1 TUGAS AKHIR TERAPAN β VC 181819
ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA
PEMBANGUNAN CAUSEWAY DAN TRESTLE PADA PROYEK EPCC DERMAGA C PT.
PETROKIMIA GRESIK
YUDA NIRWAN HANIF NRP 10 11 15 1 0000 027 Dosen Pembimbing
Ir. SULCHAN ARIFIN, M.Eng.
NIP 19571119 195803 1 001
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2019
TUGAS AKHIR TERAPAN β VC 181819
ESTIMASI WAKTU DAN BIAYA
PEMBANGUNAN CAUSEWAY DAN TRESTLE PADA PROYEK EPCC DERMAGA C PT.
PETROKIMIA GRESIK
YUDA NIRWAN HANIF NRP 10 11 15 1 0000 027 Dosen Pembimbing
Ir. SULCHAN ARIFIN, M.Eng.
NIP 19571119 198503 1 001
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2019
FINAL PROJECT PROPOSAL β VC 181819
TIME AND COST ESTIMATION OF
CONSTRUCTION CAUSEWAY AND TRESTLE PROJECT EPCC PORT C PT. PETROKIMIA GRESIK.
YUDA NIRWAN HANIF NRP 10 11 15 1 0000 027
Supervisor
Ir. SULCHAN ARIFIN, M.Eng.
NIP 19571119 198503 1 001
BACHELOR OF APPLIED SCIENCE PROGRAM
CIVIL INFRASTRUCTURE ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF VOCATIONAL STUDIES
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2019
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iii
PEMBANGUNAN CAUSEWAY DAN TRESTLE PADA PROYEK EPCC DERMAGA C PT.
PETROKIMIA GRESIKβ
Dosen Pembimbing : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng.
NIP : 19571119 198503 1 001
Mahasiswa : Yuda Nirwan Hanif
NRP : 10 11 15 1 0000 027
Jurusan : Diploma IV Teknik
Infrastruktur Sipil FV-ITS
ABSTRAK
Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (perencanaan) hingga berakhirnya proyek untuk mencapai pelaksanaan proyek secara tepat waktu, biaya dan mutu. Pemilihan metode pelaksanaan pada proyek juga merupakan salah satu kebijakan yang sangat perlu diperhatikan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan rencana awal.
Proyek pembangunan EPCC Dermaga C PT.
Petrokimia merupakan investasi milik PT. Petrokimia Gresik yang dilakukan oleh PT. Adhi Karya. Pada dermaga ini ada 2 (dua) bangunan penting yaitu, Trestle dan Causeway yang memiliki ukuran 217,61x12 m. Proyek pembangunan ini diharapkan untuk untuk mengurangi waktu tunggu sandar kapal serta keberadaaan proyek ini merupakan langkah
iv
strategis demi keberlangsungan PT. Petrokimia Gresik dalam meyediakan dan mendistribusikan pupuk guna mendukung program Ketahanan Pangan Nasional dan sebagai solusi agroindustri di Indonesia.
Dalam menentukan biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proses pembangunan proyek ini digunakan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang dikeluarkan oleh Kementerian PUPR bidang Pekerjaan Umum No. 28/PRT/M/2016, serta berbagai literatur yang berkaitan tentang perhitungan biaya dan waktu sebagai referensi. Hasil akhir dari tugas akhir ini berupa rekapitulasi biaya pelaksanaan proyek, metode pekerjaan, durasi atau waktu pelaksanaan proyek, serta Kurva-S.
Kata kunci : metode pelaksanaan, biaya, waktu, Trestle, Causeway, Kurva-S.
v
THE EPCC PORT PROJECT C PT.
PETROKIMIA GRESIKβ
Supervisor : Ir. Sulchan Arifin, M.Eng.
NIP : 19571119 198503 1 001
Student : Yuda Nirwan Hanif
NRP : 10 11 15 1 0000 027
Department : Bachelor of Applied Program Infrastructure Civil Engineering Department FV-ITS
ABSTRACT
Project management is all planning, implementing, controlling and coordinating a project from the beginning (planning) to the end of the project to achieve project implementation in a timely, cost and quality manner. The choice of implementation method on the project is also one of the policies that really needs to be considered in order to get results that are in accordance with the initial plan.
Pier C EPCC development project PT.
Petrochemical is an investment owned by PT.
Petrochemical Gresik conducted by PT. Adhi Karya. At this pier there are 2 (two) important buildings, namely, Trestle and Causeway which have a size of 217.61x12 m. This development project is expected to reduce the waiting time for ship docking and the existence of this project is a strategic step for the sustainability of PT.
vi
Petrokimia Gresik in providing and distributing fertilizers to support the National Food Security program and as an agro-industry solution in Indonesia.
In determining the costs needed in the implementation of the project development process, the Work Unit Price Analysis (AHSP) issued by the PUPR Ministry of Public Works No. was used. 28 / PRT / M / 2016, as well as various literature relating to the calculation of costs and time as a reference. The final result of this final project is a recapitulation of project implementation costs, work methods, duration or time of project implementation, and S-Curve.
Keywords: implementation method, cost, time, Trestle, Causeway, Curve-S
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur panjatkan kepada Alla S.W.T atas rahmat, hidayah serta inayah yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan proyek proposal tugas akhir kami yang berjudul βEstimasi Biaya dan Waktu Pelaksanaan Pembangunan Causeway dan Trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT.
Petrokimia Gresik, Jawa Timurβ. Ucapan terimakasih kami ucapkan pula kepada :
1. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan kami banyak dukungan dan bantuan baik doa, moral maupun material,
2. Bapak Ir. Sulchan Arifin, M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, dorongan serta pengarahan atas proses pengerjaan proposal tugas akhir kami,
3. Bapak Dedi selaku Project Manager dan Bapak Mahyudin selaku Kepala Enginer serta Bapak Danang Kurniawan selaku staff Enginer pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik yang turut membantu dalam proses penyusunan proposal tugas akhir kami,
4. Teman-teman dari kelas A15, DS 36 yang telah banyak memberi suport dalam proses penyuksesan tugas akhir kami,
5. Vaneza Octaviany, yang telah banyak memberi saran pada penyusunan proposal Tugas akhir ini, serta
6. Berbagai pihak yang juga turut membantu kelancaran proses dan kesuksesan dalam penyusunan proposal tugas akhir kami.
viii
Penyusun menyadari jika dalam proposal tugas akhir ini masih memeiliki banyak kekurangan sehingga kami memeohon kritik dan saran yang membanguan demi penyempurnaan proposal tugas akhir ini. Kami berharap jika penyusunan proposal kami ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Khususnya mahasiswa Departemen Teknik Infrastruktur Sipil FV ITS mengenai analisa manajemen konstruksi.
