• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TEKS

A. Analisis Struktur

5. Adab memasuki kakus

a. Doa masuk kakus

Rasulullah saw mengajarkan adab beristinja yang termasuk

didalamnya adalah adab ketika memasuki kakus. Diantaranya adalah membaca doa ketika akan memasukinya. Al-ghazali (1996:50) menjelaskan doa ketika akan memasuki kakus, yaitu Bismi „l-Lāhi

commit to user

Allahumma a‟udzubika mina „l-khubutsi wa „l-khabāits. Artinya Dengan nama Allah, aku berlindung kepada Allah dari (gangguan) jin laki-laki dan perempuan. Atau dari gangguan setan yang terkutuk. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka apabila engkau hendak masuk ke t.n.d.s ./ Maka baca olehmu di luar t.n.d.s . Bismi „l-Lāhi Allahumma a‟udzubika mina „l-khubutsi wa // „l-khabāits. Itu aku mulai masuk t.n.d.s. Dengan nama Allah hai Tuhanku / bahwasanya aku -aku- minta peliharakan dengan dikau daripada syaitan laki-laki dan / daripada syaitan perempuan (TSBAS h. 9 br. 12 s.d. h. 10 br. 3).

b. Doa keluar kakus

Tidak hanya ketika memasuki kakus, namun ketika keluar dari kakus hendaklah selalu mengingat Allah. Al-ghazali (1996:50) menjelaskan doa ketika keluar dari kakus, yaitu Ghufrānaka Alchamdu li-„l-‟Lahi ‟l-Ladzi ad-haba „ani „l-Ladzā wa „ā fā nī. Artinya segala puji bagi Allah yang menghilangkan dariku apa yang menyakitkan dan mengekalkan apa yang bermanfaat dariku. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka tatkala sudah engkau qadha hajat maka engkau / keluar maka dibaca olehmu. Ghufrānaka Alchamdu li-„l-‟Lahi ‟l-Ladzi ad-haba „ani „l-Ladzā / wa „ā fā nī. Aku minta akan ampunanmu hai

Tuhanku segala puji bagi Allah / salladzī yang menghilang ia

daripadaku akan penyakit akan daku dan memberi Afiyat ia akan daku. Allahumma thahir qalbī mina „n-nifāqi wāch-shi farjī mina / „l-fawājir. Hai Tuhanku sucikan olehmu akan hatikan daripada segala perangai menipu dan pelihara akan olehmu akan farjiku daripada segala kejahatan (TSBAS h. 10 br. 9 – 12).

6. Bersuci

a. Mandi Junub

Berikut adalah niat mandi junub yang dijelaskan dalam teks. Dan jika ada / engkau di dalam junub maka engkau mandi junub maka niatkan

commit to user

olehmu. Nawaitu raf-„il /‟l-hadasi „l-akbar „an jami „l-badani. Sehaja aku angkatkan [hadas] yang berdiri pada / sekalian badan (TSBAS h. 10 br. 9).

b. Bersiwak

Rasulullah saw selalu mengajarkan untuk mengawali berwudu dengan bersiwak (menyikat gigi). Rasulullah saw. Bersabda, salat yang dilakukan setelah menyikat gigi adalah lebih utama daripada tujuh puluh lima salat tanpa menyikat gigi. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

“apabila engkau berhendak // mengambil air sembahyang maka engkau mulai air sembahyang itu dengan bersiwak dan / niatkan olehmu. Nawaitu „l-siwāka sunati „l-Lahi taala. Sehajaku bersiwak sunah karena / Allah taala” (TSBAS h. 11 br. 1 – 3).

c. Wudu

Al-ghazali dalam Mutiara Ihya‟ „Ulumuddin (1996:51) menjelaskan tentang adab berwudu yang diajarkan oleh Rasulullah. Setelah selesai bersiwak, maka membaca Bismi „l-Lāhi „r-Rachmani „r-Rachīm. Beliau

bersabda, “tidak ada wudu yang sempurna bagi orang yang tidak menyebut

nama Allah SWT. Selanjutnya beliau mengucapkan Audzu bika min hamazāti „sy-syayāthina wa a‟udzubika rabbana Ayakh dzurūn. Aku berlindung kepada-Mu dari bisikan setan dan aku berlindung kepada-Mu, wahai Tuhanku, dari kedatangan setan-setan itu kepadaku. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Apabila sudah engkau bersiwak maka baca olehmu. Bismi „l-Lāhi „r -Rachmani „r-Rachīm. / Aku mulai mengambil air sembahyang dengan nama Allah yang amat murah lagi amat mengasihi. Audzu / bika min hamazāti „sy-syayāthina wa a‟udzubika rabbana Ayakh dzurūn. Aku / minta peliharakan dengan engkau hai Tuhanku

commit to user

daripada bahwa hadir mereka itu akan dikau./ (TSBAS h. 11 br. 3 –

6)

