• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIRKREATIF PESERTA DIDIK PADA MATAPELAJARAN GEOGRAFI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIRKREATIF PESERTA DIDIK PADA MATAPELAJARAN GEOGRAFI."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM

BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIRKREATIF

PESERTA DIDIK PADA MATAPELAJARAN GEOGRAFI (Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 2 Bandung)

TESIS

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari SyaratuntukMemperolehGelar Magister Pendidikan

Program StudiPendidikanGeografi

Oleh

NOVIA ZALMITA 1202176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

(

PROBLEM BASED LEARNING

) TERHADAP KETERAMPILAN

BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA

MATA PELAJARAN GEOGRAFI

(Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 2 Bandung)

Oleh Novia Zalmita

S.Pd FKIP Geografi Unsyiah Banda Aceh, 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Geografi

© Novia Zalmita 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

HALAMAN PENGESAHAN TESIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM

BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIRKREATIF

PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI (Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 2 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

PengujiI

Prof. Dr. Darsiharjo, MS NIP. 19620921 198603 1 005

Penguji II

Dr. Hj. EponNingrum, M. Pd NIP. 19620304 198704 2 001

PembimbingI

Prof. Dr. Hj. EnokMaryani, MS NIP. 19600121 198503 2 001

Pembimbing II

Dr. Ahmad Yani, M. Si NIP. 19670812 199702 1 001

Mengetahui,

KetuaJurusan/Ketua Program StudiPendidikanGeografi

(4)

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar BelakangMasalah ... 1

B. RumusanMasalah ... 8

C. TujuanPenelitian ... 9

D. ManfaatPenelitian... 9

E. DefinisiOperasional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi sebagai Dimensi Kognitif yang Kompleks ... 12

B. KeterampilanBerpikirKreatifdalamPembelajaran ... 14

1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 15

2. Indikator dalam Berpikir Kreatif ... 16

3. Prinsip dalam Berpikir Kreatif ... 19

4. Tahapan-tahapan dalam Berpikir Kreatif ... 21

C. Model PembelajaranBerbasisMasalah (Problem Based Learning) ... 22

1. KarakteristikPembelajaranBerbasisMasalah (Problem Based Learning/PBL) ... 25

(5)

viii

3. Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving) ... 30

4. KelebihandanKekurangan PBL ... 33

D. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB IIIMETODE PENELITIAN ... 35

A. MetodePenelitian ... 35

B. DesainPenelitian ... 36

C. LokasidanWaktuPenelitian ... 37

D. PopulasidanSampel Penelitian ... 38

E. InstrumenPenelitiandanTeknikPengumpulan Data ... 39

1. StudiLiteratur ... 40

2. TesKeterampilanBerpikirKreatif ... 40

3. Observasi ... 46

4. Angket ... 47

F. TeknikAnalisis Data ... 47

1. PerbedaanKeterampilanBerpikirKreatif ... 48

2. UjiHomogenitas ... 48

3. UjiNormalitas ... 48

4. UjiHipotesis... 49

G. AlurPenelitian ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51

1. Lokasi SMA Negeri 2 Bandung ... 52

2. Sarana dan Prasarana ... 52

3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 53

4. Peserta Didik ... 54

5. Kurikulum ... 55

(6)

ix

1. Proses Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Pada Kelas Eksperimen ... 58

2. ProsesPembelajaran Pada Kelas Kontrol ... 61

3. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif ... 63

a. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Eksperimen ... 63

b. Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Kontrol 66 4. Perbedaan Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 68

C. Analisis Data Penelitian... 75

1. Uji Normalitas ... 75

2. Uji Homogenitas ... 76

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 77

4. Respon atau Tanggapan Peserta Didik terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 82

5. Kendala dalam Implementasi Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 85

D. Pembahasan ... 86

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 94

(7)

x

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 11

2.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif dari Munandar ... 16

2.2 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif dari Gunawan ... 19

2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Learning ... 27

3.1 Nonequivalent Groups Pretest-Posttest Desain ... 36

3.2 Nilai Rata-rata Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Geografi Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 39

3.3 Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal ... 41

3.4 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes ... 42

3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 43

3.6 Rekapitulasi Taraf Kesukaran ... 43

3.7 Klasifikasi Daya Pembeda ... 44

3.8 Rekapitulasi daya pembeda ... 45

3.9 Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrument Tes Uraian ... 45

3.10 Skor Jawaban Setiap Item Instrumen Respon atau Tanggapan Peserta Didik ... 47

3.11 Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi ... 48

4.1 Keadaan Bangunan SMA Negeri 2 Bandung ... 52

4.2 Keadaan Kepala Sekolah, Guru dan Staf Tata Usaha SMA Negeri 2 Bandung ... 54

4.3 Data Peserta didik SMA Negeri 2 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014 ... 55

4.4 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen ... 63

4.5 Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelas Kontrol ... 66

4.6 Hasil Uji Normalitas Sor N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

(8)

xi

4.7 Hasil Uji Homogenitas Skor N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 70

4.8 Hasil Uji Independent Samples TestN-gain Kelas Eksperimen-Kontrol 70 4.9 Klasifikasi Skor N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 71

4.10 Rata-rata N-gain untuk Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Eksperimen ... 72

4.11 Rata-rata N-gain untuk Setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Kontrol ... 74

4.12 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 75

4.13 Hasil Uji Homogenitas Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 76

4.14 Hasil Uji Mann-WhitneyPretest-Posttest Kelas Eksperimen ... 78

4.15 Hasil Uji Paired-Samples T-testPretest-Posttest Kelas Kontrol... 79

4.16 Hasil Uji Independent Samples Test Pretest Kelas Eksperimen-Kontrol 80 4.17 Hasil Uji Mann-Whitney Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

4.18 Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Geografi ... 82

4.19 Respon Peserta Didik dalam Pembelajaran Problem Based Learning ... 83

(9)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Hasil yang Diperoleh Peserta Didik dari PBL... 24

2.2 Proses Problem Based Learning ... 29

2.3 Tujuan Masalah dalam PBL ... 31

3.1 Alur Penelitian ... 50

4.1 Grafik Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen . 64 4.2 Grafik Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen 64 4.3 Grafik N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 65

4.4 Grafik Hasil Pretest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 66

4.5 Grafik Hasil Posttest Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 67

4.6 Grafik N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif Kelas Kontrol ... 67

4.7 Grafik Perbandingan Persentase N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

4.8 Peningkatan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Eksperimen ... 73

4.9 Peningkatan Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif Pada Kelas Kontrol ... 74

(10)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A: PERANGKAT PEMBELAJARAN... 98

