• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

a. Pengertian, Prinsip Belajar & Tujuan Belajar

Menurut Suyono dan Hariyanto, “ belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian”.1

Dapat diartikan dengan belajar yang diperoleh bukan hanya pengetahuan atau kompetensi akan diperoleh juga perubahan perilaku, sikap dan pribadi yang teguh. Berikut ini definisi belajar dari beberapa pakar pendidikan:

1)Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

2)Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3)Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of expirence. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman). 4)Harold Spears

Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arahan tertentu).

1

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), Cet. III, h. 9.

5)Geoch

Learning is change in perfomance as a result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan).

6)Morgan

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman). 2

Berdasarkan kutipan para pakar pendidikan belajar diatas dapat diartikan belajar merupakan perubahan perilaku berdasarkan dari proses dan merupakan hasil pengalaman bukan didapat dari secara alamiah.

Prinsip-prinsip atau asas dalam belajar menurut Suprijono adalah sebagai berikut :

1)Prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri :

a) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari.

b)Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d)Positif atau berakumulasi.

e) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan. f) Permanen atau tetap.

g)Bertujuan dan terarah.

h)Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2)Belajar merupakan proses. Belajar sering terjadi karena terdorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, kontruktif, dan organik. Belajar merupakan kegiatan fungsional dari berbagai komponen belajar.

3)Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Dan menurut Walisman dan Somantri terdapat beberapa prinsip belajar, yaitu :1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang

2

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), Cet VII, h. 2.

jelas. Tujuan belajar yang jelas harus ditetapkan agar seseorang dapat menentukan arah dan tahap-tahap belajar yang harus dilalui untuk mencapai tujuannya. 2) Proses belajar yang akan terjadi bila seseorang dihadapkan pada situasi problematis.Melalui problem/masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan di masyarakat, akan merangsang siswa berpikir untuk mengatasi masalah tersebut. 3) Belajar dengan permasalahan akan lebih bermakna daripada belajar dengan hafalan. Hal ini akan lebih memungkinkan seseorang lebih berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan hal-hal yang sudah dipelajari dan dimengerti. Sebaliknya belajar dengan hafalan hasilnya cenderung tampak dalam bentuk kemampuan mengingat pelajaran itu saja dan siswa akan kurang bisa menerapkan mengembangkan menjadi suatu pemikiran yang baru yang lebih bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya. 4) Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil daripada belajar secara terbagi-bagi. Dengan belajar secara menyeluruh akan dapat melihat dan mengerti dengan jelas bagaimana bagian-bagian itu merupakan keseluruhan yang berhubungan dan membentuk satu keseluruhan secara bulat. 5) Belajar memerlukan kemampuan dalam menangkap intisari pelajaran itu sendiri. Berkaitan dengan pengertian yang telah diperoleh siswa dalam belajarnya berarti telah mampu menangkap intisari pelajaran yang telah dipelajarinya. 6) Belajar merupakan proses yang kontinu. Karena merupakan suatu proses maka belajar membutuhkan waktu. Pikiran manusia memiliki keterbatasan dalam menyerap ilmu dalam jumlah yang banyak sekaligus. Oleh karena itu belajar harus dilakukan secara kontinu, jadwal yang teratur dan jumlah materi yang sesuai kemampuan. 3

Secara umum tujuan belajar yang diusahakan menurut Yudhi Munadi adalah untuk dicapai meliputi tiga hal, yakni untuk mendapatkan

3

Iim Walisman dan Numan Somantri, Portofolio Dalam Pelajaran IPS, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V, h. 10.

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan sikap. Ketiganya dimaksudkan untuk mencapai hasil yang diharapkan. 4

b. Hasil Belajar

Menurut Suprijono hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah

knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis

(mengorganisasikan merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). 5

Maka berdasarkan pendapat Suprijono dan Bloom dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar didapat dengan proses dari berbagai kemampuan yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.

e. Penilaian Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana lingkup sasaran penilaian pendidikan mencakup tiga sasaran pokok yaitu : 1) Program pendidikan

Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan sarana pendidikan. 2) Proses belajar-mengajar. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan keterlaksanaan program belajar mengajar. 3) Hasil-hasil belajar. Penilaian Hasil-hasil belajar menyangkut Hasil-hasil belajar jangka pendek dan hasil belajar jangka panjang. 6

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujun kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.

