• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Takhassus Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Program Takhassus Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura)"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

Al-Amien Prenduan Sumenep Madura) Skripsi Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Yasirotul Umuri NIM. 15210709

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

(2)

PROGRAM TAKHASSUS TAHFIZ AL-QUR’AN

(Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura)

Skripsi Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Yasirotul Umuri NIM. 15210709

Pembimbing

Iffaty Zamimah, MA.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

1440 H/2019 M

(3)
(4)
(5)
(6)

iv

“My Mom Is My Heaven”

(7)

v

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta;

H. Drs. Khaliqurrahman Hr M.Pd dan Hj. Juhairiyah BA S.Pd.I

Dan kepada sidang pembaca sekalian.

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah sang Maha Pencipta yang telah memberikan nikmat dan hidayah-Nya sehingga kita masih bisa hidup dalam keadaan yang penuh berkah.

Shalawat serta salam senantiasa penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang berilmu pengetahuan seprti halnya sekarang ini.

Selanjutnya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas pertolongan dan rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Program Takhassus Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura)” Selain itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih yang terdalam kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, Rektor Instiitut Ilmu Al- Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta seluruh jajarannya yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan tinggi ini.

2. Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc, MA sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah yang telah memberikan kemudahan dan semangat untuk mahasiswinya.

3. Iffaty Zamimah MA. dosen pembimbing yang luar biasa sabar dan perhatian, yang memberikan banyak waktu, pikiran, tenaga dan semangat untuk penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

(9)

vii pengetahuan yang bermanfaat.

5. Staf Fakultas Ushuluddin terima kasih atas semua waktu, semangat dorongan dan motivasinya. Dan juga kepada Staf perpustakaan IIQ Jakarta.

6. Ucapan terimakasih kepada Instruktur Tahfidz Ibu Hj.Muthmainnah, Ibu Arbiyah, dan Ibu Istiqomah terimakasih atas waktu dan motivasi luar biasa kepada penulis untuk lebih dekat dengan Al-Qur‟an.

7. Terimkasih kepada kedua orang tua dan nenek tercinta Bapak H.

Drs. Khaliqurrahman Hr M.Pd dan Hj. Juhairiyah BA S. Pd.I dan Hj.

Sitti Rukmini, beliaulah cahaya kehidupan yang tak pernah lupa melafadzkan nama penulis di dalam do‟a-do‟anya. Terima kasih atas setiap tetesan peluh dan keringat yang tak akan bisa terbalas dengan hal apapun. Dari keduanya penulis belajar kuat-dan sabar dalam keadaan apapun. Semoga Allah memberikan kesehatan, kebahagiaan, perlindungan dan keselamatan dunia dan akhirat kepada kedua cahaya kehidupan penulis. Aamiin.

8. Terimakasih kepada kakak dan Adek- Adek tercinta, mbak Fathimah Mahsyariyah, adek Alm. Moh. Toriq Ziad, adek Firdausyiah, adek Lukmanul Hakim, adek Moh. Akbar Anas, adek Nur Baiti Choliq yang selalu menyengati dan mendo‟akan penulis terus menerus dalam Menyelesaikan tugas Akhir (Skripsi) ini, semoga Allah akan selalu menjadikan orang-orang beruntung

9. Terimakasih kepada Aisyah Zuhdi, Ni‟matillah Arifin, Nur Mahbubah , Siti Khalidah, dan Fatimatuzzahro, Zulfah Qurratu Aini, Nailis Sarro‟ Dewi Sanggar Wati yang tetap setia dan menemani penulis hingga pada titik ujung yakni tugas akhir perkuliahan ini.

(10)

viii yang berlipat ganda. Aamiin.

Jakarta, 17 Agustus 2019 Penyusun

Yasirotul Umuri

(11)

ix

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

SURAT PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

ABSTRAK ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 8

1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metodologi Penelitian ... 14

1. Jenis Penelitian ... 14

2. Sumber Data ... 15

3. Teknik Pengumpulan Data ... 15

G. Program Analisis Data ... 18

H. Teknik dan Sistematika Penulisan ... 19

(12)

x

BAB II: TINJAUAN TEORITIK DALAM PROGRAM TAHFIZ Al- QUR’AN

A. Tahfiz Al-Qur‟an

1. Pengertian Tahfidz Al-Qur’an ... 21

2. Program Takhassus ... 24

B. Dasar Hukum Menghafal Al-Qur‟an ... 26

C. Syarat Meghafal Al-Qur‟an ... 30

D. Strategi Menghafal Al-Qur‟an ... 33

E. Adab-Adab Penghafal Al-Qur‟an. ... 35

F. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ... 39

BAB III: PROFIL PONDOK PESANTREN Al-AMIEN PRENDUAN SUMENEP MADURA A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan ... 45