11)Membasuh kedua tangan

Setelah berniat wudu, dilanjutkan dengan membasuh tangan tiga kali sebelum memasukkannya ke dalam bejana, seraya mengucapkan

Allahumma inni asaluka „l-yumna wa „l-barakata wa a‟udzubika mina

syūmi wa „l-halakah. Ya Allah aku memohonkan kepada-Mu kebahagiaan

dan keberkahan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kemalangan dan kebinasaan. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka engkau basuh akan tanganmu dan baca olehmu kutika kala itu.

Allahumma inni asaluka / „l-yumna wa „l-barakata wa a‟udzubika mina syūmi wa „l-halakah. Hai Tuhanku bahwasanya aku -aku- / pohonkan daripadamu akan sempu(r)a yang baik dan berkat. Dan aku minta / peliharakan dengan dikau daripada celaka. (TSBAS h. 11 br. 7 – 10)

12)Memasukkan air ke mulut

Al-Ghazali (1996:52) menjelaskan, setelah membasuh kedua tangan, selanjutnya adalah berniat untuk menghilangkan hadas dan menjaga niat itu hingga membasuh muka. Kemudian menciduk air dengan tangan kanan le mulut, lalu berkumur tiga kali. Hendaklah bersungguh-sungguh dalam berkumur dan menghirupkan air ke hidung, kecuali jika sedang berpuasa.

Semua itu hendaknya dilakukan secara perlahan-lahan seraya

mengucapakan, Allahumma „aniya „ala tilāwati kitābika wa kats-rati „l -dzikrika. Ya Allah tolonglah aku untuk senantiasa membaca kitabmu dan memperbanyak dzikir kepada-Mu. Hal ini sesuai dengan kutipan teks

berikut. “Dan maka engkau masuk air kemulut serta engkau /

commit to user

kitābika / wa kats-rati „l-dzikrika. Hai Tuhanku tolong olehmu akan daku atas mem(b)aca kitabmu // dan membanyakkan dzikir bagimu.” (TSBAS h.11 br. 10–12 sd h. 12 br.1).

13)Memasukkan air ke hidung

Berikutnya adalah melakukan istinsyāq atau memasukkan air ke hidung dan menghirupnya tiga kali dalam satu cidukan. Al-Ghazali (1996:52) menjelaskan, ketika memasukkan air ke hidung hendaknya membaca Allahumma aujidziq raichta „l-janati fi „l-janati wa anta rā dli „anī. Artinya ya Allah karuniakanlah kepadaku bau surge dan Engkau

Ridha kepadaku. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut. “Maka engkau

masuk air kehi[dung]mu dan baca olehmu kutika itu. Allahumma aujidziq raichta „l-janati fi „l-janati wa anta rā dli „anī. / Hai tuhanku dapatkan olehmu akan daku bawu-bawuan surga di dalam surga padahal / engkau ridha daripadaku.” (TSBAS h. 12 br. 1 – 3).

14)Mengeluarkan air dari hidung

Setelah itu mengeluarkan kembali air dari hidung seraya membaca .

Allahumma „ini „audzubika min ruwa „l-chi „l-nama riwa min sū‟i „l-ladī.

Ya Allah aku berlindung kapada-Mu dari bau neraka dan dari (mendapat)

tinggal yang buruk. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut. “Dan keluar

olehmu barang yang cemar-cemar dari dalam hi[dung]mu dan baca / olehmu kutika itu. Allahumma „ini „audzubika min ruwa „l-chi „l-nama riwa min sū‟i „l-ladī. / Hai Tuhanku bahwasanya aku -aku- minta peliharakan dengan dikau daripada segala / bawu neraka. Daripada kejahatan negeri yaitu neraka.” (TSBAS h. 12 br. 4 – 7).

commit to user

15)Membasuh muka

Al-Ghazali dalam Mutiara Ihya Ulumuddin (1996:52) menjelaskan, setelah mengeluarkan air dari hidung, selanjutnya adalah membasuhkan air ke wajah dari permukaan dahi hingga ujung dagu secara memanjang, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri secara melebar. Tidak wajib membasuh dua pelipis, karena keduanya termasuk bagian kepala. Wajib menyampaikan air ke tempat tahdzīf, yakni tempat rambut yang biasa di potong kaum wanita. Wajib pula menyampaikan air hingga tempat-tempat tumbuh empat rambut, yaitu kumis, alis, bulu mata, dan cambang.

Demikian pula wajib meratakan air pada bagian depan wajah jika janggutnya tipis tidak tebal. Adapun rambut yang tumbuh di bawah bibir dihukumkan seperti pada janggut dalam hal tipis dan tebalnya. Memperbanyak air pada permukaan janggut yang memanjang dan memasukkan jemari ke dalam lekuk-lekuk kedua mata, dan tempat yang biasa diberi celak serta membersihkannya. Kemudiaan diikuti dengan mengucapkan . Allahumma bayidl wajhī bi nūrika yauma tab-yadlu

wujūhu wa auliyaka wala tusawid waj-hī bidlulumatiā yauma tusawadu

wujūhi „ada`ika.Artinya, Ya Allah putihkan wajahku dengan nur-Mu pada hari wajah para wali-Mu menjadi putih, dan janganlah engkau hitamkan wajahku dengan kegelapanmu pada hari wajah musuh-musuh-Mu menjadi hitam. Hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

Engkau basuh akan mukamu serta / engkau niatkan nawaitu ra‟il hadasi. Sehaja angkatkan [hadas] dan baca olehmu / kutika itu.

Allahumma bayidl wajhī bi nūrika yauma tab-yadlu wujūhu wa auliyaka wala tusawid waj-hī bidlulumatiā yauma tusawadu wujūhi

„ada`ika. /Hai Tuhanku putihkan olehmu akan muka dengan

commit to user

engkau hitamkan akan mukaku // dengan k.m.h.w. pada hari jadi hitam segala muka seterumu (TSBAS h. 12 br. 7 – 12 sd. h. 13 br. 1).

16)Membasuh kedua tangan

Berikutnya adalah membasuh kedua tangan hingga siku tiga kali. Apabila mengenakan cincin sebaiknya menggerak-gerakkannya dan memanjangkan sapuan hingga pangkal lengan. Membasuh tangan dimulai dengan bagian kanan seraya mengucapkan Allahumma „athinī kitabi biyamīnī wacha sibī chisāban yasīra. Artinya Ya Allah berikan padaku buku amalanku pada tangan kananku dan hisablah aku dengan penghisaban yang mudah. hal ini sesuai dengan kutipan berikut.

Maka engkau basuh / akan tanganmu yang kanan dan baca olehmu kutika itu. Allahumma „athinī kitabi / biyamīnī wacha sibī chisāban yasīra. Hai Tuhanku beri olehmu akan daku akan / suratkan pada hari kiamat dengan tangan kananku. Dan kira-kirakan olehmu akan daku / akan kira-kira yang sudah yang sedikit lagi suruh (TSBAS h. 13 br. 1 – 5).

Setelah itu membasuh tangan kiri seraya mengucapkan doa

Allahumma inī „audzubika an-taqthini kitābī bisyimālī au min warā-„i dhuhurī. Artinya ya Allah aku berlindung kepadamu dari engkau memberikan buku amalanku pada tangan kiriku atau dari belakang punggungku. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka engkau basuh akan tanganmu yang/ kiri dan baca olehmu kutika itu. Allahumma inī „audzubika an-taqthini kitābī / bisyimālī au min warā-„i dhuhurī. Hai Tuhanku bahwasanya aku minta peliharakan dengan di / kau daripada bahwa engkau beri akan daku akan suratkan dengan tangan kiriku atau / daripada bila akan ku (TSBAS h. 13 br. 5 – 9).

