• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam menghafal Al-Qur`an, ada adab-adab yang harus diperhatikan. Para pengahafal Al-Qur`an mempunyai tugas yang harus dijalankan, sehingga mereka benar-benar menjadi “keluarga Al-Qur`an”. Rasulullah saw. Bersabda:

ُقْلا ُلْىَأ :َلاَق ؟ِالله َل ْوُسَر َيَ ْمُى ْنَم :َلْيِق .ِساَّنلا َنِم َْيِْلْىَأ ِالله َّنِإ , ِنّاْر

ُوُتَص اَخَو ِالله ُلْىَأ َوُى

“Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia.” Para sahabat bertanya “Ya Rasulullah, siapakah mereka?” beliau

19 Sa‟dullah, S.Q., 9 Cara Cepat Menghafal Al-Qur‟an, hal. 58

menjawab “ Ahli Qur`an. Mereka adalah keluarga Allah SWT dan orang-orang dekat-Nya.”

Beberapa etika penghafal Al-Qur`an antara lain, hendaknya ia berpenampilan sempurna dan berperangai mulia serta menjauhkan dirinya dari hal-hal yang dilarang Qur`an demi memuliakan Al-Qur`an. Diriwayatkan dari Umar bin Khatab r.a, bahwa ia berkata:

“wahai para penghafal Al-Qur`an, angkatlah kepala kalian! Sungguh telah jelas bagi kalian jalan tersebut, berlomba-lombalah dalam kebaikan dan jangan menjadi beban bagi orang lain”.20 Adapun adab-adab dalam menghafal Al-Qur`an adalah sebagai berikut:

1. Selalu Bersama Al-Qur`an

Di antara etika itu adalah bersama Al-Qur`an, sehingga Al-Qur`an tidak hilang dari ingatannya. Caranya, dengan terus membacanya melalui hafalan, dengan membaca dari mushaf.

Pengahafal Al-Qur`an harus menjadikan Al-Qur`an sebagai temannya dalam kesendiriannya, serta penghibur dalam kegelisahan sehingga hafalannya tidak berkurang.

2. Berakhlak Dengan Akhlak Al-Qur`an

Orang yang menghafal Al-Qur`an hendaklah berakhlak dengan akhlak Al-Qur`an seperti halnya Nabi Muhammad saw.

Aisyah r.a pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah saw., ia menjawab.

،َيِْنِمْؤُمْلا َّمُأ َيَ :ُتْلُقَ ف ،َةَشِئاَع ُتْيَ تَأ :َلاَق ،ٍرِماَع ِنْب ِماَشِى ِنْب ِدْعَس ْنَع َنآْرُقْلا ُوُقُلُخ َناَك " :ْتَلاَق ،َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُالله ىَّلَص َِّللَّا ِلوُسَر ِقُلُِبِ ِنِيِِبِْخَأ

20 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-Qur`an, terj. Umniyyati Sayyidatul Hauro‟, et.al. (Solo: Al-Qowam, 2014) h.48

“Sa‟ad bin Hisyam bin Amir berkata: “Aku pernah mendatangi Aisyah radhiyallahu„anha, lalu aku bertanya: “Wahai Ummul Mukminin, beritahukanlah kepadaku akan akhlaknya Rasulullah shallallahu„alaihi wasallam?”, beliau menjawab:

“Akhlak beliau adalah Al Quran”21

Pengahafal Al-Qur`an harus menjadi kaca tempat orang dapat melihat akidah Al-Qur`an, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya agar ia membaca Al-Qur`an dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya. Bukan sebaliknya, ia membaca Al-Qur`an namun ayat-ayat Al-Al-Qur`an melaknatnya.