B. Sejarah Berdirinya Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an Al-Amien ... 54

C. Struktur Organisasi Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an Al-Amien ... 56

D. Program Kerja Bagian Ketahfizan Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an ... 58

E. Syarat menjadi Guru Tahfidz di Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an ... 59

F. Pelaksanaan Tahfidz Al-Qur‟an ... 60

G. Visi dan Misi Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an ... 62

H. Tujuan Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an ... 63

I. Sarana dan Prasana Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an ... 64

(13)

xi

A. Hasil Penelitian Program Takhassus Tahfiz

Al-Qur‟an ... 67

B. Problematika santriwati dalam program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an ... 71

C. Solusi untuk Problematika Santriwati dalam program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an... 78

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN... 95

BIODATA PENULIS... 96

(14)

xii

Transliterasi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi, tesis, dan disertasi Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta tahun 2017. Transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

No. Arab Latin No. Arab Latin

1.

ا

A 16.

ط

Th

2.

ة

B 17.

ظ

Zh

3.

ث

T 18.

ع

4.

ث

Ts 19.

غ

Gh

5.

ج

J 20.

ف

F

6.

ح

H 21.

ق

Q

7.

خ

Kh 22.

ك

K

8.

د

D 23.

ل

L

9.

ذ

Dz 24.

و

M

10.

ز

R 25.

ن

N

11.

ش

Z 26.

و

W

12.

س

S 27.

ه

H

13.

ش

Sy 28.

ء

,

14.

ص

Sh 29.

ي

Y

(15)

xiii 2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal panjang Vokal Rangkap

Fathah : a

آ

: ȃ

ْي َ

.. : ai

Kasrah : i : ȋ

ي و َ

..

:au

Dhammah : u

و

: ȗ

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam

( لا )

qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam

( لا )

qamariyah di transliterasikan sesuai dengan bunyinya.Contoh :

ةسقبنا

: al-Baqarah

تنيدمنا

: al-Madȋnah

b. Kata Sandang yang diikuti oleh

( لا )

syamsiah

Kata sandang yang diikuti alif lam

( لا )

syamsiah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

مجسنا

: ar-rajul

ةديسنا

:as-Sayyidah

صمشنا

: asy-syams

يمزادنا

:ad-Dȃrimȋ

(16)

xiv

(

َ َ َ )

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandengkan huruf yang bertanda tasydȋd. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydȋd yang berada di tengah kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiah. Contoh:

ِّاللبِب آّن م ء :

Ȃmannȃ billȃhi

ِعّكُّسنا و :

wa ar-rukka’i

ءآه فُّسنا ه ما َ ء :

Ȃmannȃas-Sufahȃ’u

هْيِرنا َّنِإ :

Innaal

ladzȋna

d. Ta Marbȗthah (

ة

)

Ta Marbȗthah (

ة

) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat (na’at),maka huruf tersebut diaksarakan menjadi huruf

“h”. Contoh:

ِة دِئْف ْلْ ا

: al-Af’idah

ت يِم لَْسِلإا ت عِمب جْن ا

: al-Jȃmi’ah al-Islȃmiyyah

Sedangkan ta marbuthah (

ة

) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (ism) maka dialih aksarakan menjadi huruf ”t”. Contoh:

ِت بِصب ننا ت هِمب ع

: „Ȃmilatun Nȃshibah.

ى سْب كْنا ت ي ْلْ ا

: al-Ȃyat al-Kubra e. Huruf Kapital

(17)

xv

pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUBI), seperti penulisan awal kalimat,huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUBI, berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali Hasan al-„Ȃridh, al-Ȃsqallȃnȋ, al-Farmawȋ dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf capital. Contoh: Al- Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fȃtihah dan seterusnya.

(18)

xvi

Nama Yasirotul Umuri dengan Nomor Induk Mahasiswa 15210709. “PROGRAM TAKHASSUS TAHFIZ AL-QUR’AN” (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al- Amien Prenduan Sumenep Madura).

