Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen dengan design quasi experimen yang bertujuan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap variabel-variabel yang diteliti. Bentuk design quasi experimen yang digunakan adalah pretest postest kontrol group design dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua pesertadidik kelas VII SMP Negeri 3 Mataram yang berjumlah 262 pesertadidik. Sedangkan sampel terdiri dari 4 kelas berjumlah 114 pesertadidik yang diambil dengan tehnik Purposive Sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yakni lembar observasi keterlaksanaan RPP, berupa check list keterlaksanaan sintaks pembelajaran yang diisi oleh observer, tes keterampilanprosessains menggunakan soal uraian yang berjumlah 10 (sepuluh) soal. Analisis data diawali dengan uji normalitas dan uji homogenitas dan dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan uji Anacova dengan bantuan SPSS versi 22. Untuk mengetahui peningkatan nilai rata-rata pesertadidik pada saat pretest dan posttest, dilakukan analisis N-gain terhadap keterampilanprosessainspesertadidik dengan menggunakan persamaan:
Menurut Paul Eggen (2012: 218), motode Concept Attainment adalah sebuah metode pengajaran yang dirancang untuk membantu pesertadidik dari semua usia, mengembangkan dan menguatkan pemahaman mereka tentang konsep, serta mempraktikkan cara berfikir kritis. Dalam metode pembelajaran ini guru menunjukkan contoh dan non dari suatu konsep yang dibayangkan. Sementara pesertadidik membuat hipotesis tentang kemungkinan konsepnya, menganalisis hipotesis-hipotesis mereka dengan melihat contoh dan noncontoh, serta pada akhirnya sampai pada konsep yang dimaksud. Analisis ini mengikuti aturan sederhana bahwa semua contoh haruslah menggambarkan konsep dan tidak satu pun dari noncontoh yang dapat meggambarkan konsep.
LKPD dapat dibedakan menjadi LKPD Eksploratif dan LKPD non Eksploratif. Menurut Mundilarto, eksplorasi didefinisikan sebagai usaha menemukan kebenaran, informasi, atau pengetahuan dengan bertanya. Proses eksplorasi dimulai dengan mengumpulkan informasi dan data melalui panca indera yakni penglihatan, pendengaran, sentuhan, pencecapan, dan penciuman. Eksplorasi adalah suatu proses ilmiah yang bertujuan menemukan pengetahuan, mengatasi keraguan, atau memecahkan masalah. Pembelajaran eksplorasi dapat dilaksanakan dengan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, kegiatan laboratorium, atau pengunaan matematika.
indikator sebab akibat berada dalam kriteria cukup. Hal ini dapat terjadi karena perangkat pembelajaran atau LKPD yang digunakan belum mampu meningkatkan keterampilanpesertadidik dalam mengungkapkan alasan suatu fenomena dengan benar. Selain itu kemampuan awal pesertadidik juga berpengaruh bagi pesertadidik untuk dapat menyatakan suatu penyebab secara ilmiah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Uno (2011: 58) bahwa kemampuan awal amat penting peranannya dalam meningkatkan keber- maknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses-proses internal yang berlangsung dalam diri siswa ketika belajar. Pada indikator inferensi logika pesertadidik dituntun untuk mengambil suatu kesimpulan atau garis besar berdasarkan hasil percobaan. Persentase yang dipero- leh pada indikator inferensi logika berada dalam kriteria cukup. Hal ini dapat terjadi karena perangkat pembelajaran atau LKPD yang digunakan belum mampu meningkatkan keterampilanpesertadidik dalam memberikan kesimpulan. Selain itu daya nalar juga berpengaruh terhadap kemampuan pesertadidik dalam menyim- pulkan. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kariadinata (2012: 2) bahwa melalui aktivitas bernalar siswa dilatih untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru berdasarkan beberapa fakta.
karena sebagian besar materinya merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat deklaratif dan prosedural sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran langsung. Melatihkan keterampilanprosessains sangat cocok dipadukan dengan model pembelajaran langsung dengan alasan bahwa dalam model pengajaran langsung terdapat fase yang menekankan adanya latihan terbimbing sehingga pesertadidik dapat meminimalkan adanya kesalahan dalam melakukan praktek (demonstrasi).
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa hasil uji beda rata-rata pretest sebesar 0,860<1,996 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan nilai hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yang berarti pesertadidik pada kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama. Uji beda rata-rata untuk nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan yang signifikan, hasil yang diperoleh yaitu 5,297>1,996. Hal tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada hasil belajar antara kelas eksperimen dan kontrol. Nilai hasil belajar pesertadidik dengan menggunakan LKPDberbasis inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran tanpa LKPD tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut Minawati et al. (2014) bahwa LKPDberbasis inkuiri terbimbing berpengaruh positif terhadap hasil belajar pesertadidik.
