Berdasarkan datahasil penelitian dan penjelasan di atas, pembelajaran matematika dengan metode permainan Clash of Clans membawa dampak yang positif pada hasilbelajar matematika siswa. Iklim kompetisi yang disajikan pada metode pembelajaran ini mampu memunculkan dan meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran matematika. Persaingan antar siswa baik secara kelompok maupun individu ini mampu memunculkan rasa percaya diri siswa. Datahasil posttest menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil posttest siswa di kelas eksperimen lebih tinggi dibanding dengan rata-rata nilai hasilpretestsiswa di kelas kontrol. Hasil ini sesuai dengan pendapat Igel & Urquhart, “Social learning experiences
dikemukankan sebelumnya, kesulitan belajar matematika juga terjadi di Mts Alkhairaat Kalukubula, Berdasarkan hasil diskusi dengan salah satu guru matematika disekolah tersebut di peroleh informasi bahwa hasilbelajar matematika siswa pada materi teorema phytagoras masih tergolong rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai ulangan harian siswa pada materi teorema phytagoras nilai rata-rata ketuntasan belajar klasikal diperoleh 45,25% yang berarti tingkat penguasaan materi siswa masih tergolong sangat rendah. Selain itu pemahaman konsep terhadap materi tersebut masih kurang hal ini terindentifikasi dari hasil pekerjaan siswa setelah diberikan tes observasi menunjukkan bahwa siswa kesulitan menyelesaikan soal dengan benar khususnya mencari nilai pada sisi segitiga yang berlaku dalam teorema phytagoras, siswa cenderung menghafal rumus yang diberikan dan tidak memahaminya sehingga ketika soal tidak biasa (berbeda dengan contoh) yang diberikan maka siswa akan kesulitan dalam menyelelesaikannya. Siswa akan menghadapi masalah jika kesalahan jawaban yang diperbuat dalam penyelesaian soal-soal teorema phytagoras tidak diperbaiki Artinya, jika kesulitan siswa tersebut tidak dicari jalan keluarnya maka ia menghadapi suatu masalah atau kegagalan dalam pembelajaran matematika. Salah satu upaya untuk pemecahan tentang hal tersebut adalah melakukan perbaikan proses pengajaran, dalam hal ini bagaimana guru menerapkan model, metode, strategi serta pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa dalam hal ini meninjau gaya kognitifsiswa yaitu gaya field independent dan field depedent.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa kelebihan dari metode Problem solving dan Ketrampilan di antaranya adalah (a) peserta didik dapat melatih kemampuan komunikasi dan sosial, (b) pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya, (c) pembelajarannya tidak monoton, (d) menjadikan siswa aktif dan berani mengemukakan pendapat atau ide yang diperoleh, (e) siswa lebih semangat belajar dan melatih kerjasama. Adapun kekurangan dari metode Problem solving dan Ketrampilan yaitu: (a) Dalam suatu materi akan membutuhkan waktu yang lama dan siswa sering gaduh sendiri sehingga guru harus lebih bisa mengarahkan pemikiran siswa agar tercipta suasana yang kondusif, (b) apabila siswa tidak aktif maka metode pun kurang berpengaruh, (c) guru dituntut harus lebih kreatif dalam penyampaiannya
Penelitian ini bertujuan mengetahui efek penggunaan strategi konflik kognitif terhadap hasilbelajarkognitifsiswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan one group pretest posttest design. Sampel penelitian, yaitu 35 orang siswa kelas X MIPA 7 di SMAN 2 Mataram. Strategi konflik kognitif dikonduksikan dalam penelitian pada materi pokok Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan. Pengukuran hasilbelajarkognitif menggunakan instrumen tes dan diberikan kepada siswa sebagai pretest dan posttest . Instrumen tes sebelumnya divalidasi oleh 2 (dua) orang validator pada aspek isi dan konstruk. Hasil validasi menunjukkan bahwa instrumen tes telah dinyatakan valid pada aspek isi dan konstruk dengan tingkat validitas (Va) berturut-turut sebesar 4.12 dan 4.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasilbelajarkognitifsiswa meningkat setelah pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif (mean sebesar 3.49) signifikan (p < 0,05). Hasil tersebut juga didukung hasil analisis n-gain hasilbelajarkognitifsiswa setelah pembelajaran dengan nilai 0.74 dengan kategori tinggi sehingga dinyatakan efektif untuk meningkatkan hasilbelajarkognitifsiswa.