Di era modern ini, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur‟an sudah relatif banyak. Di antara sekian banyak pondok Tahfiz, terdapat beberapa perbedaan dalam Program maupun hasil yang dicapai. Hadirnya pondok pesantren Tahfiz Al-Qur‟an Al-Amien di tengah masayarakat merupakan kesempatan besar bagi mereka yang ingin menghafalkan Al-Qur‟an dengan program takhassus, yakni program wajib 30 juz selama tiga hingga 6 tahun, Namun meski ada Program takhassus tidak luput akan kekurangan dan kelebihannya. Bersdasarkan latar belakang diatas Program takhassus di Ma‟had Tahfiz Al-Qur‟an Al-Amien sangat berpengaruh akan semangat santriwati dalam menghafal. Maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul “Program Tahfiz Al-Qur‟an (Studi Kasus di Ma‟had Tahfiz Al- Qur‟an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura”

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan dan kualitatif, penelitian lapangan (field research) yaitu Suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati. Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengetahui “Program Tahfiz Al-Qur‟an (Studi Kasus di Ma‟had Tahfiz Al- Qur‟an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura”

Program takhassus tahfiz Al-Qur‟an di MTA putri Al-Amien sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al- Qur‟an dengan melihat (bi an-nadhor). Problematika program takhassus tahfiz Al-Qur‟an di MTA putri Al-Amien yang sering dialami diantaranya yaitu: Ngantuk, Males, Keterbatasan waktu, Dukungan orang tua kurang maksimal, Pengaruh lingkungan atau teman, ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi. Sedangkan solusi yang di gunakan dalam program takhassus tahfiz Al-Qur‟an Al-Amien Prenduan Sumenep Madura yaitu: santriwati wajib

(19)

xvii

hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafizah masing-masing, pagi nambah (tajdid) sore ngulang (takrir), Mewajibkan Qur‟an pojok, mengadakan mudarrosah setiap hari selasa pagi, mengadakan tes ujian, mengadakan khotmul Qur‟an setiap setengah bulan satu kali.

(20)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan salah satu mu’jizat Nabi Muhammad SAW, yang terbesar dan sebagai kitab suci bagi umat Islam. Al-Qur’an berisi firman-firman Allah SWT. Yang berupa perintah dan larangan, kisah dan hikmah, serta petunjuk bagi umat manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagai kitab suci yang merupakan petunjuk dari Yang Maha Suci, tentunya Al-Qur’an memiliki kemuliaan dan keagungan yang sangat tinggi. Begitu mulianya kedudukan Al-Qur’an di dalam agama Islam sehingga begitu banyak umat muslim yang bertekad untuk menghafal Al-Qur’an.1

Al-Qur’an merupakan perkataan dari Zat Yang Maha Tinggi, Yang Maha Suci dan Maha Mulia. Al-Qur’an itu ibarat berlian yang mempunyai banyak sisi. Jika dipandang dari satu sisi akan menampakkan keindahan tersendiri. Dilihat dari sisi yang lain akan tampak keindahan yang lain. Berlian itu sendiri selalu berkerlipan sepanjang zaman. Hanya mereka yang mempunyai hati yang tulus, bersih, haus akan nilai-nilai Al- Qur’an akan bisa meneikmati keindahan itu.2 Maka tentu saja tidak akan mudah dan tidak sembarangan manusia yang dapat menjadi penghafalnya. Al-Qur’an adalah kitab suci maka penghafalnya pun harus memiliki jiwa dan hati yang bersih. Dan tentu saja dibutuhkan niat dan keistiqomahan untuk melewati segala ujian dan rintangan selama proses penghafalan dan penjagaan hafalan. Kemalasan, kejenuhan, pesimisme,

1Didik Suharyanto, Mukjizat Huruf-Huruf Al-Qur’an dalam Memahami Makna Al- Qur’an (Tangsel: Salima CV Sapta Harapan cetakan ke, 1, juli, 2012), hal 173.

2 Ahsin Sakho Muhammad, Oase Al-Qur’an Penyejuk Kehidupan (PT Qaf Media Kreatif) hal. 14

(21)

maksiat, dan dosa-dosa, baik dosa besar maupun dosa kecil adalah tantangan yang harus dikalahkan bagi kita yang benar-benar ingin menjadi seorang hafidz Al-Qur’an.

