penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa disparitas pembangunan antara wilayah Utara dan Selatan Jatim terjadi semakin lebar. Wilayah Utara semakin maju, sebaliknya wilayah Selatan terus terpuruk.
Disparitas wilayah Selatan-U tara mengakibatkan perbedaan besarnya pendapatan per kapita dan pertumbuhanekonomi antar wilayah di Jatim. Wilayah S elatan Jatim terbentang mulai Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, hingga Pacitan. Dari delapan kabupaten ini, hanya Tulungagung yang memiliki pendapatan per kapita tinggi (Rp 14 . 07 juta). Ini disusul pendapatan per kapita penduduk Banyuwangi yang nilainya Rp 11 . 29 juta. Sementara di wilayah-wilayah lain, pendapatan rata-rata penduduknya di bawah Rp 6 juta setiap tahunnya. Angka tersebut berbeda jauh dengan wilayah U tara Jatim. Wilayah yang terdiri atas Tuban, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, dan Situbondo tersebut memiliki pendapatan per kapita rata-rata di atas Rp 6 juta.
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomipembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk. Sehingga proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhanekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhanekonomi yang tinggi masih merupakan target utama dalam rencana
Sistem sosial dan sikap masyarakat peranannya sangat penting dalam mewujudkan pertumbuhanekonomi. Didalam menganalisis masalah pembangunan di negara-negara berkembang ahli ekonomi telah menunjukkan bahwa sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius kepada pembangunan. Misalnya adat istiadat yang tradisional dapat menghambat masyarakat untuk menggunakan cara memproduksi yang modern dan produktivitas tinggi. Oleh karenanya pertumbuhanekonomi tidak bisa lebih cepat. Juga dalam sistem social dimana sebagian besar tanah dimiliki oleh tuan-tuan tanah tertentu. Sikap masyarakat juga dapat memberikan dorongan yang besar kepada pertumbuhanekonomi, sikap tersebut antara lain sikap kerja keras, hemat yang bertujuan untuk mengumpulkan lebih banyak uang untuk investasi dalam rangka mengembangkan usaha. (Sukirno: 2004)
B. PEMIKIRAN BARU TENTANG PEMBANGUNANEKONOMI Pada akhir dasawarsa 1960-an, banyak NSB mulai menyadari bahwa "pertumbuhan" (growth) tidak selalu identik dengan "pembangunan" (development). Pertumbuhanekonomi yang tinggi, setidaknya menyamai atau melampaui negara-negara maju pada tahap pembangunan mereka, memang dapat dicapai, namun tidak otomatis menyelesaikan masalah- masalah ekonomi yang penting lainnya, seperti pengangguran, kemiskinan di perdesaan, distribusi pendapatan yang timpang, dan ketidakseimbangan struktural (Sjahrir, 1986). Hal ini pula agaknya yang memperkuat keyakinan bahwa pertumbuhanekonomi merupakan syarat yang diperlukan (necessary) tetapi tidak mencukupi (sufficient) bagi sebuah proses pembangunan (Esmara, 1986; Meier, 1989). Pertumbuhanekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan ternyata berdimensi lebih luas dari sekadar peningkatan pertumbuhanekonomi.
Mengingat konsep pertumbuhanekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhanekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhanekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunanekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhanekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhanekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhanekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunanekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Pengertian pertumbuhanekonomi harus dibedakan dengan pembangunanekonomi, pertumbuhanekonomi hanyalah merupakan salah satu aspek saja dari pembangunanekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output agregat khusu snya output agregat per kapita.
DI PROVINSI JAWA TIMUR MARETHA BERLIANANTIYA
S421308009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pola keterkaitan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi di wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013 dan mengetahui hubungan dan pola keterkaitan ini dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pola keterkaitan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi di wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013 dan mengetahui hubungan dan pola keterkaitan ini dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur tahun 2004- 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur yang meliputi 29 Kabupaten dan 9 Kota terbagi dalam 4 Bakorwil. Penelitian ini menggunakan data sekunder selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis Indeks Williamson untuk mengukur ketimpangan pembangunan, korelasi product moment dan Regresion Curve Estimation. Hasil penelitian tentang PertumbuhanEkonomi dan Ketimpangan PembangunanEkonomi Antar Wilayah Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa Timur adalah (1) Pola hubungan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunan cenderung berbentuk U, sehingga hipotesis Kuznets tidak berlaku di Provinsi Jawa Timur, dan nilai korelasi product moment negatif dan tidak signifikan, sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunan (2) Pada masing-masing Bakorwil, pola hubungan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi terbukti dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur, demikian juga dengan nilai korelasinya.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kebaikan, berkat, dan karunia-Nya kepada penulis selama ini, sehingga berkat izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis PertumbuhanEkonomi, Aglomerasi dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Ketimpangan PembangunanEkonomi Regional Tahun 2011-2018 (Studi Kasus Pulau Sumatera)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya.
Key Words: Economic Growth, Development Inequality, Kuznets Hypothesis
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pola keterkaitan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi di wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013 dan mengetahui hubungan dan pola keterkaitan ini dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur tahun 2004- 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur yang meliputi 29 Kabupaten dan 9 Kota terbagi dalam 4 Bakorwil. Penelitian ini menggunakan data sekunder selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis Indeks Williamson untuk mengukur ketimpangan pembangunan, korelasi product moment dan Regresion Curve Estimation. Hasil penelitian tentang PertumbuhanEkonomi dan Ketimpangan PembangunanEkonomi Antar Wilayah Kebijakan Pembangunan di Provinsi Jawa Timur adalah (1) Pola hubungan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunan cenderung berbentuk U, sehingga hipotesis Kuznets tidak berlaku di Provinsi Jawa Timur, dan nilai korelasi product moment negatif dan tidak signifikan, sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunan (2) Pada masing-masing Bakorwil, pola hubungan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi terbukti dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur, demikian juga dengan nilai korelasinya.