Surabaya, ... 2019
Penulis
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN β¦β¦β¦.β¦β¦β¦. i
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ...vii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 4
1.4 Tujuan ... 4
1.5 Manfaat ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Umum... 7
2.2 Item Pekerjaan ... 8
2.2.1 Pekerjaan Persiapan ... 9
2.2.2 Pekerjaan Galian Tanah ... 15
2.2.3 Pekerjaan Beton Balok Abutment ... 17
2.2.4 Pekerjaan Beton Wingwall ... 23
2.4.5 Pekerjaan Beton Pelat Injak ... 27
2.4.6 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali ... 32
2.4.7 Pekerjaan Pemancangan ... 32
2.4.8 Pekerjaan erection headstock ... 37
2.4.9 Pekerjaan Isian Tiang Pancang ... 38
2.4.10 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 42
2.4.11 Pekerjaan Joint Beam ... 43
2.4.12 Pekerjaan Balok Diafragma Insitu ... 47
2.4.13 Pekerjaan Erection Plat Precast... 50
2.4.14 Pekerjaan balok dan plat insitu ... 52
2.4.15 Pekerjaan Rigid Pavement ... 55
2.3 Alat yang Digunakan ... 59
2.3.1 Excavator ... 59
2.2.4 Bulldozer ... 61
x
2.2.5 Dumptruck ... 64
2.2.6 Vibratory Roller ... 66
2.2.7 Mobile Crane ... 67
2.2.8 Fliying Hammer ... 68
2.2.9 Vibro Hammer ... 69
2.2.10 Truck Trailer ... 70
2.2.11 Concrete Mixer Truck ... 71
2.2.12 Concrete Pump Truck ... 72
2.2.13 Kapal Ponton ... 73
2.2.14 Water Tank Truck ... 74
2.5 Penjadwalan Proyek ... 75
2.5.1 Produktivitas dan Durasi ... 75
2.5.2 Bar Chart ... 78
2.5.3 Network Planning ... 78
2.5.4 Precedence Diagraming Method (PDM) 79 2.6 Biaya ... 87
2.6.1 Biaya Langsung (Direct Cost) ... 87
2.6.2 Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) ... 88
2.6.3 Analisa Harga Satuan Pekerjaan ... 90
2.7 Pengendalian Proyek ... 91
2.7.1 Kurva S ... 91
2.7.2 Lintasan Kritis ... 92
2.8 Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) ... 93
BAB III METODOLOGI ... 99
3.1 Diagram Alir Perencanaan ... 99
3.2 Gambaran Umum ... 100
3.2.1 Persiapan ... 100
3.2.2 Identifikasi Masalah ... 100
3.2.3 Studi Literatur ... 100
3.2.4 Pengumpulan Data ... 100
3.2.5 Analisa ... 100
3.2.6 Volume ... 101
xi
3.2.7 Metode Pelaksanaan dan Metode K3 ... 101
3.2.8 Perhitungan ... 101
BAB IV METODE PELAKSANAAN DAN K3 ... 105
4.1. Pekerjaan Persiapan ... 105
4.2. Pekerjaan Galian Tanah ... 106
4.3. Pekerjaan Abutment ... 107
4.3.1 Pekerjaan Pemancangan Steel Pipe... 107
4.3.2 Pekerjaan Isian Pancang ... 108
4.3.3 Pekerjaan Pembesian Balok Abutment, Wingwall, Pelat Injak ... 109
4.3.4 Pekerjaan Pemasangan Bekisting dan Pengecoran Abutment, Wingwall dan Pelat Injak... 110
4.4. Pekerjaan Urugan kembali Abutment ... 111
4.5. Pekerjaan Zona A ... 112
4.5.1 Pekerjaan Pemancangan Steel Pipe ... 112
4.5.2 Pekerjaan Erection Headstock ... 113
4.5.3 Pekerjaan Isian Pancang ... 113
4.5.4 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 114
4.5.5 Pekerjaan joint beam dan balok diafragma ... 115
4.5.6 Pekerjaan Erection Pelat Precast... 116
4.5.7 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 117
4.6 Pekerjaan Zona B dan Zona C ... 119
4.6.1 Pekerjaan Pemancangan Steel Pipe... 119
4.6.2 Pekerjaan Erection Headstock ... 120
4.6.3 Pekerjaan Isian Pancang ... 121
4.6.4 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 121
4.6.5 Pekerjaan joint beam ... 122
4.6.6 Pekerjaan Erection Pelat Precast... 124
4.6.7 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 124
4.7 Pekerjaan Zona D... 126
xii
4.7.1 Pekerjaan Pemancangan Steel Pipe... 126
4.7.2 Pekerjaan Erection Headstock ... 127
4.7.3 Pekerjaan Isian Pancang ... 128
4.7.4 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 128
4.7.5 Pekerjaan joint beam ... 129
4.7.6 Pekerjaan Erection Pelat Precast ... 131
4.7.7 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 131
4.8 Pekerjaan Rigid Pavement ... 133
4.9 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 134
4.9.1 Umum... 134
BAB V PERHITUNGAN VOLUME DAN PRODUKTIVITAS ... 143
5.1 Pekerjaan Persiapan ... 143
5.1.1 Pekerjaan Pagar Sementara ... 143
5.1.2 Pekerjaan Jalan Akses Sementara ... 146
5.2 Pekerjaan Galian Tanah ... 152
5.3 Pekerjaan Pemancangan ... 156
5.4 Pekerjaan Abutment ... 185
5.4.1 Pekerjaan Isian Pancang ... 185
5.4.2 Pekerjaan Pembesian Balok Abutment 189 5.4.3 Pekerjaan Bekisting Balok Abutment .. 194
5.5 Pekerjaan Beton Wingwall ... 198
5.5.1 Pekerjaan Pembesian Wingwall ... 198
5.5.2 Pekerjaan Bekisting Wingwall ... 199
5.6 Pekerjaan Pengecoran Abutment dan Wingwall 201 5.7 Pekerjaan Pelat Injak ... 204
5.7.1 Pekerjaan Pembesian Pelat Injak ... 204
5.7.2 Pekerjaan Bekisting Pelat Injak ... 205
5.7.3 Pekerjaan Pengecoran Pelat Injak ... 207
5.8 Pekerjaan Urugan Tanah... 210
5.9 Pekerjaan Zona A... 214
5.9.1 Pekerjaan Erection Headstock ... 214
5.9.2 Pekerjaan Isian Pancang ... 217
xiii
5.9.3 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 222
5.9.4 Pekerjaan Joint Beam ... 226
5.9.5 Pekerjaan Balok Diafragma ... 230
5.9.6 Pekerjaan Pengecoran Joint Beam dan Balok Diafragma ... 234
5.9.7 Pekerjaan Ereection Pelat Precast ... 237
5.9.8 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 241
5.10 Pekerjaan Zona B ... 253
5.10.1 Pekerjaan Erection Headstock ... 253
5.10.2 Pekerjaan Isian Pancang ... 256
5.10.3 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 261
5.11.4 Pekerjaan Joint Beam ... 265
5.11.5 Pekerjaan Erection Pelat Precast ... 277
5.11.6 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 281
5.12 Pekerjaan Zona C ... 295
5.12.1 Pekerjaan Erection Headstock ... 295
5.12.2 Pekerjaan Isian Pancang ... 298
5.12.3 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 303
5.12.4 Pekerjaan Joint Beam ... 307
5.12.5 Pekerjaan Ereection Pelat Precast ... 314
5.12.6 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 317
5.13 Pekerjaan Zona D... 328
5.13.1 Pekerjaan Erection Headstock ... 328
5.12.2 Pekerjaan Isian Pancang ... 332
5.12.3 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 337
5.13.4 Pekerjaan Joint Beam ... 342
5.13.5 Pekerjaan Ereection Pelat Precast ... 349
5.13.6 Pekerjaan Balok dan Pelat Insitu ... 354
5.14 Pekerjaan Rigid Pavement ... 365
BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA ... 379
6.1 Analisa Harga Satuan ... 379
6.1.1 Pekerjaan Direksi Keet ... 379
6.1.2 Pekerjaan Pemagaran Sementara ... 379
xiv
6.1.3 Pekerjaan Jalan Sementara ... 380
6.1.4 Pekerjaan Galian Tanah ... 380
6.1.5 Pekerjaan Pemancangan ... 381
6.1.6 Pekerjaan Beton Balok Abutment ... 386
6.1.7 Pekerjaan Pelat Injak ... 388
6.1.8 Pekerjaan Urugan Tanah ... 390
6.1.9 Pekerjaan Erection Headstock ... 390
6.1.10 Pekerjaan Isian Pancang ... 391
6.1.11 Pekerjaan Erection Balok Precast ... 392
6.1.12 Pekerjaan Joint Beam ... 399
6.1.13 Pekerjaan Erection Pelat Precast ... 402
6.1.14 Pekerjaan Balok dan Pelat In Situ ... 408
6.1.15 Pekerjaan Rigid Pavement ... 410
6.2 Rencana Anggaran Biaya ... 412
BAB VII PENJADWALAN PROYEK ... 413
6.3 LINTASAN KRITIS ... 413
BAB VIII PENGENDALIAN PROYEK ... 415
7.1 KURVA S ... 415
BAB IX KESIMPULAN ... 417
8.1 KESIMPULAN... 417
8.2 SARAN ... 418
DAFTAR PUSTAKA ... 420
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Denah Trestle... 8
Gambar 2. 3 Layout Pemagaran ... 10
Gambar 2. 4 Kebutuhan Kayu Pagar ... 11
Gambar 2. 5 Durasi Pemasangan Kayu ... 12
Gambar 2. 6 Direksi Keet ... 13
Gambar 2. 7 Denah Trestle... 14
Gambar 2. 8 Urutan Pelaksanaan Jalan Sementara ... 14
Gambar 2. 9 Jalan Sementara ... 15
Gambar 2. 10 Jalan Sementara ... 16
Gambar 2. 11 Denah Balok abutment ... 17
Gambar 2. 12 Urutan Pelaksanaan Balok Abutment 17 Gambar 2. 13 Koefisien Pekerja Pembesian Balok .. 19
Gambar 2. 14 Koefisien Pekerja Bekisting Balok .... 21
Gambar 2. 15 Detail Abutment ... 23
Gambar 2. 16 Urutan Pelaksanaan Wingwall ... 24
Gambar 2. 17 Urutan Pelaksanaan Wingwall ... 27