Belajar dari kemajuan Islam para ulama salafiyah menguasai Al- Qur’an serta hafal Al-Qur’an, seperti Imam Syafi’i di usia 7 tahun sudah hafal Al-Qur’an, Imam Maliki serta Imam Ghazali yang diberi gelar

“Hujjatul Islam” pun sudah hafal Al-Qur’an di usianya yang sama.

Karenanya Al-Qur’an harus dijadikan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan dan dijadikan visi yang harus diutamakan terutama dalam dunia pendidikan.

Menghafal Al-Qur’an merupakan usaha yang paling efektif dalam menjaga kemurnian Al-Qur’an yang agung. Dengan hafalan tersebut berarti meletakkan pada hati sanubari penghafal. Menurut Raghin dan Abdurrahman “tempat tersebut (hati) merupakan tempat penyimpanan yang paling aman, terjamin, serta tidak bisa di jangkau oleh musuh dan para pendengki serta penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan”.3

Menghafal Al-Qur’an merupakan tugas dan tanggung jawab yang besar dan mulia. Dan menghafal Al-Qur’an memang bukanlah hal yang mudah, bahkan seperti suatu hal yang tidak mungkin bagi sebagian orang mengingat bahwa Al-Qur’an memiliki jumlah ayat yang sangat banyak, dan juga banyak kalimat yang mirip atau berulang dalam surat yang sama maupun pada surat yang berbeda. Belum lagi Al-Qur’an juga memiliki hukum-hukum bacaan dan aturan-aturan tempat keluarnya huruf yang wajib untuk digunakan setiap kali membacanya. Sedikit saja dalam kesalahan dalam hukum bacaan maupun tempat keluarnya huruf, akan

3 Raghib As-Sirjani dan Abdurrahman A.Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an (Solo: Aqwam,2007), hal 45.

(22)

memberikan efek yang sangat fatal, karena dapat mengubah arti dari ayat-ayat tersebut, misalnya bisa saja yang harusnya memiliki arti baik berubah menjadi buruk maupun sebaliknya. Untuk itu, seseorang yang akan menghafalkan Al-Qur’an wajib baginya untuk mempelajari dan menguasai hukum tajwid.4

Menghafal Al-Qur’an bukanlah hal yang impossible dalam arti mustahil, membaca Al-Qur’an dan menghafal Al-Qur’an merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Hal ini dikarenakan harus menghafalkan isi Al-Qur’an dengan kuantitas yang sangat besar terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan jumlah ayatnya 6236, dan jumlah kosa kata menurut hitungan sebagian para ahli adalah 74437, dan hurufnya terdiri dari 325345.5 Bagi orang Islam yang ingin melakukannya, Allah telah memberi garansi akan mudahnya Al-Qur’an untuk dihafalkan. Dorongan untuk menghafal Al- Qur’an sendiri telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman:

ْكِّذلِل َنآْرُقْلا َنَْرَّسَي ْدَقَلَو ٍرِكَّدُم ْنِم ْلَهَ ف ِر

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS.

Al-Qamar: 22).

Ayat ini mengindikasikan kemudahan dalam menghafalkan Al- Qur’an. Oleh karena itu keutamaan dan keuntungan yang diperoleh bagi orang yang membaca Al-Qur’an sangat banyak, diantaranya: orang yang terbaik diantara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan

4 Ahmad Masrul, Kawin Dengan Al-Qur’an (Malang: Aditya Media Publishing, 2012), hal 179.

5 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah& Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), hal. 57.

(23)

mengajarkan Al-Qur’an, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat, dan orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat, dan pujian dari Allah. Ketika membaca Al-Qur’an maka saat itulah sedang berkomunikasi dengan Allah.

Sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk perhatian terhadap al-Quran dengan membaca-Nya, menghafal-Nya, dan mengambil pelajaran dari-Nya. Allah telah menjanjikan bagi para pelestari kitab-Nya yaitu berupa pahala, dinaikan derajatnya, dan diberi kemenangan di dunia dan akhirat. Di dalam Al-Qur’an Allah SWT menjelaskan:

ُجْرَ ي ًةَيِن َلََعَو اًّرِس ْمُهاَنْ قَزَر اَِّمِ اوُقَفْ نَأَو َة َلََّصلا اوُماَقَأَو َِّللَّا َباَتِك َنوُلْ تَ ي َنيِذَّلا َّنِإ

َنو ٌروُكَش ٌروُفَغ ُهَّنِإ ِهِلْضَف ْنِم ْمُهَديِزَيَو ْمُهَروُجُأ ْمُهَ يِّفَوُ يِل . َروُبَ ت ْنَل ًةَراَِتِ

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang- terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (QS. Fathir: 29-30).