A1. RPP Kelas Eksperimen ... 98

A2. RPP Kelas Kontrol ... 113

LAMPIRAN B: INSTRUMEN PENELITIAN ... 124

B1.Kisi-kisi Butir Soal Uraian Materi Dinamika Atmosfera ... 124

B2.Kisi-Kisi Butir Soal Keterampilan Berpikir Kreatif... 125

B3.Soal Tes Uraian Materi Dinamika Atmosfera... 126

B4.Kriteria Penilaian Tes Uraian ... 131

B5.Lembar Observasi Guru ... 133

B6.Lembar Observasi Peserta Didik ... 136

B7.Lembar Angket Respon Peserta Didik ... 138

LAMPIRAN C: HASIL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN... 140

C1.Hasil Uji Coba Butir Soal ... 140

C2.Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Butir Soal ... 143

LAMPIRAN D: DATA TES DAN N-GAIN ... 144

D1. Skor Tes Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelas Eksperimen ... 144

D2. Skor Tes Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelas Kontrol ... 148

LAMPIRAN E: ANALISIS ANGKET DAN LEMBAR OBSERVASI .... 152

E1. Hasil Analisis Data Respon Peserta Didik ... 152

E2. Hasil Analisis Data Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 154

E3. Hasil Analisis Data Lembar Observasi Kegiatan Peserta Didik... 156

LAMPIRAN F: HASIL UJI STATISTIK ... 158

F1.Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 158

F2.Uji Normalitas Keterampilan Berpikir Kreatif ... 159

F3.Uji Homogenitas Keterampilan Berpikir Kreatif ... 160

(11)

xiv

LAMPIRAN G: FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 163

G1. Foto Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen ... 163

G2. Foto Kegiatan Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 164

LAMPIRAN H: SURAT KETERANGAN ... 166

H1.Surat Keterangan Pembimbing Tesis ... 166

H2.Surat Izin Penelitian dari SPs UPI ... 168

H3.Surat Penelitian dari SMA Negeri 2 Bandung ... 169

(12)

v

ABSTRAK

Novia Zalmita (2014). Pembimbing I: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS.

Pembimbing II: Dr. Ahmad Yani, M. Si. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Mata Pelajaran Geografi (Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA Negeri 2 Bandung).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengembangan berpikir kreatif dalam pendidikan formal bagi pengembangan potensi individu secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan serta besarnya persaingan era globalisasi yang menuntut peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir kreatif mencari pemecahan semua permasalahan yang dihadapinya di kehidupan. Salah satu model yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning (PBL). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian dilakukan di kelas X SMA Negeri 2 Bandung yang berjumlah 54 peserta didik.Untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes (pretest dan posttest), non tes (skala sikap kategori Likert), dan lembar observasi guru dan peserta didik. Teknik analisis data menggunakan statistik yaitu uji normalitas, homogenitas dan uji T dengan bantuan program SPSS for windows versi 20,0. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa 1)terdapat perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, 2) terdapat perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang tidak menggunakan model problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, 3) tidak terdapat perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model problem based learning sebelum perlakuan diberikan, 4) terdapat perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sesudah perlakuan diberikan. Tanggapan peserta didik terhadap penggunaan PBL umumnya baik. PBL dapat membantu mereka memahami materi pelajaran secara mandiri dan menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan PBL agak sedikit rumit sehingga diperlukan perencanaan yang matang, penyediaan fasilitas yang memadai dan membutuhkan waktu lebih banyak

(13)

vi

ABSTRACT

Novia Zalmita.(2014). Supervisor I: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, MS. Supervisor

II: Dr. Ahmad Yani, M. Si. The Effect of Problem Based Learning Model towards

Students’ Creative Thinking Skills in Geography Lesson (A Quasi-Experimental Study in Class X in SMA Negeri 2 Bandung).

This research is motivated by the importance of creative thinking development in formal education for the whole development of individual potential, the advancement of science, and the extent of globalization competition which requires students to have creative thinking skills in finding solutions of all life problems. One of model to evolving creative thinking is by using a problem-based learning model. This study used quantitative research with experimental approaches. Furthermore, research was conducted in class X in SMAN Negeri 2 Bandung with 54 students participated in this research.The techniques for data collection was done by using the test (pretest and posttest), non-test (attitude scale with Likert category), and the teachers and learners observation sheet. Data analysis techniques were done with the help of SPSS for Windows version 20.0 to test data normality, data homogeneity and t-test. The findings showed that 1) before and after treatment was given, there were differences in the results of tests of creative thinking skills in the classroom using a problem-based learning model, 2) before and after treatment was given, this was revealed that there were differences in the results of tests of creative thinking skills in the class that did not use a model of problem based learning, 3) there was no difference in the results of tests of creative thinking skills in the classroom use and are not using the model of problem-based learning before treatment is given, 4) after treatment was given, this was found that there were differences in the results of tests of creative thinking skills between the class which used and which did not used problem-based learning instructional model.The response of students to the use of PBL is generally good. PBL can help them understand the subject matter independently and become more active in learning activities. PBL implementation is a bit complicated so it takes careful planning, the provision of adequate facilities and require more time.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia adalah subjek dari pendidikan. Manusia dituntut suatu tanggung jawab agar tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Hasil dari pendidikan tersebut adalah adanya perubahanpada subjek-subjek pendidikan itu sendiri.

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Rumusan tersebut jelas menyebutkan betapa besarnya peran pendidikan dalam mengembangkan potensi anak bangsa.

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama dalam menumbuhkan kreativitas seorang anak. Hal ini dinyatakan oleh Piaget (dalam Mulyasa, 2002:126) sebagai berikut: “The principal goal of education is to create men who are capable of doing new things,

not simply of repeating what other generations have done – men who are creative,

inventive, and discoverers”.Berdasarkan pendapat Piaget tersebut, pendidikan dapat dikatakan berhasil dengan baik apabiladapat menciptakan sejumlah orang kreatif karena sudah menjadi tugas utama pendidikan untuk menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa yang telah dikerjakan oleh generasi lain.

