• Tidak ada hasil yang ditemukan

161 Ø Kegiatan perawatan muslimah seperti perawatan kulit tubuh,

Dalam dokumen DIMITRA LIANI I 0208040 (Halaman 164-172)

commit to user V-

V- 161 Ø Kegiatan perawatan muslimah seperti perawatan kulit tubuh,

wajah dan rambut.

Ø Kegiatan olahraga fisik seperti senam dan fitness. Membutuhkan ruang yang sejuk dan bersih.

Ø Kegiatan berbelanja kebutuhan muslimah.

Bangunan utama membutuhkan ruang yang sejuk, sunyi & bersih.

o Aktifitas di cafetaria dan pengelola

Ø Aktifitas di cafetaria adalah kegiatan makan, minum, hotspot dan area menunggu pria dan anak-anak.

Ø Aktifitas di pengelola adalah kegiatan pengelolaan keseluruhan operasional bangunan.

Cafetaria dan Pengelola membutuhkan ruang yang sejuk, nyaman dan bersih.

o Aktifitas di kolam renang adalah kegiatan renang muslimah dan

anak-anak, makan dan minum. Membutuhkan ruang yang sejuk tanpa penghawaan buatan.

c. Hasil Analisa

o Bangunan utama, pengelola dan cafetaria menggunakan

penghawaan buatan.

o Bangunan kolam renang menggunakan penghawaan alami.

3. Analisa Struktur Bangunan a. Sub Struktur

Pondasi yang dipilih adalah pondasi food plate dengan tiang pancang dengan pertimbangan sebagai berikut :

o Bangunan merupakan bangunan yang terdiri dari 5 lantai

(termasuk green roof). Sehingga membutuhkan kekuatan yang konstruksi yang besar untuk menyangga bangunan.

commit to user

V-162

b. Super Struktur

Sistem struktur yang dipilih adalah struktur rangka, struktur kantilever, dengan pertimbangan sebagai berikut :

o Bangunan bukan merupakan bangunan yang tinggi sehingga

hanya memerlukan struktur yang bentuk dan sistemnya sederhana dan ringan namun cukup kuat, yaitu struktur rangka.

o Struktur kantilever digunakan untuk menyangga ruangan yang

berada di dalam bangunan. c. Upper Struktur

Sistem struktur atap bangunan yang dipilih adalah sistem space frame, plat beton dan cangkang, dengan pertimbangan :

o Sistem plat beton dipergunakan untuk membentuk rooftop dan

konsep sustainable memungkinkan bangunan ini tumbuh vertical.

o Space Frame digunakan untuk ruangan-ruangan bentang lebar

tanpa adanya kolom di ruang tengah.

o Cangkang digunakan untuk bangunan yang sifatnya

monumental seperti sclupture. 4. Analisa Utilitas Bangunan

Sistem utilitas bangunan yang difungsikan untuk mendukung kelangsungan bangunan dapat dijabarkan sebagai berikut :

o Sistem Jaringan Listrik

o Sistem Jaringan Air (Bersih dan Kotor) o Sistem Pemadam Kebakaran

o Sistem Penangkal Petir

Berikut adalah pembahasan ke-empat sistem diatas : a. Sistem Jaringan Listrik

commit to user

V-163

Kebutuhan listrik pada bangunan disuplai dari PLN. Listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah automatic transfer dengan sistem ATS yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam.

b. Sistem Jaringan Air Bersih

Penggunaan sumur sebagai sumber air utama dipertimbangkan berdasar pada nilai ekonomis dan mampu menyediakan air dalam jumlah banyak dengan debet air yang relatif konstan. Ada dua cara pendistribusian air, yaitu Up Feed Distribution dan Down Feed Distribution. Pemakaian Sistem Down Feed Distribution lebih baik karena air tanah tidak terus menerus dipompa ke atas (seperti Up Distribution) tetapi ditampung dalam tangki-tangki air yang diletakkan diatas beberapa menara kemudian didistribusikan. Keuntungan menggunakan sistem ini adalah mampu memperhitungkan jangkauan distribusi dengan membagi area pelayanan terhadap luasan tapak.