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai potensi besar dalam mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman, terlebih lagi ilmu-ilmu Al-Qur’an. Hal ini karena pondok pesantren adalah satu satunya lembaga pendidikan Islam yang menerapkan sistem asrama bagi para santri dengan pengawasan 24 jam penuh. Dengan demikian para santri sebagai peserta didik dapat

(24)

berkonsentrasi di dalam mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu Islam khususnya Al-Qur’an.6

Kesediaan untuk mempersiapkan waktu khusus dalam menghafal Al-Qur’an menjadi faktor yang berpengaruh dalam proses penghafalan.

Seseorang yang berada di lembaga pendidikan pesantren tentunya akan lebih berpotensi besar untuk dapat menghafal Al-Qur’an dengan lebih cepat dari pada mereka yang aktivitasnya sebagai pekerja yang berangkat pagi dan pulang malam. Di pesantren, Al-Qur’an adalah ibarat menu yang dihidangkan dan harus disantap setiap saat oleh para santri.

Sedangkan bagi pekerja, waktu untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an sangat minim. Meskipun demikian, bukan berarti hanya anak-anak pesantren saja yang dapat menjadi seorang hafidz Al-Qur’an. Karena hanya masalah waktu dan keistiqomahan saja. Semakin sedikit waktu yang diluangkan untuk Al-Qur’an, maka semakin lama baginya untuk dapat menghafal Al-Qur’an sehingga membutuhkan keistiqomahan yang ekstra.7

Di era modern ini, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an sudah relatif banyak. Di antara sekian banyak pondok Tahfiz, terdapat beberapa perbedaan dalam Program maupun hasil yang dicapai. Misalnya, dipondok pesantren Nururrahman yang terletak di kecamatan pakusari kabupaten jember yang dibawah pimpinan KH. Drs. Kholiqurrahman.

Pesantren tersebut berdiri pada tahun 1999. Namun lembaga Tahfiz Al- Qur’an di pesantren Nururrahman baru di dirikan pada tahun 2007.

santri-santri di pesantren Nururrahman yang mengikuti Program Tahfiz

6 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah& Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), hal 59.

7 Yahya Abdul Fatah Az-Zawawi, Revolusi Menghafal Al-Qur’an: Cepat Menghafal, kuat menghafal, dan terjaga seumur hidup, (surakarta:penerbit insan kamil,2013), cet. Ke-7, h.6

(25)

dalam pondok tersebut rata-rata menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya selama 9-10 tahun. Salah satu kekurangan di pesantren Nururrahman tersebut karena tidak adanya target bagi para calon hafidz-hafidzah dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya. Namun keunggulan di pesantren Nururrahman tersebut semua santri-santrinya juga wajib menghafal kitab-kitab pilihan. Seperti, Imriti dan Alfiyah dan juga mempelajari, memahami, menterjemahkan kitab-kitab seperti Bulughul Maram, maka dari itu di pesantren Nururrahman tidak memakai sistem target karena santri-santrinya tidak hanya menghafal Al-Qur’an saja. Dan walaupun pesantren tersebut hanya memakai kemampuan santri yang dimiliki, tidak sedikit alumni-alumni pesantren tersebut yang sudah hafal 30 juz termasuk hafal kitab-kitab pilihan. Berbeda dengan pondok pesantren Tahfiz Al-Amien yang mempunyai target dalam menghafal Al- Qur’an. Dan juga telah banyak mengahasilkan para hafidz yang berkualitas. Meskipun memiliki banyak kegiatan dan Program, namun menghafal Al-Qur’an tetap menjadi prioroitas utama pendidikan di pondok Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Hadirnya pondok pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al-Amien di tengah masayarakat merupakan kesempatan besar bagi mereka yang ingin menghafalkan Al-Qur’an. Sebagai ciri khas Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Al-Amien Prenduan Program-Program yang ada dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk core dan integreted curriculum (kurikulum terpadu) selama 24 jam non stop, dengan penekanan khusus pada upaya tafaqquh fiddin dengan berafiliasi pada berbagai macam ilmu, teori dan praktik yang meliputi semua life skill.