(15)

2

ketepatgunaan, dan keragaman jawaban (Munandar, 1999: 48). Dalam pemecahan masalah secara kreatif yang diperlukan adalah rasa ingin tahu, kesanggupan mengambil resiko, dan dorongan untuk membuat segalana berhasil. Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan pengetahuan orang lain untuk membuat suatu terobosan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang baru dan belum mereka alami sebelumnya (Riyanto, 2012: 191). Makin banyak pengalaman dan pengalaman yang dimiliki seseorang makin memungkinkan dia memanfaatkan dan menggunakan segala pengalaman dan pengetahuan tersebut untuk bersibuk diri secara kreatif. Gagasan-gagasan yang kreatif tidak akan muncul begitu saja, tetapi dibutuhkan persiapan.

Guilford (dalam Munandar, 1999: 9)berupaya menarik perhatian terhadap masalah kreativitas dalam pendidikan, yaitu bahwa pengembangan kreativitas ditelantarkan dalam pendidikan formal padahal ini amat bermakna bagi pengembangan potensi individu secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.Baik tes intelegensi maupun tes prestasi belajar sebagian besar hanya meliputi tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik mencari satu jawaban yang benar (berpikir konvergen).Kemampuan berpikir kreatif, yaitu menjajaki berbagai kemungkinan jawaban atas suatu masalah, jarang diukur.Tidak semua sekolah menyadari pentingnya penggunaan tes kreativitas untuk menyeleksi calon peserta didik.Soal-soal ujian yang digunakan jarang memuat pertanyaan-pertanyaan yang menuntut pemikiran kreatif.

(16)

3

pengetahuan, tetapi mampu menghasilkan pengetahuan baru dan mampu menciptakan pekerjaan baru.

Keterampilan berpikir kreatifharus diterapkan pada seluruh mata pelajaran yang ada disekolah, khususnya pada mata pelajaran geografi.Geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan kausal berbagai gejala alam dan kehidupan di muka bumi serta interaksi manusia dengan lingkungannya melalui pendekatan keruangan, ekologi dan kompleks wilayah.Berdasarkan fungsinya, pembelajaran geografi memiliki fungsi yang sangat penting untuk menyiapkan peserta didik dalam menghadapi masalah kehidupan yang ada di sekitarnya. Hal ini dipertegas oleh pendapat Sumaatmadja (1997: 16), menurutnya “Pengajaran geografi berfungsi mengembangkan kemampuan calon warga masyarakat dan warga negara yang akan datang untuk berpikir kritis terhadap masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan dipermukaan bumi pada umumnya.”

Praktik pembelajaran geografi di sekolah selama ini dianggap kurangberkesan dan tidak menarik bagi peserta didik.Peserta didik menganggap pelajaran geografi hanya sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang teori-teori saja tanpa ada praktiknya. Menurut Maryani (2007: 397) Faktor-faktor yang menyebabkan ilmu geografi dianggap tidak menarik untuk dipelajari di persekolahan, yaitu (a) pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghafal nama-nama tempat, sungai dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya; (b) ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; (c) geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia di permukaan bumi; (d) proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta actual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; (e) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

(17)

4

tersebut.Keadaan ini dapat diperparah lagi jika guru mengajarkannya monoton, terlalu teoritis, dan kurang buku ajar. Kurang bermaknanya pembelajaran geografi di sekolah, dapat disebabkan oleh (a) tidak pahamnya tujuan dan hakikat pembelajaran geografi; (b) keterbatasan mengaplikasikan media pendidikan yang relevan termasuk internet dan SIG; (c) kualitas pembelajaran yang rendah akibat dari rendahnya kualitas guru seperti kurangnya kreativitas, wawasan keilmuan rendah, kurang peka terhadap masalah lingkungan, keterbatasan mengakses media informasi, tidak relevannya antara mata ajar dan keahlian guru, terlalu berorientasi pada pencapaian materi dan sebagainya; (d) tidak berorientasi pada pemecahan masalah aktual yang terjadi di lingkungan sekitar; (e) tidak mengefektifkan lingkungan sekitar sebagai laboratorium geografi (Maryani, 2007: 398).

Terkait dengan permasalahan tersebut dan melihat betapa pentingnya pembelajaran geografi bagi peserta didik, maka perlu adanya suatu pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik mengkonstruksikan pengetahuan dalam pikiranmereka sendiri. Hal tersebut dapat diatasi dengan menerapkan pembelajaran yang relevan dan mengenai substansi materi pelajaran serta pembelajaran yang memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik. Dalam pembelajaran yang demikian, peserta didik tidak lagi ditempatkan dalam posisi pasif sebagai penerima bahan ajaran yang diberikan guru, tetapi sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan, dan menyelesaikan masalah.

(18)

5

berorientasi kepada peserta didik (student-centered). Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik memiliki beberapa karakteristik yaitu (a) peserta didik berada dalam pusat proses pembelajaran sedangkan guru mendorong mereka untuk bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri; (b) guru membimbing pembelajaran peserta didik dan mengintervensi hanya jika diperlukan dan; (c) guru menekankan pemahaman yang mendalam tentang konten dan proses-proses yang terlibat di dalamnya (Jacobsen et al., 2009: 228).

PBL dirancang untuk mengajarkan kemampuan-kemampuan dalam pemecahan masalah (problem solving) dan penelitian (inquiry).Dalam PBL terdapat empat fase. Fase-fase dalam PBL yaitu (a) mereview dan menyajikan masalah; (b) menyusun strategi; (c) menerapkan strategi dan; (d) membahas dan mengevaluasi hasil (Eggen dan Kauchak, 2012: 311). Dengan demikian PBL bertujuan mengambangkan dan menerapkan kecakapan yang penting, yakni pemecahan masalah, belajar sendiri, kerja sama tim, dan perolehan yang luas atas pengetahuan.

Arends (Riyanto, 2012:287) mengindentifikasi ada enam keunggulan dalam PBL sebagai berikut.

1. Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2. Menuntut keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk memecahkan masalah.

3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang dikaji merupakan masalah yang dihadapi dalam kehidupan nyata.

5. Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan lebih dewasa, termotivasi, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara peserta didik.

6. Mengkondisikan peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi, baik dengan guru maupun teman akan memudahkan peserta didik mencapai ketuntasan belajar.

(19)

6

perencanaan yang cukup dalam memilih, membentuk dan mengembangkan masalah. Ada banyak cara yang inovatif menggunakan masalah sebagai pemicu awal, seperti halnya bermacam-macam variasi pendekatan pembelajaran dan hasilnya bisa dihubungkan dengan memberikan sebuah skenario dan pemicu masalah. Tujuan menggunakan masalah dalam PBL adalah memasukkan kandungan pengetahuan dalam suatu mata pelajaran tertentu, multi-mata pelajaran, dan memperoleh keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan yang dapat digunakan dalam kehidupan nyata.

