• Tidak ada hasil yang ditemukan

A.2.d Hasil wawancara

Dalam dokumen School Refusal Pada Anak Sekolah Dasar (Halaman 62-80)

ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

IV. A.2.d Hasil wawancara

Tabel 6

Jadwal Wawancara Subjek 2

No Tanggal Wawancara Waktu Wawancara Tempat Wawancara 1 22 Agustus 2007 09.00 – 11.00 WIB Di Sekolah Subjek 2 25 Agustus 2007 09.00 – 09.30 WIB Di Rumah Subjek 3 21 November 2007 09.00 – 10.30 WIB Di Sekolah Subjek

1. Bagaimana sikap anak terhadap sekolah.

Kegiatan Aini pada pagi hari ketika mau berangkat sekolah sama seperti anak lain pada umumnya, yang berbeda kalau Aini tidak menyelesaikan PRnya, dia berusaha merayu dan minta pada neneknya untuk tidak sekolah atau dengan melamakan waktu bersiap pergi ke sekolah.

“...kadang-kadang Aini malas berangkat sekolah, jadi lama siap- siapnya...soalnya sambil rayu nenek biar ga’ usah sekolah.”

(S2.W1/b.87-89)

“Ya...kadang...karena ga’ siap PR (malu-malu).” (S2.W1/b.91-92)

“Ya kadang karena sakit, kadang katanya dia belum siap PR jadi takut dihukum di sekolah.”

(FAS2.W1/b.46-47)

Perasaan Aini ketika mau pergi ke sekolah baik-baik saja kalau tidak ada PR tapi kalau ada PR yang belum selesai Aini merasa takut pergi sekolah.

“Ya (sambil mengangguk), walaupun Aini sebenarnya takut, takut... dihukum bu guru.”

(S2.W1/b.401-402)

“Kalau ga’ ada PR ya senang, ga’ ada yang perlu dikhawatirkan.” (S2.W1/b.409-410)

Aini pergi sekolah sendiri dengan berjalan kaki, tidak diantar oleh siapapun karena rumahnya dekat dengan sekolah dan Aini merasa senang jalan kaki.

“Ya (sambil mengangguk), sendiri aja.” (S2.W1/b.71)

“Ga’ naik apa-apa, jalan kaki aja soalnya rumahnya dekat, tu digang itu (menunjuk gang yang terlihat dari halaman sekolah).”

“E....ga’ pa pa. Kan jadi sehat tiap hari jalan kaki.” (S2.W1/b.78)

Disekolah Aini berkegiatan sama seperti anak lain, belajar didalam kelas dan bermain saat istirahat dengan beberapa teman yang ia sukai.

“Ya...belajar. Kadang kami nulis yang disuruh bu guru atau ngerjain soal yang dikasi bu guru.”

(S2.W2/b.545-546)

“E...bisa main sama teman juga” (S2.W1/b.278)

“...ya senang aja, mereka baik sama Aini.” (S2.W1/b.316)

Pada saat pelajaran Aini pernah ditanya guru dan jika Aini tahu jawabannya maka ia langsung menjawabnya tapi kalau Aini tidak tahu jawabannya Aini diam saja.

“Ya...kalau Aini ditanya dan Aini tau jawabannya, ya....Aini jawab, tapi kalau ga’ tau...(tersenyum) diam aja.”

(S2.W2/b.553-555)

Saat pulang sekolah, Aini kadang langsung pulang karena temannya tidak ada tapi kalau temannya ada Aini bermain dulu, baru pulang.

“Ya...pulang.” (S2.W3/b.664)

“Ya...kalau teman Aini ngajak main ya...main dulu baru pulang.” (S2.W3/b.666-667)

“Ya...kayak Sisi, Agus, Aisah sama Inah kalau mereka masuk sekolah, biasanya pulangnya main dulu....baru pulang kerumah masing-masing.” (S2.W3/b.669-672)

“Soalnya kadang teman Aini ga’ datang kak. Kayak kemarin kan Sisi ga’ datang, ya udah pas bel pulang ya Aini langsung pulang.”

Sekolah adalah tempat belajar dan bermain bersama teman-temannya. “E...sekolah ya tempat belajar kak.”

(S2.W3/b.633)

“Sebagai ...tempat bermain juga.” (S2.W3/b.638)

2. Bagaimana gejala school refusal yang ditunjukkan oleh anak, meliputi: frekuensi, durasi, intensitas, dan bentuk perilakunya.