Dalam Program inti yang harus diikuti bagi para santriwati, dimulai dengan khatam Al-Qur’an dengan lancar, fasih, dan sesuai dengan hukum tajwid bi an-nadhor, maksimal setengah tahun sebelum mendapat

(26)

SIM (surat izin menghafal). Masa menghafal Al-Qur’an antara enam sampai dengan tujuh tahun bagi tamatan MI atau SD. Sedangkan bagi tamatan SMP atau MTS antara tiga sampai empat tahun. Penyelesaian target hafalan yang telah ditentukan bagi semua santriwati menjadi salah satu syarat untuk pengambilan Ijazah SMP SMA dan syahadah Tahfiz dan persyaratan untuk naik kelas, di dalam prosess menghafal Al-Qur’an ada Program Tahfiz Al-Qur’an, Program ini di bagi menjadi dua bagian, yang pertama Program biasa dan yang kedua Program takhasus, Program biasa adalah Program dimana Program tersebut tidak wajib hafal 30 Juz sedangkan Program takhassus adalah Program yang wajib 30 juz maka Program takhasus tersebut dinamakan Program takhassus. bagi santriwati yang ikut Program takhassus target hafalan tamatan SD dan SMP pun berbeda, Program perceptan target hafalan yang tamatan SD dalam satu semester Tiga Juz. Sedangkan tamatan SMP dalam satu semester Enam Juz.

Program takhassus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an Al-Amien menjadi salah satu Program keunggulan untuk memotivasi para santriwati agar lebih giat dalam menghafal dan terpacu untuk berlomba- lomba dalam menyelesaikan hafalannya. Namun meski ada Program takhassus tidak luput akan kekurangan dan kelebihannya. Bersdasarkan latar belakang diatas Program takhassus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an Al- Amien sangat berpengaruh akan semangat santriwati dalam menghafal.

Maka penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul, “Program Takhassus Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al- Qur’an (MTA) Putri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura)”

(27)

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Terkait dari latar belakang di atas maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a. Proses mengulang hafalan lebih sulit dari pada menghafal Al-Qur’an karena adanya proses

pemindaian ulang yang akan melibatkan banyak informasi yang telah ada.

b. Permasalahan yang biasa dihadapi oleh para hafiz Al- Qur’an adalah short memory, yaitu memori yang hanya dapat bertahan dalam jangka waktu pendek.

c. Kualitas hafalan Al-Qur’an bagi hafiz Al-Qur’an yang bukan hanya fokus dalam menghafal Al-Qur’an melainkan juga melaksanakan pembelajaran formal.

d. Program tahfiz yang berbeda-beda dari beberapa pesantren, apakah memiliki hasil kualitas hafalan yang berbeda?

e. Adanya program takhassus tahfiz Al-Qur’an dapat membantu santriwati MTA putri Al-Amien Prenduan dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur’an tepat waktu.

2. Pembatasan Masalah

Melihat dari identifikasi masalah yang sudah di jelaskan, objek penelitian ini akan sangat meluas bahasannya apabila tidak dibatasi penggunaannya, hal ini dilakukan agar tidak menimbulkan kerancuan, maka penulis membatasi objek penelitian ini yang akan terfokus pada Program takhassus Tahfiz Al-Qur’an di MTA Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

(28)

3. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang sudah di jelasakan sebelumnya dapat dirumuskan menjadi pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana Program takhassus Tahfiz Al-Qur’an santri SMP dan SMA di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura?

b. Apa saja problematika yang dihadapi dalam Program takhassus Tahfiz Al-Qur’an santri SMP dan SMA di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan menulis skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui program takhassus Tahfiz Al-Qur’an santri SMP dan SMA Al-Qur’an di MTA putri Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

2. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi dalam Program takhassus Tahfiz Al-Qur’an santri SMP dan SMA di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan solusinya.

(29)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Penelitian ini sebagai media sumbangsih dari peneliti untuk memperkaya khazanah dan menambah wawasan dalam bidang pengajaran Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, khususnya dalam ranah studi kasus guna untuk dijadikan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya, dan dalam bidang tahfiz Al-Qur’an juga sebagai literatur refrensi yang sama.

