• Tidak ada hasil yang ditemukan

WEAVING INDUSTRY DEVELOPMENT STUDIES IN SILUNGKANG TIGO VILLAGE DISTRICT OF SILUNGKANG SAWAHLUNTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "WEAVING INDUSTRY DEVELOPMENT STUDIES IN SILUNGKANG TIGO VILLAGE DISTRICT OF SILUNGKANG SAWAHLUNTO "

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

WEAVING INDUSTRY DEVELOPMENT STUDIES IN SILUNGKANG TIGO VILLAGE DISTRICT OF SILUNGKANG SAWAHLUNTO

By :

Miftahurrahmi1Erna Juita2 Elsa3

1.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat.

2,3 the lecturer at geography department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aimed to obtain information and analyze data on: 1) product weaving industry, 2) Capital weaving industry, 3) Marketing weaving industry and 4) workforce weaving industry in Silungkang Tigo Village District of Silungkang Sawahlunto. This type of research is descriptive. The study population was all owners Silungkang weaving industry in Silungkang Tigo village District of Silungkang Sawahlunto totaling 21 people. The research sample was taken by total sampling is 21 people. The research found that: (1) Product weaving industry general raw material base silk, obtained from the region itself, it is easy to come by. The main tool weave is Karok, animation and warp yarns, a traditional instrument, obtained by purchase. Motif is used mostly shoots ridge, obtained from Sawahlunto and determined by the owner. The resulting woven types and are often purchased songket and pruduced in 1 month-average 1-5 strands, 2) Capital weaving industry origin generally capital from bank loans, fixed capital required is between Rp 2500.000 - 3000.000 USD used for the purchase of raw materials that are basically ordinary yarn, and purchase looms and Rp 9500.000 - Rp 10,000,000, was used to purchase raw materials are basically of silk threads, purchase looms and wages labor, 3) Marketing weaving industry generally Sawahlunto and its surroundings, by the way placed in stores, marketing smoothly, no problems with marketing and the average consumer public and 4) workforce industry weaving, wages are depending on the demand for labor, payments smoothly, the difference giving upan nothing, special skills of labor exist, the amount of labor generally> 20, available manpower sufficient and time to produce 1 strands woven by labor generally> 4 days.

Key Words: weaving, development

1

(3)

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional adalah pembangunan yang dilakukan secara menyeluruh dan diharapkan agar dapat meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan seluruh masyarakat yang adil dan merata dengan pembangunan dasar yang kuat untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan yang saat ini berpeluang besar untuk ditingkatkan adalah dibidang industri sebagaimana yang sering terdengar bahwa industri Indonesia diarahkan pada usaha memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Keberhasilan pembangunan tergantung pada kemampuan dalam mendayagunakan sumber daya alam dan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diarahkan pada kemampuan diberbagai bidang kehidupan. Oleh sebab itu, peranan sektor pengrajin harus ditingkatkan dalam rangka mencapai kesempatan kerja yang luas dan tingkat pendapatan perkapita yang tinggi, serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Desilmi, 2008).

Kesejahteraan masyarakat dipedesaan akan dapat tercapai salah satu dengan meningkatkan industri kecil dan kerajinan rakyat antara lain perlu dilanjutkan pengembangan wilayah pusat industri kecil diseluruh tanah air, harus dilanjutkan dan diarahkan untuk memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan exsport, menumbuhkan kemampuan dan kemandirian berusaha serta meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan pengrajin untuk dilanjutkan dan ditingkatkan bimbingan teknik.

Pengembangan industri kecil sebagai salah satu jalur kegiatan usaha menyeluruh untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang lebih maju, yang lebih bermutu sehingga dapat mempengaruhi terhadap rumah tangga dan pendapatan masyarakat secara nasional. Pembangunan dalam bidang industri kecil adalah meningkatkan standar hidup dari penduduk yag bersangkutan, tetapi banyak kita lihat industri-industri kecil tersebut yang mati, karena kalah bersaing dengan industri kecil lainnya. Hal ini bukan saja karena keterampilan yang turun temurun tetapi juga keterbatasan bahan baku dan kekurangan modal.