Aini akan tetap ada disekolah dari mulai masuk sekolah sampai pulang sekolah.

“...ga’ pernah (menjawab dengan intonasi suara agak lambat dan gelengan kepala yang agak lambat juga), Aini ga’ pernah pulang sebelum jam pulang sekolah.”

(S2.W3/b.656-659)

Selama ini Aini tidak pernah merasakan sakit fisik apapun ketika akan pergi sekolah.

“Ee...ga’. Ga’ pernah sakit.” (S2.W1/b.416)

“Kalau sakit ya pernah. Tapi, kalau pas mau pergi ke sekolah...Aini kayaknya ga’ pernah ngeluh sakit.”

(FAS2.W1/b.92-94)

Aini mengeluh dan meminta untuk tidak sekolah pada neneknya kalau PRnya belum selesai dikerjakan.

“...kadang-kadang Aini malas berangkat sekolah, jadi lama siap- siapnya...soalnya sambil rayu nenek biar ga’ usah sekolah.”

(S2.W1/b.87-89)

“Ya...kalau bisa ga’ sekolah, minta ijin sama nenek biar ga’ usah sekolah.”

“Ya kalau sakit nenek kasi ga’ sekolah. Tapi kalau karena PRnya belum siap, ya nenek ga’ kasi ijin. Nenek bilang ga’ pa pa sekolah aja. Kayak kemarin, hari apa ya...nenek lupa, dia bilang ga’ mau sekolah soalnya PRnya belum selesai, ya ga’ nenek kasi ga’ sekolah, nenek suruh sekolah.” (FAS2.W1/b.49-55)

Aini merasa takut pergi kesekolah jika PRnya belum selesai atau tidak dikerjakan. Aini merasa takut dimarahi dan dihukum oleh gurunya.

“Aini....takut dihukum bu guru (menunduk).” (S2.W1/b.170)

“...Aini takut (melihat kiri kanan)...ama Bu Sitorus (dengan suara pelan).”

(S2.W1/b.184-185)

“....ibu itu galak. Waktu dikelas lima sering marah-marah ama Aini.” (S2.W1/b.196-197)

“Ya (sambil mengangguk), sekarang juga....(wajah terlihat sedih)” (S2.W1/b.199-200)

“Apa ya...o dia bilang dia takut sama gurunya, siapa ya namanya... nenek lupa.”

(FAS2.W1/b.181-182)

Aini tidak punya masalah berpisah dengan orangtua atau orang yang dekat dengannya dalam hal ini adalah neneknya.

“E...biasa aja.” (S2.W1/b.66)

“Ga’ ada. Biasa aja, kan ntar ketemu lagi kalau dah pulang sekolah.” (S2.W1/b.68-69)

3. Apa yang memicu sehingga anak mengalami school refusal.

Aini punya pengalaman negatif dengan gurunya. Aini pernah dan cukup sering dimarahi bahkan dipukul oleh gurunya, sehingga Aini merasa takut pada gurunya. Dan hal ini juga dikeluhkannya pada neneknya.

“Aini....takut dihukum bu guru (menunduk).” (S2.W1/b.170)

“...ibu itu galak.” (S2.W1/b.224)

“Ya...marah,...kadang Aini dipukul (terlihat sedih).” (S2.W1/b.238-239)

“Ya dia bilang, tapi nenek lupa. Katanya gurunya itu galak benar, suka marah-marah dan bentak-bentak Aini di sekolah. Ya memang menurut nenek wajar aja karena memang Aini yang salah, ga’ buat PR, jadi pantas dimarahi.”

(FAS2.W1/b.184-188)

Aini juga pernah diejek oleh teman-temannya sehingga Aini hanya mau berteman dan bermain dengan teman yang tidak mengejeknya.

“E....mereka ga’ suka sama Aini.” (S2.W1/b.302 & 318)

“Mereka....suka ngejekin Aini (terlihat sedih).” (S2.W1/b.320)

“(mengangguk), mereka bilang Aini...jelek (tunduk).” (S2.W1/b.322-323)

“(mengangguk), kan kulit Aini jelek kak, ada penyakitnya. Jadi mereka ngejekin Aini (sedih seperti ingin menangis).”

(S2.W1/b.325-327)

4. Bagaimana respon dan sikap orangtua terhadap anak yang mengalami school refusal.

Respon nenek Aini pertama kali diberitahu kalau Aini mengalami school refusal adalah kaget, tapi setelah merasa jelas tentang school refusal nenek Aini merasa itu hanya masalah yang sering terjadi pada anak sekolah.