4

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2012), Cet. IV, h. 188.

5

Suprijono, op. cit., h. 5.

6Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar

, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 1.

Menurut Benyamin Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu :1) Ranah Kognitif. Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk tingkat tinggi. 2) Ranah Afektif. Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotorik. Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perspektual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. 7

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif menurut Wina Sanjaya merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). 8

Model pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif (cooperative task) dan komponen struktur intensif kooperatif (cooperative incentive structure). Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan motivasi individu untuk berkerja sama mencapai tujuan kelompok.

7Nana Sudjana, op. cit., h. 22. 8

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran, yaitu :

1)Hasil Belajar Akademik 2)Penerimaan Terhadap Keragaman 3)Pengembangan Keterampilan Sosial.9

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada pembelajaran akademik berupa norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Siswa kelompok atas akan memberikan tutor bagi siswa kelompok bawah, jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberikan pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih mendalam tentangan hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi tertentu.

Maka hasil belajar akademik merupakan hasil belajar yang didapat dengan cara menyelesaikan tugas-tugas akademik baik itu berupa test maupun nontest. Dan melalui pembelajaran kooperatif hasil belajar akademik diperoleh melalui tutor sebaya yang mempunyai orientasi dan bahasa yang sama dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

9

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas terhadap orang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling tergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Keterampilan ini mata penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak pekerjaan orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa, “ belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif, dan perspektif elaborasi kognitif”.10

Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok saling membantu.

Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

10

Karakteristik model pembelajaran kooperatif menurut pendapat Masitoh dan Laksmi Dewi dijelaskan dibawah ini : 1) Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis.2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.3) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya dan jenis kelamin.4) Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu. 11

d. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini :

1) Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interpendence) 2)Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) 3) Interaksi Tatap Muka (Face to Face Promotion Interaction) 4) Partisipasi dan Komunikasi (Participation Communication)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari bahwa setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan. Setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok.

Hakikat dari ketergantungan positif adalah tugas kelompok tidak akan bisa diselesaikan tanpa ada kerja sama yang baik dari semua anggota kelompok. Dan diharapkan anggota yang memiliki kemampuan lebih mau membantu anggota kelompok lainnya dalam menyelesaikan tugasnya.

Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung kepada setiap anggotanya, maka setiap anggota harus memiliki tanggung jawab

11

Masitoh & Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), h. 233.

sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

Dalam melakukan penilaian individu faktor yang dijadikan sebagai dasar adalah kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan dalam penilaian secara kelompok didapat melalui hasil dari kolaborasi kemampuan anggota kelompok tersebut.

Pembelajaran kooperatif memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap akan akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

Dengan kelompok belajar kooperatif yang heterogen (dengan latar belakang sosial dan kemampuan akademik yang berbeda), maka memperkaya kemampuan akademik dan pengalaman siswa lewat interaksi tatap muka tersebut.

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka daam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan untuk mendengarkan dan kemampuan berbicara, padahal keberhasilan kelompok ditentukan oleh partisipasi setiap anggotanya. Kemampuan berkomunikasi siswa perlu dilatih. Karena dengan kemampuan berkomunikasi yang baik siswa dapat berpartisipasi dalam proses belajar. Seperti kemampuan dalam menyatakan

pendapat atau ide-ide dan menyatakan ketidaksetujuan secara santun tanpa menyudutkan salah satu pihak.

e. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball

Throwing

Secara etimologis Snowball Throwing berasal dari bahasa Inggris yaitu “snow artinya salju,’’12 “ball berarti bola13 dan “throwing”

berasal dari kata dasar “throw yang berarti lemparan”14

. Jadi Snowball Throwing memiliki pengertian lemparan bola salju.

Menurut Agus Suprijono langkah-langkah dalam metode pembelajaran Snowball Throwing (Lemparan Bola Salju) adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. 6) Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian . 7) Evaluasi. 8) Penutup. 15.

Kelebihan pembelajaran dengan menggunakan tipe Snowball Throwing diantaranya :

a. Melatih siswa untuk menguasai materi tidak selalu tergantung pada buku.