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian, diantaranya: tes, dokumentasi, dan wawancara. Tes yang digunakan merupakan tes pilihan ganda yang terdiri dari dua puluh empat butir soal yang tersebar dalam enam ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Terkait dengan pemberian skor untuk setiap aspek kemampuan kognitif, maka peneliti beracuan pada pendapat Sudijono “Orang yang paling tahu berapa bobot yang seharusnya diberikan terhadap jawaban yang betul itu adalah pembuat soal itu sendiri, karena dialah orang yang paling tahu mengenai derajat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir item yang dikeluarkan dalam tes hasilbelajar” (Sudijono, 2009:306). Dalam hal ini skor yang diberikan untuk setiap jenjang kemampuan kognitif berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang maka skor yang diberikan akan semakin tinggi, seperti tampak pada tabel berikut: Tabel 4. Pedoman Pensekoran Pretest dan Postest
Data dikumpulkan melalui dokumen dan tes. Dokumen digunakan untuk memperoleh datahasilbelajar matematika partisipan. Hasilbelajar matematika yang digunakan merupakan rata-rata dari nilai tugas, nilai ujian harian dan nilai ujian tengah semester. Tes digunakan untuk memperoleh data tentang gaya kognitif partisipan. Instrumen tes yang digunakan adalah Group Embedded Figures Test (GEFT) yang dikembangkan oleh Witkin dkk (1977). Instrumen tes terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama terdiri dari tujuh item yang khusus digunakan untuk latihan partisipan selama tiga menit. Sedangkan bagian dua dan tiga terdiri dari sembilan item, masing- masing bagian diberi waktu lima menit. Tes ini tidak dipengaruhi oleh budaya dan bahasa, karena setiap item tes terdiri dari gambar yang kompleks yang memuat sebuah gambar yang sederhana. Partisipan harus menentukan gambar sederhana yang terdapat dalam gambar yang komplek dengan alat tulis (spidol).
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang direncanakan atas dua siklus dan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan aktivitas dan hasilbelajarsiswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Batang dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII-2. Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatf. Terdapat perbedaan persentase aktivitas siswa antara siklus I dan siklus II. Hal ini terlihat bahwa siswa yang tergolong dalam kategori tidak tuntas berjumlah 9 siswa (56,25%) dan siswa yang berada pada kategori tuntas hanya berjumlah 7 (43,75%). Ketuntasan belajarsiswa pada siklus II juga mengalami peningkatan yaitu 100%. Kenaikan persentase siswa yang tuntas diiringi dengan penurunan jumlah siswa yang berada pada kategori tidak tuntas yaitu pada siklus I berjumlah 9 siswa (56,25%) menjadi 0 siswa pada siklus II (0%). Kesimpulan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan bahwa; Aktivitas dan hasilbelajar sains biologi siswa selama pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
77 ditentukan dan bergantung oleh guru (teacher center) dalam menye- lesaikan materi bangun ruang kubus dan balok. Peserta didik banyak mengalami kesulitan dalam mema- hami materi khususnya yang ber- kaitan dengan menentukan rusuk, sisi sampai proses penyelesaian soal cerita dari materi kubus dan balok. Hal tersebut mengakibatkan sebagian peserta didik nilainya kurang dari KKM yang sudah ditetapkan dan kurang aktif dalam proses kegiatan belajar berlangsung. Pada tahun pelajaran 2017/2018 data menunjukkan bahwa dari 33 peserta didik, 10 peserta didik mendapat nilai lebih dari 70 dan 23 peserta didik mendapat nilai kurang dari 65 sedangkan nilai KKMnya 70. Metode pembelajaran yang digunakan juga masih pembelajaran satu arah dimana siswa hanya ditempatkan sebagai objek dan membatasi siswa dalam berperan aktif dalam kegiatan belajar sehingga siswa menjadi malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika (Masitoh dan Dewi, 2011 : 5). Guru hanya menerapkan metode ceramah, menjelaskan kemudian memberi tugas kepada siswa. Siswa yang memahami materi yang diajarkan oleh guru akan dapat mengerjakan tugas tersebut dengan baik tetapi siswa yang belum memahami materi yang diajarkan akan mengalami kesulitan bahkan hanya bercanda saja. Guru lebih mendominasi dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini juga menyebabkan banyak siswa kurang berprestasi dalam pelajaran matematika sehingga tujuan atau KKM yang ditetapkan tidak tercapai dengan optimal.
berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemehan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran-saran dapat penulis uraikan adalah sebagai berikut: (1) Diharapkan ada penelitian lanjutan selama satu semester sehingga data yang diperoleh lebih maksimal untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penilaian portofolio, (2) Setiap tahapan penilaian portofolio hendaknya diperhatikan dan dilaksanakan oleh guru matematika kelas X SMA Negeri 7 Pontianak agar diperoleh hasil yang maksimal dalam menilai siswa, (3) Setiap tahapan penilaian portofolio hendaknya disiapkan dokumen sebagai bukti bahwa tahapan tersebut dilaksanakan oleh guru dan menjadi bahan evaluasi, (4) Pihak sekolah seharusnya melaksanakan penilaian portofolio secara konsisten sebagai alat penilaian terhadap siswa dan laporan bagi orang tua siswa.