“Ya boleh-boleh aja. Tapi masa sih Aini termasuk anak yang ga’ mau sekolah. Tadi aja dia sekolah kok.”

Langkah yang dilakukan nenek Aini agar Aini mau terus sekolah adalah dengan tidak memberi ijin tidak sekolah dan memberikan perhatian lebih pada Aini, misalnya dengan menyuruh dan membantu sebisanya mengerjakan PR.

“Ya nenek rasa begitu. Ya nenek selalu memperhatikannya dan selalu mengawasi semua kegiatannya semampu nenek.”

(FAS2.W1/b.211-213)

“Ya nenek sampai sekarang hanya dapat memberikan perhatian pada Aini, kalau yang lain belum terpikirkan oleh nenek. Apalagi kan nenek baru tau dari kamu kalau Aini terus menerus seperti ini sekolahnya bisa terganggu.”

(FAS2.W1/b.217-225)

Berikut ini peneliti menampilkan rekonstruksi data penelitian dalam bentuk tabel untuk memudahkan melihat data diri dari masing-masing subjek penelitian :

Tabel 7

Gambaran Umum Subjek I dan II

Keterangan Subjek 1 Subjek 2

Nama Ali Aini

Kelas I SD VI SD

Usia 7 tahun 11 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

Agama Islam Islam

Urutan Kelahiran Anak ke 5 dari 7 bersaudara Anak ke 4 dari 6 bersaudara

Pekerjaan Ayah Tukang Sampah Wiraswasta

IV.B. Pembahasan

Berdasarkan data wawancara dari subjek I dan II dan juga dari figure attachment subjek I dan II tentang dinamika school refusal yang mereka alami, maka peneliti merangkumnya dalam tabel 8 berikut ini :

Tabel 8

Dinamika School Refusal

No Pertanyaan Penelitian Ali Aini

1. Bagaimana sikap anak terhadap sekolah : a. Perasaan ketika akan pergi ke sekolah. b. Kegiatan di sekolah. c. Yang dilakukan ketika ditanya guru.

Baik-baik saja selama ada neneknya yang mengantar dan menemani sampai jam pulang sekolah. Kalau nenek tidak bisa mengantar, tidak mau sekolah

Belajar dikelas dan bermain/jajan disaat istirahat tapi kebanyakan

waktu dihabiskan bersama neneknya, baik

jajan maupun bermain dibanding dengan temannya.

Kalau diminta menulis dipapan tulis mau maju dan kalau tidak bisa tidak

Baik-baik saja kalau tidak ada PR, tapi merasa takut pergi ke sekolah kalau ada PR yang belum selesai.

Belajar dan bermain bersama teman-teman yang disukainya dan hanya dengan mereka saja.

Menjawab apa yang ditanyakan guru, tapi kalau tidak bisa atau tidak

2.

d. Pendapat tentang sekolahnya.

Bagaimana gejala school refusal yang dialami anak :

a. Betah di sekolah.

b. Mengeluh dan

meminta untuk tidak sekolah.

c. Merasa sakit fisik pada saat mau pergi ke sekolah.

d. Perasaan (sikap

takut pada hukuman guru.

Sekolah tempat belajar, biar bisa jadi orang yang pintar. Bersikap biasa saja terhadap sekolah.

Merasa nyaman dan tenang kalau disekolah ada nenek yang menunggui.

Pernah ketika neneknya tidak bisa mengantar dan menemaninya sekolah karena neneknya sakit, tapi hanya sekali saja tidak masuk sekolah selama tahun ajaran ini.

Tidak pernah.

Tidak punya perasaan

tahu jawabannya, diam saja.

Sekolah adalah tempat belajar dan bermain. Senang bisa sekolah, tapi jangan banyak PRnya.

Merasa tenang berada disekolah selama tidak ada PR yang belum selesai, tapi kalau ada PR yang belum selesai akan merasa tidak tenang.

Dilakukan ketika PR tidak selesai atau tidak dikerjakan, kadang tetap pergi sekolah dan kadang tidak sekolah.

Tidak pernah.

3.

negatif) terhadap sekolah.

e. Tidak ingin berpisah dari orangtua atau pengasuhnya. Apa yang menyebabkan anak mengalami school refusal : a. Perasaan ketika harus berpisah dari

ibunya atau pengasuhnya. b. Pendapat tentang teman-teman sekolahnya. c. Pengalaman buruk (dengan guru, teman atau yang lain) di sekolah.