Gambar 2. 18 Koefisien Pekerja Penulangan Pelat... 29
Gambar 2. 19 Koefisien Pekerja Bekisting pelat Pelat ... 30
Gambar 2. 20 Denah Pemancangan ... 32
Gambar 2. 21 Urutan Pelaksanaan Pemancangan Di Darat... 34
Gambar 2. 22 Urutan Pelaksanaan Pemancangan Di Laut ... 34
Gambar 2. 23 Detail Sambungan Pancang ... 35
Gambar 2. 24 Denah Headstock ... 37
Gambar 2. 25 Urutan Pelaksanaan Erection Headstock ... 38
Gambar 2. 26 Detail Isian Pancang ... 38
Gambar 2. 27 Urutan Pelaksanaan Isian Pancang .... 39
Gambar 2. 28 Balok Precast ... 42
xvi
Gambar 2. 29 Urutan Pelaksanaan Pelat Precast ... 42 Gambar 2. 30 Joint Beam ... 43 Gambar 2. 31 Urutan Pelaksanaan Joint Beam... 44 Gambar 2. 32 Urutan Pelaksanaan Balok Diafragma 47 Gambar 2. 33 Denah Pelat Precast ... 50 Gambar 2. 34 Urutan Pelaksanaan Erection Pelat Precast ... 51 Gambar 2. 35 Detail Balok dan Pelat Insitu ... 52 Gambar 2. 36 Urutan Pelaksanaan Balok dan Pelat Insitu ... 52 Gambar 2. 37 Urutan Pelaksanaan Rigid Pavement . 56 Gambar 2. 38 Excavator ... 59 Gambar 2. 39 Bulldozer ... 61 Gambar 2. 40 Dumptruck ... 64 Gambar 2. 41 Vibrator Roller ... 66 Gambar 2. 42 Mobile Crane ... 67 Gambar 2. 43 Flying Hammer ... 68 Gambar 2. 44 Vibro Hammer ... 69 Gambar 2. 45 Truck Trailer ... 70 Gambar 2. 46 Concrete Mixer Trcuk ... 71 Gambar 2. 47 Concrete Pump Truck ... 72 Gambar 2. 48 Kapal Ponton ... 73 Gambar 2. 49 Water Tank Truck ... 74 Gambar 2. 50 Hubungan Finish to start ... 81 Gambar 2. 51 Hubungan Start to Start ... 81 Gambar 2. 52 Hubungan Finish to Finish ... 82 Gambar 2. 53 Hubungan Start to Finish ... 82 Gambar 2. 54 Perhitungan PDM ke muka pada FF .. 83 Gambar 2. 55 Perhitungan PDM ke muka pada FS .. 83 Gambar 2. 56 Perhitungan PDM ke muka pada SS .. 84 Gambar 2. 57 Perhitungan PDM ke muka pada SF .. 84 Gambar 2. 58 Perhitungan PDM ke Belakang pada FF ... 85
xvii
Gambar 2. 59 Perhitungan PDM ke Belakang pada FS ... 85 Gambar 2. 60 Perhitungan PDM ke Belakang pada SS ... 86 Gambar 2. 61 Perhitungan PDM ke Belakang pada SF ... 86 Gambar 2. 62 Analisa Harga Satuan Perhitungan .... 90 Gambar 3. 1 Diagram Alir Tugas Akhir ... 99 Gambar 4. 1 Contoh Papan Nama Proyek dan Rambu K3 ... 135 Gambar 4. 2 Pakaian Pelindung pada pekerjaan Konstruksi ... 136 Gambar 4. 3 Pelindung Tangan ... 137 Gambar 4. 4 Pelindung Tangan ... 138 Gambar 4. 5 Pelindung Wajah dan Pernapasan ... 140 Gambar 4. 6 Pelindung Telinga ... 141 Gambar 4. 7 Kacamata Kerja ... 141 Gambar 4. 8 Pelindung Kerja ... 142 Gambar 5. 1 Denah Pemagaran ... 143 Gambar 5. 2 Kebutuhan Kayu ... 144 Gambar 5. 3 Denah Jalan Akses ... 146 Gambar 5. 4 Detail Abutment... 152 Gambar 5. 5 Bangunan Abutment ... 194 Gambar 6. 1 Analisa Harga Satuan Direksi Keet ... 379 Gambar 6. 2 Analisa Harga Satuan Pemagaran
Sementara ... 379 Gambar 6. 3 Analisa Harga Satuan Jalan sementara ... 380 Gambar 6. 4 Analisa Harga Satuan Galian Tanah .. 380
xviii
Gambar 6. 5 Analisa Harga Satuan Pengadaan Tiang Pancang D609 10 M... 381 Gambar 6. 6 Analisa Harga Satuan Pengadaan Tiang Pancang D609 12 M... 381 Gambar 6. 7 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P1 D609 12 M ... 382 Gambar 6. 8 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P1 D609 10 M ... 382 Gambar 6. 9 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P2 D609 12 M ... 383 Gambar 6. 10 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P2 D609 10 M ... 383 Gambar 6. 11 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P3 D609 12 M ... 384 Gambar 6. 12 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P3 D609 10 M ... 384 Gambar 6. 13 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P3 Di Laut D609 10 M ... 385 Gambar 6. 14 Analisa Harga Satuan Pemancangan Tiang Pancang P3 Di Laut D609 10 M ... 385 Gambar 6. 15 Analisa Harga Satuan Pembesian Balok Abutment ... 386 Gambar 6. 16 Analisa Harga Satuan Bekisting Balok Abutment ... 386 Gambar 6. 17 Analisa Harga Satuan Pembesian Wingwall ... 387 Gambar 6. 18 Analisa Harga Satuan Bekisting
Wingwall ... 387 Gambar 6. 19 Analisa Harga Satuan Pengecoran Wingwall ... 388 Gambar 6. 20 Analisa Harga Satuan Pembesian Pelat Injak ... 388 Gambar 6. 21 Analisa Harga Satuan Bekisting Pelat Injak ... 389
xix
Gambar 6. 22 Analisa Harga Satuan Pengecoran Pelat Injak ... 389 Gambar 6. 23 Analisa Harga Satuan Urugan Tanah 390 Gambar 6. 24 Analisa Harga Satuan Erection
Headstock ... 390 Gambar 6. 25 Analisa Harga Satuan Erection
Headstock Di Laut ... 391 Gambar 6. 26 Analisa Harga Satuan Isian Pancang 391 Gambar 6. 27 Analisa Harga Satuan Pengecoran Isian Pancang ... 392 Gambar 6. 28 Analisa Harga Satuan Erection LB 1 &
LB1 A... 392 Gambar 6. 29 Analisa Harga Satuan Erection LB 2 &
LB 2 A ... 393 Gambar 6. 30 Analisa Harga Satuan Erection LB 3 393 Gambar 6. 31 Analisa Harga Satuan Erection LB 4 394 Gambar 6. 32 Analisa Harga Satuan Erection LB 5 394 Gambar 6. 33 Analisa Harga Satuan Erection CB 1 395 Gambar 6. 34 Analisa Harga Satuan Erection CB 2 395 Gambar 6. 35 Analisa Harga Satuan Erection CB 3 396 Gambar 6. 36 Analisa Harga Satuan Erection CB 4 396 Gambar 6. 37 Analisa Harga Satuan Erection CB 5 397 Gambar 6. 38 Analisa Harga Satuan Erection LB1 &
LB1 A Di Laut ... 397 Gambar 6. 39 Analisa Harga Satuan Erection CB 1 Di Laut ... 398 Gambar 6. 40 Analisa Harga Satuan Erection CB 2 Di Laut ... 398 Gambar 6. 41 Analisa Harga Satuan Pembesian Joint Beam 1 ... 399 Gambar 6. 42 Analisa Harga Satuan Bekisting Joint Beam 1 ... 399 Gambar 6. 43 Analisa Harga Satuan Pembesian Joint Beam 2 ... 400
xx
Gambar 6. 44 Analisa Harga Satuan Bekistong Joint Beam 2 ... 400 Gambar 6. 45 Analisa Harga Satuan Pembesian Balok Diafragma ... 401 Gambar 6. 46 Analisa Harga Satuan Bekisting Balok Diafragma ... 401 Gambar 6. 47 Analisa Harga Satuan Pengecoran Joint Beam dan Balok Diargama... 402 Gambar 6. 48 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS1 , PS2, PS3, PS 4 ... 402 Gambar 6. 49 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 5 ... 403 Gambar 6. 50 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 6 ... 403 Gambar 6. 51 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 7 ... 404 Gambar 6. 52 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 7 ... 404 Gambar 6. 53 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 9 ... 405 Gambar 6. 54 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 10 ... 405 Gambar 6. 55 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 11 ... 406 Gambar 6. 56 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 12 ... 406 Gambar 6. 57 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 13 ... 407 Gambar 6. 58 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 11 & PS 2 Di Laut... 407 Gambar 6. 59 Analisa Harga Satuan Erection Pelat PS 10 Di Laut ... 408 Gambar 6. 60 Analisa Harga Satuan Pembesian Balok dan Pelat In Situ ... 408
xxi
Gambar 6. 61 Analisa Harga Satuan Bekisting Balok dan Pelat In Situ ... 409 Gambar 6. 62 Analisa Harga Satuan Pengecoran Balok dan Pelat In Situ ... 409 Gambar 6. 63 Analisa Harga Satuan Bekisting lean Concrete ... 410 Gambar 6. 64 Analisa Harga Satuan Pengecoran lean Concrete ... 410 Gambar 6. 65 Analisa Harga Satuan Pembesian Rigid Pavement ... 411 Gambar 6. 66 Analisa Harga Satuan Bekisting Rigid Pavement ... 411 Gambar 6. 67 Analisa Harga Satuan Pengecoran Rigid Pavement... 412
xxii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xxiii