Dwi Oktofa, Asep Nursangaji, Hamdani
Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email : dwi_oktofa@yahoo.co.id
Abstrak: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penilaian portofolio oleh guru dan bagaimana dampak penilaian portofolio terhadap hasilbelajarsiswa dikelas X SMA Negeri 7 Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan instrumen lembar observasi. Sampel penelitian ini adalah seorang guru matematika dan 38 siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa pelaksanaan penilaian portofolio oleh guru belum maksimal. Dokumen portofolio seluruh siswa lengkap 100%
Pembelajaran kooperatif siswabelajar bersama dalam kelompok- kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen dalam hal kemampuan akademik, jenis kelamin, dan suku/ras satu sama lain agar saling membantu. 73 Kedua model pembelajaran tersebut siswa yang biasanya belajar secara individu, tanpa kompetisi, dan tanpa pemberian penghargaan dicoba dikondisikan dengan adanya kompetisi dan penghargaan yang menjadi motivasi bagi keberhasilan belajar mereka, serta suasana pembelajaran dapat menjadi menyenangkan dan bervariasi. Kedua model pembelajaran ini juga dapat menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang baik, karena siswa tidak cepat bosan dalam belajar dan dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena siswa dapat dilatih untuk aktif berpendapat, menghargai perbedaan, dan mau bekerja sama dalam kelompok.
ini dikarenakan pada tahap-tahap awal guru masih dalam keadaan masih sangat fokus.
3. Aktivitas Siswa Menggunakan Model concept attainment
Aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran concept attainment diperoleh dengan menggunakan instrument lembar pengamatan aktivitas siswa. Dari hasil pengamatan selama tiga kali pertemuan yaitu RPP 1, RPP 2, RPP 3. Diperoleh nilai persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan model concept attainment yaitu pada aspek penyajian data dan identifikasi konsep, menguji pencapaian konsep, serta analisis strategi berfikir. Jumlah siswa pada kelas IX-A yaitu 19, namun yang menjadi sampel adalah 17 orang siswa.
beragam), berpikir secara sistematik (diatur, menyeluruh, dan sistematik), berpikir analit ik (pengklasifikasian, analisis logis, dan kesimpulan), berpikir analogis (mengaplikasikan persamaan, pola, berpikir searah dan menyeluruh), berpikir sistem (holistik dan berpikir menyeluruh). Berp ikir digunakan dala m PBL (Problem Based Learning) ketika siswa merencanakan, me mbuat hipotesis, menggunakan perspektif yang beragam, dan bekerja me lalu i fakta dan gagasan secara sistematis. Pe mecahan masalah juga me libatkan analisis logis dan krit is, penggunaan analogi dan berpikir secara menyeluruh, pemecahan kreatif dan sintesis. Proses PBL (Problem Based Learning) dan latihan me libatkan penggunaan otak atau pikiran untuk me laku kan hubungan mela lui refleksi, a rtikulasi, dan belajar melihat perbedaan pandangan. Dala m proses PBL (Problem Based Learning), skenario masalah dan urutannya me mbantu siswa mengembangkan hubungan kognisinya. Ke ma mpuan untuk mela kukan berpikir tingkat tinggi me rupakan kunci dari pe mecahan masalah dala m dunia nyata 8 . Pelatihan dala m PBL (Problem Based Learning ) me mbantu dala m men ingkatkan konektiv itas, pengumpulan data, berpikir secara sistematik, menge mbangkan ketera mpilan me mecah kan masalah dan berkomunikasi ba ik dengan lingkungannya.
rachmat.r@fkip.uisu.ac.id
ABSTRAK
Strategi pembelajaran yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran fisika hendaknya banyak melibatkan dan mendorong keaktifan belajarsiswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dipandang efektif untuk mengatasi permasalahan adalah strategi penemuan terbimbing berbantukan LKS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi penemuan terbimbing berbantukan LKS terhadap hasilbelajar IPA Fisika siswa kelas VIII di SMPN 24 Padang . Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experimen Research) dengan rancangan penelitian Randomized Control Group Only Design. Teknik pengumpulan data penelitian berupa tes tertulis untuk aspek kognitif. Teknik analisis data penelitian menggunakan uji t pada taraf nyata 0,05. Hasil penelitian diperoleh bahwa hasilbelajarsiswa pada ranah kognitif. lebih tinggi dari kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen pada ranah kognitif adalah 70,5 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 62,58. Hipotesis diuji dengan menggunakan uji t, pada ranah kognitif diperoleh t hitung = 2,51, dan t tabel = 1,67 pada taraf nyata 0,05, berarti
seperti sebagaimana yang ada pada teori penerapan metode hypnoteaching yang seharusnya. Akan tetapi guru langsung memberikan motivasi kepada peserta didik. Dan siswa dengan wajah hening mendengarkan nasihat guru. setelah itu guru mengajak peserta didik untuk berdiri dan menarik nafas lalu mengeluarkannya sebagi upaya agar semua yang menjadi beban di hati dan pikiran dilepaskan sejenak, dan saatnya untuk fokus dalam belajar. Sebenarnya kegiatan pembelajaran yang dalam kegiatan awal ini sesuai dengan prosedur perencanaan pembelajaran pada umumnya, namun di dalam kegiatan yang dilakukan guru tersimpan unsur metode
pengetahuannya sendiri, sehingga lebih mudah lupa materi yang diajarkan.