3. Ikhlas dalam mempelajari Al-Qur`an

Para pengkaji dan penghafal Al-Qur`an harus mengikhlaskan niatnya dan mencari keridhaan Allah SWT semata dalam mempelajari dan mengajarkan Al-Qur`an itu. Bukan untuk pamer di hadapan manusia dan juga tidak untuk mencari dunia.22 4. Tidak menjadikan Al-Qur`an sebagai mata pencaharian

Termasuk hal yang paling penting yang diperintahkan, hendaknya ia sangat berhati-hati agar jangan sampai menjadikan Al-Qur`an sarana mencari nafkah. Diriwayatkan Abdurrahman bin Syibl r.a. ia berkata, Rasulullah Saw. Bersabda:

ِوْيِف اْوُلْغَ تَلاَو ُوْنَع اْوُفَْتَ َلاَو ,َنآْرُقْلااوُؤَرْ قا

“Bacalah Al-Qur`an, jangan makan hasil darinya, jangan melalaikannya, dan jangan pula berlebih-lebihan terhadapnya”.

5. Membiasakan diri membaca Al-Qur`an

21 Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad, (Mesir: Darul Hadits, 1995) h.841

22 Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur`an, (Doha: Gema Insan Press, 1997) h.200

Hendaknya ia membiasakan dan memperbanyak membaca Al-Qur`an. Para salaf mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengkhatamkan Al-Qur`an.

Ibnu Abi Daud meriwayatkan dari beberapa salaf bahwasanya mereka dahulu mengkhatamkan Al-Qur`an setiap dua bulan sekali, yang lainnya sebulan sekali, ada yang sepuluh hari sekali.

Banyak di antara mereka yang menkhatamkan sekali dalam setiap malamnya, ada yang sehari semalam dua kali, tiga kali, ada juga yang delapan kali.23

Menghindarkan diri dari perbuatan menjadikan Al-Qur‟an sebagai sumber penghasilan pekerjaan dalam kehidupannya. Imam Abu Sulaiman Al-Khatabi menceritakan larangan mengambil upah atas pembacaan Al-Qur‟an dari sejumlah ulama‟, diantaranya Az Zuhri dan Abu Hanifah. Sejumlah ulama‟ mengatakan boleh mengambil upah bila tidak mensyaratkannya, yaitu pendapat Ibnu Sirin, Hasan Bashri, dan sya‟bi. Imam atha‟, Imam Syafi‟i, Imam Malik dan lainnya berpendapat boleh mengambil upah, jika disyaratkan dan dengan akad sewa yang benar.Memelihara bacaannya.24

Ulama‟ salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dalam jangka waktu pengkhataman Al-Qur‟an. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari sebagian ulama salaf bahwa mereka mengkhatamkan Al-Qur‟an dalam setiap bulan, ada juga yang khatam setiap sepuluh hari, ada juga yang hanya seminggu

23 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, At-Tibyan Adab Penghafal Al-Qur`an, terj, Umniyyati Sayyidatul Hauro‟. et.al. Solo: Al-Qowam, h.53

24 Imam An-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur‟an, (Jakarta : Pustaka Amani, 2001), hal. 58-60

mengkhatamkan Qur‟an, bahkan ada juga yang khatam Al-Qur‟an yang hanya ditempuh sehari semalam.

Diantara yang mengkhatamkan Al-Qur‟an dalam sehari semalam adalah Utsman bin Affan r.a, Tammim Ad-Daari Said bin Jubair, Mujahid, As-Syafi‟i dan lainnya. Diantara yang mengkhatamkan Al-Qur‟an dalam tiga hari adalah Sali bin Umar r.a. Qadhi mesir di masa pemerintahan muawiyah.

Khusu‟ Orang yang menghafal Al-Qur‟an adalah pembaca panji-panji Islam. Tidak selayaknya ia bermain bersama orang yang suka bermain, tidak mudah lengah bersama orang-orang yang lengah dan tidak suka berbuat yang sia-sia bersama orang-orang yang suka berbuat sia-sia. Yang demikian itu adalah demi mengagungkan Al-Qur‟an. Memperbanyak membaca dan shalat malam.

Dokumen terkait