• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN DI LEMBAGA KURSUS AL-QUR’AN BLC TAMAN

C. Metode Menghafal Al-Qur’an

5. Ṭarīqah al-Tadabburī

Yaitu menghafal dengan cara memperhatikan makna lafaz atau kalimat, sehingga diharapkan ketika membaca ayat-ayat al-Qur’an dapat tergambar makna-makna lafżiah yang terbaca. Metode ini sangat efektif bagi seseorang yang telah memiliki kemampuan bahasa Arab dengan baik, namun dapat juga digunakan oleh seseorang yang memiliki sedikit modal kemampuan bahasa Arab dan dapat dibantu dengan kitab terjamah al-Qur’an.50

50 M. Syamsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an (Malang: UIN Malang Press, 2007), 136-139.

Berdasarkan tulisan atau kajian sejumlah orang yang memaparkan beberapa macam metode dalam menghafal al-Qur’an, diantaranya:

1. Ngeloh/saba’/menyetor, yaitu mengajukan setoran ayat-ayat baru yang akan dihafal.

2. Murāja’ah, proses menghafal ayat yang dilakukan dengan cara mengulang-ulang materi hafalan yang telah disetorkan, proses ini dilakukan secara pribadi.

3. Mudārasah, yaitu saling memperdengarkan hafalan (bi al-goib) atau bacaan (bi al-nażar) proses ini dilakukan antara sesama penghafal dalam kelompok juz dalam satu majelis. Cara ini dapat dilakukan secara bergantian per-ayat atau beberapa ayat sesuai dengan yang sudah disepakati.

4. Sima’an, yaitu saling memperdengarkan hafalan secara berpasangan, salah satu menghafal atau membaca dan yang lainnya menyimak. Dilakukan secara bergantian dalam kelompok juz.

5. Takroran/taqrir, yaitu menyetorkan atau memperdengarkan materi hafalan ayat-ayat sesuai dengan yang tercantum dalam ngeloh/saba'/setoran di depan pengasuh dalam rangka mentahqīq atau memantapkan hafalan dan sebagai syarat dapat mengajukan setoran hafalan yang baru. Takroran biasanya dilakukan tidak hanya pada hafalan ayat-ayat yang tercantum dalam satu setoran, tetapi juga dilakukan pada beberapa setoran sebelumnya.

6. Talaqqī, yaitu proses memperdengarkan hafalan ayat-ayat al-Qur'an secara langsung di depan guru. Proses ini lebih dititik beratkan pada bunyi hafalan.

7. Musyāfahah, yaitu proses memperagakan hafalan ayat-ayat al-Qur'an secara langsung di depan guru, proses ini lebih dititik

beratkan pada hal-hal yang terkait dengan ilmu tajwid. Seperti mahraj huruf, antara talaqqī dan musyāfahah sebenarnya sama dan dilakukan secara bersamaan dalam rangka mentahqīq kan hafalan santri kepada gurunya.

8. Bi al-nażar, yaitu membaca al-Qur'an dengan melihat teks. Proses ini dilakukan dalam rangka mempermudah proses menghafal al-Qur'an dan biasanya dilakukan bagi pemula. Kelancaran dan kebenaran membacanya sebagai syarat dalam memasuki proses taḥfīż.

9. Bi al-gaib, yaitu penguasaan seorang santri dalam menghafal ayat-ayat al-Qur'an tanpa melihat teks mushaf.51

Menghafal merupakan aktivitas yang harus dilakukan secara terus-menerus dan penuh kesabaran, karena menghafal proses untuk menyatukan sebuah ilmu ke dalam akal ingatan dan puncaknya menyatu pada diri pribadi. Suryabrata berpendapat bahwa menghafal adalah usaha sungguh-sungguh menanamkan sesuatu dengan penuh kesadaran dan disengaja.

Menurutnya, hal-hal berikut dapat membantu seseorang untuk menghafal adalah:

1. Menghafal dengan membaca żahr. Maksudnya, ketika sedang menghafal seseorang hendaknya membaca dengan bersuara (żahr) tidak di baca di dalam hati. Karena hal itu lebih efektif dalam menghafal.

2. Pengaturan waktu dalam menambah hafalan. Dalam proses menghafal hal yang baik dilakukan untuk menambah hafalan, menambahnya sedikit demi sedikit dan dilakukan secara rutin.

51 M. Syatibi AH, “Potret Lembaga Tahfidz Al-Qur'an Di Indonesia: Studi Tradisi Pembelajaran Taḥfīż” Suhuf Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, vol.1, no. 1 (2008): 126.

3. Penggunaan metode yang tepat dalam menghafal. Menghafal adalah usaha yang dilakukan dengan durasi waktu yang tidak singkat dan membutuhkan kesungguhan. Maka dalam menghafal harus menggunakan metode yang tepat.52

Sedangkan bagi seseorang yang akan menghafal al-Qur’an hendaknya memperhatikan mushaf yang akan digunakan untuk pedoman menghafal guna untuk menjaga hafalannya. Hal-hal tersebut di antaranya:

1. Gunakan mushaf yang bentuk tulisannya menggunakan nasakh (standar), baik untuk cetakan dalam negeri atau Timur Tengah.