Pemecahan masalah melibatkan kerja mental untuk menaklukan hambatan yang menghadang untuk mencapai sebuah tujuan.Perkembangan kecerdasan pemecahan masalah dan kompetensi untuk pemecahan masalah secara kreatif merupakan tujuan penting dari PBL. PBL memberikan kerangka untuk penataan dan memfasilitasi proses pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah secara kreatif (Poikela dkk, 2009:70). Masalah dirancang sedemikian rupa yang berhubungan dengan kehidupan nyata untuk menciptakan dasar yang kuat untuk belajar. Hal ini membutuhkan gurudalam penggunaan PBL untuk campur tangan dalam banyak proses berpikir (kognitif dan metakognitif).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa PBL merupakan pembelajaran yang banyak diakui dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah secara mandiri atau berkelompok, dimana dalam pemecahan masalah dilakukan dengan pola kolaborasi dan menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi yakni kemampuan menganalisis, sintesis dan evaluasi. Selain itu peserta didik akan menjadi lebih mandiri dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi lebih dewasa serta dapat mengimplementasikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki untuk memecahkan masalah dan dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian terdapat adanya indikasi PBL dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi khususnya keterampilan berpikir kreatif.

(20)

7

(2013) mengatakan bahwa model PBL mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Hasil yang diperoleh sebelum pembelajaran dilakukan menunjukkan bahwa peserta didik sudah memiliki kemampuan berpikir kreatif sebesar 65,8%. Selama pembelajaran dengan PBL berlangsung kemampuan berpikir kreatif peserta didik muncul sebesar 56,7%. Setelah pembelajaran dengan PBL kemampuan berpikir kreatif peserta didik meningkat menjadi 70,1%. Aspek yang sudah terkembangkan dengan baik dalam kemampuan berpikir kreatif adalah aspek kerincian sedangkan aspek kelancaran belum terkembangkan dengan baik.

Kurnia (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pembelajaran yang menggunakan model PBL dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan berpikir kritis siswa pada pembelajaran matematika.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam matematika pada peserta didik yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dibandingkan dengan peserta didik yang belajar dengan pendekatan konvensional berbeda signifikan dengan hasil yang relatif lebih baik.Selama pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika tersebut.Hal ini terlihat dengan semakin meningkatnya aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.Berdasarkan temuan peneliti, maka pendekatan pembelajaran pemecahan masalah dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam matematika.

Salam (2009) menyebutkan bahwa PBL menunjukkan peningkatan keterampilan berpikir kreatifpeserta didik secara signifikan dengan persentase N-gain rata-rata sebesar 41,3% untuk seluruh peserta didik. Peningkatan

(21)

8

56%, aspek fleksibilitas (flexibility) sebesar 36%, dan aspek orisinalitas (originality) sebesar 33%.Para peserta didik memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran, dan mereka merasa senang serta termotivasi dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model yang diimplementasikan.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki potensi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam beberapa mata pelajaran.

PBL diharapkan dapat meningkatkan kinerja peserta didik terutama dalam pengembangan kerja ilmiah, sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat terwujud sebagaimana yang diharapkan.Berdasarkan permasalahan yang terkait dengan keterampilan berpikir kreatifdan melihat adanya indikasi PBLyang mengintegrasikan pendekatan saintifik berpotensi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Peserta Didik

pada Mata Pelajaran Geografi (Studi Quasi Eksperimen di Kelas X SMA

Negeri 2 Bandung).

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, rumusan masalah dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimanakah hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pretest-posttest kelas eksperimen)?

2. Bagaimanakah hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pretest-posttest kelas kontrol)?

3. Bagaimanakah hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum perlakuan diberikan (pretest kelas

(22)

9

4. Bagaimanakah hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sesudah perlakuan diberikan (posttest kelas

eksperimen-kontrol)?

5. Bagaimanakah tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning?

6. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran problem based learning?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis:

1. Perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pretest-posttest kelas eksperimen)

2. Perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum dan sesudah perlakuan diberikan (pretest-posttest kelas kontrol)

3. Perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sebelum perlakuan diberikan (pretest kelas eksperimen-kontrol)

4. Perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif di kelas yang menggunakan dan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sesudah perlakuan diberikan (posttest kelas eksperimen-kontrol)

5. Respon atau tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning.

6. Kendala yang dihadapi dalam implementasi pembelajaran problem based learning.

(23)

10

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini adalah upaya pembuktian yang berkaitan dengan penggunaan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dimana dengan bukti ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penggunaan model pembelajaran dalam meningkatkan kualitas pengajaran geografi di sekolah, serta dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman guru geografi terkait dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan dari

pembelajaran geografi.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru, siswa dan sekolah khususnya guru mata pelajaran geografi dalam memilih model pembelajaran yang relevan sehingga dapat mempermudah guru dalam proses belajar mengajar dan sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya dinas pendidikan yang peduli pada peningkatan mutu pendidikan khususnya mutu pendidikan geografi.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, perlu diberi batasan/penjelasan istilah sebagai berikut.

1. Model PembelajaranBerbasis Masalah

(24)

11

solving), materi dan pengaturan diri. Model pembelajaran berbasis masalah lebih

berorientasi pada proses belajar peserta didik (student centered), sedangkan guru hanya bersifat fasilitator dan membimbing peserta didik dalam proses pemecahan masalah.Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam PBL yaitu (Arends, 2008b: 57): a) memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada peserta didik, b) mengorganisasikan peserta didik untuk meneliti, c) membantu investigasi mandiri dan kelompok, d) mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit, dan e) menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

PBL dirancang terutama untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah dalam kehidupannya, mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi kehidupan nyata atau situasi yang disimulasikan, dan yang terakhir PBL membantu peserta didik menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2008b).

2. Keterampilan Berpikir Kreatif

Keterampilan berpikir kreatif merupakan suatu kegiatan mental yang menyelesaikan persoalan, mengajukan metode, gagasan atau memberikan pandangan baru terhadap suatu persoalan atau gagasan lama (Husamah & Setyaningrum, 2013: 174).Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan pengetahuan orang lain untuk membuat suatu terobosan yang memungkinkan mereka memandang segala sesuatu dengan cara yang baru dan belum mereka alami sebelumnya. Dalam berpikir kreatif seseorang akan memiliki kemampuan dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, di mana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan dan keragaman jawaban (Munandar, 1999: 48).