12

Budiono, Kamus Lengkap 700 Milyar, (Jakarta: Bintang Indonesia), h. 255.

13Ibid

,. h. 30.

14

Ibid,. h. 265.

15

Suprijono, Agus, Cooperative Learning: Teori & Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 128.

b. Dapat membantu siswa untuk berani berbicara didepan umum.

c. Siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan akan pentingnya kerja sama.

d. Siswa akan memiliki rasa tanggung jawab karena masing-masing mendapat pertanyaan dan harus menjawab pertanyaan yang didapat. e. Siswa belajar dengan suasana yang menyenangkan karena dikemas

seperti sebuah permainan.

Selain mempunyai berbagai kelebihan, pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing juga memiliki

kekurangan antara lain sebagai berikut;

a. Kompetensi yang diperoleh siswa terbatas pada wawasan yang dimiliki siswa.

b. Adanya kemungkinan suasana kelas yang kurang kondusif sehingga mengurangi waktu belajar siswa yang efektif menjadi terbatas.

f. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap , yaitu : 1) Penjelasan Materi. Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selajutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). Pada tahap ini guru dapat menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan jika perlu guru dapat menggunakan demonstrasi. Disamping itu, guru dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa. 2) Belajar dalam Kelompok. Setelah guru memberikan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk

sebelumnya. Pengelompokan dalam model pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baikmperbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemamapuan akademis sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. 3) Penilaian Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. tes atau kuis dilakukan dengan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemmapuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiapa kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok .4) Pengakuan Tim. Pengakuan (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka. 16

3. Hakikat Pembelajaran IPS

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam system pendidikan nasional dalam Kurikulum 1975.Dalam dokumen kurikulum tersebut IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS

16

merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya.

Dalam lingkup filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial, dan ilmu pendidikan, istilah pendidikan IPS belum dikenal baik sebagai sub disiplin ilmu atau cabang dari disiplin ilmu. Dalam kepustakaan asing, istilah yang lazim digunakan antara lain, “ Social Studies, Social Education, Social Studies Education, Social Science Education, Citizenship Education, Studies of Society, and Environment.” 17

Perbedaan istilah ini bukan hanya digunakan berbeda antar negara melainkan terjadi perbedaan antar negara bagian dalam suatu negara.

Pengertian pendidikan IPS di Indonesia sebagaimana yang terjadi di sejumlah negara pada umumnya masih dipersepsikan secara beragam. Namun, definisi yang sudah lama dirumuskan sebagai hasil adopsi dan adaptasi dari gagasan global reformers adalah definisi dari Prof. Nu’man Somantri.

Somantri mendefinisikan Pendidikan IPS dalam dua jenis, yakni : a. Pendidikan IPS untuk persekolahan atau untuk pendidikan dasar dan menengah. Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pendagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan. b. Pendidikan IPS untuk perguruan tinggi. Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. 18

Menurut Somantri, “ istilah penyederhanaan digunakan pada Pendidikan IPS pendidikan dasar dan menengah dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tingkat kesukaran bahan harus sesuai dengan tingkat kecerdasan dan minat peserta didik.” 19

Adanya perbedaan definisi Pendidikan IPS di Indonesia ini berimplikasi bahwa Pendidikan

17

Sapriya, Pendidkan IPS, (Bandung: Laboratorium PKn UPI Press, 2008), h. 6.

18Ibid

., h. 9.

19Ibid

IPS dapat dibedakan atas dua, yakni Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan Pendidkan IPS sebagai kajian ilmu.

IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan(skills), sikap dan nilai(attitudes

and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk

memecahkan masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

a. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Pengertian pelajaran IPS menurut Walisman dan Somantri : “Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan kewarganegaraan”.

b. Fungsi dan Tujuan

Fungsi mata pelajaran IPS di SD dan MI adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan ketrampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Sedangkan tujuan mata pelajaran IPS di SD dan MI menurut Walisman dan Somantri adalah :

1)Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, eknomi sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pendagogis dan psikologis.

2)Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial.

3)Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4)Meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. 20

Tujuan mata pelajaran IPS menurut Sapriya ditetapkan sebagai berikut :

20

1)Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2)Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

Dokumen terkait