(sikap negatif) terhadap sekolah selama ada nenek disampingnya. Kalau tidak ada nenek tidak mau sekolah.

Tidak ingin berpisah dari neneknya selama berada di lingkungan sekolah setiap hari.

Takut karena merasa tidak enak kalau tidak ditemani oleh neneknya ke sekolah.

Temannya baik, tapi tidak

selalu bermain bersamanya, hanya beberapa orang saja.

Merasa dimarahi guru, tapi sebenarnya bukan dimarahi, karena suara guru yang keras

sekolah jika PRnya belum selesai atau tidak dikerjakan.

Tidak punya masalah berpisah dengan orangtua atau orang yang dekat dengannya.

Tidak punya masalah jika berpisah dari orangtua atau orang yang dekat dengannya ketika pergi sekolah.

Ada teman yang baik, enak diajak bermain dan ada juga teman yang tidak enak (asyik) diajak bermain.

Pernah dimarahi dan dihukum oleh guru bahkan menimbulkan ketakutan serta pernah mendapat

4.

d. Pendapat tentang keluarganya.

Bagaimana respon dan

sikap orangtua terhadap anak yang mengalami school refusal : a. Respon orangtua ketika mengetahui anaknya mengalami school refusal. b. Langkah yang dilakukan orangtua ketika anak menunjukkan gejala school refusal. membuatnya takut.

Orangtua, nenek, kakak dan adik baik terhadapnya tapi yang paling dekat dan baik adalah neneknya.

Berusaha menyangkal tapi akhirnya menerima dan ingin tahu lebih lanjut.

Tetap terus mengantar dan menunggui Ali sekolah sampai dia mau pergi sekolah sendiri atau sama kakak dan temannya.

perlakuan tidak enak dari teman-temannya, yaitu diejeki jelek.

Orangtua dan orang yang ada di rumahnya baik, tapi mereka sibuk dengan urusannya masing-masing, cuma nenek yang mau memperhatikannya.

Pertama tahu kaget, tapi merasa kalau masalah itu hanya masalah yang biasa terjadi pada anak sekolah.

Memberikan perhatian yang lebih yang tidak didapat Aini dari orangtuanya yang sibuk dengan urusannya masing- masing.

IV.B.1. Subjek 1

1. Bagaimana sikap anak terhadap sekolah.

Menurut Kearney dan Silverman (dalam Kearney, 2001), tingkah laku school refusal adalah kecenderungan anak menolah untuk menghindari sekolah, yang ditandai dengan rasa cemas yang berlebihan, menangis, merasa sakit atau merasa takut ketika akan berangkat ke sekolah. Ali merasa baik-baik saja ketika akan pergi ke sekolah dan ketika ada di sekolah asalkan ada neneknya yang mengantar dan menemaninya sampai ia pulang sekolah. Tapi kalau neneknya tidak bisa mengantar dan menemaninya, Ali tidak mau pergi sekolah. Ali sama sekali tidak menunjukkan gejala school refusal apapun ketika akan pergi ke sekolah.

Tingkah laku anak yang mengalami school refusal juga dapat dilihat di sekolah, anak merasa tidak nyaman karena perasaan cemas sehingga mereka dapat kehilangan kemampuan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan pada berbagai tahap pada masa perkembangan mereka. Secara spesifik, seorang anak yang sangat pemalu dan sangat tidak mampu berinteraksi dengan teman sebaya, tidak mungkin belajar bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain (Davison, 2006). Saat istirahat lebih banyak dihabiskan Ali bersama neneknya daripada bersama teman-temannya. Ali lebih suka jajan dan bermain dengan neneknya, selain karena Ali hanya punya satu teman juga disebabkan karena Ali lama keluar istirahat karena harus menyelesaikan tugas menulis terlebih dahulu. Selain itu juga dikarenakan Ali tidak punya banyak teman, hanya ada satu orang.

Kegiatan Ali di sekolah sama seperti anak lain pada umumnya, Ali belajar di kelas dan Ali tidak punya masalah kalau disuruh mengerjakan tugas, kalau Ali bisa melakukannya ia akan melakukannya tapi kalau Ali tidak bisa ia akan menerima hukuman dari gurunya tanpa perasaan takut atau malu. Ali terlihat tidak memiliki hambatan untuk beradaptasi dengan sekolah dan lingkungannya.