(25)

12

Tabel 1.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif

Indikator Berpikir Kreatif Deskripsi

Kelancaran (Fluency)

a. Menghasilkan banyak ide atau gagasan mengenai suatu masalah

b. Dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi

Kelenturan (Flexibility)

a. Memandang masalah dari berbagai perspektif

b. Menghasilkan gagasan, jawaban atau

pernyataan yang bervariasi dan berbeda-beda Originalitas (Originality) a. Tanggapan yang tidak biasa

b. Menghasilkan gagasan yang unik dan kreatif Elaborasi (Elaboration) a. Memperinci detail-detail dari suatu objek

b. Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk

(26)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis serta menginterpretasikan data. Sebagimana yang dikemukakan Surakhmad (2004:131) bahwa “Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu.” Sesuai dengan uraian di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif, yaitu sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan angka dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar (Silalahi, 2009:77).

Berbeda dengan penelitian kualitatif yang mementingkan kedalaman data, penelitian kuantitatif tidak terlalu menitikberatkan pada hal tersebut. Menurut

Wirartha (2006:140) “Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika.” Dengan metode penelitian kuantitatif, akan diperoleh signifikasi perbedaan kelompok atau signifikasi hubungan antarvariabel yang diteliti.

(27)

36

penelitian.Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas dan pengukuran yang cermat. Dengan demikian maksud peneliti memilih jenis penelitian eksperimen adalah untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel pengaruh (pembelajaran PBL) dengan variabel yang terkena pengaruh (keterampilan berpikir kreatif).

Dalam penelitian eksperimen, kondisi yang ada dimanipulasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan peneliti (Prasetyo dan Jannah, 2006:49).Dalam kondisi yang telah dimanipulasi ini, biasanya dibuat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding. Kepada kelompok eksperimen akan diberikan treatment atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil dari reaksi kedua kelompok itu yang akan diperbandingkan.

B. Desain penelitian

Penelitianini bertujuanuntuk mengetahui pengaruh pembelajaran PBLterhadapketerampilan berpikir kreatifpeserta didik pada mata pelajaran geografi. Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design (desain eksperimen semu). Menurut Sugiyono (2010:114)Quasi

experimental design digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan

kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.”

Bentuk desain quasi-experimental yang digunakan adalah nonequivalentgroups pretest-posttest desain.Dalam desain ini kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Nonequivalent Groups Pretest-Posttest Desain

Class Pretest Method Posttest

A O1 X1 O2

B O1 X2 O2

Sumber: McMillan (2001:343) Keterangan:

(28)

37

B = Kelas kontrol

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

O2 = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X1 = Perlakuan dengan pembelajaran problem based learning (PBL) X2 = Perlakuan dengan tidak menggunakan pembelajaran problem based

learning (PBL)

Mengacu pada desain di atas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol.Kedua kelas tersebut sama-sama diberikan pretest dan posttest, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda.Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pembelajaran problem based learning (PBL) dan kelaskontroltidak diberi perlakuan dengan pembelajaran problem based learning (PBL).

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMA Negeri 2 Bandung yang terletak di jalan Cihampelas No. 173 Kelurahan Cipaganti Kecamatan Coblong Kota Bandung.Peneliti memilih lokasi ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut. 1. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran guru geografi

selama ini hanya menggunakan metode-metode belajar yang hanya menuntut keterampilan berpikir tingkat rendah seperti diskusi-diskusi yang hanya didasarkan pada materi yang ada dalam buku teks atau LKS yang dimiliki peserta didik dan tidak dikaitkan dengan permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.

2. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa guru geografi belum pernah menerapkan model pembelajaran berbasis masalah.

(29)

38

4. Sarana/prasarana di SMA Negeri 2Bandung mendukung untuk kegiatan penelitian. Setiap kelasnya telah dilengkapi dengan infocus serta peserta didik diperbolehkan menggunakanlaptop untuk proses pembelajaran.

5. Pada SMA Negeri 2 Bandung belum ada penelitian yang sejenis.

Penelitian ini dilaksanakan dalam 6 (enam) kali pertemuan dengan mengambil waktu pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014.Setiap pertemuan menggunakan waktu 3×45 menit, sehingga penelitian ini memerlukan

waktu kurang lebih 2 bulan.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Bungin (2006:77) “Populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.”Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik kelas XdiSMA Negeri 2 Bandungpada tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 349peserta didik yang tersebar pada 10 kelas/rombongan belajar. Pemilihan kelas X sebagai populasi dalam penelitian ini dilatarbelakangi oleh pembelajaran dengan menggunakan PBL belum pernah diterapkan di kelas X pada mata pelajaran geografi, sehingga menjadi tantangan bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian pada kelas X.

Mengingat populasi relatif besar, maka hanya dipilih beberapa sampel yang mewakili populasi.Sampel yang baik yaitu sampel yang memiliki populasi atau yang representatif artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal tetapi walaupun mewakili, sampel bukan merupakan duplikat dari populasi (Narbuko dan Abu, 2009:107).

2. Sampel

Menurut Mardalis (2009:56) “Hakekat penggunaan sampel dalam suatu

(30)

39

mengingat biaya dan waktu yang begitu banyak diperlukan jika harus meneliti seluruh populasi.”Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampel purposif (purposive sampling)yaitu jenis sampel yang pemilihannya secara sengaja dan bersifat subjektif (Supranto, 2000:57).

Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah

teknik sampling yang digunakan jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2011:63). Penentuan sampel untuk kelas eksperimen dan kontrol berdasarkan pertimbangan bahwa penyebaran peserta didik tiap kelasnya merata ditinjau dari segi kemampuan akademiknya.Maka dipilih dua kelas yang memiliki rata-rata kemampuan akademik yang sama atau mendekati.

Berdasarkan pada nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran geografi maka diambil dua kelas dari enam kelas (kelas lintas minat dan kelas IIS)yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata ujian akhir semester ganjil untuk mata pelajaran geografi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Nilai Rata-rata Ujian Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Geografi Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas Nilai rata-rata

Lintas Minat Geografi 1 76,07

Lintas Minat Geografi 2 73,31

Lintas Minat Geografi 3 76,52

Lintas Minat Geografi 4 70,64

IIS 1 74,94

IIS 2 77,03

Sumber: Hasil Observasi, 2014

(31)

40

Minat Geografi 3berjumlah 27peserta didik yang bertindak sebagai kelas eksperimen, sehingga jumlah seluruh peserta didik yang terlibat dalam penelitian ini adalah 54peserta didik.

