari tersebut akan dibahas satu persatu secara rinci sebagai berikut : 1. Waqaf Taam

Waqaf Taam menurut arti bahasa yaitu berhenti yang sempurna. Sedang menurut istilah adalah sebagaimana yang dukemukakan oleh syeikh Sulaiman Jamzuri sebagai berikut:

هَ ل ْبَ

ق ا َمِب قُّ

ل َعَ ت هَ

د ْعَب ا َم ِل َسْيَل َو ِم َ لََ

كلا َ ن ْع َم ِهِب َّمَت ا َم

Waqaf yang terjadi pada kalimat yang sudah sempurna maknanya dan kalimat itu tidak ada kaitannya dengan kalimat sesudahnya (didepannya)”.

Pada pengertian tersebut tampak bahwa waqaf Taam menghendaki adanya berhenti, karena yang sudah dibaca sudah menunjukkan akhir kalimat dan kalimat itu tidak berkaitan dengan kalimat di depannya. Karena itu waqaf Taam mungkin terjadi di akhir surat yang tidak mungkin disambung dengan kalimat lain, sehingga harus berhenti. Contoh :

(QS. Al-Baqarah:286) َنْي ر ِفاَ كلْ

ا ِمْو َقلْا َل َع اَنْ صَْ ناَ

ف اَ نل ْو َم َ

تْ

نَ ا (QS. Ali Imran:200) َ

ن ْو ح ِلْ فت ْمُ

كَّ

ل َعَ ل َاللاوقَّ

تا َو Setelah membaca Alkafirin pada QS. Al-Baqarah dan Tuflihun Pada QS. Ali Imran berhenti, inilah tempat Waqaf Taam.

2. Waqaf Hasan

Waqaf hasan berarti berhenti yang baik. Sedangkan menurut istilah ulama Qurra’ adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Sulaiman Jazuri sebagai berikut:

هَ

د ْعَب ا َمِب ءا َدِتْب ِلإا ن س ْحَي َ لَ َو ِهْيَ

لع فَ ْ

ق َولا ن س ْح َي ا َم

“Waqaf yang sudah sebaiknya berhenti dilakukan, walaupun kalimat sesudahnya tidak pantas menjadi permulaan kalimat”.

(4)

Tidak ada salahnya seseorang melakukan waqaf hasan. Sebab ketika waqaf, lafad yang diungkapkan sudah sempurna maknanya, walaupun pada kalimat sesudahnya tidak pantas dijadikan permulaan bacaaan mengingat masih ada hubungan. Misalnya menjadi na’at (sifat), athaf, badal atau tauhid.

Contoh QS. Al-Baqarah, ayat 40:

ْمُ

ك ِدْه َعِب ِفْوُا ْى ِد ْه َعِب اْوف ْوَ ا َو ْمُ

ك ْيَ لع َ ت ْم َعْ

نَ ا ِ نَّ

لا َ ِ ن َم ْعِناْو رُكْذُا Setelah lafad مُ

ك ْيَ

لعberhenti, inilah waqaf hasan karena berhentinya pada lafad yang sudah َ

sempurna maknanya, tetapi masih terikat pada lafad: ا ْوف ْوَ

ا َوsebab ia tidak pantas dijadikan permulaan bacaan.

Mengingat kedudukan waqaf hasan ini tidak sebaik waqaf taam, maka cara menjadikan waqaf taam pada waqaf ini adalah dengan mengulang bacaan yang diwaqafkan, jika waqafnya di tengah-tengah ayat.. Tetapi jika di akhir ayat maka tidak perlu diulangi.

3. Waqaf Kaafi

Waqaf kaafi berarti berhenti yang cukup. Sedangkan menurut istilah ulama Qurra adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jazuri sebagai berikut:

هَ

د ْعَب ا َمِب ءا َدِتْب ِلاْا َو ِهْيَ لَ

ع ِفْ ق َوْ

لاِب ِقْ كَي ا َم

“Waqaf yang mencukupi pada lafad itu dan lafad sesudahnya pantas dijadikan permulaan bacaan”.

Walaupun tingkatannya tidak sebaik waqaf taam, tetapi waqaf kaafi ini amat baik dilakukan bahkan lebih baik daripada waqaf hasan, mengingat waqaf ini sudah berhenti pada waqaf yang seharusnya berhenti. Sedangkan kalimat sesudahnya layak dijadikan permulaan bacaan.