PLN

Genset

Trafo

M MDP SDP S Distribusi

Skema 32. Skema Bagan System Jaringan Listrik Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sumur

PAM M

GT P UT Distribusi

Skema 33. Skema Bagan System Jaringan Air Bersih Sumber : Dokumentasi Pribadi

Keterangan :

M = Meteran UPS = Uninteruptable Power Supply

MDP = Main Distribution Panel S = Sekering SDP = Sub Distribution Panel

Keterangan :

M = Meteran UT = Upper Tank

commit to user

V-164

c. Sistem Jaringan Air Kotor

Sistem jaringan air kotor dibagi menjadi dua bagian, yaitu jaringan air kotor padat dan jaringan air kotor cair (air hujan, wastafel, tempat wudlu, dll). Air kotor padat disalurkan ke Septictank kemudian ke peresapan, sedangkan air kotor cair dikumpulkan di bak kontrol kemudian baru ke riol kota.

d. Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Peristiwa kebakaran merupakan bahaya yang sering terjadi pada bangunan, apalagi dengan isi bangunan yang berupa bahan-bahan kimia untuk perawatan wajah, alat-alat perawatan, kain-kain busana muslimah yang mudah terbakar maka diharapkan konsep ini bisa mengantisipasi dan mengatasinya, sehingga perlu disediakan sistem pencegahan bahaya kebakaran dalam bangunan.

Kelas Kebakaran Sistem Pemadaman Bahan Pemadaman Air Foam (Busa) CO2 CTF-BT Powder Dry Chemical Kelas A Kayu, Karet, Tekstil, dll Pendinginan, penguraian, isolasi

Baik Boleh Boleh Boleh Boleh Kelas B

Bensin, Cat, Minyak, dll

Isolasi Bahaya Baik Baik Boleh Boleh Kelas C

Listrik dan Mesin-mesin

Isolasi Bahaya Bahaya Baik Boleh Baik Kelas D

Logam

Isolasi,

pendinginan Bahaya Bahaya Boleh Bahaya Baik

Tabel 17. Tabel Sistem Pemadam dan Bahan yang Dipergunakan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Skema 34. Skema Bagan Sistem Jaringan Air Kotor Sumber : Dokumentasi Pribadi

Air Kotor

Air Hujan

Penangkap Lemak

Bak Riol Kota

commit to user

V-165

Tingkat Bahaya Prosentase CO2 Volume CO2 Berat CO2 / m3

Berbahaya 40% 40% x 0,8 kg

cukup 30% 30% x 0,6 kg

Cara kerja yang dipilih untuk diterapkan pada bangunan Pusat Pengembangan Kecantikan Muslimah Di Solo ini adalah sistem semi otomatis untuk ruang-ruang pengelola, mengingat pentingnya dokumen-dokumen yang terdapat pada ruang-ruang tersebut. Hal ini akan merugikan apabila sistem pemadaman otomatis dengan splinker air langsung dipakai tanpa melihat dulu seberapa besar kebakaran yang terjadi. Untuk itu pula tetap disediakan tabung-tabung gas C02 dengan tujuan ketika digabung dengan sistem semi otomatis, manusia bisa mengambil keputusan apakah kebakaran yang terjadi masih bisa dikendalikan dengan tabung CO2 atau tidak.

e. Sistem Penangkal Petir

Dasar pertimbangan :

o Penangkal petir mempunyai kemampuan tinggi untuk

melindungi bangunan dari sambaran petir.

o Sistem penangkal petir tidak menimbulkan efek elekrifikasi/

flash over pada saat penangkal tersebut mengalirkan arus ke grounding sistem.

o Pemasangan penangkal petir tidak mengganggu fasad

bangunan.