Tabel 2. 1 Item Pekerjaan ... 9 Tabel 2. 2 Kebutuhan Paku dan Kayu ... 20 Tabel 5. 1 Data Pekerjaan Jalan Akses ... 146 Tabel 5. 2 Perhitungan Produktivitas Bulldozer ... 147 Tabel 5. 3 Perhitungan Vibrator Roller ... 148 Tabel 5. 4 Perhitungan Water Tank Truck ... 149 Tabel 5. 5 Perhitungan Produktivitas Dumptruck ... 149 Tabel 5. 6 Siklus Alat Berat Dumptruck ... 150 Tabel 5. 7 Data Pekerjaan Galian Tanah ... 153 Tabel 5. 8 Perhitungan Produktivitas Excavator... 153 Tabel 5. 9 Perhitungan Produktivitas Dumptruck ... 154 Tabel 5. 10 Siklus Dumptruck ... 155 Tabel 5. 11 Data Tiang Pancang ... 156 Tabel 5. 12 Perhitungan Pengadaan Tiang Pancang 159 Tabel 5. 13 Perhitungan Tulangan Isian Pancang ... 185 Tabel 5. 14 Perhitungan Cor Isian Pancang ... 186 Tabel 5. 15 Perhitungan Tulangan Balok Abutment ... 189 Tabel 5. 16 Perhitungan Tulangan Beton Plinth ... 191 Tabel 5. 17 Perhitungan Tulangan Beton Stopper .. 191 Tabel 5. 18 Perhitungan Tulangan Penebalan
Sementara ... 192 Tabel 5. 19 Perhitungan Tulangan Wingwall ... 198 Tabel 5. 20. Kombinasi Alat Pengecoran Wingwall dan Abutment ... 203 Tabel 5. 21 Perhitugan Pembesian Pelat Injak ... 204
xxiv
Tabel 5. 22 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Pelat Injak ... 209 Tabel 5. 23 Data Pekerjaan Uruga Tanah ... 210 Tabel 5. 24 Produktivitas Excavator Pekerjaan Urugan Tanah... 211 Tabel 5. 25 Produktivitas Dumptruck Pekerjaan Urugan Tanah ... 212 Tabel 5. 26 Kombinasi Alat Berat Dumptruck Urugan Tanah... 213 Tabel 5. 27 Perhitungan Produktivitas Erection
Headstock Zona A ... 214 Tabel 5. 28 Perhitungan Volume Pembesian Isian Pancang Zona A ... 217 Tabel 5. 29 Perhitungan Voume Cor Isian Pancang Zona A ... 218 Tabel 5. 30 Data Balok Precast... 222 Tabel 5. 31 Perhitungan Produktivitas Erection Balok Precast Zona A... 222 Tabel 5. 32 Rekap Produktivitas Erection Balok Precast Zona A... 225 Tabel 5. 33 Perhitungan Volume Pembesian Joint Beam Zona A ... 226 Tabel 5. 34 Perhitungan Volume Penecoran Joint Beam Zona A ... 227 Tabel 5. 35 Prhitungan Volume Pembesian Balok Difragma Zona A ... 230 Tabel 5. 36 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Joint Beam dan Balok Diafragma Zona A ... 236 Tabel 5. 37 Data Pelat Precast Zona A... 237 Tabel 5. 38 Perhiungan Prodktivitas Erection Pelat Precast Zona A... 237
xxv
Tabel 5. 39 Rekap Produktivitas Erection Baok Precast Zona A... 240 Tabel 5. 40 Perhitungan Volume Pembeian Balok LB 1 Zona A ... 241 Tabel 5. 41 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1 A Zona A ... 242 Tabel 5. 42 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB3, LB4 7 LB 5 Zona A ... 243 Tabel 5. 43 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 1 Zona A ... 244 Tabel 5. 44 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 2 Zona A ... 245 Tabel 5. 45 Perhitungan Volume Pembesian Pelat Zona A ... 246 Tabel 5. 46 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Zona A ... 252 Tabel 5. 47 Perhitungan Produktivitas Erection
Headstock Zona B ... 253 Tabel 5. 48 Perhitungan Volume Pembesian Isian Pancang Zona B ... 256 Tabel 5. 49 Perhitungan Volume Pengecoran Isian Pancang Zona B ... 257 Tabel 5. 50 Data Balok Precast Zona B ... 261 Tabel 5. 51 Perhitungan Produktivitas Erection Balok Precast Zona B ... 261 Tabel 5. 52 Rekap Perhitungan Produktivitas Erection Balok Precast Zona B ... 264 Tabel 5. 53 Perhitungan Volume Pembesian Joint Beam 1 Zona B ... 265 Tabel 5. 54 Perhitungan Volume Pengecoran Joint Beam 1 Zona B ... 267
xxvi
Tabel 5. 55 Perhitungan Volume Pembesian Joint Beam 2 Zona B ... 267 Tabel 5. 56 Perhitungan Volume Pengecoran Joint Beam 2 Zona B ... 269 Tabel 5. 57 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Joint Beam 2 Zona B ... 276 Tabel 5. 58 Data Pelat Precast Zona B ... 277 Tabel 5. 59 Perhitungan Produktivitas Erection Pelat Precast Zona B ... 277 Tabel 5. 60 Rekap Produktivitas Erection Pelat Precast Zona B ... 280 Tabel 5. 61 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1 Zona B ... 281 Tabel 5. 62 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1A Zona B ... 282 Tabel 5. 63 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 2 Zona B ... 283 Tabel 5. 64 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 2A Zona B ... 284 Tabel 5. 65 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 1 Zona B ... 285 Tabel 5. 66 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 2 Zona B ... 286 Tabel 5. 67 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 3 Zona B ... 287 Tabel 5. 68 Perhitungan Volume Pembesian Pelat Zona B ... 288 Tabel 5. 69 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Balok dan Pelat Insitu Zona B ... 293 Tabel 5. 70 Perhitungan Produktivitas Erection
Headstock Zona C ... 295
xxvii
Tabel 5. 71 Perhitungan Volume Pembesian Isian Pancang Zona C ... 298 Tabel 5. 72 Perhitungan Volume Penecoran Isian Pancang Zona C ... 299 Tabel 5. 73 Data Balok Precast Zona C ... 303 Tabel 5. 74 Perhitungan Produktiitas Erection Balok LB1 & LB1 A Zona C... 303 Tabel 5. 75 Rekap Produktiitas Erection Balok Precast Zona C ... 306 Tabel 5. 76 Perhitungan Volume Pembesian Joint Beam Zona C ... 307 Tabel 5. 77 Perhitungan Volume Pengecoran Joint Beam Zona C ... 308 Tabel 5. 78 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Joint Beam Zona C ... 313 Tabel 5. 79 Data Pelat Precast Zona C ... 314 Tabel 5. 80 Perhitungan Produktivitas erection Pelat PS 1 & PS 2 Zona C ... 314 Tabel 5. 81 Rekap Produktivitas erection Pelat PS 1 &
PS 2 Zona C ... 316 Tabel 5. 82 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1 Zona C ... 317 Tabel 5. 83 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB1 A Zona C ... 318 Tabel 5. 84 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 1 Zona C ... 319 Tabel 5. 85 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 2 Zona C ... 320 Tabel 5. 86 Perhitungan Volume Pembesian Pelat Zona C ... 321 Tabel 5. 87 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Balok dan Pelat Insitu Zona C ... 327
xxviii
Tabel 5. 88 Perhitungan Produktivitas Erection
Headstock Zona D ... 328 Tabel 5. 89 Perhitungan Volume Pembesian Isian Pancang Zona D ... 332 Tabel 5. 90 Perhitungan Volume Pengecoran Isian Pancang Zona D ... 333 Tabel 5. 91 Data Balok Precast Zona D ... 337 Tabel 5. 92 Perhitungan Produktivitas Erection Balok LB 1 & LB 1 A Zona D ... 337 Tabel 5. 90 Rekap Produktivitas Erection Balok Precast Zona D... 341 Tabel 5. 94 Perhitungan Volume Pembesian Joint Beam Zona D ... 342 Tabel 5. 95 Perhitungan Volume Pengecoran Joint Beam Zona D ... 344 Tabel 5. 96 Kombinasi Alat Berat Pengecoran Joint Beam Zona D ... 348 Tabel 5. 97 Data Pelat Precast Zona D... 349 Tabel 5. 98 Perhitungan Erection Pelat PS 1 & PS 2 Zona D ... 349 Tabel 5. 99 Rekap Produktivitas Erection Pelat Precast Zona D ... 353 Tabel 5. 100 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1 Zona D ... 354 Tabel 5. 101 Perhitungan Volume Pembesian Balok LB 1A Zona D ... 355 Tabel 5. 102 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 1 Zona D... 356 Tabel 5. 103 Perhitungan Volume Pembesian Balok CB 2 Zona D... 357 Tabel 5. 104 Perhitungan Volume Pembesian Pelat Zona D ... 358
xxix
Tabel 5. 105 Kombinasi alat Berat Pengecoran Balok dan Pelat Insitu Zona D ... 364 Tabel 5. 106 Perhitungan Volume Pembesian Rigid Pavement ... 366 Tabel 5. 107 Perhitungan Volume Pengecoran Rigid Pavement ... 368 Tabel 5. 108 Kombinasi Aalat Berat Pengecoran Lean Concrete ... 372 Tabel 5. 109 Kombinasi Aalat Berat Pengecoran Rigid Pavement ... 377
xxx
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha yang dilakukan pemerintah sebagai langkah untuk membangun manusia Indonesia. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kebijakan yang kan diambil pemerintah berkaitan dengan pembangunan harus tertuju pada pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia dan dilakukan untuk kepentingan masyarakat agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat sehingga pada akhirnya dapat berdampak terhadap perbaikan dan peningkatan tarif hidup masyarakat Indonesia.