Sekolah adalah salah satu sarana pendidikan untuk menyempurnakan perkembangan jasmani dan rohani anak. Peristiwa mulai sekolah merupakan langkah maju dalam kehidupan anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan, menakjubkan, yang menakutkan atau yang asing bagi anak (dalam Sukadji, 2000). Menurut Ali sekolah baginya adalah tempat belajar biar bisa menjadi orang pintar. Ali senang pergi ke sekolah bersama neneknya dan tidak punya masalah dengan sekolah. Ali punya pandangan dan sikap positif terhadap sekolahnya asalkan ia pergi ke sekolah dengan neneknya.

Menurut neneknya, Ali senang pergi ke sekolah dan sama sekali tidak punya masalah ketika akan pergi ke sekolah. Ali hanya akan menolak untuk pergi ke sekolah kalau neneknya tidak bisa mengantar dan menemaninya di sekolah.

2. Bagaimana gejala school refusal yang ditunjukkan oleh anak, meliputi: frekuensi, durasi, intensitas, dan bentuk perilakunya.

Ali merasa nyaman dan tenang kalau di sekolah ada neneknya yang menemani dan menungguinya sampai pulang sekolah. Ali pernah mengeluh dan minta untuk tidak sekolah ketika neneknya tidak bisa mengantar dan menemaninya sekolah karena neneknya sakit. Ali mengalami gejala school refusal

yang ketiga yang diterangkan dalam Kearney (2001) yaitu hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak diharapkan, yaitu tidak ingin pisah dari neneknya.

Ali juga mengalami gejala school refusal yang pertama yaitu menolak pergi ke sekolah (dalam Kearney, 2001). Ali tidak mau sekolah kalau tidak diantar oleh neneknya hanya terjadi sekali dalam tahun ajaran ini, karena neneknya terus berusaha agar sedapat mungkin tetap bisa terus mengantar Ali ke sekolah.

Ali tidak pernah merasa sakit ketika mau pergi ke sekolah, Ali merasa baik-baik saja. Ali senang pergi ke sekolah dan ingin tetap bisa sekolah agar cita- citanya menjadi polisi dapat tercapai. Ali tidak menunjukkan keluhan fisik apapun ketika akan pergi ke sekolah atau gejala keempat dari school refusal.

Menurut neneknya, Ali sangat manja pada dirinya sehingga Ali tidak ingin berpisah darinya. Terlihat jelas ketika pertama kali masuk sekolah, Ali tidak ingin ditinggalkan neneknya. Dan samapai sekarang pergi sekolah dan pulang sekolah Ali selalu dengan neneknya. Bahkan kegiatan yang dilakukan Ali di rumah juga kebanyakan bersama neneknya.

3. Apa yang memicu sehingga anak mengalami school refusal.

Dari gejala yang telah diungkap di atas Ali mengalami school refusal disebabkan karena Ali tidak ingin berpisah dari neneknya. Ali mengalami Separation anxiety (kecemasan berpisah), yaitu kecemasan yang berlebiihan ketika berpisah dari orang yang dekat dengan anak, seperti orangtua (dalam Wenar, 1994).

Penyebab atau pemicu lain kenapa Ali tidak ingin sekolah kalau tidak ditemani dan ditunggui oleh neneknya adalah karena Ali punya pengalaman yang tidak mengenakkan dan merasa takut dengan salah satu gurunya di sekolah. Jadi penyebab Ali mengalami school refusal sesuai dengan yang diungkapkan dalam Rini (2002), ada dua yaitu: karena Ali mengalami separation anxiety dan punya pengalaman negatif di sekolah.

Menurut neneknya, Ali tidak ingin berpisah dengannya disebabkan selain karena Ali manja padanya juga karena Ali takut pada guru di sekolahnya yang terkenal galak.

4. Bagaimana respon dan sikap orangtua terhadap anak yang mengalami school refusal.

Respon yang terlihat dari nenek Ali ketika mengetahui kalau Ali mengalami school refusal adalah berusaha menyangkal atau tidak terima tapi setelah dijelaskan dan paham tentang school refusal, nenek Ali merubah responnya jadi menerima dan ingin tahu lebih lanjut seperti apa school refusal.

Langkah yang diambil nenek Ali sudah sama dengan langkah keenam penanganan school refusal yang diungkapkan oleh Rini (2002), yaitu lepaskan anak secara bertahap. Ketika Ali pertama kali masuk sekolah ia tidak mau pisah dari neneknya, jadi nenek Ali menemaninya di dalam kelas agar Ali mau tetap sekolah.beberapa hari kemudian nenek Ali berada di luar kelas tapi masih terlihat oleh Ali dan beberapa harinya lagi nenek Ali ada di luar kelas tapi tidak terlihat oleh Ali.