Secara umum industri kecil mempunyai karakteristik antara lain: menyerap peluang kerja yang besar, kebanyakan berada dipedesaan, modal kecil, teknologi tradisional, tenaga kerja keluarga, bahan baku lokal. Umum industri kecil

masih mengandalkan tenaga manusia untuk mengoperasikan usaha sehingga menyerap tenaga yang besar. Dilain pihak jumlah modal yang digunakan sangat kecil, pengusaha industri kecil hanya bisa menggunakan teknologi yang rendah atau radisional. Sesuai dengan pengembangan pada awal pembangunan teknologi tradisional sangat dominan kemudian meningkat ketingkat teknologi yang lebih maju sesuai dengan fase pengembangan. Demikian pula, tenaga kerja akan bergeser dari tenaga kerja keluarga ke tenaga kerja luar keluarga sesuai dengan tingkat perkembangan tersebut.

Kecamatan Silungkang merupakan bagian dari kota Sawalunto di Provinsi Sumatera Barat yang memiliki potensi yang sangat besar untuk menghasilkan sumber daya alam. Selain itu, sebagian masyarakat bekerja dalam bidang pertanian, serta pada sektor lain seperti pengrajin. Potensi pengrjin didaerah ini pada wilayah Silungkang Tigo di Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto.

Industri kerajinan tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto merupakan salah satu industri yang temasuk industri kerajinan rumah tangga yang saat ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Ini terbukti dari segi produksi pemasarannya sudah meluas keseluruh pelosok tanah air. Kerajinan tenunan pada umumnya dikerjakan oleh pengrajin-pengrajin wanita, karna pekerjaannya agak ringan. Sampai saat ini jumlah pengrajin tenun yang ada di Desa Silungkang Tigo ini berjumlah 289 orang.

Keberadaan tenun Silungkang ini berdiri pada tahun 1910. Pada saat itu dua orang penenun Silungkang yang bernama Bainsyah dan Baiyah membuat tenun yaitu berupa kain songket yang berguna untuk kegiatan adat dan untuk kegiatan lainnya. Sampai saat ini tenun Silungkang ini dikenal oleh orang lain meski pada saat itu banyak mengalami kesulitan dalam industri tenun ini. Seperti sulitnya mendapatkan bahan baku, tidak ada ilmu khusus tentang tenun, modal hanya dari milik pribadi saja, pemasarannya belum sampai ke daerah lain dan jumlah tenaga kerjanya sedikit.

Dilihat dari produk tenun, bahan bakunya ini berupa benang dasar dan benang motif.

Benang dasar dari bahan katun, sutra atau ramin atau kombinasi keduanya. Benang ramin terbuat dari seratan tanaman ramin, untuk mengambil seratnya batang ramin dipotong dan dibuang daunnya, lalu batangnya dipecah untuk mengambil kulitnya. Benang sutra terbuat dari serat protein ulat sutra. Sedangkan benang motif terbuat dari benang berlapis foil emas, perak ataupun imitasi.

(4)

Unit perangkat tenun lazimnya disebut panta. Sebuah instalisasi rangka kayu untuk kelengkapan peralatan bertenun. Peralatan itu antara lain suri, karok, lengayan, bilah pancukia, palapah bayam, palapah tagak, paso, tandayan, tijak-tijak, dan turak. Alat tenun paling sederhana yang digunakan dengan alat yang disebut gedogan. Pada alat gedogan benang lungsin yang akan ditenun direntangkan antara tiang dan tubuh penenun yang duduk dilantai.

Peralatan yang digunakan penenun adalah peralatan ATBM (alat tenun bukan mesin) menggunakan karok besi yang disebut gun.

Sampai saat ini masyarakat Silungkang masih tetap mengerjakan pekerjaan bertenun ini, namun perbedaannya songket lama punya kualitas tersendiri, memiliki motif yang rumit,kaya makna,unik dan dikerjakan dengan kesungguhan dan ketekunan. Selain itu pengrajin sulit mendapatkan material khusus dan berkualitas dan kurangnya pengetahuan teknis yang dapat mendukung aktivitas tenun. Bahan baku pada masa dahulu, penyiapan bahan baku tenun seperti benang dan pewarnaannya dikerjakan dengan bahan yang diambil dari alam.