Abstrak: Literasi sains menjadi aspek penting dalam setiap pembelajaransains di sekolah menengah pertama. Keterampilan ini harus dimiliki pesertadidik agar dapat mengaplikasikan sains dengan tepat dan benar. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat pembelajaran yang mendukung peningkatan literasi sains dalam pembelajarannya. Salah satu bentuk perangkat yang menjadi inti dari pembelajaransains adalah lembar kerja pesertadidik. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (R&D). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan LKPDberbasis pada blended learning untuk meningkatkan literasi sainspesertadidik SMP. Pembelajaranberbasis campuran (blended learning) dipilih dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan pesertadidik untuk belajar di rumah dan di sekolah. Pembelajaran ini berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk belajar sains dengan menarik. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dengan sampel 66 pesertadidik SMP di kota mataram. Data dianalisis dengan analisis Aiken-V dan N-gain untuk uji praktis dan efektifnya. Hasil pengembangan LKPDberbasis blended learning yang telah diaplikasikan pada pembelajaran IPA memberikan pengaruh berupa peningkatan literasi sainspesertadidik pada materi kemagnetan sebesar 80%. Lembar kerja ini sangat efektif dan praktis dalam pembelajaran saat ini dan dapat digunakan untuk pembelajaran dengan model pembelajaran abad 21.
Piyah (2019) menyatakan tidak pernahnya menerapkan pendekatan STEM pada pembelajaran membuat pesertadidik kurang memahami pengetahuan yang berkaitan dengan dunia nyata yang dialami pesertadidik dalam kehidupan sehari-hari. Rerata keseluruhan pada pertemuan 1 menyatakan bahwa pencapain STEM ialah dengan kategori yang cukup baik. Pada pertemuan 2 ini pesertadidik dibimbing untuk menganalisis penerepan teknologi masih banyak pesertadidik yang bingung bahkan tidak menjawab sama sekali. Menurut Wiyanto (2000) dalam Arista, Nasir, & Azhar (2008) menyatakan prosespembelajaran ilmu fisika yang berlangsung di sekolah-sekolah hinga saat ini cenderung terjebak pada rutinitas. Rutinitas yang dimaksud adalah seringnya pesertadidik hanya diajarkan rumus, contoh soal, dan latihan- latihan yang dikerjakan siswa, sehingga siswa akan cepat bosan dan kurang memahami penerapan materi pembelajaran fisika pada kehidupan sehari-hari. Tetapi meskipun begitu hasil rerata keseluruhan pencapain STEM pada pertemuan ini dinyatakn dengan kategori cukup baik. Pada pertemuan 3 ini pesertadidik mulai terbiasa menjawab pendekatan dari Technology, Engineering, and Mathematics pada LKPD. Sedangkan Rerata keseluruhan pada pertemuan 4 untuk pencapaian STEM dapat dikatakan dengan kategori sangat baik. Keseluruhan rerata pada pertemuan ini dinyatakan dengan kategori sangat baik. Piyah (2019) menyatakan pembelajaran dengan menggunakan LKPDberbasis STEM dapat meningkatkan motivasi belajar pesertadidik
Dalam pembelajaran banyak masalah yang akan dihadapi oleh pesertadidik untuk guru sebagai fasilitaror haruslah menyelasaikan masalah-masalah tersebut dengan cara menerapkan model PembelajaranBerbasisMasalah, dimana guru melibatkan pesertadidik dalam prosespembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada pesertadidik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. PembelajaranBerbasisMasalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar pesertadidik. pesertadidik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
dituntut berperan aktif dalam menyelesaikan masalah selama prosespembelajaran dengan kelompoknya, guru dalam model pembelajaran ini bertugas sebagai fasilitator dan motivator pesertadidik dalam melaksanakan tahapan pembelajaran tersebut (Patrick dan Urchievwejire, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Yalcin dan Bayrakciken (2010), menyatakan bahwa terdapat 4 pengaruh baik terhadap pemahaman konsep pembelajaran IPA dan aktivitas pesertadidik dengan pembelajaran model learning cycle 5E yaitu memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran, meningkatkan minat, keterampilanproses ilmiah dan mudah diterapkan dalam pembelajaran IPA. Materi pengelolaan lingkungan merupakan salah satu materi IPA yang diajarkan di SMP kelas VII. Pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan materi pengelolaan lingkungan dapat dipadukan dengan materi fisika dan kimia serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dalam kehidupan, materi tersebut akan dipelajari melalui pengembangan LKPD yang dirancang dengan menggunakan tahapan model learning cycle 5E. Pengembangan LKPD tersebut tidak