E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan untuk mengumpulkan data.Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda dan digunakan sesuai tujuan penelitian dan jenis data yang ingin didapatkan serta keadaan subjek penelitian.Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan empat macam instrumen yang terdiri daristudi literatur, tes keterampilan berpikir kreatif, observasi, dan angket (kuesioner).

1. Studi Literatur

Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan sejumlah data berupa teori dan konsep yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Teori ini akan digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat informasi atau sebagai landasan pemikiran dalam penulisan penelitian ini.

2. TesKeterampilan Berpikir Kreatif

Menurut Hasan (2009:16) “Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.” Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes subjektif atau subjective test yaitu tes essay yang berupa butir soal atau tugas yang jawabannya

diisi oleh peserta tes dengan gagasan-gagasan deskriptif dan argumentatif (Munthe, 2013: 106).

(32)

41

berpikir kreatif. Pemberian tes dilakukan sebelum dan setelah peserta didik diberikan perlakuan model pembelajaran problem based learningpada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan berbeda.

Untuk mengetahui kelayakan perangkat tes pengambilan data dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir soal.Secara rinci penjelasan uji prasyarat instrument diuraikan sebagai berikut.

a. Validitas Butir Soal

Validitas berkenaan dengan tingkat kesahihan suatu instrument sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik Korelasi Product Moment Pearson (Furqon, 2009:103):

rxy= koefisien korelasi X= skor tiap butir soal

Y= skor total yang benar dari tiap subyek N= jumlah sampel

(33)

42

Tabel 3.3

Distribusi Hasil Uji Coba Validitas Butir Soal

No. Validitas Nomor Soal Jumlah

1 Sangat signifikan 1, 7, 13, 14, 16 5

2 Signifikan 2, 3, 6, 11 4

3 Tidak signifikan 4, 5, 8, 9, 10, 12, 15 7

Jumlah 16

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa lima soal dikategorikan sangat signifikan, empat soal dikatogorikan signifikan, dan tujuh soal dikategorikan tidak signifikan (hasil perhitungan terlampir).

b. Reliabilitas Tes

Mendapatkan skala pengukuran instrumen yang baik, harus dilakukan pengujian reliabilitas. Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diujikan pada subjek yang sama. Ketetapan ini pada dasarnya dapat diketahui dengan melihat kesejajaran hasil.MenurutSugiyono (2010:186) untuk menentukan reliabilitas tes uraian menggunakan rumus KR. 20 (Kuder Richardson) sebagai berikut.



r11= reliabilitas instrument n = jumlah item dalam instrumen

p= proporsi subyek yang menjawab item yang benar q= proporsi subyek yang menjawab item yang salah

(q=1-p)

pq = jumlah hasil perkalian antara pvdan q S= standar deviasi dari tes

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.4

(34)

43

Sumber: Ruseffendi (dalam Yosada, 2009: 81)

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh r 0.85yang berada pada kategori

sangat tinggi.Sehingga dapat dikatakan bahwa perangkat instrumen tes keterampilan berpikir kreatif yang diuji coba memiliki reliabilitas yang sangat baik.

c. Tingkat Kesukaran Soal

Uji tingkat kesukaran dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal.Uji ini penting agar suatu perangkat soal tidak didominasi oleh soal yang mudah atau sukar saja.Tingkat kesukaran untuk setiap item menunjukkan apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah.Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus sebagai berikut.

%

SA= jumlah skor kelompok atas SB= jumlah skor kelompok bawah IA= jumlah skor ideal kelompok atas IB= jumlah skor ideal kelompk bawah

Klasifikasi untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran digunakan klasifikasi sebagai berikut.

Tabel 3.5

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

(35)

44

Berdasarkan analisis taraf kesukaran untuk tiap butir soal, diperoleh rekapitulasi taraf kesukaran yang ditunjukkan pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Rekapitulasi Taraf Kesukaran

Kategori taraf kesukaran Nomor soal Jumlah soal

Sedang 1, 2, 3, 6, 8, 11, 13, 14, 15 9

Sukar 4, 5, 7, 10, 12, 16 6

Sangat Sukar 9 1

Jumlah 16

Berdasarkan hasil perhitungan pada 16 soal uraian menunjukkan bahwa sembilan soal dikategorikan sedang, enam soal dikategorikan sukar dan satu soal dikategorikan sangat sukar (hasil perhitungan terlampir).

d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan soal tersebut untuk dapat membedakan antara kemampuan peserta didik pada kelompok atas (peserta didik berkemampuan tinggi) dengan kemampuan peserta didik pada kelompok bawah (peserta didik berkemampuan rendah).Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila memang peserta didik yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan peserta didik yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik.Perhitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus berikut.

(36)

45

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

benar

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Adapun kriteria untuk menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut. Tabel 3.7

Setelah dilakukan uji coba instrumen didapatkan hasil distribusi daya pembeda soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.8

Tabel 3.8

Rekapitulasi Daya Pembeda

Kategori Nomor Soal Jumlah Soal

Sangat buruk 4 1 dikategorikan sangat buruk, satu soal dikatogorikan sangat rendah, satu soal dikatogorikan rendah, lima soal dikatogorikan sedang, dua soal dikatogorikan baik dan enam soal dikategorikan kriteria sangat baik (hasil perhitungan terlampir).

(37)

46

tergantung kepada analisis yang telah dilakukan terkait kriteria soal yang bersangkutan. Berikut ini adalah rekapitulasi analisis uji coba instrumen tes uraian yang bisa digunakan, direvisi ataupun dibuang yang disajikan pada Tabel 3.9

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrument Tes Uraian

No Soal

Validitas Reliabilitas Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket Sumber: Hasil pengolahan data, 2014

3. Observasi

MenurutRiduwan (2011:76) “Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

(38)

47

tidak disertai dengan komunikasi lisan.”Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara peserta didik dan guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik lainnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran PBL untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif.

Observasi dilakukan selama lima pertemuan. Pada setiap pertemuannya, observasi dilakukan sejak awal pembelajaran sampai dengan guru menutup pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi terdiri dari dua bagian yaitu lembar observasi kemampuan guru mengelola pembelajaran geografi denganmodel pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL) dan lembar observasi aktifitas keterampilan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran geografi dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL).

4. Angket

Angket ditujukan untuk memperoleh tanggapan dan respon peserta didik setelah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran PBLdalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan diukur dengan skala Likert.Skala ini termasuk kategori non-tes.