Akan tetapi sekarang digunakan benang katun dan rayon hasil pabrik dan pewarnaan menggunakan bahan kimia meskipun masih dikerjakan secara manual. Selain itu teknik dan pembuatannya lebih seerhana dan berorientasi pada kebutuhan pasar.

Modal pengrajin pada saat dahulu cuma sedikit yang bisa dikumpulkan yang diperoleh dari tiap-tiap kelompok unit usaha yang ada di desa Silungkang Tigo. Seiring perkembangannya, sekarang sudah ada kerja sama dengan berbagai pihak demi mengembangkan songket tenun yang ada di desa Silungkang Tigo ini.

Dilihat dari pemasarannya pada saat dahulu dipasarkan ke daerah yang ada di kota Sawahlunto sendiri, Solok, Padang, Bukittinggi dan tersebar ke daerah sekitar Sumatera Barat.

Pada saat ini pemasarannya sudah tersebar ke pulau-pulau yang ada di Indonesia bahkan sampai luar negeri.

Hampir disetiap rumah didaerah ini terdapat penenun yang merupakan sumber penyokong pendapatan keluarga yang sangat penting. Pada saat dahulu jumlah tenaga kerja tenun ini hanya sedikit, tapi seiring perkembangannya dan adanya permintaan konsumen dan tersebar ke beberapa daerah, maka saat ini tenaga kerja industri tenun di Silungkang Tigo ini sudah bertambah menjadi lebih kurang 200 orang lebih

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:

1) Produk industri tenun, 2) modal industri

tenun, 3) pemasaran industri tenun dan 4) Tenaga kerja industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pengembangan industri tenun Silungkang di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto.

Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik industri tenun Silungkang yang ada di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto yang berjumlah 21 orang.

Sampel penelitian diambil dengan teknik total sampling sehingga sampel berjumlah 21 orang pemilik industri tenun Silungkang.

Teknik analisa data pada penelitian menggunakan Analisis persentase dengan rumus

% 100

n P f

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian

Benang yang digunakan untuk menenun adalah benang injek dan dasar kain sutera, tempat memperoleh bahan baku dari daerah sendiri dan mudah didapat, alat untuk menentun adalah karok, suri dan benang lungsi, berupa alat tradisional yang dibeli untuk proses produksi. Motif yang digunakan adalah pucuak rabuang, diperoleh dari Sawahlunto, sementara yang menentukan motif tenun adalah pemilik.

Jenis tenunan yang dihasilkan adalah kain songket dan hasil tenunan yang sering dibeli konsumen adalah kain songket dan hasil tenunan adalam 1 bulan 1- 5 helai.

Modal untuk industri tenun di desa Silungkang Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto umumnya berasal dari pinjaman bank. Jumlah modal rata-rata Rp. 2.500,000,00- Rp. 3.000,000,00 dan Rp. 9.500,000,00- Rp.

10,000,000,00. Kendala berhubungan dengan modal adalah tingginya tingkat bunga bank, kegunaan modal untuk pembelian bahan baku, modal rata-rata cukup,

Daerah pemasaran hasil tenun ata- rata daerah Sawahlunto dan sekitarnya. Cara pemasaran hasil tenun rata- rata dipasarkan di toko- toko/ butik. Kelancaran pemasaran hasil tenun rata- rata lancar. Kendala yang dihadapi dalam pemasaran hasil tenun ata- rata sempit daerah pemasaran dan persaingan dengan

(5)

pemilik lainnya. jarak antara tempat membuat tenun dengan tempat pemasaran hasil tenun rata- rata >5 km. konsumen hasil tenun desa Silungkang Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto rata- rata masyarakat umum

Cara pemberian upah kepada pekerja tenun rata- rata tergantung permintaan pekerja.

kelancaran pemberian upah kepada pekerja tenun rata- rata lancar. perbedaan pemberian upah kepada pekerja tenun rata- rata tidak pernah terjadi. keahlian khusus yang dimiliki oleh pekerja tenun rata- rata ada memiliki keahlian khusus. jumlah tenaga kerja di industri tenun rata- rata>20 orang. Ketercukupan tenaga kerja untuk industri tenun rata- rata cukup. Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 helai tenunan oleh 1 pekerja di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto rata- rata lebih dari 4 hari.