Contoh QS. Ali Imran ayat 190-191:

ةيلاا( ا ًماَي ِق َالل َن ْو ر ُك ْذَي َنْي ِذَّلَا . ِباَبْ لَ

لاْ

ا ِلو ِلا تٰيٰ َلا را َهَّنلا َو ِلْيَّ

للا ِف َ لَ ِتْ

خا َو ضْرَلاْا َو ِتا ٰو ٰم َّسلا ِقْ لَ

خ ِف َّ

ن ِا Setelah lafad ِباَبْلَلاْا ِلوُ

اberhenti, dan tidak diwashalkan pada lafad : نْي ِذَّ

لَ

ا . Inilah waqaf kaafi, sebab kalimat itu sudah sempurna dan setelah waqaf, lafad sesudahnya layak dijadikan permulaan bacaan. Tidak menutup kemungkinan adanya washal antara kedua lafad tersebut dan hal ini diperbolehkan, karena masih ada kaitan erat.

4. Waqaf Shalih

Waqaf shalih berarti berhenti yang patut. Sedangkan menurut istilah ulama’ Qurra’ adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jazuri sebagai berikut:

هَ

د ْعَبا َم ِناَيَب ِل حَ َ ل َصا َم لُ

ك

“Waqaf yang patut dilakukan karena menjelaskan pada lafad sesudahnya”

(5)

Pada pengertian diatas, tampak bahwa waqaf shalih diperbolehkan karena dengan mewaqafkan pada lafad itu karena menjelaskan pada lafad sesudahnya. Contoh : QS. Al- Baqarah ayat 83:

اً

نا َس ْح ِا نْي َدِلا َوْ

لاِبَو َالل َّلَِا َن ْو د ب ْعَت َ لَ َلْي ِئا َ ْ

سْ ِا ِ ن َب َ قاَ

ثْي ِم اَ نْ

ذَ خَ

اْ ذ ِاَو Setelah lafad َالل َّ

لَ ِا berhenti, maka diperbolehkan karena patut. Namun lebih baik diwashalkan karena lafad itu masih menjelaskan pada lafad sesudahnya sehingga tidak disambung dengan lafad نْي َدِلا َوْ

لاِبَوyang kemudian menjadi waqaf taam.

5. Waqaf Mafhum

Waqaf Mafhum berarti waqaf yang dapat dipahami. Sedangkan menurut istilah ulama’ Qurra’

adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jazuri sebagai berikut:

ِءاَ

دِتْب ِلاْلاَراَت ْخ م ه َد ْعَب َناَكا َم

“Berhenti pada lafad yang setelah lafad itu dipilih untuk dijadikan permulaan bacaan.”

Dalam pengertian itu waqaf mafhum layak dilakukan, mengingat setelah waqaf itu lafad sesudahnya pantas dan dipilih untuk dijadikan permulaan bacaan contoh QS. Al-Baqarah ayat 162:

َن ْو ر َ ظْ

ن ي ْمه َ لَ َو باَ

ذ َعلْ ا م هْ

نع فَ َّ

فَ

خ يلَ ا َهْي ِف َنْي ِدِلا َخَ Setelah lafad ا َهْي ِفberhenti, mengingat lafad فَّ

فَ خ ي َ

لَsudah dipilih untuk dijadikan permulaan bacaan baru.

6. Waqaf Jaiz

Waqaf jaiz berarti berhenti yang boleh. Sedangkan menurut istilah ulama’ Qurra’ adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jamzuri sebagai berikut:

حَبْ ق ي َ

لَ اًز ِئاَج ه َد ْعَب َناَكَو َكِلاَ

ذ ْنع َجَرَ َ خا َم

“Waqaf yang merupakan pengecualian dari kesemua bentuk waqa, mengingat lafad setelah itu boleh dijadikan permulaan dan tidak jelek”.

Pada pengertian diatas, tampak bahwa waqaf jaiz tidak ada tuntutan waqaf atau washal. Waqaf dan washal kedua-duanya tidak ada yang lebih baik, tetapi memiliki kedudukan yang sama.

Sehingga boleh waqaf dan boleh washal, hanya saja untuk pembaca yang napasnya pendek, lebih baik diwaqafkan. Sedangkan yang mempunyai napas panjang dapat mewashalkan. Contoh QS. Ath-Thariq ayat 4-5:

َق ِلخ َّم ِم نا َسْ ن ِلاْ

ا ر ُ ظن َيْ ْ

لاَ ف . ٌ

ظ ِفاَح ا َهْيَل َع اَّمَل سْ فَ

ن لُ ك ْ

ن ِا Setelah lafad ٌ

ظ ِفاَحberhenti, dan itu diperbolehkan tidak lebih baik dan juga tidak lebih buruk.

Dan lafad ر ُ ظنَيْ ْ

لاَ

ف juga tidak jelek dijadikan permulaan bacaan.

7. Waqaf Bayan

(6)

Waqaf bayan berarti berhenti yang jelas. Sedangkan menurut istilah ulama’ Qurra’ adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jazuri sebagai berikut:

ِهِنْو دِب م َه ْف ي َ لَ اً

ن ْع َم يَب ي ا َم

“Berhenti pada lafad yang lafad itu sebenarnya menjelaskan makna (pengertian) lafad sesudahnya, sehingga lafad didepannya itu tidak dapat dipahami tanpa lafad sebelum waqaf ini.”

Pengertian diatas menunjukkan bahwa waqaf ini selayaknya tidak baik. Karena jika berhenti berarti lafad yang akan dijadikan permulaan bacaan tidak dapat dipahami maksudnya secara pasti sehingga lebih baik diwashalkan saja bacaannya. Contoh QS. Al-Alaq ayat 1:

َقَ لَ

خ ْى ِذلَّ

ا َ

ك ب َر ِم ْساِب

ْأ َرْ ق ِإ Setelah bacaan ْ

أ َرْ

ق ِإdihentikan, waqaf ini kurang layak. Sebab lafad tersebut belum ada penjelasannya yang konkret. Karena itu dijelaskan dengan lafad berikutnya yakni : م ْساِبsehingga menjadi washal karenanya.

8. Waqaf Qabih

Waqaf Qabih berarti Waqaf yang jelek. Sedangkan menurut istilah ulama’ Qurra’ adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh sulaiman jazuri sebagai berikut:

ً ن ْع َم َو اً

ظْ فَ

ل هَ لْبَ

ق ا َمِب ه َد ْعَب اَم َقَّل َعَت ْدَق َو ِم َ لََ

كلا ِما َمَ ت ِمَ

د َع ِل دْي ِف م يَْ غ ظْ

فَ ل َ

لع فَ ْ ق َولا

“Berhenti pada lafad yang belum sempurna maknanya, karena masih berhubungan lafad sesudah dan sebelumnya, baik lafad maupun maknanya”.

Waqaf jenis terakhir ini merupakan bentuk waqaf ikhtiyari yang tidak baik, bahkan jelek. Tidak boleh dilakukan mengingat kalimatnya belum sempurna. Baik ditinjau dari sudut struktur lafad maupun maknanya. Contoh QS. Al-Baqarah ayat 2:

ِهْي ِف َبْيَر َلَ باَت ِكلْا َكِلاَ ذ Setelah lafad باَ

ت ِكلْ

اdihentikan, dan tidak diwashalkan lagi pada lafad didepannya. Jenis waqaf ini tidak diperkenankan karena tanpa alasan dan tempat pemberhentian sama sekali tidak patut, maka waqaf ini berakibat buruk atau jelek.

Menurut Abdullah Umar Al-Baidhawi dalam bukunya Rishalatul Qurra’Wal HuffazdFi Gharaibul Qira’ah Wal Alfadz menyatakan bahwa ada 17 tempat yang haram waqaf, sebab jika waqaf, maka menyalahi makna pokok al-Qur’an. Karena itu, jika pembaca terpaksa berhenti karena nafasnya terputus, batuk, bersin atau sebagainya, maka harus diulang mulai awal. Sehingga tidak terjerumus waqaf haram (qobih), adapun tempat yang diharamkan waqaf adalah sebagi berikut:

1. QS. Al-Baqarah: 17 هَ ل ْو َح ا َم ْ

ت َءا َ ضَ

ا ا َّمَ لَ

ف

(7)