Tabel 18. Tingkat Bahaya, Prosentase, Volume dan Berat CO2

Sumber : Utilitas Bangunan, In Hartono Poerbo, M.Arch, dalam Febri Fahmi Hakim, 2005 : 153

Skema 35. Skema Bagan Sistem Penanggulangan Bahaya Kebakaran Sumber : Hakim, Febri Fahmi, 2005 : 154

Api & Asap Alat Manusia/Operator Sistem

Alat Pemadama n Aktif Panel Manual (Tabung CO2) Pemadam Kebakaran

commit to user

V-166

Sistem penangkal petir pada terdiri dari:

o Sistem franklin, Prinsip kerja melindungi isi dari kerucut,

dimana jari jari dan alasnya sama dengan tinggi kerucut. Sistem ini untuk bangunan dengan luasan atap yang relatif luas dirasa kurang efektif dan efisien.

o Sistem faraday, Sistem ini menggunakan jaringan tiang-tiang

kecil yang dipasang di atas atap. Tinggi tiang tidak lebih dari 60cm. Sistem ini lebih efektif dibanding sistem franklin.

o Sistem Thomas, Sistem ini menggunakan alat berbentuk

payung setinggi 50 cm yang dipasang di atas atap dan diisolasi agar tidak mengalirkan listrik kedalam bangunan. f. Sistem Jaringan Sampah

Pengolahan sampah pada Pusat Pengembangan Kecantikan Muslimah Di Solo ini akan menggunakan sistem sampah yang membagi sampah menjadi beberapa bagian sesuai dengan jenisnya. Jadi sampah akan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

o Sampah anorganik, Contoh : logam, besi, kaleng dll. yang tidak

dapat mengalami pembususkan secara alami.

o Sampah organik, Contoh : Sampah dapur, sampah restoran,

dll. yang dapat mengalami pembusukan secara alami.

o Sampah berbahaya, contoh : Baterei, botol racun nyamuk,

jarum suntik bekas, dll.

Sampah organik akan di olah dengan sistem pengkomposan. Setelah terkumpul dalam jumlah yang cukup sampah organik akan dimasukkan ke dalam sebuah bak penampung lalu akan ditimbun dan diolah untuk menjadi pupuk

commit to user

V-167

kompos. Kompos yang dihasilkan akan digunakan menyuburkan vegetasi yang ada di tapak. Lalu untuk sampah anorganik dan sampah berbahaya dari titik-titik sampah yang ada akan dialihkan ke tempat pembuangan sementara sesuai jenisnya dan selanjutnya diambil oleh petugas untuk dialihkan ke TPS sehingga akan ikut mempermudah proses penyeleksian untuk kemudian akan di olah kembali oleh pihak yang bersangkutan dalam pengolahan sampah.

Gambar 36. Skema Bagan Sistem Pengelolaan Sampah Sumber : www.walhi.or.id

Sampah Organik Bak Penampung (Pengkomposan) Sampah Anorganik Sampah Berbahaya Bak Penampung Sampah Organik Bak Penampung SampahBerbahaya Konsumsi TPA TPA

commit to user

VI-168 BAB VI

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

A. Konsep Peruangan

1. Konsep Kebutuhan Ruang

a. Konsep Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Pengelola

o R. Direktur o R. Wakil Direktur o R. General Manager o R. Sekretaris o R.Tunggu o Bagian Operasional ü R. Manager ü R. Wakil Manager ü R. Staff Operasional ü R. Kabag Komunitas ü R. Kabag Kebugaran ü R. Kabag Kecantikan ü R. Kabag Pemasaran ü R. Kabag Rekreasi o Bagian Administrasi ü R. Manager ü R. Wakil Manager ü R. Staff Administrasi ü R. Kabag Administrasi ü R. Kabag Keuangan ü R. Kabag Pembukuan ü R. Kabag Personalia o Area Servis ü R. Reseptionist ü Pantry ü Mushola ü Lavatory ü Hall ü Kantin

b. Konsep Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Komunitas Solo Hijabers dan Solo Moslem Look

o R. Direktur o R. Wakil Direktur

o R. Secretary o R.Tunggu

commit to user

Dalam dokumen DIMITRA LIANI I 0208040 (Halaman 164-172)

Dokumen terkait