Pembangunanekonomi adalah pertumbuhanekonomi yang disertai dengan perubahan dalam pembagian hasil dan struktur ekonomi. Perubahan- perubahan tersebut termasuk perbaikan kesejahteraan material dari golongan miskin, turunnya sumbangan sektor agraris pada gross national product (GNP) dan diikuti dengan pertambahan sumbangan sektor manufaktur/ industri, keuangan, jasa-jasa, konstruksi, perbaikan pendidikan dan keterampilan tenaga kerja. Namun pembangunanekonomi nasional tersebut membutuhkan banyak dana, dan karena Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, masih banyak membutuhkan modal, teknologi dan pengalaman-pengalaman. 1
Ukuran keberhasilan pembangunan sebuah negara, diukur berdasarkan Tingkat pertumbuhanekonomi yang dicapai. Pertumbuhanekonomi merupakan masalah semakin kompleks dan multidimensional. Dalam hal ini pertumbuhanekonomi tersebut diasumsikan merupakan kenaikan produk domestik regional bruto, dengan belum memperhitungkan perubahan struktur ekonomi, pertambahan penduduk,dan sistem kelembagaan. Nilai dari Produk Domestik Regional Bruto dikalkulasi berdasarkan besarnya nilai tambah dari penduduk yang terjadi pada suatu periode tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah membuat pemodelan pertumbuhanekonomi melalui data pembangunan Infrastruktur Publik yang sudah dilakukan di Provinsi Kalimantan Tengah. Penelitian menggunakan variabel independen berupa fasilitas Listrik, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan Panjang jalan. Sedangkan variabel dependen penelitian menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Purposive sampling digunakan untuk mengambil sebanyak 56 data pertahun dikabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah, periode 2013-2016. Berdasarkan analisis regresi linear, terbukti bahwa secara parsial hanya variabel listrik yang memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB. Model yang diperoleh dalam penelitian ini adalah PDRB = 2.187 + 0.616 (Listrik) – 0.052 (PDAM) + 0.031 (Panjang Jalan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dan pola keterkaitan antara pertumbuhanekonomi dan ketimpangan pembangunanekonomi di wilayah Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013 dan mengetahui hubungan dan pola keterkaitan ini dipengaruhi oleh karakteristik wilayah kebijakan pembangunan di Provinsi Jawa Timur tahun 2004-2013.
Pertumbuhanekonomi suatu negara tidak terlepas terhadap adanya globalisasi dan liberalisasi ekonomi yang saat ini terjadi, sehingga menyebabkan semakin berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antarnegara serta terjadinya proses integrasi ekonomi di berbagai wilayah dunia. Salah satu wujud intergrasi ekonomi adalah dideklarasikannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) oleh pemimpin negara ASEAN pada Bali Summit tahun 2003 yang akan diberlakukan pada tahun 2020. Akan tetapi, pada pertemuan 12 th ASEAN Summit tahun 2007 di Filipina implementasi MEA dipercepat menjadi tahun 2015. MEA akan mewujudkan pasar dan basis produksi tunggal di ASEAN yang ditandai dengan perekonomian yang sangat kompetitif serta pembangunanekonomi yang adil dan mampu berintegrasi dengan perekonomian global (Blueprint
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak literatur ekonomipembangunan yang membandingkan antara pembangunan manusiadengan pertumbuhanekonomi. Pertumbuhanekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah (Sukirno, 2010). Dari satu period eke periode lainya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk dan pengalaman kerja.
Selain itu, pembangunan di kawasan SWP IV Jawa Timur juga telah menimbulkan ketimpangan dalam prosesnya yang diamati dalam kurun waktu sebelas tahun terakhir (2003- 2013), telah memberikan gambaran yang fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Rata-rata tingkat ketimpangan antar kabupaten di kawasan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP) IV Jawa Timur cukup rendah yaitu sebesar 0,146. Pertumbuhanekonomi yang pesat akan meningkatkan pembangunan dan hasil-haslinya. Sedangkan, pemerataan pembangunan dan hasil- hasilnya yang cukup baik hanya akan dicapai dengan pertumbuhanekonomi yang relatif lambat. Sehingga, kebijakan yang mengutamakan pertumbuhanekonomi akan meningkatkan ketimpangan antar daerah. Ketimpangan tidak dapat dihapuskan, melainkan hanya bisa diminimalisir ketingkat yang bisa
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang diukur melalui pendapatan nasional akan semakin meningkatkan dana pendstribusian kepada masyarakat untuk perbaikan pembangunan man[r]
pembangunanekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan total dan pendapatan per kapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk.
pembangunanekonomi juga disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan pendapatan. pembangunanekonomi erat kaitannya dengan pendapatan per kapita yang merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. selain itu, pembangunanekonomi dapat diartikan sebagai wujud perkembangan pdb yang berlaku dalam masyarakat yang diikuti oleh perubahan dan modernisasi struktur ekonomi yang pada umumnya masih bersifat tradisional. indonesia sebagai negara yang berkembang menghadapi berbagai masalah dalam mewujudkan pembangunanekonomi. masalah-masalah tersebut antara lain:
besar dari output dan kesempatan kerja di sektor industri, banyak negara berkembang tampaknya percaya bahwa pembangunan dan industrialisasi yang identik. • Dalam banyak kasus, negara-[r]