IV.B.2. Subjek 2

1. Bagaimana sikap anak terhadap sekolah.

Salah satu perasaan yang dirasakan anak yang mengalami school refusal ketika akan berangkat ke sekolah adalah rasa takut (Kearney & Silverman dalam Kearney, 2001). Perasaan Aini ketika akan pergi ke sekolah tergantung dari apakah hari itu ada PR atau tidak. Kalau hari itu ada PR dan belum selesai atau tidak dikerjakan maka Aini akan merasa takut, tapi kalau tidak ada PR maka Aini merasa baik-baik saja.

Aini belajar layaknya seperti anak sekolah dasar lain yang seusia dengannya. Aini belajar di dalam kelas dengan teman-temannya dan jika ditanya oleh guru Aini akan menjawabnya kalau tahu jawabannya tapi kalau Aini tidak tahu jawabannya maka ia akan diam saja. Aini hanya akan merasa tidak tenang kalau PR yang belum siap atau tidak dikerjakan.

Saat istirahat Aini bermain dan jajan dengan temannya. Aini hanya punya empat orang teman yang ia sukai, karena keempat orang temannya ini tidak pernah mengejeknya. Aini hanya bermain dengan mereka saja sedangkan yang lain tidak ditemaninya karena mereka suka mengejek Aini.

Sekolah bagi Aini adalah tempat belajar dan bermain, Aini merasa senang bisa sekolah dan akan lebih senang lagi kalau sekolah tidak ada PR.

2. Bagaimana gejala school refusal yang ditunjukkan oleh anak, meliputi: frekuensi, durasi, intensitas, dan bentuk perilakunya.

Aini mengalami gejala school refusal yang ketiga (dalam Kearney, 2001) yaitu hadir di sekolah tapi menunjukkan tingkah laku yang tidak diharapkan. Aini merasa tenang berada di sekolah selama tidak ada PR yang belum selesai, tapi kalau ada PR yang belum selesai Aini akan merasa tidak tenang atau cemas.

Aini pernah mengeluh dan minta tidak sekolah karena PRnya belum selesai atau tidak dikerjakan. Tapi Aini tidak selalu mendapat ijin untuk tidak sekolah walaupun PRnya belum selesai. Aini mengalami gejala school refusal yang keempat yaitu mengemukakan keluhan fisik dan keluhan lain (di luar keluhan fisik) dengan tujuan agar tidak pergi ke sekolah (dalam Kearney, 2001).

Aini tidak pernah merasa sakit ketika mau pergi ke sekolah, Aini hanya merasa takut pergi ke sekolah kalau ada PR yang belum selesai khususnya PR matematika. Aini sama sekali tidak bermasalah jika harus berpisah dengan keluarganya, khususnya neneknya untuk pergi ke sekolah.

Menurut neneknya, Aini sering meminta ijin padanya untuk tidak sekolah karena PR Aini khususnya PR matematika belum selesai.

3. Apa yang memicu sehingga anak mengalami school refusal.

Berdasarkan penyebab school refusal yang dijelaskan dalam Rini (2002), penyebab Aini mengalami school refusal adalah karena Aini punya pengalaman buruk di sekolah, yaitu Aini pernah dimarahi dan dihukum oleh gurunya yaitu guru matematika dan Aini juga mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari temannya, teman-temannya suka mengejek Aini jelek.

Menurut neneknya, Aini sama sekali tidak punya masalah. Aini sama saja dengan anak lain yang seusia dengannya, hanya saja bedanya Aini kurang mendapat perhatian dari keluarganya khususnya orangtuanya karena pada sibuk dengan urusan masing-masing.

4. Bagaimana respon dan sikap orangtua terhadap anak yang mengalami school refusal.

Respon nenek Aini ketika tahu pertama kali Aini mengalami school refusal adalah kaget dan setelah mendapat penjelasan singkat dari peneliti, nenek Aini merasa school refusal hanyalah masalah yang biasa terjadi pada anak sekolah.

Langkah yang dilakaukan nenek Aini adalah memberikan perhatian yang lebih kepada Aini, karena neneknya merasa Aini kurang mendapat perhatian dari orangtuanya karena terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing.

BAB V

Dalam dokumen School Refusal Pada Anak Sekolah Dasar (Halaman 62-80)

Dokumen terkait