2. QS. Al-Baqarah: 243 ا ْوت ْو م الل م هَ ل َلاَ

قَ ف 3. QS. Ali Imran: 181 ْ ي ِقَ

ف َالل َّ

ن ِا 4. QS. Al-Maidah: 31 اًبا َرغ الل َ

ث َعَبَ ف 5. QS. Al-Maidah: 64 ِالل دَي د ْو ه َيلْ

ا ِتَ لاَ

ق َو 6. QS. Al-Maidah:73 ث ِلاَ

ث َالل َّ

ن ِا 7. QS. Al-Maidah: 84 انََ

ل ا َم َو 8. QS. At-Taubah: 30 د ْو ه َيلْ

ا ِتَ لاَ

ق َو 9. QS. At-Taubah: 30 ى ٰرا َصَّ

نلا ِتَ لاَ

ق َو 10. QS. Yusuf: 8 يِبْ م ل َ

لَ َ ض ِقَ

ل 11. QS. Ibrahim: 22 ِ خ صَ مِب ْ ْم تْنَا ا َم َو 12. QS. Bani Israil: 111 هَ

ل ْنُ ك َي ْمَ

ل َو اً دَ

ل َو ْ ذ ِختَي ْمَّ َ

ل 13. QS. Al- Ahzab: 35 َنْي ر ِكاَّ

ذلا َو ِتا َ ظ ِفاَحْلا َو 14. QS. As-Shaffat: 153 تاْ نَبلَ ْ

ا قَ ط ْصَ َ ا 15. QS. Al-Ghasiyyah: 24 ْرَ

فَ ك َو َّ

ل َوَ ت ْن َم َّ

لَ ِا 16. QS. Al-Ashr: 2 َّ

لَ ِا سْ خ ِقَ ل َ

نا َسْ ن ِلاْ

ا َّ

ن ِا 17. QS. Al-Maun: 4 ي َ ْ ِّ

ل َص مْ ل ِل لْي َوَف

Selanjutnya sebagian ulama Qurra’ lain menambahkan tempat-tempat yang haram waqaf yaitu:

1. Qs. Al-Baqarah: 255 الل َو َرَ فَ

ك ى ِذَّ

لا 2. QS. Ali-Imran: 62 ِهل ِا ْن ِم ا َمَو 3. QS. An-Nisa: 43 َ

ة َ

لَ َّصلا او ب َرْ قَ

ت َ لَ

4. QS. An-Nahl: 38 الل ث َعْب َي َ لَ

5. QS. An-Nahl: 60 ِلِ َو ِءِّ ْو سلا لَث َم 6. QS. Dimana saja ي ِدْهَي َلَ َالل َّنِا 7. QS. Dimana saja كاـَ َ

نْ ل َس ْرَ

اا َم َو

C. Tanda-tanda waqaf dan maksudnya

Setelah kita mengetahui bagian-bagian waqaf, baik itu waqaf yang baik ataupun yang buruk, maka yang perlu diketahui selanjutnya adalah tanda-tanda waqaf yang berlaku dalam Mushaf Usmani serta yang digunakan di negara Indonesia. Karena dengan memperhatikan tanda waqaf itu berarti dapat mengetahui kedudukan dan derajat kebolehan melakukannya, sekaligus menghindarkan diri dari waqaf yang haram.

Tanda waqaf yang berlaku dibagi dua macam, yaitu tanda yang mengisyaratkan lebih baik terus (washal) dan tanda yang mengisyaratkan berhenti (waqaf). Untuk lebih jelasnya dapat diikuti uraian berikut ini:

1. Tanda yang lebih baik berhenti a. Tanda mim (م) artinya waqaf lazim ( ْم ز َّ

لَلَ ا)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan lebih baik berhenti, bahkan sebagaian ulama’ mewajibkanya, mengingat waqaf pada tanda itu sudah pantas dijadikan tempat pemberhentian, sedang lafad didepannya layak dijadikan sebagai permulaan bacaan. Contoh:

(Ash-Shaffat:83-84) مْي ِل َس بْ لَ

قِب هَّب َر َءاجآََ َ

ذ ِاۢ َمْي ِها َرْب َِ

لَ ِهِت َعْي ِش ْن ِم َّنِا َو َش ْر َعلْ

ا َ ن ْوُ

ل ِمْحَي َنْي ِذَّ

لاۢ راَّ

نلا با َح ْصَ ا ْم هَّ

نَ

ا (Al-Mu’minum:6-7) b. Tanda Tha ( ط) artinya waqaf Muthlaq ( قْ َ

ل ْ ط ملا)

(8)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan kebolehan waqaf juga washal, hanya saja waqaf lebih utama terlebih lagi jika pembaca napasnya pendek. Contoh:

رْو ف َك َّلُك ى زْجَن َكِلا ٰذَكؕ ا َهِباَ

ذ َع ْن ِم ْم هْن َع ف َّف َخ ي َلَ َو(36 : رطاف) َنْي ِد ِسْ

ف ملْ

ا ب ِح ي َلَ َالل َّنِا ؕ

ضْرَلاْا ِ ف َدا َسَ فلْ

ا غْبَت َ

لَ َو(77 :صصقلا) c. Tanda Jim (ج) artinya waqaf Jaiz ( زِئاَجلا)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan kebolehan waqaf maupun washal hanya saja lebih baik waqaf daripada washal, mengingat kedudukan waqaf jaiz di bawah waqaf lazim dan waqaf muthlak.

Contoh:

ا َهطا َسْْْ َ ا َءا َجْ

دَ قَ

فۚ ً ةتَ ْ

غَب ْم ه َيِتْ أَ

ت ْ نَ

ا َ ةعا َّسلاَ َّ

لَ ِا َ ن ْو ر ُ

ظنَي ْل َهْ َ ف اًب أ َم ِه ب َر لِا َذ َخَّتاَءٓا َش ْن َمَف ۚ ق َحْلا م ْوَيْلا َكِلٰذ d. Tanda Qaf dan Fa’ (فق ) artinya waqaf sighat fiil amar (ْر َمَ

ا ْل ِع ِف ْ ةَ

غ ِص) yaitu kebolehan mewaqafkan lafad, hanya saja tidak ada salahnya mewashalkannya walaupun mewaqafkan itu lebih baik. Tanda tersebut ada yang menyebutkan dengan tanda Waqaf Mustahab ( ب َحت ْس ملا). َ Contoh:

٢٥٣ :ةرقبلا( .دْي ر يا َم ل َع ْفَي َالل َّن ِكل َو فقا ْوُ لتَتَ ْ

قاا َم الل َءٓ ا َ

ش ْوَ ل َو ١-٢ :نامقل( ِمْي ِك َحْ

لا ِباَ ت ِكْ

لا تاَيا كَ ْ ل ِت فق َٓمٓ

لا e. Tanda Qaf, Lam dan alif (لق) artinya waqaf aula ( ل ْوَ

ا فْ

ق َولا) , yaitu kebolehan washal, hanya saja berhenti lebih baik daripada washal. Contoh:

٥ –٤ :سي( ِمْي ِح َّرْ

لا زْي زَعْلا لْي يْ َ ت ۗ مْي ِقَ

ت ْس م طا َ ِصِ لع َ ۱۳۲ : ةرقبلا( َنْيدلا مُ

كَ

ل قٰ ط ْصا َالل َ َّ

ن ِا َّ ِ ِ نَبٰيۗ ب ْو ق ْعَي َو ِهْيِنَب مْي ِهاَرْبِا ا َهِب ٰصّ َو َو 2. Tanda yang lebih baik diteruskan

a. Tanda Za’ ( ز ) artinya Waqaf Mujawwaz ( ز َّو َج ملا)

Yaitu tanda waqaf yang boleh diteruskan dan boleh dihentikan, hanya saja diteruskan kebih baik daripada dihentikan, karena tanda mujawwaz kebalikan dari tanda jaiz. Contoh:

۲٥-۲٤ : مجنلا( ل ْولاْ ا َو ِة َر ِخٰ

لاْ ا َِِّ

فَل ز َّ ن َمَ تا َم ِنا َسْ

ن ِْ لَ ِل ْمَا َ ْ

يِن ِمْ ؤ ملْ

ا عَ فْ

نَ ت ى ٰرْ

كذلا َّ

ن ِاَ ف ْرِّ

كَ

ذ َو ز مْوُل َمِب َ

تْ

نَ ا ا َمَ

ف ْم هْ نع َّل َوَ َ

تَ ف b. Tanda Shad ( ص) artinya waqaf Murakhash ( ص َّ

خ َر مْ لا)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kemurahan berhenti, walaupun diwashalkan itu lebih baik. Kemurahan itu dikarenakan ayat yang dibaca terlalu panjang atau dalam keadaan terpaksa.

Contoh:

۱۸۷ :ةرقبلا( ا ْو ب َسْا َوا ْوْْ ُ لُ

ك َو ص ْمُ كَ

ل الل َبَ تَ

كا َم ا ْوغَ ت ْبا َو ا َهِباَوْبَا ْن ِم َت ْو ي بلْااو تْ

أ َو ۱۸۹ :ةرقبلا( َ ن ْو ح ِلْ

فت ْمُ كَّ

لعَ ل َاللوقَّ

تا َو ص c. Tanda Qaf ( ق) artinya Waqaf Qila Waqaf ( فْ

ق َولْ ا َلْي ِق)

Yaitu tanda waqaf yang mengisyaratkan artinya perselisihan pendapat, apakah pada lafad itu boleh berhenti atau tidak. Dalam hal ini lebih baik dipilih pendapat yang mewashalkan, karena pendapat ini lebih baik. Sebagian ulama menyebutkan dengan tanda ‘Inda Qouli ( ِلْو َقلْا َدْن ِع).

Contoh:

(9)

َكَ نا َح ْب س َ

تْ

نَ ا َّ

لَ ِا َ هل ِا ََٓ

لَ ْ نَ

ا ۸۷ :ءايبنلاا( َ ْ ي ِم ِلا َّ

ظلا َن ِم تْ نُ

ك ن ِا ق ا ْوُ

كَسْْْ َ ا َنْي ِذلَّ

ا َو ۱۷ :جحلا( ِة َماَي ِقلْ ا َم ْوَي ْم هَ

نْيَب ل ِصْ فَي َالل َّ

ن ِا ق d. Tanda Shad, Lam dan Alif ( لص) artinya Washal Aula ( ل ْوَ

لاا ل ْص َولا)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya washal itu lebih baik daripada waqaf. Contoh:

. ساَّ

نلا َن ِم ِط ْس ِقلْ اِب َ

ن ْو ر مْ أَي َنْي ِذلَّ

ا َ ن ْوُ

لتْ

قَي َو ۖ قَح ْ ي َغِب َ ّ يِبَّنلا َ ن ْوُ

لتْ قَي َو

۱٥٤ :فارعلاا( …ىً

ده ا َه ِتَ

خ ْسن ِف َو ۖ َحا َوْ لَ

لاْ ا َ

ذَ خَ

ا بضَ َ

غلا َس ْو م ْنع َ تَ َ ك َس ا َّمَ

ل َو e. Tanda Lam Alif ( لا) artinya La Waqta Fihi ( ِهْي ِف َفْق َو َلَ)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan tidak adanya waqaf pada lafad yang diberi tanda itu, sehingga lebih baik diteruskan bacaannya daripada berhenti. Contoh:

۲٦ :ميرم( ا ًم ْو َص نٰم ْحَّرلِل تْرَ ذَ

ن

ن ِا ْ ِلْو قَف ۙ ا ًد َحَا سَبلَْ ْ

ا َن ِم َّنِيَرَتا َّمِاَ ف ٣٣ – ٣١ :هط ( اً ْ يِثَ

ك ك َح ب َسَ ن َْ

ك ۙ ْى رْمَا ِ ف هْ ك سْْْ َ

ا َو ۙ ْى رْ زَ

ا ِهِب دْدْ شُ

ا f. Tanda Kaf ( ڪ) artinya Kadzalika Muthobiqon Lima Qoblaha ( ا َهَ

ل ْبَ قا َم ِلاً

قِباط م َ َ ك ِل ٰذَ

ك)

Yaitu tanda yang mengisyaratkan adanya kesamaan antara tanda itu dengan tanda sebelumnya.

Sehingga lafad yang pendahulu lebih baik waqaf, maka tanda ini mengisyaratkan waqaf, sebaliknya jika pendahulunya lebih baik washal, maka tanda ini mengisyaratkan washal.

Contoh:

َاللا ْوقَّ

تا َو ۗ ْمُ

كِب ق ْو سف هَّ

ن ِاَ ف ا ْوُ

ل َعْ فَ

ت ْ

ن ِاَو الل مُ ك مِّ

ل َع ي َو ڪ۲٨٢ :ةرقبلا( م ْي ِلَ ع ْنْ َ

ش لُ

كِب الل َو ڪ ا ًحْ

دَ

ق ِتٰي ر ْو ملْ اَ

ف ۙ ا ًح ْب َ

ض ِتٰي ِد ٰعلْا َوا ًح ْب ص ِتاَي ِغ ملْ ْ اَ

ف ڪ ڪ(٣ – ١ : ِتٰي ِد ٰعلا g. Tanda sepasang titik tiga ( ؞___؞ ) artinya tanda Mu’anaqah ( ةَ

قَ نا َع ملا )

Yaitu tanda yang mengisyaratkan agar pembaca menghentikan bacaannya pada salah satu dari dua pasang titik itu. Contoh:

؞ا ْون ِسْحَا َو ؞ ِةَ كُ

ل ْهتلا َّ َ ل ِا ْمُ

ك ْي ِدْيَاِب اْو قْل ت َلَ َو Boleh berhenti setelah: ِةَ

كُ ل ْهَّ

تلا boleh juga setelah: ا ْون ِسْحَا َوtetapi tidak boleh pada kedua-duanya.

َ ْ ي ِقَّ

ت مْ ل ِل ىً

ده ؞ ِهْي ِف ؞ َبْي َر َ لَ بَ

اَ ت ِكلْ

ا َ ك ِلٰذ Boleh berhenti setelah: َبْي َرboleh juga setelah: ِهْي ِفtetapi tidak boleh pada kedua-duanya.

Disamping tanda waqaf, ada juga tanda-tanda khusus dalam al-Qur’an yang perlu diperhatikan.

Tanda yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Huruf ‘Ain ( ع) yang terletak dipinggir garis, tanda ini disebut makra’ ( عْو رْ ك َم) atau Ruku’ ( عْوُ

ك ر). Tanda ini menganjurkan agar pembaca menghentikan bacaannya jika menghendaki tidak membaca al-Qur’an lagi, sebab adanya tanda Makra’ menunjukkan satu topik tertentu yang dibahas dalam al-Qur’an dan lebih baik lagi jika dilakukan oleh penghafal al- Qur’an. Contoh:

ْثد َحَ ف َ

ك ب َر ع (١١ :حىضلا

ع ةَي ِماَح راَن . ةَي ِها َم َكىٰرْدَا اَم َو(١١ – ١٠ :ةعراقلا) 2. Tanda ( ةَ

د ْج َّسلا) pada pinggir ayat menunjukkan adanya bacaan yang menganjurkan untuk melakukan sujud tilawah setelah ayat sajdah diucapkan. Untuk mengetahui dimana saja tempat dianjurkannya melakukan sujud tilawah

(10)

Bacaan yang dapat dibaca Tafkhim dan Tarqiq

Jawazul Wajhain

Huruf ra ( ر ) boleh dibaca tafkhim dan boleh dibaca tarqiq. Hukum ini berlaku jika terdapat huruf ra sukun di mana huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahnya berupa huruf isti'la.

Bacaan ra’ yang boleh ditebalkan atau ditipiskan:

1. Ra' sukun yang huruf sebelumnya berbaris kasrah dan bertemu dengan huruf isti'la' yang berbaris kasrah juga.

• Lebih utama dibaca tipis.

2. Ra' yang disukunkan di ujung kalimah (waqaf yang mendatang), sebelumnya terdapat huruf isti'la' yang bertanda sukun dan sebelum huruf isti'la' ini, ada huruf yang berbaris kasrah.

• Lebih utama dibaca tebal jika ra' berbaris fathah.

• Lebih utama dibaca tipis jika ra' berbaris kasrah.

Referensi

Dokumen terkait

Kane dan Sternheim (1988) menjelaskan bahwa menurut frekuensinya, gelombang akustik dapat dikelompokan menjadi tiga jenis gelombang yaitu gelombang infrasonik yang

o Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis Jenis tagihan: Tugas kelompok Ulangan Bentuk instrumen: Performans Laporan tertulis Tes tertulis 2 JP Sumber: Buku

RENIER, SEJARAWAN TERKEMUKA DARI UNIVERSITY COLLEGE LONDON, (1997; 104) MENJELASKAN ISTILAH DOKUMEN DALAM TIGA PENGERTIAN, PERTAMA DALAM ARTI LUAS, YAITU YANG MELIPUTI SEMUA

Menjelaskan landasan teori mengenai pengertian bank, fungsi bank, jenis-jenis Bank, sumber dana Bank, pengertian deposito, jenis-jenis deposito, pencairan deposito

Kane dan Sternheim (1988) menjelaskan bahwa menurut frekuensinya, gelombang akustik dapat dikelompokan menjadi tiga jenis gelombang yaitu gelombang infrasonik yang

Dokumen ini membahas tentang definisi strategi dan beberapa teori tentang strategi dari beberapa

 Menjelaskan jenis komunikasi  menjelaskan pengertian komunikasi multi arah  Tata Cara membangun komunikasi  Komunikasi efektif komuikasi, pengertian komunikasi dan

Menjelaskan tentang jenjang dan jenis - jenis