commit to user

17)Mengusap kepala

Setelah membasuh kedua tangan, kemudian mengusap kepala dengan tangan yang basah. Caranya dilakukan dengan mempertemukan ujung-ujung jari tangan kanan dan ujung-ujung jari tangan kiri, dan letakkan keduanya pada bagian depan kepala, lalu sapukan ke kuduk dan kembalikan ke depan (Al-Ghazali; 1996: 54). Hal ini dilakukan tiga kali

seraya membaca doa Allahumma namtanī birachmatika wa anzil „alayyun

min barakatika wa thilnī tachta „arsyika yauma ladhilā illā dhiluk. Artinya ya Allah tolonglah aku dengan rahmat-Mu, turunkan padaku

keberkatanmu, dan naungilah aku di bawah „arasy-Mu pada hari ketika

tidak ada naungan selain naungan-Mu. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

maka engkau sapu akan segala kepalamu dan baca olehmu kutika / itu. Allahumma namtanī birachmatika wa anzil „alayyun min barakatika wa thilnī tachta „arsyika yauma ladhilā illā dhiluk. Hai Tuhanku li(m)pa(h)kan olehmu akan daku dengan / rahmatmu. Dan turunkan olehmu atasku daripada segala berkatmu dan naung olehmu akan daku // dibawah naung arasymu pada hari kiamat yang tiada naung melainkan naung arasymu (TSBAS h. 13 br. 9 – 12 sd h. 14 br. 1)

18)Mengusap kedua telinga

Setelah itu mengusap kedua daun telinga, bagian luar dan bagian dalamnya, dengan air baru. Memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang telinga kemudian memutar ibu jari pada bagian belakang daun telinga. Kemudian meletakkan telapak tangan di atas telinga sebagai kehati-hatian dan ulangi sampai tiga kali (Al-Ghazali,1996:54). Ketika itu membaca

Allahumma „j-„alni mina „l-ladzīna yasma‟una „l-qauli fayataqbūna achsanu, Allahumma asma‟ni munā da „l-janati / macha „l-abrār. Artinya

commit to user

ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik daripadanya. Ya Allah, perdengarkan kepadaku suara penyeru surge bersama orang-orang yang baik. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka engkau sapu akan kedua telingamu dan dibaca olehmu kutika itu. Allahumma / „j-„alni mina „l-ladzīna yasma‟una „l-qauli fayataqbūna achsanuh. Hai Tuhanku / jadikan olehmu akan daku daripada orang yang men(d)engar mereka itu akan perkataan. Maka / mengikut mereka itu akan yang tersebut banyaknya. Allahumma asma‟ni munā da „l-janati / macha „l-abrār. Hai Tuhanku perangi olehmu akan daku yang memanggil kedalam surga / serta orang yang berbuat kebajikan (TSBAS h. 14 br. 3 – 7).

19)Mengusap batang bahu (leher)

Al-ghazali dalam Mutiara Ihya‟ „Ulumuddin menyatakan bahwa

Rasulullah saw. bersabda, mengusap leher adalah keamanan dari belenggu pada Hari Kiamat. Maka mengusap leher tiga kali dan membaca

Allahumma fakiraqabati mina „n-nari wa „audzu mina „l-salasili wa „l -aghlāl. Ya Allah bebaskanlah leherku dari api neraka dan aku berlindung kepadamu dari rantai dan belenggu. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka sunah engkau sapukan batang bahumu dan / -dan- baca olehmu kutika itu. Allahumma fakiraqabati mina „n-nari wa „audzu mina „l-salasili wa „l-aghlāl. hai Tuhanku lepaskan olehmu akan leherku daripada api / neraka dan aku minta peliharakan dengan dikau daripada kena rantai dan kena belenggu / pada hari kiamat (TSBAS h. 14 br. 7 – 11).

20) Membasuh kedua kaki

Membasuh kedua kaki dimulai dengan kaki kanan, tiga kali. Merenggangkan bagian bawah jari-jari kaki kanan dengan kelingking tangan kiri, mulai dari jari kelingking kaki kanan hingga kiri, seraya

commit to user

mengucapkan doa berikut. Allahumma tsabit qadamī „ala shirathi yauma tazala „l-aqadam fī nār. Ya Allah teguhkan kakiku di atas sirāth pada hari kaki-kaki tergelincir ke dalam neraka. Berikut kutipan dalam teks. “Maka engkau basuh akan kakimu yang kanan dan baca olehmu kutika / itu.

Allahumma tsabit qadamī „alashirathi yauma tazala „l-aqadam fī nār. Hai // Tuhanku tetapkan olehmu akan <a>kakiku di atas niat shirātha „l -mustaqīm pada hari yang ter / gelin[ci]r segala kaki kafir ke dalam neraka.” (TSBAS h. 14 br. 11 – 12 s.d. h. 15 br. 2).