Menurut Sugiyono (2010:134) “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.” Bentuk skala Likert yang digunakan dalaminstrumen penelitian ini adalah dalam bentuk checklist.Jawaban responden dibagi menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.10

Skor Jawaban Setiap Item Instrumen Respon Atau Tanggapan Peserta Didik

Kategori Skor

Selalu 4

Sering 3

Kadang-kadang 2

Tidak pernah 1

(39)

48

Jumlah keseluruhan butir pertanyaan adalah 20, sehingga skor maksimal ideal setiap peserta didik adalah 20 ×4 = 80 dan skor minimal ideal adalah 20 × 1

= 20. Skor maksimal untuk setiap pernyataan adalah 27 × 4 = 108 dan skor minimal adalah 27× 1 = 27.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Hasan (2009:30) mengemukakan bahwa:

Analisis kuantitatif yaitu analisis yang menggunakan alat analisis yang bersifat kuantitatif, yaitu alat analisis yang menggunakan model – model, seperti model matematika (misalnya fungsi multivariat), model statistik dan ekonometrik.Hasil analisis disajikan dalam bentuk angka – angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian.

Teknik analisis kuantitatif menggunakan statistik.Statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini yaitu statistik inferensial (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas). Menurut Sugiyono (2010:209)

“Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.” Urutan kerja teknik analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perbedaan Keterampilan Berpikir Kreatif

Perbedaan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) dengan menggunakan rumus Hake (Setyawan, 2012: 66) sebagai berikut.

pre

(40)

49 tersebut homogen yaitu dengan membandingkan kedua variansnya (Usman, 2006:133). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

terkecil

Pengujian normalitas data digunakan untuk menguji apakah data kontinu berdistribusi normal sehingga analisis dengan validitas, reliabilitas, uji t, korelasi, regrasi dapat dilaksanakan (Usman, 2006:109). Pengujian normalitas data dilakukan dengan cara uji chi-kuadrat dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2005: 273) sebagai berikut.

Oi =frekuensi diharapkan Ei =frekuensi pengamatan

Kriteria pengujian adalah terima H0 jika x2hitung < x2tabel (berdistribusi

normal) dan tolak H0 jika x2

hitung x2tabel (tidak berdistribusi normal). Taraf

signifikan (∝) adalah 0.05 dan dk = (k – 3)

(41)

50

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian. Bila kedua data bersifat normal dan homogen, maka dilakukan pengujian dengan uji statistik parametrik. Apabila kedua data tidak bersifat normal atau tidak homogen, maka dilakukan pengujian menggunakan uji statistik non parametrik.

(42)

51

G. Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Menyusun Kerangka Langkah-Langkah Dalam PBL

Penyusunan Instrumen Penelitian

Uji Coba Instrumen

Validasi Instrumen

Pretest

Treatment

Kelas Kontrol

Treatment

Kelas Eksperimen

Posttest

Angket

Analisis Data

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Kesimpulan Studi Literatur tentang

PBL dan Keterampilan Berpikir Kreatif

Pretest

Posttest

(43)

91

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil dari observasi langsung dilapangan, secara umum dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL) berpengaruh terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X di SMA Negeri 2 Bandung. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat penggunaan model PBL dalam pembelajaran, maka semakin baik peningkatan keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

Secara khusus, berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis penelitian maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran geografi menggunakan model pembelajaran berbasis masalah

(problem based learning/PBL) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. Hal tersebut dikarenakan PBL melibatkan penggunaan masalah dunia nyata untuk memicu belajar peserta didik dan mengoptimalkan pada kekuatan masalah untuk membentuk kunci dari proses pembelajaran, sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik. 2. Terjadi peningkatan hasil tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik di

kelas kontrol sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, namun apabila dibandingkan ternyata peningkatan yang terjadi pada kelas kontrol tidak sebesar dengan peningkatan yang terjadi pada kelas eksperimen. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan yang terjadi di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi di kelas kontrol.

(44)

92

kemampuan peserta didik pada kedua kelas tersebut memiliki kemampuan yang setara (homogen).

4. Terdapat perbedaan hasil tes keterampilan berpikir kreatif peserta didik di kelas yang menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan yang tidak menggunakan model pembelajaran problem based learning sesudah perlakuan diberikan. Kelas eksperimen memperoleh nilai

rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Sehingga menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang menggunakan model PBL mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan model PBL.

5. Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran problem based learning umumnya baik. Peserta didik berpendapat selama proses pembelajaran dengan PBL dapat membantu mereka memahami materi pelajaran secara mandiri dan menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selama proses pemecahan masalah, peserta didik merasa sangat terbantu dalam menemukan dan memanfaatkan informasi yang diperoleh, serta dapat membantu mereka memecahkan masalah dalam kehidupan nyata. hal ini diperkuat oleh pendapat Tan (2003: 41) yang mengemukakan bahwa PBL melibatkan penggunaan masalah dunia nyata untuk memicu belajar dan mengoptimalkan pada kekuatan masalah untuk membentuk kunci dari proses pembelajaran.

6. Pelaksanaan pembelajaran problem based learning pada umumnya agak sedikit rumit sehingga diperlukan perencanaan yang matang, penyediaan fasilitas yang memadai dan membutuhkan waktu lebih banyak. Selain itu keterlaksanaan PBL sangat tergantung dari kesiapan guru dalam memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah serta menuntun peserta didik pada setiap fase dalam PBL.

B. Saran

(45)

93

didik pada mata pelajaran geografi. Oleh karena itu, model PBL dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif peserta didik pada mata pelajaran geografi. Dengan demikian ada beberapa saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut.

1. Perlu upaya peningkatan kemampuan guru dalam penggunaan model pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik seperti pembelajaran berbasis masalah (problem based learning/PBL) karena pada dasarnya keterlaksanaan PBL sangat berpengaruh pada kesiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh guru dalam memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah dan menuntun peserta didik pada setiap fase dalam PBL.

2. Mengingat pembelajaran dengan menggunakan PBL memberi peningkatan terhadap keterampilan berpikir kreatif, maka guru hendaknya sering menggunakan PBL dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik sehingga peserta didik dapat menerapkan keterampilan tersebut untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.

3. Pembelajaran berbasis masalah dapat membantu peserta didik untuk belajar mandiri dan meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengembangan model pembelajaran berbasis masalah untuk mata pelajaran geografi pada materi yang lainnya yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran berbasis masalah.