2. Pembahasan

Analisa data penelitian ini adalah untuk melihat gambaran tentang Studi Pengembangan Industri Tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto

Pertama: produk industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, dimana bahan baku umum dasar kain sutra, diperoleh dari daerah sendiri, bahan baku mudah didapat, alat utama yang digunakan untuk menenun adalah karok, suri dan benang lungsi yang merupakan alat tradisional, cara memperoleh alat tenun adalah dengan cara dibeli. Motif tenun yang digunakan kebanyakan adalah pucuk rabung, tempat memperoleh motif tenun adalah di Sawahlunto, sedangkan yang menentukan motif adalah pemilik, jenis tenunan yang dihasilkan adalah kain songket, jenis tenunan yang sering dibeli konsumen adalah koin songket juga dan hasil tenunan dalam 1 bulan rata-rata- 1 – 5 helai.

Hal ini sependapat dengan Thamrin dan Francis (2013:2) Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli,dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan/kebutuhan. Didefinisikan secara luas, produk meliputi objek secra fisik, pelayanan, orang, tempat, organisas, gagasan atau bauran dari semua wujud di atas.Jasa adalah produk yang terdiri dari aktivitas, manfaat atau kepuasaan yang dijual.Jasa pada dasarnya terwujud (tak terdeteksi pancaindra) dan tidak mengakibatkan kepemilikan atas apapun

Kedua: modal industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunt, asal modal umumnya dari pinjaman bank, modal tetap yang dibutuhkan adalah antara

Rp 2.500,000 – Rp 3.000,000 dan Rp 9.500,000 – Rp 10,000,000 yang membedakan modal antara keduanya adalah pembelian bahan bakunya dengan dasar kain sutra. Kendala berkaitan dengan modal adalah tingkat bunga bank yang tinggi, kegunaan modal dalam indutri tenun adalah untuk pembeliah bahan baku, kecukupan modal untuk industri tenun umumnya cukup.

Hal ini sependapat dengan Kasmir (2011:90),modal merupakan suatu usaha dalam bentuk uang yang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha, mulai dari biaya prainvestasi, pengurusan izin-izin, biaya investasi untuk pembelian aktiva etap sampai dengan modal kerja. Modal yang pertama kali dikeluarkan digunakan untuk membiayai pendirian perusahaan mulai dari persiapan yang diperlukan sampai perusahaan tersebut berdiri (memiliki badan usaha).

Ketiga, pemasaran industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, daerah pemasaran hasil tenun umumnya Sawahlunto dan sekitarnya, cara memasarkan adalah dengan meletakkan di toko- toko, kelancaran pemasaran termasuk lancar, tidak kendala berkaitan dengan pemasaran, jarak tempat pemasaran umumnya > 5 km dan konsumen rata-rata masyarakat umum.

Hal ini sependapat dengan Sofjan (2013:4), pemasaran adalah sebagai pendistribusian,termasuk kegiatan yang dibutuhkan untuk menempatkan produk yang berwujud pada tangan konsumen rumah tangga dan pemakai industri. Pemasaran sebagai usaha untuk menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat Hermawan dalam Alma (2002:2) mengemukakan pemasaran adalah menghubungkan penjual dengan pembeli.

Menjual barang, dan barang tersebut tidak kembali ke orang yang menjualnya. Pemasaran menghubungkan penjual dengan pembeli potensial, menjual barang dan barang tersebut tidak kembali ke orang yang menjualnya serta memberikan sebuah standar kehidupan. dengan promosi dan komunikasi yang tepat

Keempat, tenaga kerja industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, cara pemberian upah adalah tergantung permintaan tenaga kerja, kelancaran pembayaran upah termasuk lancar, perbedaan pemberian upan tidak ada, keahlian khusus tenaga kerja ada, jumlah tenaga kerja umumnya

> 20 orang, tenaga kerja yang tersedia mencukupi dan waktu untuk menghasilkan 1 helai tenun oleh tenaga kerja umumnya > 4 hari.

