• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

B. Metode Penelitian

1. Metode Penyuntingan Teks

Sebagai bentuk penyelamatan terhadap hasil budaya masyarakat Aceh, digarap naskah yang berjudul Tharīqatu ‘s-Shālichīn fī bayāni aurādi ‘s -Sālikīn. Naskah TSBAS yang digunakan dalam penelitian ini tercatat sebagai koleksi Museum Negeri Banda Aceh dengan kode naskah dalam katalogus

online 07_00368.

Berdasarkan studi katalog dapat diketahui bahwa naskah TSBAS merupakan naskah jamak. Selain tersimpan sebagai Koleksi Museum Negeri Banda Aceh, naskah TSBAS juga tercatat dalam Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts yang diterbitkan oleh Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda dan katalog online koleksi naskah di Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmi Nangroe Aceh Darussalam.

Naskah yang berhasil ditemukan berjumlah empat naskah. Salah satu diantaranya telah diteliti oleh Drs. Nurdin A.R., M.Hum pada tahun 2007/2008. Naskah yang telah diteliti tersebut berjudul Thariqatul ‘sh -shalihin Fi Bayani Awradi’s-Sadikin. Naskah ini tercatat sebagai koleksi Yayasan Pendidikan dan Museum Ali Hasjmy dengan kode naskah dalam

katalogus online 44A/ZD/3/YPAH/2005. Berdasarkan pelacakan yang

dilakukan oleh peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Drs. Nurdin A.R., M.Hum hanya difokuskan pada transliterasi teks saja. Berdasarkan translitersi tersebut, dapat diketahui bahwa naskah Thariqatul ‘sh-shalihin Fi Bayani

commit to user

Awradi’s-Sadikin berisi tentang norma-norma yang berhubungan dengan proses ubudiyah dan amaliyah kaum muslimin.

Naskah lain yang ditemukan berjudul Tarīq as-Sālikīn wa-sabīl al -Musāyirīn. Naskah ini tercatat dalam Catalogua of Malay and Minangkabau Manuscripts dengan kode Cod.Or.1983. Di dalam deskripsi singkat yang terdapat dalam katalog, disebutkan bahwa naskah tersebut berjumlah tujuh belas halaman dan ditulis oleh Syamsuddin dari Pasai. Tarīq as-Sālikīn wa -sabīl al-Musāyirīn mengandung penjelasan tentang sejumlah istilah, seperti

wujud, 'adam, haqq, bathil, wajib, mumkin, mumtani’ dan sebagainya.

Naskah ketiga yang berhasil ditemukan berjudul Tarīqatus Shālichīn. Naskah ini tercatat sebagai koleksi Museum Negeri Banda Aceh, dengan penomoran dalam katalogus online adalah 07_01119. Deskripsi singkat yang terdapat dalam catalog menjelaskan bahwa jumlah halaman naskah belum dapat diketahui. Berdasarkan pelacakan yang dilakukan oleh peneliti, naskah berkode 07_01119 memiliki status yang tidak lengkap.

Naskah keempat yang berhasil ditemukan berjudul Tharīqatu ‘s -Shālichīn fī bayāni aurādi ‘s-Sālikīn. Naskah ini berjumlah 118 halaman, masih lengkap dan keadaan naskah baik.

Berdasarkan perunutan keterangan tersebut, satu naskah telah diteliti dan tiga lainnya masih menuggu untuk dilakukan pengkajian. Karena keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, naskah yang tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda (Cod.Or. 1983) dan naskah yang tersimpan di Museum Negeri Banda Aceh (07_01119) tidak dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian hanya difokuskan pada naskah TSBAS

commit to user

dengan kode 07_0368 yang tersimpan di Museum Negeri Banda Aceh. Oleh karena itu, naskah TSBAS dengan kode 07_00368 diperlakukan sebagai naskah tunggal. Metode penyuntingan yang digunakan adalah metode penyuntingan teks jamak terbatas. Sebelum membicarakan metode ini, berikut keterangan mengenai metode-metode penyuntingan naskah jamak. a. Metode penyuntingan naskah tunggal.

Siti Baroroh Baried (1994:67) menjelaskan bahwa apabila hanya ada naskah tunggal dalam suatu tradisi sehingga perbandingannya tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh dua jalan. Pertama, edisi diplomatik, yaitu menerbitkan satu naskah setelitinya tanpa mengadakan perubahan. Kedua edisi standar atau edisi kritik, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

b. Metode penyuntingan naskah jamak.