2. Gunakan mushaf yang cetakan tiap halamannya dimulai dengan awal ayat dan disudahi dengan akhir ayat, atau dikenal dengan mushaf pojok.

3. Pada mushaf ini umumnya setiap juz terdiri dari 20 halaman atau 10 lembar, kecuali juz 30.

4. Terdapat perbedaan aturan penulisan pada tanda baca di beberapa mushaf, seperti mushaf cetakan Indonesia dan Timur Tengah.

Misalnya: penulisan tanda bacaan mad, larangan di baca mad, petunjuk saktah, petunjuk cara membaca wasal, tanda-tanda waqf, dst.

5. Pilihlah satu mushaf yang tepat menggunakan mushaf tersebut selama menghafal dan jangan mengganti-ganti mushaf.53

Metode menghafal al-Qur’an menurut Ahmad Salim Badwilan ada sebelas macam:

52 Ajeng Wahyuni dan Ahmad Syahid, “Tren Program Tahfiz Al-Qur’an Sebagai Metode Pendidikan Anak”. Elementary, vol.5, no.1 (January-Juni 2019), 90.

53 M. Syamsul Ulum, Menangkap Cahaya Al-Qur’an, 142.

a. Mushaf Hafalan

Mushaf ini berbeda karena halamannya selalu dimulai dengan kepala ayat dan diakhiri dengannya juga.

b. Membaca Ayat secara Perlahan

Setiap masing-masing juz yang terpisah atau setiap lima juz yang terpisah, yang mungkin dapat disimpan dengan mudah. Para penghafal al-Qur’an dianjurkan untuk membacanya dengan perlahan sebelum dihafal, agar memudahkan sehingga terlukis di dalam dirinya sebagai gambaran umum.

c. Metode Duet

Metode ini bisa dilakukan dengan mudah apabila ada seorang teman yang ikut bersamanya dalam menghafal. Dianjurkan agar ada kesesuaian antara keduanya dari aspek psikologis, pembinaan, pendidikan, tujuannya agar metode ini bisa berbuah penghafalan.

d. Membagi Ayat ke dalam Kelompok-kelompok

Metode ini bisa dihafal dengan mudah, misal diikat dengan satu tema atau dihafal dari awal hingga akhir sekaligus. Bisa juga dengan memperlihatkan lima ayat yang dimulai, atau berakhir dengan satu huruf tertentu yang mandiri atau ayat penggabungan.

e. Membaca Ayat pada saat Melakukan Shalat

Apalagi telah menghafal satu lembar al-Qur’an, maka ulangilah hafalan itu di semua shalat fardu, shalat sunnah, dan juga Athiyatul masjid. Kemudian, ketika mengulang dan lupa, maka kembalilah ke mushaf dan shalat malam lebih bisa menjaga hafalan al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah:

اًلْيِق ُم َوْقَا َّو أًـْط َو ُّدَشَا َيِه ِلْيَّلا َةَئِشاَن َّنِا

“Sunggah, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan”. (Qs. Al-Muzzammil/ 73: 6).54

f. Metode Tulisan

Metode ini mensyaratkan penghafal al-Qur’an untuk menuliskan kembali potongan ayat di papan tulis, atau di atas kertas dengan pensil. Kemudian dihafal dan dihapus setelahnya secara perlahan untuk berpindah ke potongan ayat lain.

g. Metode Pengulangan

Metode ini menggunakan catatan kecil dari kertas putih dalam bentuk cetakan mushaf yang sama untuk memudahkan para penghafal al-Qur’an. Usahakan dengan tulisan yang jelas juga menggunakan warna yang kontras merah misalnya, membiarkan lembaran yang lain tanpa ditulis. Jika ingin mengulang surah, tinggal melihat daftar dari tulisan tersebut, pun ketika mengulang hanya membaca kalimat-kalimat yang ditandai saja.

h. Berpegang pada program yang telah ada

Para penghafal al-Qur’an hendaknya bersandar pada program yang telah tertulis, yang harus dilakukan setiap hari dan disesuaikan dengan kemampuan untuk menghafal.

i. Memahami makna umum suatu Ayat

Merupakan kunci agar ayat yang dihafal mudah untuk diingat dan dipahami, sehingga kuat hafalan dalam benak pikirannya.

j. Bergabung dengan Sekolah-sekolah atau Halakah-halakah di Masjid atau lainnya.