Tujuan pembangunan pada dasarnya adalah untuk menciptakan kemajuan di bidang sosial dan ekonomi secara berkesinambungan. Salah satu komponen penting dari aspek pembangunan infrastruktur adalah pembangunan ekonomi, yang menitikberatkan pada usaha peningkatan pendapatan masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi potensial, meningkatkan produktifitas pertanian dan non pertanian, memperbaiki efisiensi dan meningkatkan pertumbuhan industri.
Kota Gresik merupakan kota industri di daerah Jawa Timur. Pengertian dari industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah, industri juga berarti gabungan dari beberapa perusahaan yang memproduksi dan memasarkan produk yang sama dalam wilayah tertentu dimana barang yang dihasilkan relatif sama dan mempunyai fugsi yang sama di mata konsumen (Sadono, 2002). Keadaan tersebut menyebabkan roda ekonomi kota Gresik berporos pada dunia industri. Industri yang ada di kota Gresik sendiri termasuk industri hasil barang, sehingga banyak kegiatan industri di
kota ini berfokus pada kegiatan kota ini berfokus pada
kegiatan produksi barang hingga distribusi barang produksi.
Ada dua produksi barang negara Indonesia yang berpusat di kota Gresik yaitu produksi semen portland dan pupuk.
PT. Petrokimia Gresik adalah perusahaan produsen pupuk terlengkap di Indonesia yang memproduksi berbagai macam jenis pupuk. Di kota Gresik, pusat produksi pupuk dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik. Dalam proses distribusi produk pupuk ini PT. Petrokimia Gresik melalui dua jalur, yaitu jalur darat yang dipilih untuk proses distribusi dalam wilayah Pulau Jawa dan jalur laut yang dipilih untuk proses distribusi diluar wilayah Pulau Jawa. PT. Petrokimia Gresik memiliki beberapa dermaga yang digunakan untuk menambatnya kapal pegangkut barang untuk membantu proses distribusi pupuk maupun untuk menerima barang keperluan produksi, namun untuk beberapa tahun terakhir ini dikarenakan permintaan pupuk yang semakin meningkat terutama permintaan pupuk untuk wilayah luar Pulau Jawa yang mengakibatkan kepadatan proses bongkar muat barang yang sangat tinggi. Dampak yang terjadi akibat peristiwa tersebut adalah kurang maksimalnya kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh PT. Petrokimia Gresik.
RENCANA DERMAGA C ARAH LAMONGAN
ARAH SURAMADU
Gambar 1. 0-1 Lokasi proyek
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik Gambar 1. 1 Lokasi Proyek
Proyek EPCC Dermaga C Petrokimia Gresik merupakan pembangunan dermaga baru di PT. Petrokimia Gresik.
Dermaga ini mampu menampung kegiatan bongkar muat yang berkapasitas 1,5 juta ton/tahun. Dermaga ini mempunyai nilai kontrak sebesar Rp. 238.000.000.000,00.
Pembangunan Proyek EPCC Dermaga C di PT. Petrokimia direncanakan untuk kapal yang berkapsitas 10.000 DWT.
Dalam perencanaanya pembangunan Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik menghabiskan waktu selama 720 (Tujuh Ratus Dua Puluh) hari kalender. Sampai saat ini pembangunan masih berjalan dalam progress kurang lebih 40%. Tujuan pembangunan dermaga ini untuk mengurangi waktu tunggu sandar kapal serta keberadaaan proyek ini merupakan langkah strategis demi keberlangsungan PT. Petrokimia Gresik dalam meyediakan dan mendistribusikan pupuk guna mendukung program Ketahanan Pangan Nasional dan sebagai solusi agroindustri di Indonesia.
Tugas akhir ini akan membahas mengenai Estimasi Biaya dan Waktu pembangunan Proyek EPCC Causeway dan Trestle pada Dermaga C PT. Petrokimia Gresik dalam penentuan penjadwalan kerja proyek menggunakan
βnetwork planningβ serta menentukan lintasan kritisnya menggunakan aplikasi βMicrosoft Projectβ. Perhitungan biaya proyek akan berpacu pada HSPK Gresik 2018 dan berdasar dari Peraturan Menteri Pekerja Umum No.28/PRT/M/2016 tentang Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan di atas, penulis dapat menarik beberapa rumusan masalah, antara lain :
1. Bagaimana metode pelaksanaan pembangunan causeway dan trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
2. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan causeway dan trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
3. Berapa besar biaya yang dikeluarkan dalam pembangunan causeway dan trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
1.3 Batasan Masalah
Penulis menyadari bahwa cakupan kajian ini begitu luas.
Oleh karena itu, penulis membatasi masalah agar pengajian bisa lebih fokus. Adapun batasan masalah tersebut, yaitu :
1. Susunan pekerjaan, durasi awal, biaya langsung diambil dari data asli proyek tanpa dilakukan perubahan.
2. Penulis hanya menghitung estimasi biaya dan waktu causeway dan trestle pada dermaga.
3. Hanya melakukan perhitungan pada biaya langsung (Direct Cost)
4. Perhitungan biaya hanya dilakukan pada pembangunan dermaga dan trestle pada proyek ini.
5. Penulis tidak merencanakan atau melakukan perhitungan struktural pada pembangunan causeway dan trestle ini.
6. Penulis hanya membahas penerapan aspek K3 (Keselamatan kesehatan kerja) namun tidak menghitung biaya.
1.4 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini antara lain :
1. Mengetahui metode pelaksanaan yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan causeway dan
trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
2. Mengetahui waktu pelasanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan causeway dan trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
3. Mengetahui besaran biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pembangunan causeway dan trestle pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penulisan Tugas Akhir ini, antara lain :
1. Diharapkan mampu menambah pengetahuan tentang metode pelaksanaan yang paling efisien yang dapat diterapkan dalam pembangunan proyek dermaga serupa.
2. Diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam proses penjadwalan proyek yang dapat diterapkan dalam pembangunan proyek dermaga serupa.
3. Diharapkan mampu menambah pengetahuan untuk menentukan besaran biaya yang dibutuhkan yang dapat diterapkan dalam pembangunan proyek dermaga serupa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum
Menurut Triatmodjo (1996), dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan utuk merapatkan dan menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menaik- turunkan penumpang. Dalam mempertimbangkan ukuran dermaga harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun melakukan bongkar muat dengan aman, cepat, dan lancar.