(46)

94

(47)

94

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L danKrathwohl, D. R. (2010). Kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R. I. (2008a). Learning to teach (Belajar untuk mengajar). Edisi Ketujuh/Buku Satu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R. I. (2008b). Learning to teach (Belajar untuk mengajar). Edisi Ketujuh/Buku Dua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Ayan, J. E. (2002). Bengkelkreativitas: 10 caramenemukan ide-ide pamungkas. Bandung: Kaifa

Baillie, C. (2006). Enhancing students’ creativity through creative-thingking tecniques. Dalam N. Jackson. dkk. (Penyunting), Developing creativity in higher education: an imaginative curriculum (hlm. 142-155). New York: Routledge.

Bungin, B. (2006). Metodologipenelitiankuantitatif. Jakarta: Kencana.

DepartemenPendidikandanKebudayaan.(2013). Permendikbud No. 65 tentangstandar proses pendidikandasardanmenengah. Jakarta: Depdikbud

Eggen, P. danKauchak, D. (2012).Strategidanmodel pembelajaran. Jakarta Barat: PT. Indeks.

Furqon.(2009). Statistikaterapanuntukpenelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

Gunawan, A. (2007). Genius learning strategy. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama.

Hanafiah, N. danSuhana, C. (2012).Konsepstrategipembelajaran. Bandung: PT. RefikaAditama

Hasan, B. (2010). Perencanaanpengajaranbidangstudi. Bandung: PustakaRamadhan.

(48)

95

Husamah.danSetyaningrum, Y. (2013).

Desainpembelajaranberbasispencapaiankompetensi:

panduanmerancangpembelajaranuntukmendukungimplementasikurikulum 2013. Jakarta: PT. PrestasiPustakaraya

Jacobsen, D. Eggen, P. danKauchak, D. (2009). Methods for teaching: Metode-metodepengajaranmeningkatkanbelajarpesertadidikTK-SMA. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Kurnia, H. N. (2012).

Meningkatkankemampuanberpikirkritisdanberpikirkreatifsiswasekolahdas armelaluipendekatanpemecahanmasalahdalammatapelajaranmatematika. (Tesis).SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Kuswana, W. S. (2011). Taksonomiberpikir. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Mardalis.(2009). Metodepenelitiansuatupendekatan proposal. Jakarta: BumiAksara.

Maryani, E. (2007). PendidikanGeografi.DalamIlmudanaplikasipendidikanbagian III: Pendidikandisiplinilmu. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

McMillan, J. dan Schumacher, S. (2001). Researchin education: A conceptual introduction. New York: Addison Wesley Longman, Inc

Meidawati, R. (2013).

Kemampuanberpikirkreatifsiswasmkpertaniandalampembelajaranpengelol

aanlingkungandengan problem based learning

(PBL).(Tesis).SekolahPascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Mulyasa, E. (2002). Kurikulumberbasiskompetensi. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

Munandar, U. (1999). Mengembangkanbakatdankreativitasanakberbakat: penuntunbagi guru dan orang tua. Jakarta: P.T Garsindo

Munandar, U. (2002). Kreativitasdankeberbakatan: Strategimewujudkanpotensikreatifdanbakat. Jakarta: PT. GramediaPustakaUtama

(49)

96

Munthe, B. (2013). Desainpembelajaran. Yogyakarta: PT. PustakaInsanMadani.

Narbuko, C. dan Abu, A. (2009).Metodologipenelitian. Jakarta: PT BumiAksara.

Poikela, S. Vuoskoski, P. & Karna, M. (2009). Developing creative learning environments in problem-based learning. Dalam O.S. Tan (Penyunting), Problem-based learning and creativity (hlm. 67-85). Singapore: Cengage Learning Asia.

Putra, S.R. (2013). Desainbelajarmengajarkreatifberbasissains. Jogjakarta: Diva Press

Reed, S.K. (2011). Cognition: Theory and apllications (Kognisi: Teoridanaplikasi).EdisiKetujuh. Jakarta: Salembahumanika.

Riduwan.(2011). Belajarmudahpenelitianuntuk

guru-karyawandanpenelitipemula. Bandung: CV. Alfabeta

Riduwan.Rusyana, A. danEnas.(2011). Cara mudahbelajar SPSS versi 17.0 danaplikasistatistikpenelitian. Bandung: Alpabeta

Riyanto, Y. (2012). Paradigmabarupembelajaran:

sebagaireferensibagipendidikdalamimplementasipembelajaran yang efektifdanberkualitas. Jakarta: KencanaPrenada Media Group

Runco, M. A. (2007). Creativity theories and themes: Research, development, and practice. California: Elsevier

Rusman. (2011). Model-model pembelajaran: mengembangkanprofesionalisme guru. Bandung: MuliaMandiri Press

Salam, A. P. (2009).

Strategipembelajaranuntukmeningkatkanpenguasaankonsepdanketerampil anberpikirkreatifsiswadenganmenggunakanpembelajaranberbasismasalah padatopikkorosi.(Tesis).Sekolah Pascasarjana, UniversitasPendidikan Indonesia, Bandung.

Sawyer, R. K. (2003). Creativity and development. New York: Oxford University Press.

Semiawan, C. et al. (1992). PendekatanKeterampilan Proses. Jakarta: PT. GramediaWidiasarana Indonesia.

Setyawan, E. J. (2012). Implementasimodel

Gambar

Tabel 1.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif..............................................
Gambar 2.1 Hasil yang Diperoleh Peserta Didik dari PBL......................................
Tabel 1.1 Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif
Tabel 3.1 Nonequivalent Groups Pretest-Posttest Desain
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Oleh karena itu, menyelamatkan daerah dari sampah dengan melalui komunikasi kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi demi menyampaikan pesan tentang “LISA”

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas-biaya lisinopril terhadap captopril pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus rawat jalan di Puskesmas Jagir

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu profil dari senyawa dalam ekstrak air dan ekstrak etanol herba sambiloto menggunakan KLT, KCKT, KG-SM dengan

Pada dasarnya bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai

Puji Syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum (Tesis) yang berjudul DAMPAK DISKRIMINASI POLISI TERHADAP PELANGGAR

bertujuan untuk memastikan apakah sistem yang dibangun sudah dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan apakah pengguna dapat dengan mudah mengoperasikannya. User

Penentuan dampak besar dan penting ini merupakan tindak lanjut dari hasil identifikasi dengan menggunakan bagan alir dan prakiraan dampak yang terjadi sebagai akibat dari