(6)

Hal ini sependapat dengan Afridawati (2012:50, tenaga kerja adalah manusia yang digunakan dalam proses produksi, tenaga kerja ini meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian, kemampuan berfikir yang dimiliki untuk bekerja.

Selanjutnya Hamzah, tenaga kerja adalah orang yang bekerja didalam maupun diluar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran. Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan pengangguran atau sedang mencari kerja.

Selanjutnya menurut Eeng ahman, tenaga kerja merupakan seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika ada permintaan kerja

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Produk industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, bahan baku umum dasar kain sutra, diperoleh dari daerah sendiri, mudah didapat. Alat utama menenun adalah karok, suri dan benang lungsi, merupakan alat tradisional, diperoleh dengan cara dibeli.

Motif digunakan kebanyakan adalah pucuk rabung, diperoleh dari Sawahlunto dan ditentukan oleh pemilik. Jenis tenunan yang dihasilkan dan sering dibeli adalah kain songket dan dihasilan dalam 1 bulan rata- rata- 1 – 5 helai.

2. Modal industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, asal modal umumnya dari pinjaman bank, modal tetap yang dibutuhkan adalah antara Rp 2.500,000 – Rp 3.000,000 dan Rp 9.500,000 – Rp 10,000,000.

3. Pemasaran industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto umumnya Sawahlunto dan sekitarnya, dengan cara diletakkan di toko- toko, pemasaran lancar, tidak ada kendala dengan pemasaran dan konsumen rata-rata masyarakat umum.

4. Tenaga kerja industri tenun di Desa Silungkang Tigo Kecamatan Silungkang Kota Sawahlunto, upah adalah tergantung permintaan tenaga kerja, pembayaran lancar, perbedaan pemberian upan tidak ada, keahlian khusus tenaga kerja ada, jumlah tenaga kerja umumnya > 20 orang, tenaga kerja yang tersedia mencukupi dan waktu untuk menghasilkan 1 helai tenun oleh tenaga kerja umumnya > 4 hari.

Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan :

1. Pemilik usaha tenunan untuk mengembangkan motif yang sesuai dengan permintaan pasar serta model yang sedang berkembang.

2. Tenaga kerja untuk meningkatkan keahlian sehingga dapat meningkatkan produksi 3. Pemerintah untuk memperhatikan indsutri

tenunan Silungkang dari segi pemasaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Thamrin. 2013. Manajemen Pemasaran.Jakarta: Rajawali Pers

Ari Novrizal, Yeni Erita, Widya Prari Keslan.

2014. Profil Industri Kerajinan Tenun Songket Unggan Di Kenagarian Unggan Kecamatan Sumpur Kudus Kabupaten Sijunjung. http://ejournal-s1.stkip-pgri- sumbar.ac.id/ index. php/ geografi/

issue/view/11, diakses tanggal 29 Oktober 2015

Arikunto, Siharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Pendekatan Suatu Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Assauri, Sofjan. 2013. Manajemen Pemasaran.

Jakarta: PT.Raja Grafindo

Bart, Bernhard. 2006. Revitalisasi Songket Lama Minangkabau. Padang: Studio Songket Erikarianti

Gusniati, Rina. 2013. Studi Tentang Makanan Tradisional Pinyarm Di Korong Titian Panjang Nagari Kayu Tanam Kecamatan 2×11Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman. http://ejournal-s1.stkip-pgri- sumbar.ac.id/ index. php/ geografi/

issue/view/11, diakses tanggal 29 Oktober 2015

Kasmir. 2011. Kewirausahaan. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

The Distribution of TB Based on Time Figure 5 shows that tuberculosis that occurred in the working area of Arjasa Primary Healthcare in 2019-2022 based on time characteristics was

Zakat receipts in the form of non-cash assets or goods or grants are recorded based on market prices and written in nominal money Suitable Suitable Presentation Amil makes