Setelah itu membasuh kaki kiri seraya membaca doa, Allahumma inni „audzubika an tadziru qadami „ala shirathi yaumi tazala / „l-aqdami „l-munafiqīn. Ya Allah aku berlindung kepadamu dari ketergelinciran kakiku dari sirāth pada hari tergelincir kaki-kaki orang munafik. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Maka engkau basuh akan kakimu yang kiri dan / (baca) olehmu kutika itu. Allahumma inni „audzubika an tadziru qadami „ala shirathi yaumi tazala / „l-aqdami „l-munafiqīn. Hai Tuhanku bahwasanya aku minta peliharakan dengan dikau daripada / bahwa gelincir dua kakiku di atas niat shirātha „l- mustaqīm pada hari tergelincir kaki / orang muafik (TSBAS h. 15 br. 2 – 6).

Al-ghazali (1996:54) menjelaskan bahwa setelah selesai berwudu maka membaca doa berikut. Pertama adalah syahadat lā ilaha illa „l-Lah wach-dahu lā syarī kalahu. Wa asyhadu anna Muchammad abduhu wa rasūluh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang maha Esa, yang tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasulnya. Hal ini sesuai dengan teks berikut.

Dan apabila selebi(hn)ya engkau daripada mengambil air sembahyang. Maka / engkau ingatkan akan kepadamu kelangit dan baca olehmu kutika itu. Syahadat / lā ilaha illa „l-Lah wach-dahu lā

commit to user

syarī kalahu. Ku ketahui dengan iktiqad yakin / bahwasanya tiada Tuhan yang disembah dengan sebenarnya itu melainkan Allah. Padahal / tiada yang menyekutui baginya. Wa asyhadu anna Muchammad abduhu wa rasūluh. Dan / ku ketahui dengan iktiqad yang yakin bahwasanya Nabi Muhammad itu hamba Allah dan / Rasulnya (TSBAS h. 15 br. 6 – 12).

Setelah itu mengucapkan Sub-chanaka Allahumma wa bi chamdika

lā ilāha illa anta su‟an wa dhalamtu nafsī, astaghfiruka wa atūbu ilaika fāghfirli kulu danbi wa tud „ala inaka anta at-tawabu „r-Rachim, Allahumma ajalni mina „t-tawabīna wa ja‟alnī min „ibādika s-Shalichin, wa ja‟alni /„abdu chubura masyukura wa ja‟alni an adzakuraka dzikran katsira subchanaka bukrata wā ashilā. Maha suci engkau ya Allah. Dan hanya kepada-Mu segala pujian. Tidak ada Tuhan selain Engkau aku telah berbuat kejahatan dan menganiaya diriku sendiri. Aku memohon ampunan kepada-Mu, ya Allah, dan aku bertabubat kepada-Mu. Maka ampunilah aku dan berilah taubat kepadaku, karena sesungguhnya Engkau adalah Maha Pemberi taubat dan Maha Pengasuh. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk dari golongan oang-orang yang bertaubat, jadikanlah aku termasuk dari golongan orang-orang yang menyucikan diri, jadikanlah aku termasuk dari hamba-Mu yang saleh, jadikanlah aku hamba yang bersabar bersyukur, dan banyak berdzikir serta bertasbih kepada-Mu pada pagi dan petang. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Sub-chanaka Allahumma wa bi chamdika lā ilāha illa anta su‟an wa dhalamtu // nafsī. Maha suci engkau hai Tuhanku daripada yang tiada layak bagimu. Hai Tuhanku / dengan pujimu kami memuja akan dikau tiada Tuhan melainkan engkau jua. Telah aku / berbuat akan kejahatan dan aku dhalim akan diriku. Astaghfiruka wa atūbu ilaika / fāghfirli kulu danbi wa tud „ala inaka anta at-tawabu „r -Rachim. Aku ampun / daripadamu dan aku taubat kepadamu. Maka ampun olehmu bagiku akan tiap-tiap dosaku / dan anugerahi olehmu taubat atasku karena bahwasanya engkau itu yang amat menerima /

commit to user

taubat lagi yang amat mengasihi. Allahumma ajalni mina „t -tawabīna wa ja‟alnī / min „ibādika s-Shalichin. / Hai Tuhanku jadikan olehmu akan daripada orang yang menyatakan / taubat. Dan jadikan olehmu akan daku daripada segala hambamu yang sholeh.