Selain karena adanya kegiatan praktikum, faktor lain yang menyebabkan peningkatan hasilbelajarsiswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah setelah pembelajaran siswa di kelas eksperimen diberi kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang kurang dimengerti dan guru menjelaskan kembali. Siswa di kelas eksperimen juga melakukan reflection, dimana siswa mengendapkan pengetahuan yang sudah dipelajari. Siswa di kelas kontrol tidak melakukan kegiatan bertanya sehingga siswa tidak bisa bertanya mengenai konsep yang belum dimengerti. Siswa di kelas kontrol juga tidak melakukan kegiatan reflection, sehingga siswa kurang bisa memaknai pembelajaran yang telah dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan mengumpulkan data-data kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Populasi yang digunakan adalah keas X SMA N 1 Banyudono, Boyolali. dengan sampel 31 siswa. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan angket, sedangkan teknik analisis datanya adalah teknik analisis regresi linier ganda dengan taraf signifikansi 5%.
The Enhancement of Students' Cognitive Learning Achievement Through Contextual Learning Model on Multiplication and Division’s Matter. This research aims to improve students’ cognitive learning achievement and improve the learning process by applying the contextual learning model. The research used in this study is descriptive qualitative research with an action research form consisting of two cycles. The subjects in this study were third grade students of Lepung Beruang State Elementary School 48 with a total of 43 students who were taught through contextual learning models. Instruments to measure student learning outcomes about the description questions as many as 5 questions while to measure see the activities of teachers and students used observation sheet of teacher and student activities. The data obtained were analyzed descriptively containing the average value and percentage of classical completeness. The results of the analysis using data analysis about the first cycle obtained 29 students completed with an average value of 66,00 and classical completeness of 67,44%. Then in cycle II students who completed 37 students with an average score of 78, 60 and classical completeness of 86,04% of students entered the good category. Based on the observation results of teacher activities in the first cycle, at the first meeting the teacher's activity was 60% and the first meeting was 65%. While on silkus II the teacher's activity at the first meeting remained 65% and became 100% at the second meeting. The results of this study can be concluded from the contextual learning model can improve students’ cognitive learning achievement in multiplication and division matter.
(d) Permainan Instruksional
Permainan Instruksional merupakan program yang menggabungkan aksi-aksi permainan dan ketrampilan penggunaan papan ketik pada komputer. Siswa dapat terampil dalam mengetik seiring dengan meningkatnya pengetahuan, karena dalam permainan siswa dituntut untuk menginput data dengan jawaban atau perintah yang benar. Misalnya siswa diminta menjawab soal- soal fisika yang ditampilkan di layar monitor dengan batas waktu tertentu.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu tes, dokumentasi dan kepustakaan. Tes atau kuis merupakan alat atau prosedur yang di gunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah di tentukan. Tes yang di gunakan untuk mengetahui hasilbelajarkognitifsiswa dengan melihat aspek C1, C2, C3, C4, C5 dan C6 dan besarnya nilai KKM yang di tentukan guru untuk Mata Pelajaran IPS siswa kelas VIII di SMP N 9 Metro sebesar 71,00. Sebelum di buat instrumen, terlebih dahulu di buat kisi-kisi soal untuk petunjuk dalam pembuatan soal sebelum di gunakan untuk penelitian instrumen.Adapun bentuk tes yang di gunakan adalah berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 soal. Dalam penelitian ini teknik dokumentasi di gunakan untuk melihat populasi dan sampel yang di gunakan dengan melihat hasil dokumentasi sekolah (Usman, 2002;69). Dokumentasi di lakukan dengan cara pengambilan data yang sudah ada, seperti: datasiswa kelas VIII SMP N 9 Metro dan nilai-nilai tes siswa pada materi Mata Pelajaran IPS sebelum menggunakan strategi pembelajaran Everyone is a Teacher Here. Teknik kepustakaan ini di gunakan untuk mendapatkan data- data yang berhubungan dengan penulisan dalam penelitian ini,seperti : teori yang mendukung, konsep- konsep dalam penelitian, serta data- data yang di ambil dari berbagai referensi.