Dermaga dapat dibedakan menjadi dua tipe, yatu (Triatmodjo, 1996) :
1. Dermaga Tipe Wharf
Wharf adalah dermaga yang dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat sejajar pantai dan dapat dibuat berimpit denan garis pantai atau agak menjorok ke laut. Tipe ini dibangun apabila garis kedalaman laut hampi merata dan sejajar dengan garis pantai.
2. Dermaga Tipe Jetty
Jetty adalah dermaga yang dibangun dengan membentuk sudut terhadap garis pantai. Dermaga tipe ini dapat digunakan untuk merapatkan kapal pada satu sisi atau kedua sisinya.
Pada Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik ini termasuk dalam dermaga tipe Jetty. Pada dermaga yang bertipe jetty ini sendiri memiliki dua bangunan inti yaitu, trestle dan dermaga jetty. trestle merupakan bangunan berupa jembatan yang terdiri dari struktur tiang, girder dan slab (Asiyanto,2008).
Di bagian trestle sendiri terdapat bangunan causeway yang merupakan bangunan struktur pada bagian ujung trestle yang terdiri dari abutment, wingwall, dan plat injak
Pada gambar diatas causeway dan trestle pada Dermaga C PT. Petrokimia Gresik ini memiliki ukuran sebesar 217,61 x 12 m.
2.2 Item Pekerjaan
Dalam melaksanakan proyek pembangunan agar tercapainya hasil biaya dan waktu yang sesuai dengan rencana awal, maka perlu menentukan lingkup pekerjaan yang jelas.
Setelah menentukan lingkup pekerjaan yang jelas, langkah selanjutnya adalah menentukan item pekerjaan yang ada digunakan pada proyek pembangunan tersebut. Pada pembangunan trestle dan
Gambar 2. 1 Denah Trestle
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
causeway pada proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik, meliputi :
Tabel 2. 1 Item Pekerjaan Bangunan Trestle 1 Pekerjaan Persiapan :
a. Pekerjaan Direksi Keet b. Pekerjaan Jalan Akses 2 Pekerjaan erection plat beton
penyangga (headstok) 3 Isian tiang pancang
4 Pekerjaan erection balok precast 5 Pekerjaan joint beam
6 Pekerjaan balok diafragma 7 Pekerjaan erection plat precast 8 Pekerjaan plat dan balok insitu
Bangunan Causeway 1 Pekerjaan galian tanah
2 Pekerjaan beton balok abutment 3 Pekerjaan beton wingwall 4 Pekerjaan beton plat injak 5 Pekerjaan Rigid Pavement 2.2.1 Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah awal yang dilakukan dalam pembangunan proyek untuk menyediakan failitas β fasilitas yang menunjang kelangsungan pelaksanaan proyek. Pekerjaan persiapan dilaksanakan untuk memudahkan kelangsungan dalam memulai pekerjaan selanjutnya agar penggunaan alat dan bahan dapat terorganisir dengan baik dan input-output penggunaaan alat dan bahan sesuai jadwal, sehingga tidak terjadi bentrok penggunaan alat dan penumpukan bahan. (Bambang Triwibowo, 2009)
Dalam proyek pembangunan causeway dan trestle pada Dermaga C PT. Petrokimia Gresik melakukan beberpa pekerjaan persiapan, antara lain :
2.2.1.1 Pekerjaan Pagar Sementara
Pekerjaan dilakukan ditepi area direksi keet dan laydown area dengan tujuan melindungi material, bahan-bahan dan juga alat yang digunakan pada pelaksanaan proyek pembangunan dermaga ini. Selain itu tujuan dari pemasangan pagar sementara ini juga menjaga keamaanan dan kenyaman area sekitar proyek agar tidak terganggu dan mengganggu aktivitas pelaksanaan proyek didalamnya. Pagar yang dipilih untuk pagar sementara ini dalah pagar besi seng yang dicat sesuai dengan ciri khas dan image kontraktor.
β’ Perhitungan volume pekerjaan :
Gambar 2. 2 Layout Pemagaran
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
a. Volume seng = keliling lahan Γ tinggi
b. Kebutuhan seng = volume seng : luas permukaan seng c. Volume tiang horisontal = dimensi tiang Γ tinggi Γ
jumlah tiang
d. Kebutuhan tiang vertikal = (keliling lahan : jarak tiang) + 1
Gambar 2. 3 Kebutuhan Kayu Pagar
Sumber : Buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan Ir. A. Soedrajat S
e. Volume tiang vertikal = dimensi tiang Γ tinggi Γ jumlah tiang
f. Kebutuhan paku tiang = volume tiang Γ kebutuhan paku
g. Kebutuhan paku seng = volume seng Γ kebutuhan paku
β’ Sumber daya yang digunakan pada pekerjaan ini yaitu regu pekerja yang terdiri dari :
a. Mandor ( 1 orang) b. Tukang ( 1 orang)
c. Pembantu Tukang ( 3 orang )
β’ Material yang digunakan :
a. Pagar seng besi gelombang 80 x 180 cm b. Paku
c. Kayu meranti kaso 5/7
β’ Perhitungan durasi pemasangan sebagai berikut :
a. Durasi tiang vertical = volume : Kapasitas produksi b. Durasi tiang horizontal = volume : Kapsitas produksi c. Durasi seng gelombang = volume : Kapasitas Produksi
Gambar 2. 4 Durasi Pemasangan Kayu
Sumber : Buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan Ir. A. Soedrajat S
2.2.1.2 Pekerjaan Direksi Keet
Gambar 2. 5 Direksi Keet Sumber : google.com
Direksi Keet sendiri merupakan sebagai kantor Direksi yang digunakan untuk kegiatan operasional semua kegiatan pekerjaan dilapangan yang didalamnya merupakan tempat semua staf pelaksana lapangan untuk melakukan koordinasi mengenai pelaksanaan pekerjaan. Pembuatan direksi keet Pembangunan tidak di bangun secara permanen karena hanya bersifat sementara, namun tetap mengutamakan kenyaman yang mengacu pada spesifikasi teknis dokumen pelelangan yakni Direksi keet dilengkapi dengan ketentuan dalam dokumen kontrak. Dalam kontrak pada proyek pembangunan causeway dan trestle Dermaga C PT. Petrokimia Gresik ini menggunakan contrainer yang berukuran 20 feet.
β’ Perhitungan volume pekerjaan :
Volume pekerjaan : container 20 feet
2.2.1.3 Pekerjaan Jalan Sementara
Gambar 2. 6 Denah Trestle
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
Jalan sementara ini digunakan untuk sebagai jalur menuju jembatan akses yang bisa memudahkan mobilitas alat berat dan material menuju titik pengerjaan. Jalan sementara ini berupa timbunan lime stone. Alat berat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah vibro roller, excavator dan bulldozer.
β’ Urutan pelaksanaan :
Gambar 2. 7 Urutan Pelaksanaan Jalan Sementara
Pengadaan material Limstone
Perataan material Limestone
Pemadatan material Limestone
Perawatan tanah timbunan
β’ Volume Pekerjaan :
Perhitungan volume pekerjaan pada timbunan ini per pias yang bisa dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. 8 Jalan Sementara
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
Untuk perhitungan volume yang pada timbunan ini adalah sebagai berikut :
ππππππ ππππππππ = π π π π π
p = Panjang timbunan (m) l = Lebar timbunan (m) t = Tinggi timbunan (m)
2.2.2 Pekerjaan Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah merupakan pekerjaan yang dilaksanakan dengan membuat lubang di tanah membentuk pola abutment untuk keperluan pada struktur causeway. Galian tanah yang dibuat harus dilakukan sesuai perencanaan dan mencapai
dalam lapisan tanah yang direncanakan. Pekerjaan ini dibantu dengan alat berat yaitu alat berat excavator.
β’ Perhitungan volume pekerjaan :
Untuk perhitungan volume pekerjaan ini bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
ππππππ = π π π π π p = Panjang galian (m) l = Lebar galian (m) t = Tinggi galian (m)
β’ Urutan pelaksanaan :
Untuk metode pelaksanaan pekerjaan ini dapat dijelaskan berikut :
Gambar 2. 9 Jalan Sementara
Mensterilkan area galian
Pematokan batas area
galian Penggalian Tanah
Pembuangan sisa galian
tanah
2.2.3 Pekerjaan Beton Balok Abutment
Gambar 2. 10 Denah Balok abutment
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
Abutment atau yang sering disebut kepala jembatan adalah bagian bangunan pada ujung-ujung trestle. Abutment ini mempunyai fungsi untuk memikul semua beban yang bekerja pada bangunan atas jembatan, serta berfungsi untuk meneruskan beban ynag dipikul bangunan atas kelapisan tanah dasar dengan aman sekaligus sebagai bangunan penahan tanah serta menerima tekanan dan diteruskan ke pondasi. Alat yang digunakan untuk pekerjaan ini adalah truck mixer dan concrete pump.