hanya disusun untuk mencapai tujuan kompetensi berupa pengetahuan dan keterampilan, akan tetapi dapat mencapai nilai ketuhanan dan sosial yaitu dengan mengitegrasikan nilai ajaran Islam yang dikaitkan secara terpadu antara pelajaran umum dan agama. Dalam Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014, penyelenggaraan pendidikan di Aceh dapat dilaksanakan secara Islami dan terpadu dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan Islami ialah pendidikan yang berdasarkan pada nilai-nilai terkandung pada ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Berdasarkan hasil penelitian Rahmatika dkk. (2014), menyatakan bahwa bahan ajar yang terintegrasi nilai-nilai karakter seperti nilai ketuhanan dan nilai sosial dalam model pembelajaran dengan tahapan 5E dapat meningkatkan pemahaman konsep pesertadidik, hal ini terlihat dari peningkatkan pencapaian kompetensi pesertadidik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar, sikap positif, dan keterampilanpesertadidik dalam belajar.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas dan pengaruh dari penggunaan LKPD terintegrasi nilai Islami pada pembelajaranberbasismasalah terhadap kemampuan literasi sainspesertadidik. sampel penelitian ini adalah kelas VII.C diambil melalui teknik simple random sampling. Penelitian ini menggunakan penelitian pre experiment, desain yang digunakan dalam penelitian adalah one group pretest-postest design. Data dianalis dengan menggunkan gain ternormalisasi (N- Gain) menggunakan program Microsoft Exel yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan literasi sainspesertadidik. Selanjutnya data di uji statistik terhadap nilai pretest dan posttest pesertadidik dengan melakukan uji normalitas, homogenitas, dan Uji-T (paired sample test) dengan menggunakan program spss 18. Hasil rata-rata nilai N-gain yang diperoleh sebesar 0,45 % dan berada dalam kategori sedang. Hasil uji statistik menunjukan taraf signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari 𝛼 = 0,05 (sign < 0,05) yang berarti H 0 ditolak dan H 1 diterima yang berarti terdapat
Produk hasil pengembangan berupa LKPD IPA pada tema “Airku Tercemar” menggunak an pendekatan inkuiri terbimbing. Kelayakan LKPD dilihat dari hasil penilaian yang diberikan validator. LKPD ditinjau dari aspek kesesuaian isi, kesesuaian dengan syarat konstruksi, dan kesesuaian syarat teknis dengan memperoleh nilai A dengan kategori sangat baik. Berdasarkan hasil observasi, jumlah siswa yang telah menguasai keterampilanprosessains siswa kelas VII H SMP N 1 Piyungan selama pembelajaran menggunakan LKPDberbasis guided inquiry pada tema Airku Tercemar mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan LKPD IPA yang dikembangkan didalamnya berisi sintak-sintak inkuiri sehingga dapat memunculkan dan meningkatkan keterampilanprosessains siswa pada aspek merumuskan hipotesis, melakukan observasi, melakukan eksperimen, mengkomunikasikan (diskusi), dan menyimpulkan.
Pergeseran paradigma pendidikan dari behavioristik menuju konstruktivistik melahirkan model, metode, pendekatan dan strategi-strategi baru dalam sistem pembelajaran. Aliran konstruktivisme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain (Trianto, 2010: 75). Dalam pembelajaran konstruktivistik pesertadidik harus berpikir kritis, menganalisis, membandingkan, menggeneralisasi, menyusun hipotesis hingga mengambil kesimpulan dari masalah yang ada, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar pesertadidik, menata lingkungan belajar pesertadidik agar dapat melakukan kegiatan belajar mengajar sebaik- baiknya. Karena keterlibatan pesertadidik secara aktif dalam prosespembelajaran mendukung pesertadidik untuk membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran akan berpusat pada pesertadidik bukan pada guru.
Praktik pembelajaran geografi di sekolah selama ini dianggap kurangberkesan dan tidak menarik bagi peserta didik.Peserta didik menganggap pelajaran geografi hanya sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang teori-teori saja tanpa ada praktiknya. Menurut Maryani (2007: 397) Faktor-faktor yang menyebabkan ilmu geografi dianggap tidak menarik untuk dipelajari di persekolahan, yaitu (a) pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya; (b) ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; (c) geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan- perjalanan manusia di permukaan bumi; (d) prosespembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta actual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; (e) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.