Wa ja‟alni / „abdu chubura masyukura wa ja‟alni an adzakuraka dzikran katsira subchanaka bukrata wā ashilā. / Dan jadikan olehmu akan daku akan hambamu yang banyak sabar dan banyak syukur / akan dikau. Dan jadikan olehmu akan daku bahwa aku sebutkan akan dikau akan sebagai sebutan // yang banyak. Dan aku menunjuk tasbih akan dikau pada pagi-pagi dan petang-petang. (TSBAS h. 15 br 12 sd. h 17 br. 1 ).

7. Salat

a. Salat Sunah setelah Wudu

Merupakan shalat yang dikerjakan setelah berwudu. Cara

mengerjakannya dengan munfarid atau sendirian dan lebih utama

dikerjakan sebelum anggota-anggota wudu menjadi kering kembali. Hukumnya adalah ghairu muakkad, yaitu tidak dikuatkan. Keutamaan salat

ini adalah sebagaimana sabda Nabi saw. “tidak ada dari seseorang yang

berwudu dengan bagus, lalu bersalat dua rakaat, lagi ia menghadap dengan hatinya dan wajahnya pada dua rakaat itu, kecuali wajib baginya

memperoleh surga” HR. Bukhari Muslim Annasai dan Ibnu Majah.

Selain itu terdapat pula sabda Nabi kepada Bilal tatkala salat subuh,

“wahai Bilal, ceritakan kepadaku amal perbuatan apa yang paling engkau

harapankan (pahalanya) dalam islam sehingga aku mendengar suara gemerisik sandalmu di depan masjid. Jawab Bilal: aku tidak mengamalkan suatu amalan yang lebih aku harapkan hanya saja aku tidak bersuci baik pada malam maupun siang hari melainkan dengan bersuci tadi aku mengerjakan salat yang telah ditetapkan kepadaku untuk aku kerjakan.”

commit to user

Jumlah rakaat salat ini adalah dua rakaat dengan niat Ushalī sunatan ba‟da „l-wudhu‟i raka„ātin li-„l-Lahi ta‟āla. Artinya saya berniat salat sunah sesudah wudu dua rakaat karena Allah taala. Hal ini sebagaimana tertulis dalam teks berikut. Setelah / itu apabila belum terbit fajar maka engkau sembahyang sunah wudu dua rakaat / demikianlan niatnya. Ushalī sunatan wudhu‟i raka„ātin li-„l-Lahi ta‟āla. Ku sembahyangkan / sunah wudhu dua rakaat karena Allah taala . (TSBAS h. 17 br. 1–4).

Seruan Adzan

Adzan secara bahasa berarti pemberitahuan atau permakluman. Sedangkan secara istilah adalah seruan yang mengenakan lafal-lafal tertentu yang ditetapkan oleh syariat sebagai pemberitahuan bahwa waktu salat telah tiba (Fahrur Muis, Muhammad Suhadi, 2009:78). Nabi pernah bersabda kepada Malik bin Al-Huwairits dalam sebuah hadits yang

panjang, “… apabila waktu salat telah tiba hendaklah seseorang diantara

kalian mengumandangkan adzan untuk kelian dan hendaklah orang yang

paling tua diantara kalian menjadi imam.” HR. Bukhari Muslim.

Berikut lafal adzan. Allahu Akbar, Allahu Akbar. Asy-hadu an lā ilaha ila-„l-Lah. Asy-hadu an lā ilaha ila-„l-Lah. Asy-hadu anna muchammadan Rasūlū „l-Lah. Asy-hadu anna muchammadan Rasūlu „l -Lah. Chaya‟ala „sh-shalāt. Chaya‟ala „f-falāch. Allahu akbar. Allahu akbar. Lā ilaha illa„l-Lah. Artinya, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Ilah yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah. Mari kita menunaikan Salat. Mari kita menggapai

commit to user

kemenangan. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah

Sebagai catatan, di dalam azan subuh, setelah mengucapkan

Chaya‟ala„f-falāch perlu ditambah ucapan Ashalātuchairu mina „l-naum. Artinya, salat itu lebih baik daripada tidur. Sebanyak dua kali. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut.

Jika telah terbit fajar maka engkau yang / demikianlah lafalnya.

Allahu Akbar. Bermula Allah taala itu terlebih besar daripadamu. /

Dokumen terkait