2.2.3.1 Urutan pelaksanaan
Pada pembangunan abutment ini dilakukan metode konvensional yang berarti terdapat beberapa tahap pelaksanaannya. Untuk urutan pelaksanaanya bisa dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 2. 11 Urutan Pelaksanaan Balok Abutment
Pembesian Tulangan pada
Abutment
Pembesian Tulangan pada
Abutment
Pembesian Tulangan pada
Abutment
2.2.3.2 Perhitungan Item Pekerjaan Balok Abutment 1. Pembesian tulangan abutment
a. Perhitungan Volume Pekerjaan
Untuk perhitungan volume pembesian tulangan abutment bisa dihitung dengan cara sebagai berikut :
π»π = πΎπ π ππ
Tr = Kebutuhan tulangan (kg) Wr = Berat total/diameter (kg) Fh = Faktor kehilangan
tulangan = 1,05
Pada proses fabrikasi tulangan, dibutuhkan kawat beton yang berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan.
Kebutuhan kawat beton ini dapat dihitung dengan : π»π = π, ππ π πΎππ
Tw = Kebutuhan kawat beton (kg)
Wrt = Kebutuhan total tulangan dalam satu item pekerjaan
b. Perhitungan Durasi Penulangan
Perhitungan durasi pekerjaan penulangan ini berlandaskan dengan Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum. Dengan cara perhitungan sebagai berikut :
Gambar 2. 12 Koefisien Pekerja Pembesian Balok Sumber : Lampiran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat 2016
Dalam artian setiap pekerjaan pembesian per 100 kg.
membutuhkan 2,1 pekerja. Dapat dibuat perumusan perhitungan seperti dibawah ini :
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ
*) Dengan catatan koefisien pekerja adalah pekerjaan per 100 kg.
2. Bekisting abutment
a. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan volume bekisting dapat diketahui dengan mengitung luas sisi dari tiap item struktur. Dengan mengetahui luas sisi yang dibutukan, maka dapat dihitung banyak keperluan kayu, paku, naut dan kawat yang diperlukan untuk pembuatan bekisting struktur tersebut dengan mengacu pada table berikut :
Tabel 2. 2 Kebutuhan Paku dan Kayu
Sumber : Buku Analisa Anggaran Biaya Pelaksanaan Ir. A. Soe Drajat S
Jenis Cetakan Kayu
Paku, baut- baut dan
kawat Pondasi/pangkal
jembatan 0,46 - 0,81
2,73 - 5 Dinding 0,46 - 0,62 2,73 - 4
Lantai 0,41 - 0,64 2,73 - 4
Atap 0,46 - 0,69 2,73 - 4,55
Tiang 0,44 - 0,74 2,73 - 5
Kepala Tiang 0,46 - 0,92 2,73 - 5,45 Balok 0,69 - 1,61 3,64 - 7,27 Tangga 0,69 - 1,38 3,64 - 6,36 Sudut tiang/balok
berukir 0,46 - 1,84 2,73 - 6,82 Ambang jendela
dan lintel 0,58 - 1,84 3,18 - 6,36 b. Perhitungan Durasi Pekerjaan Bekisting
Berdasarkan pada table B.23.c pada Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum sebagai berikut :
Dalam artian setiap pekerjaan pembesian per 1 m2 membutuhkan 0,36 pekerja. Dapat dibuat perumusan perhitungan seperti dibawah ini :
Gambar 2. 13 Koefisien Pekerja Bekisting Balok Sumber : Lampiran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat 2016
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ
*) Dengan catatan koefisien pekerja adalah pekerjaan per 1 m2.
3. Pengecoran abutment
Perhitungan volume pengecoran diketahui dengan menghitung volume struktur dikurangi volume tulangan.
Sedangkan untuk perhitungan durasi pengecoran, dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi produktifitas
antara concrete pan mixer, truck mixer serta concrete pump yang digunakan.
Dengan berpedoman pada lampiran PU PR no. 28 tahun 2016, dihitung produktifitas alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :
β’ Concrete pan mixer
πΈπ = (π½π π ππ)/ππππ
Qa = Produktifitas concrete pan mixer (m3)
Va = Kapasitas alat
Fa = Faktor efisiensi alat = 0,83
β’ Truck mixer
πΈπ = (π½π π ππ π ππ)/π»π Qb = Produktivitas truck mixer
(m3/jam) Vb
Fa Ts
=
=
=
Kapasitas drum (m3) Faktor efesiensi alat = 0,83 Waktu siklus truck mixer (menit)
2.2.4 Pekerjaan Beton Wingwall
Gambar 2. 14 Detail Abutment
Sumber : Proyek EPCC DErmaga C PT. Petrokimia Gresik
Wingwall atau dinding sayap adalah bagian dari bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk menahan tegangan tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah terhadap jembatan. Pada pembangunan proyek ini pekerjaan abutment ini dilakukan pada causeway ujung dekat dengan daratan Pada pembangunan proyek ini pekerjaan abutment ini dilakukan pada causeway ujung dekat dengan daratan.
Dalam tahapannya antara lain, tahap bekeisting, penulangan dan pengecoran insitu. Alat berat yang digunkan pada pekerjaan ini adalah truck mixer dan concrete pump.
2.4.3.1 Urutan Pelaksanaan
Pada pembangunan wingwall ini dilakukan metode konvensional yang berarti terdapat beberapa tahap pelaksanaannya. Untuk urutan pelaksanaannya sama seperti
dengan metode palaksanaan abutment lebih jealasnya dapat dilihat diagram alir dibawah ini :
Gambar 2. 15 Urutan Pelaksanaan Wingwall
2.4.3.2 Perhitungan Item Pekerjaan Wingwall 1. Pembesian tulangan Wingwall
a. Perhitungan volume pekerjaan
Untuk perhitungan volume tulangan pada pekerjaan ini, bisa dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :
π»π = πΎπ π ππ
Tr = Kebutuhan tulangan (kg) Wr = Berat total/diameter (kg)
Fh = Faktor kehilangan tulangan = 1,05 Pada proses fabrikasi tulangan, dibutuhkan kawat beton yang berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan. Kebutuhan kawat beton ini dapat dihitung dengan :
π»π = π, ππ π πΎππ
Tw = Kebutuhan kawat beton (kg) Wrt = Kebutuhan total tulangan dalam
satu item pekerjaan
Pembesian tulangan pada wingwall
Pemasangan bekisting pada wingwall
Pengecoran pada wingwall
b. Perhitungan Durasi Penulangan
Perhitungan durasi pekerjaan penulangan ini berlandaskan dengan Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum. Dengan rumus perhitungan seperti dibawah ini :
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ 2. Bekisting wingwall
a. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan volume bekisting dapat diketahui dengan mengitung luas sisi dari tiap item struktur. Dengan mengetahui luas sisi yang dibutukan, maka dapat dihitung banyak keperluan kayu, paku, naut dan kawat yang diperlukan untuk pembuatan bekisting struktur tersebut dengan mengacu pada Tabel 2.13 Kebutuhan Paku, Baut dan Kawat
b. Perhitungan Durasi Pekerjaan Bekisting
Berdasarkan pada table B.23.c pada Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum. Dapat diditung dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ
3. Pengecoran wingwall
Perhitungan volume pengecoran diketahui dengan menghitung volume struktur dikurangi volume tulangan.
Sedangkan untuk perhitungan durasi pengecoran, dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi produktifitas antara concrete pan mixer, truck mixer serta concrete pump yang digunakan.
Dengan berpedoman pada lampiran PU PR no. 28 tahun 2016, dihitung produktifitas alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :
β’ Concrete pan mixer
πΈπ = (π½π π ππ)/ππππ
Qa = Produktifitas concrete pan mixer (m3)
Va = Kapasitas alat
Fa = Faktor efisiensi alat = 0,83
β’ Truck mixer
πΈπ = (π½π π ππ π ππ)/π»π Qb = Produktivitas truck mixer
(m3/jam) Vb
Fa Ts
=
=
=
Kapasitas drum (m3) Faktor efesiensi alat = 0,83 Waktu siklus truck mixer (menit)
2.4.5 Pekerjaan Beton Pelat Injak
Pelat injak adalah bagian dari bangunan bawah suatu jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan beban yang diterima diatasnya secara merata menuju tanah dibawahnya dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada permukaan jalan. Pada pembangunan proyek ini pekerjaan abutment ini dilakukan pada trestle atau causeway ujung dekat dengan daratan Pada pembangunan proyek ini pekerjaan abutment ini dilakukan pada trestle atau causeway ujung dekat dengan daratan.