Berdasarkan data penelitian keterampilan mendefinisikan variabel pesertadidik pada praktikum yang telah dilakukan sebelumnya keterampilan yang dimiliki pesertadidik pada praktikum I berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata 55 dan pada praktikum II mengalami peningkatan dengan skor rata-rata sebesar 75 sehingga dikategorikan baik. Sedangkan berdasarkan hasil tes, persentase keterampilan mendefinisikan variabel yang diperoleh siswa sebesar 92% sehingga termasuk pada kategori sangat baik. Persentase skor yang diperoleh pesertadidik pada saat tes jauh lebih besar jika dibanding dengan hasil observasi yang telah dilakukan, hal ini disebabkan karena ketika melakukan praktikum pesertadidik pada praktikum pertama belum memahami bahwa definisi operasional variabel itu didasarkan pada praktikum yang dilakukan dan pada prakrikum kedua definisi yang diajukan telah sesuai namun penggunaan bahasa yang digunakan masih ada yang berbelit-belit (tidak sesuai dengan EYD) namun mereka telah mengerti setelah didiskusikan mengenai praktikum tersebut sehingga menyebabkan keterampilan mendefinisikan variabel setelah diberikan tes berada pada kategori sangat baik. g. Keterampilan menggambar/menyajikan grafik
Melalui kegiatan Pembelajaran dengan menggunakan metode observasi, diskusi informasi, praktik, presentasi dan model pembelajaran learning cycle 5E dalam mempelajari materi pokok [r]
Tekait dengan permasalahan yang didapat dari MTsN 1 Geumpang untuk membantu pemahaman dan meningkatkan ketrampilan prosespesertadidik juga hasil belajar salah satu alternatifnya yaitu mengembangkan LKPDberbasis PBL. LKPD adalah sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas pesertadidik dalam prosespembelajaran berupa uraian materi singkat dilengkapi dengan latihan soal maupun pedoman percobaan (Pratiwi dkk, 2015). Menurut Wulandari (2013) dan Rahayu dkk (2012)PBL merupakan pembelajaran aktif progresif dan pendekatan pembelajaran berpusat pada masalah yang digunakan sebagai titik awal dalam prosespembelajaran. PBL menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang dimunculkan.
belajar melalui suatu tindakan dan reaksi mereka sendiri yaitu mereka mengeksplorasi materi baru dan ide baru. Pada tahap ini pesertadidik membentuk kelompok untuk mengeksplorasi materi yang dipelajari, dalam kelompok ini pesertadidik didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahannya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Setelah itu pesertadidik melakukan penyelidikan dan selama kegiatan ini berlangsung pesertadidik memiliki waktu untuk dapat mengesplorasi objek, peristiwa, atau situasi. Sebagai hasil dari keterlibatan mental dan fisik mereka dalam kegiatan tersebut, pesertadidik membangun hubungan, mengamati pola, mengidentifikasi variabel, dan mempertanyakan peristiwa. Peran guru dalam tahap eksplorasi adalah sebagai fasilitator atau pelatih.
Hasil penelitian ini adalah 1) LKPDberbasis Scientific Investigation hasil pengembangan layak digunakan dalam pembelajaran fluida dinamis bagi pesertadidik SMA kelas XI berdasarkan validasi dari ahli pada aspek penilaian didaktif, aspek konstruksi, dan aspek teknis memiliki validitas isi yang baik; 2) persentase ketercapaian pesertadidik dalam melaksanakan serangkaian keterampilanprosessains kemampuan dalam menyusun hipotesis (83,3%), mengidentifikasi variabel (91,6%), menentukan alat dan bahan (83,3%), menuliskan data percobaan (68,8%), menganalisis data dan grafik (72,2%), menginterpretasi data (77,1%), dan membuat kesimpulan (91,6%). Berdasarkan persentase ketercapaian pesertadidik dalam mengerjakan soal pretest 36,5% termasuk dalam kategori tidak baik dan posttest 72,0% termasuk dalam kategori cukup baik, sehingga dapat dihitung peningkatan ketercapaian kompetensi pesertadidik dengan teknik N-Gain 0,6 yang termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hal ini maka LKPD yang dikembangkan keterpakaiannya baik.
Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian mengacu pada model Thiagarajan (4D) yang terdiri dari empat tahap yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebaran (disseminate). Namun dalam penelitian ini peneliti hanya sampai pada tahap pengembangan (develop). Tahap pendefinisian (define) berupa Analisis SK, KD dan indikator kompetensi, kondisi pesertadidik, kondisi sekolah, teori dan filosofi pembelajaran, konteks kurikulum, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains (IPTEKS), isu-isu saat ini, refleksi pesertadidik, dan refleksi guru. Tahap perancangan (define) Dilakukan penyusunan RPP yang bertujuan untuk menyediakan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan dalam penerapan LKPD yang telah dikembangkan. Tahap pengembangan (develop) berupa validasi, yang bertujuan untuk menguji tingkat kepraktisan, validitas, dan keefektifan RPP, LKPD, soal-soal untuk mengukur kemampuan analisis pesertadidik (C4), angket respon pesertadidik, dan lembar penilaian pembelajaran fisika yang dihasilkan.Revisiyang dilakukan setelah LKPD divalidasi oleh validator