Metode ini merupakan salah satu metode yang paling bermanfaat bagi anak-anak dan remaja, di antaranya bisa membantu para

54 Al-Qahhar, Qur’an Tajwid (Jakarta :Maghfirah Pustaka, 2006), 574.

penghafal al-Qur’an dalam meniru, memahami ayat dan memperbagus bacaan.

k. Pengulangan

Maksudnya penghafal bersama seorang guru atau menggunakan kaset yang berisi bacaan seorang Qari’ yang bagus tajwidnya dan mengulang-ulang atau menyimak. Sebagaimana simaan semacam ini bisa memperkuat ingatan di mana posisi kalimat pada mushaf dalam pikiran. Salah satu metode yang berpengaruh bagi hafalan anak-anak.55

Sedangkan menurut Amjad Qasim dalam bukunya Kaifa Tahfidz Al-Qur’an Al Karim fi Syahr, faktor-faktor pendukung dalam menghafal al-Qur’an di antaranya:

a. Membaca Ayat-ayat yang telah dihafal dalam Shalat Sunnah

Murāja‘ah dan pemantapan dalam proses menghafal harus dibarengi dengan shalat karena salah satu faktor yang membantu adalah dengan mengulangnya dengan shalat sunnah.

b. Mengulang Hafalan di setiap waktu dan kesempatan

Pengulangan harus ditanamkan bagi seorang penghafal al-Qur’an dan menyibukkan diri untuk selalu mengulang-ulang hafalannya.

c. Bacaan Penguji

Bacaan penguji adalah cara untuk mengetes dan menguji penghafal al-Qur’an. Dengan menguji, bisa diketahui apakah sudah benar atau tidak bacaan dan menghafalnya.

d. Mendengar kaset-kaset Murattal al-Qur’an

55 Ahmad Salim Badwilan, Cara Mudah Bisa Menghafal Al-Qur’an (Jogjakarta:

Bening, 2010), 104.

Nikmat yang diberikan Allah subḥānah wa ta’ālā kepada manusia di setiap harinya haruslah selalu dimanfaatkan dengan maksimal.

Mendengarkan murattal al-Qur’an untuk pengulangan proses menghafal diharapkan dapat mendengarkan hafalan yang baru maupun yang lama di setiap harinya. Jadikanlah kebiasaan dalam metode menghafal, maksudnya melakukan murāja‘ah sebagai rutinitas dengan mendengarkan murattal al-Qur’an misal dilakukan pada minggu ini.

e. Konsisten dengan satu Mushaf

Dalam menghafal al-Qur’an, mengonsistenkan satu mushaf sangat diperlukan di mana akan teringat di benak seorang penghafal al-Qur’an sebuah gambar halaman. Permulaan surah pada “halaman ini”

dan permulaan juz ada pada “halaman itu”, bahkan di halaman antara surah dan juz itu akan berakhir serta berapa jumlah ayat yang ada di dalamnya. Hal-hal tersebut dapat memantapkan hafalan, sehingga penghafal al-Qur’an mampu menyambung, menggabungkan dan menyelesaikan halaman dengan baik, cepat dan kuat.

Oleh karena itu, pemakaian satu mushaf dapat membantu proses menghafal. Mushaf yang bagus biasanya dimulai dengan ayat dan diakhiri dengan ayat, bukan halaman yang bagian akhirnya tidak sempurna satu ayat kemudian disempurnakan dengan halaman berikutnya.

f. Mengoptimalkan seluruh fungsi panca indra

Disimpulkan dari sudut pandang keilmuan bahwa penggunaan satu panca indra dalam suatu pekerjaan akan memberikan hasil dengan persentase tertentu.56

56 Amjad Qasim, Kaifa Tahfiz Al-Qur’an Al Karim fi Syahr (Madiun-Jatim: 2012), 160.

Sedangkan menurut Sa’dullah dalam bukunya yang berjudul Praktis Menghafal Al-Qur’an dan Amjad Qosim yang berjudul Hafal Al-Qur’an Dalam Sebulan, selain strategi dan metode, beberapa hal yang mendukung seseorang menghafal al-Qur’an, yaitu:

1. Memiliki tekad yang kuat atau niat.

2. Menanamkan sifat sabar.

3. Memanfaatkan waktu.

4. Konsisten dengan satu mushaf.

5. Memilih waktu yang tepat dan terang.

6. Mendengarkan bacaan orang yang lebih ahli.

7. Istiqomah (terus-menerus) dalam melaksanakan proses hafalan.

8. Mencari pembimbing atau guru atau ustaz/ustazah yang tepat.

9. Selalu mohon bimbingan dan pertolongan kepada Allah SWT.

10. Selalu aktif mencari strategi-strategi yang dapat mendukung hafalannya.

Usaha ini dilakukan agar para peserta penghafal al-Qur’an fokus dan lebih mudah dalam menghafal, selain itu dapat membantu ingatan peserta karena mushaf yang dibaca satu dan tidak diganti-ganti.57 Penghafal al-Qur’an juga diharuskan dapat melakukan disiplin waktu untuk mengulang hafalan, karena mengatur waktu diperlukan agar ayat yang sudah dihafal tidak mudah dilupakan.58 Sedangkan strategi menjaga hafalan juga harus diperhatikan guna memberikan efektifitas agar terjaga hafalan al-Qur’an

57 Ustazah Asfi, wawancara pada tanggal 2 Maret 2020

58 Ustazah Asfi, wawancara pada tanggal 2 Maret 2020

yang sudah dihafal atau pun ayat baru yang akan dihafal. Di antara hal-hal yang harus diperhatikan: