• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencitraan Perempuan Pasca Perceraian Dalam Perspektif Gender

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pencitraan Perempuan Pasca Perceraian Dalam Perspektif Gender"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

Loading

Referensi

Dokumen terkait

Namun disisi lain purna migran perempuan juga harus bertanggungjawab pada kegiatan produktif yang dilaksanakan dalam proses pemberdayaan di Organisasi KAMI TKI

John Stuart Mill dan Harriet Taylor berkeyakinan bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan seksual, keadilan gender maka masyarakat harus memberikan perempuan

Walaupun perempuan Jawa identik dengan sifat lemah dan nrimo, kita juga harus melihat sisi yang lain dari perempuan seperti, perempuan yang tidak hanya bekerja dalam ranah

Memunculkan kesadaran tentang persamaan peran yang harus dimiliki antara laki – laki dan perempuan adalah penting, karena jika tidak ada kesadaran tersebut maka akan

Budaya patriarkhi masyarakat Batak telah memarginalisasi perempuan dengan memandang perempuan sebagai ‘others’ timbulnya perceraian (paulakhon) akibat tidak memiliki

Hubungan moral anak dan orang tua tidaklah bisa terputus oleh alasan apapun, melainkan hak dan kewajiban seorang anak dan orangtua bisa berubah apabila menerapkan

keluarga.Dengan demikian purna migran perempuan mengalami beban ganda dengan tekanan yang tinggi sebab diizinkan untuk melaksanakan kegiatan produktif namun harus

Lebih lanjut Muhammad Abu Zahrah menjelaskan bahwa hak hadanah seorang ibu yang non muslim terhadap anaknya yang muslim dan belum mumayyis baru menjadi gugur