1. Pengertian Tahfiz Al-Qur‟an
Al-Qur`an kitab yang lengkap dan sempurna. Tidak ada satu aspek pun dalam kehidupan manusia yang tidak dibicarakan di dalam Al-Qur`an. 1 Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an (QS.
al-An`am [6]:38)
“...Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab...” (QS. al-An`am [6]:38)
Secara etimologi, tahfiz Al-Qur`an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfiz dan Al-Qur`an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama, tahfiz berasal dari bahasa Arab hafiza-yahfadzu-hifdzan yang berarti menghafal, (Yunus, 1990: 105). Kedua, Al-Qur`an berasal dari bahasa Arab qara-a, yaqra-u, yang artinya: membaca. Menurut Abdul Azis Abdul Rauf, definisi tahfiz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar.
Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal.2
Sementara al-Azhari dalam kitabnya “Tahdzibal-Lughah mengutip penjelasan al-Laits, seorang pakar bahasa, sebagai berikut:
1 Asep Usman Ismail, Al-Qur`an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h.1
2
ِئْيَشلِبِ ُلِكَوُلما : ُظْيِفَلحاَو .ِةَلْفُغلا ُةَّلِقَو ُدَىاَعَ تلا َوُىَو ,ِناَيْسِنلا ٌضْيِقَن ُظْفِلحا ةغللا بيذته(.ِوِظْفِِبِ
– ج(
٢ ص/
٠٥ٓ
)
“kata “hifzh” berarti kebalikan dari lupa yaitu senantiasa mengingat dan lupanya sedikit. Sedang “al-hafizh”
berarti yang diserahi sesuatu untuk menjaganya”.3
Kemudian pengertian Al-Qur`an menurut istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Hal ini dijelaskan dalam (Q.S al-Qiyamah [75]:17-18).
“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya”. (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18)
Menurut Juju Saepudin secara terminologi, Al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.4
Sedangkan menurut Jalal al-Din al-Sayuthi didalam buku pengantar studi Al-Qur`an, beliau adalah seorang ulama terkemuka dalam bidang ulum Qur`an meyatakan bahwa Al-Qur`an merupakan telaga sumber ilmu. Di dalamnya terkandung ilmu tentang segala sesuatu, menjelaskan mana yang merupakan
3 A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur`an Program Lauhun, (Jakarta :Transpustaka, 2013), cet ke-1 h.3
4 Juju Saepudin, et.al., Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet ke-1 h.23
petunjuk dan mana yang bukan. Dari Al-Qur`an lah setiap orang mengembangkan spesialisnya dan berpegang kepadanya.5
Terlepas dari pengertian Tahfizh Al-Qur‟an di atas, minat masyarakat islam terhadap Tahfiz Al-Qur‟an tidak pernah pudar.
Terlebih bahwa di indonesia sendiri kegiatan menghafal Al-Qur‟an adalah salah satu kegiatan wajib yang ada di pesantren- pesantren. Berdasarkan data Bagian Data Sistem Informasi dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Diktorat Jendral pendidikan Islam Kementrian Agama, bahwa sampai tahun 2016 terdapat 28.194 pesantren yang tersebar baik di wilayah kota maupun pedesaan dengan jumlah santri sekitar 4.290.626 orang. Dan tidak menutup kemungkinan sampai tahun ini sudah bertambah jauh jumlah pesantren yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan angka yang sesuai untuk menyebutkan bahwa tradisi menghafal Al-Qur‟an di Indonesia sudah berada dalam tahap yang cukup baik.6
Tradisi menghafal Al-Qur‟an mengharuskan dengan talaqqi atau tatap muka, yaitu murid atau santri memperdengarkan hafalannya di hadapan guru secara langsung.
Kemudian guru mendengarkan bacaan hafalan murid dan membenarkan ketika ada kesalahan ataupun tertukarnya bacaan.
Hal ini merupakan tradisi terdahulu dari Zaman Rasulullah Saw melakukan talaqqi kepada malaikat Jibril as. Saat menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi, dan kemudian beliau mengajarkan para sahabat dengan talaqqi pula sehingga bacaan para bacaan para
5 Munzir Hitami, Pengantar Studi Al-Qur`an, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2012) cet ke-1 h. 19.
6 Agus Yulianto , Muhyiddin, “Pertumbuhan Pesantren di Indonesia Dinilai Menakjubkan,” http://www.m-republika –co –id.cdn.ampproject.org, di akses tanggal 4 juli 2018
sahabat dapat terjamin seluruh ayatnya persis sebagaimana Rasulullah menerima wahyu Al-Qur‟an. Dan Seorang Hafidz biasanya dianjurkan untuk mengetahui silsilah bacaan gurunya yang mana ia sampai kepada bacaan Nabi Muhammad Saw.7 2. Program Takhassus
Program takhassus tahfidz Al-Qur‟an dalam menghafal al-Qur‟an adalah cara lebih untuk memotivasi santriwati dalam menghafal al-Qur‟an, mengingat program tersebut merupakan salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan, karena ikut serta menentukan keberhasilan seberapa mampu tingkat menghafalkannya.
Mengenai Program Takhassus tahfidz Al-Qur‟an Ma‟had Tahfidzul Al-Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al-Qur‟an dengan melihat (bi an-nadhor). Dan santriwati juga menghafalkan sendiri sebelum menyetorkan hafalannya kepada muhafizah. Salah satu contohya dengan metode yang digunakan yaitu:
a. Bi an-nadhor membaca materi sesering mungkin yang akan dihafalkannya.
b. Setelah bi an-nadhor santriwati menghafalkan secara individu.
c. Dan setelah hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafidhah masing-masing, pagi nambah (tajdid) ngulang (takrir) sore.
7 M. D arwis Hude, “Pengaruh Program Menghafal Pisah- Sambung dan Pengaturan Takrir (Pengulangan) Nya Terhadap Kelancaran Hafalan Al-Qur‟an”, Tesis, Program Pasca Sarjana Universita Indonesia Program Studi Psikologi,1996, h.31. Tidak diterbitkan (t.d)
d. Mewajibkan Al-Qur‟an pojok.
Temuan-temuan tersebut kemudian didialogkan dengan teori yang dikembangkan oleh Wiwi Alawiyah Wahid menghafal al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:
Memperbanyak membaca al-Qur‟an sebelum menghafal (bin-nazhar) adalah membaca al-Qur‟an sesering mungkin sebelum menghafalkannya, mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing lagi dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah menghafalkannya.
a. Sema‟an atau Tasmi‟ adalah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik perseorangan atau kelompok.
b. Talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan kita kepada seorang guru atau kiai, hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafal.
c. Tahfidz adalah melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin nazhar hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan.
d. Takrir adalah mengulang hafalan atau melakukan sima‟an terhadap ayat yang telah dihafal agar tetap terjaga dengan baik, kuat, dan lancar. Mengulang hafalan bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru serta teman.
e. Membuat klasifikasi target hafalan (tajdid), adalah membuat target waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Sebab, membuat target hafalan akan terus membangkitkan semangat menghafal, selain itu, apabila hafalan terjadwal atau
terprogram, tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia.8 metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur‟an Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sudah sesuai dengan teori tersebut.
Dalam pelaksanaannya, program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an menggunakan metode yang dalam menghafal al-Al-Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura,yaitu tidak jauh berbeda dengan metode yang diatas.
Jadi hafalan al-Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura,berjalan dengan sungguh-sungguh oleh para muhafidhah dalam metode menghafal al-Qur‟an yang disesuiakan dengan situasi dan kondisi santriwati.