1) Metode intuitif

Metode intuitif ialah penyuntingan yang dilakukan dengan cara mengambil salah satu naskah yang paling baik isinya (Bani Sudardi, 2003:59). Apabila terdapat bacaan yang dipandang tidak betul atau tidak jelas, maka bacaan itu diperbaikai berdasarkan naskah-naskah lain dengan pertimbangan intuisi, selera baik, dan pengetahuan penyunting. Dengan kata lain, perbaikan bacaan dalam naskah bertumpu pada intuisi yang dimiliki oleh penyunting.

commit to user

2) Metode objektif

Metode objektif merupakan metode yang berusaha menyusun kekerabatan atau kekeluargaan antar naskah berdasarkan adanya kesalahan bersama. Naskah-naskah yang mempunyai kesalahan yang sama pada suatu tempat yang sama maka diperkirakan bahwa naskah tersebut berasal dari induk yang sama (Bani Sudardi, 2003:59).

3) Metode gabungan

Metode gabungan dipakai apabila nilai naskah menurut tafsiran filologi hampir sama. Pada umumnya yang dipilih adalah bacaan mayoritas atas dasar perkiraan bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang betul (Siti Baroroh Baried, 1994:67).

4) Metode landasan

Metode landasan diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang memiliki kualitas lebih unggul. Tingkat keunggulan naskah dapat dilihat dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah, dan sebagainya (Siti Baroroh Baried 1994:67).

c. Metode penyuntingan teks jamak terbatas1

Metode penyuntingan teks jamak terbatas merupakan metode penyuntingan naskah yang berpijak pada anggapan bahwa kehadiran variasi teks dalam penelitian naskah jamak tidak seharusnya diwajibkan. Meskipun dalam sebuah tradisi ditemukan adanya naskah yang berbentuk jamak, tetap dimungkinkan dilakukan penyuntingan salah satu naskah

1

Metode ini belum lazim digunakan oleh para peneliti filologi, namun atas saran dari dosen pembimbing, metode ini terpaksa digunakan karena penulis mengalami keterbatasan-keterbatasan dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, sebagai bahan pertimbangan penulis menerima kritik dan masukan demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini.

commit to user

tanpa menghadirkan variasi-variasinya. Penggunaan metode ini didasarkan prinsip bahwa masing-masing teks dalam suatu naskah jamak pada hakikatnya dapat berdiri sendiri dan memiliki kekhasan tersendiri.

Sementara itu, pertimbangan lain yang menjadi landasan digunakannya metode penyuntingan teks jamak terbatas dalam penelitian ini adalah bahwa metode penyuntingan untuk naskah jamak yang telah ada saat ini dirasakan kurang efektif dan sangat menyulitkan peneliti. Hal ini dikarenakan harus dihadirkannya naskah-naskah jamak sebagai bahan perbandingan. Padahal, naskah sebagai warisan pustaka tertulis nusantara yang tidak ternilai harganya itu tentunya tidak hanya disimpan di satu tempat saja. Terdapat ratusan museum dan perpustakaan dari seluruh dunia yang menampung naskah-naskah tersebut. Disamping itu, terdapat juga ribuan, bahkan lebih, penduduk yang memiliki naskah-naskah sebagai koleksi pribadi. Sampai saat ini, jumlah naskah koleksi pribadi tersebut sangat sedikit yang telah dikatalogkan, sehingga kemungkinan pelacakan naskah dengan sempurna sangat sulit dilakukan.

Untuk itulah, meskipun tidak dapat menghadirkan variasi naskah TSBAS, penulis merasa tergerak untuk menyajikan dan menafsirkan naskah TSBAS yang dikaji secara filologis.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban suntingan, cara kerja yang dilakukan dalam metode ini tidak jauh berbeda dengan metode standar, yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan, sedang ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Pembetulan kesalahan-kesalahan tersebut dilakukan atas dasar

commit to user

pemahaman yang sempurna sebagai hasil perbandingan dengan naskah yang sejenis dan sezaman. Semua perubahan yang diadakan dicatat dalam tempat khusus agar selalu dapat diperiksa dan diperbandingkan dengan bacaan naskah sehingga masih memungkinkan penafsiran lagi oleh pembaca (Siti Baroroh Baried, 1994:68).

Dokumen terkait