Dalam tahapnnya anara lain, tahap bekeisting, penulangan dan pengecoran insitu. Alat berat yang digunakan pada pekerjaan ini adalah truck mixer dan concrete pump.
2.4.5.1 Urutan Pelaksanaan
Pada pembangunan pelat injak ini dilakukan metode konvensional yang berarti terdapat beberapa tahap pelaksanaannya. Untuk urutan pelaksanaannya sama seperti metode pelaksanaan abutment untuk lebih jelasnya dapat dilihat dengan diagram alir dibawah ini :
Gambar 2. 16 Urutan Pelaksanaan Wingwall
2.4.5.2 Perhitungan Item Pekerjaan Pelat Injak 1. Pembesian tulangan Pelat Injak
a. Perhitungan volume pekerjaan
Untuk perhitungan volume tulangan pada pekerjaan ini, bisa dihitung dengan perhitungan sebagai berikut :
Pembesian tulangan pada
Pelat Injak
Pemasangan bekisting pada
Pelat Injak
Pengecoran pada Pelat
Injak
π»π = πΎπ π ππ Tr = Kebutuhan tulangan (kg) Wr = Berat total/diameter (kg)
Fh = Faktor kehilangan tulangan = 1,05
Pada proses fabrikasi tulangan, dibutuhkan kawat beton yang berfungsi sebagai pengikat rangkaian tulangan. Kebutuhan kawat beton ini dapat dihitung dengan :
π»π = π, ππ π πΎππ Tw = Kebutuhan kawat beton (kg) Wrt = Kebutuhan total tulangan dalam
satu item pekerjaan b. Perhitungan Durasi Penulangan
Perhitungan durasi pekerjaan penulangan ini berlandaskan dengan Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan
Bidang Pekerjaan Umum. Dengan rumus perhitungan seperti dibawah ini :
Gambar 2. 17 Koefisien Pekerja Penulangan Pelat Sumber : Lampiran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat 2016
Dalam artian setiap pekerjaan pembesian per 100 kg. membutuhkan 0,7 pekerja. Dapat dibuat perumusan perhitungan seperti dibawah ini :
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ
*) Dengan catatan koefisien pekerja adalah pekerjaan per 100 kg.
. 2. Bekisting pelat injak
a. Perhitungan Volume Pekerjaan
Perhitungan volume bekisting dapat diketahui dengan mengitung luas sisi dari tiap item struktur. Dengan mengetahui luas sisi yang dibutukan, maka dapat dihitung banyak keperluan kayu, paku, naut dan kawat yang diperlukan untuk pembuatan bekisting struktur tersebut
dengan mengacu pada Tabel 2.12 Kebutuhan Paku, Baut dan Kawat
b. Perhitungan Durasi Bekisting
Berdasarkan pada table B.21.b pada Lampiran Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor : 28/PRT/M/2016 Tentang Analisa Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum. Dapat diditung dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
Gambar 2. 18 Koefisien Pekerja Bekisting pelat Pelat Sumber : Lampiran Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan
Rakyat 2016
Dalam artian setiap pekerjaan pembesian per 1 m2 membutuhkan 0,36 pekerja. Dapat dibuat perumusan perhitungan seperti dibawah ini :
Durasi= π½πππππ πππππππππ π²πππ. πππππππ π ππππππ πππππππ
*) Dengan catatan koefisien pekerja adalah pekerjaan per 10m2.
3. Pengecoran wingwall
Perhitungan volume pengecoran diketahui dengan menghitung volume struktur dikurangi volume tulangan.
Sedangkan untuk perhitungan durasi pengecoran, dapat dihitung dengan menggunakan kombinasi produktifitas antara concrete pan mixer, truck mixer serta concrete pump yang digunakan.
Dengan berpedoman pada lampiran PU PR no. 28 tahun 2016, dihitung produktifitas alat yang digunakan untuk pekerjaan pengecoran adalah sebagai berikut :
β’ Concrete pan mixer
πΈπ = (π½π π ππ)/ππππ
Qa = Produktifitas concrete pan mixer (m3)
Va = Kapasitas alat
Fa = Faktor efisiensi alat = 0,83
β’ Truck mixer
πΈπ = (π½π π ππ π ππ)/π»π Qb = Produktivitas truck mixer
(m3/jam) Vb
Fa Ts
=
=
=
Kapasitas drum (m3) Faktor efesiensi alat = 0,83 Waktu siklus truck mixer (menit)
2.4.6 Pekerjaan Urugan Tanah Kembali
Pekerjaan urugan tanah kembali merupakan pekerjaan yang dilakukan seteah pekerjan abutment selesai. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan alat berat Dumptruck dan Excavator. Urugan tanah ini menggunakan material pasir sirtu. Untuk perhitungan volume pekerjaan dihitung dengan cara :
ππππππ = π π π π π p = Panjang galian (m) l = Lebar galian (m) t = Tinggi galian (m) 2.4.7 Pekerjaan Pemancangan
Gambar 2. 19 Denah Pemancangan
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
Pondasi tiang pancang merupakan bagian dari konstruksi yang dibuat dari kayu, beton, dan baja yang digunakan untuk mentransmisikan beban-beban permukaan ke tingkat-tingkat pemukaan yang lebih rendah dalam masa tanah. dimana pondasi tiang pancang ini digunakan unuk mendukung bangunan bila lapisan tanah kuat terletak sangat dalam. hal ini merupakan distribusi vertikal dari beban sepanjang poros tiang pancang atau pemakaian beban secara langsung terhadap lapisan yang lebih rendah melalui ujung tiang pancang. Tiang pancang ini semata-mata hanya dari segi kemudahan karena semua tiang pancang berfungsi sebagai kombinasi tahanan samping dan dukungan ujung kecuali bila tiang pancang menembus tanah yang sangat lembek sampai kedasar padat.
Pada pekerjaan pemancangan yang dilakukan pada pembangunan trestle dan causeway pada Proyek dermaga C PT. Petrokimia ini menggunakan pondasi tiang pancang baja dengan material baja ASTM A 252, diameter min. 26 inch dengan tebal minimum 12.7 mm, min yield strength 42000 psi.
2.4.7.1 Urutan Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan pada pekerjaan pemancangan pembangunan trestle dan causeway pada dermaga ini dengan dua metode, yaitu pemancangan di darat dan pemancangan di laut. Alat yang digunakan pada pekerjaan ini, yaitu mobile crane, diesel hammer, dump truck, kapal ponton. Untuk metode pelaksanaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemancangan di darat :
Gambar 2. 20 Urutan Pelaksanaan Pemancangan Di Darat
b. Pemancangan di laut :
Gambar 2. 21 Urutan Pelaksanaan Pemancangan Di Laut
2.4.7.2 Volume Pekerjaan a) Jumlah Tiang Pancang
Panjang tiang pancang satuan yang digunakan adalah 12m dan 10 m. Dan juga pada pemancangannya pada satu titik diisi dengan dua tiang pancang. Untuk mengetahui jumlah tiang pancang yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
Pengadaan tiang pancang
Pengangkutan/
pelansiran tiang pancang
Pemancangan segmen 1
Sambungan tiang pancang Pemancangan
segmen 2 Pemotongan
tiang pancang
Pengadaan tiang pancang
Pengangkutan/pe lansiran tiang pancang dilaut
Pemancangan segmen 1
Sambungan tiang pancang Pemancangan
segmen 2 Pemotongan
tiang pancang
π = (π³ π ππ)
π»ππππ πππππππ(π) + π»ππππ πππππππ (π) n = Jumlah tiang pancang
L = Panjang kedalaman tiang Nt = Jumlah titik tiang pancang
b) Sambungan tiang pancang
Gambar 2. 22 Detail Sambungan Pancang Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia
Gresik
Karena pada metode pelaksanaan pemancangan ini pada setiap titik membutuhkan dua tiang pancang untuk mencapai tanah keras, maka dilakukan penyambungan tiang pancang dengan menggunakan plat baja dan back ring yang kebutuhannya dapat dihitung dengan rumus :
- Kebutuhan plat baja :
π =π π α΄«π« π πππ (π2 π₯ π2)π₯ π‘π
- Kebutuhan kawat las :
π = π, π π π π c = Kebutuhan plat baja (kg) D = Diameter tiang pancang (m) bβ = Berat tiang per meter pβ = Panjang tiang satuan tp = Panjang total tiang
c = Kebutuhan plat baja (kg) w = Kebutuhan kawat las (kg)
2.4.8 Pekerjaan erection headstock
Gambar 2. 23 Denah Headstock
Sumber : Proyek EPCC Dermaga C PT. Petrokimia Gresik
Plat beton penyangga (headstock) ini berfungsi sebagai pengikat tiang pancang serta sebagai batas atau menjaga level elevasi ant