2. Secara Praktis

Penelitian ini ditujukan sebagai sumber inspirasi dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh, dan juga sebagai bahan informasi kepada pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi diri sendiri dan teman- teman seperjuangan IIQ Jakarta, sehingga mendapat pengetahuan dan pengalaman baru serta dapat mendorong semangat dalam menghafal Al-Qur’an, menjaga hafalan Al-Qur’an dan mengamalkan hafalan Al-Qur’an. Dan bagi pondok Pesantren Ma’had Tahfiz Al-Qur’an, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi dalam proses mencetak para muhafidh dan muhafidhoh yang cukup berkualitas.

E. Kajian Pustaka

1. Budi santoso (Skripsi 2016) mahasiswa UIN Malang dengan judul “Program Menghafal Al-Qur’an Dan Problematikanya di Pondok Pesantren Ummul Qur’an Desa Gringging Kabupaten Kediri”. Hasil penelitan ini disimpulkan bahwa Program yang

(30)

diterapkan di pondok Pesantren Ummul Qur’an sudah berjalan dengan baik melalui penerapan Program secara individual maupun klasikal. Pelaksanaan Program ini ditunjang dengan penggunaan media musfhaf dan buku panduan mengahafal serta materi penunjang lainnya dengan sistem evaluasi untuk memantau perkembangan santri. Berbagai problematika yang muncul dalam Program pelaksanaan ini juga sudah mendapatkan perhatian khusus dari pihak pondok pesantren sehingga kegiatan menghafal Al-Qur’an bisa kondusif dan berjalan baik.8 Penelitian ini mempunyai kesamaan teknik pengumpulan data dengan penelitian penulis yang di lakukan, yaitu data yang dihasilkan dapat melalui proses pencarian lapangan. Bedanya objek yang dikaji berbeda, penelitian tersebut membahas tentang Program menghafal Al-Qur’an, sedangkan yang penulis teliti adalah Program takhassus Tahfiz Al-Qur’an terhadap santriwati pondok pesantren Al-Amien Prenduan sumenep mdaura.

2. Kameliatul Hidayati (Skipsi 2015) mahasiswa IAIN Jember dengan judul “Orientasi Penyel enggaraan Lembaga Tahfiz Al- Qur’an Bagi Anak-anak di Pondok Pesantren Nurul Qur’an Kraksan Probolinggo”. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun hasil penelitan ini disimpulkan bahwa orientasi penyelenggaraan lembaga Tahfiz Al-Qur’an bagi anak-anak bertujuan untuk mencetak santri yang berjiwa qur’ani, berakhlakul karimah dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-harinya, santun, bertanggung jawab serta siap tampil di masyarakat. Sedangkan untuk pengaktifan Program hafalan Al-Qur’an pada anak-anak banyak yang telah dilakukan

8 http://etheses.uin-malang.ac.id/ide/eprint/4625, diakses 29 september 2017

(31)

oleh para guru diantaranya mengumpulkan mereka dalam satu ruang dan menggunakan beberapa Program yang dianggap bagus dan praktis menurut para sesepuh di pondok pesantren Nurul Qur’an. Pondok ini terbilang sukses sebagai lembaga Tahfiz. Hal ini terbukti dengan para ratusan alumni dan santri yang telah hafal al-quran secara sempurna 30 juz, juga mayoritas mereka sukses hidup di masyarakat dengan membangun lembaga Tahfiz sendiri.9 Relevansi peneltian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif dan sama- sama meneliti tentang Al-Qur’an untuk dihafalkan. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut membahas penyelenggaraan lembaga Tahfiz bagi anak-anak untuk menghafal Al-Qur’an. adapun penelitian ini membahas tentang Program takhassus menghafal Al-Qur’an.

3. Shufrotul Hasanah (skripsi 2018) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan judul penelitian, “Kiat Takrir Hafalan Al-qura’an Wanita Karir (Studi Living Qur’an Terhadap Alumni Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta).”10 Penelitian ini fokus pada kajian yang di bahas bagaimana kiat takrir bagi wanita karir dalam penjagaan hafalannya, dalam penelitian tersebut memiliki konsep kajian untuk mengetahui faktor X atau apa saja kendalanya bagi wanita karir dalam mengulang hafalannya . persamaan dengan penelitian yang di lakukan penulis adalah sama sama menggunakan penelitian living qur’an dan perbedaannya adalah penelitian

9 http://e-repository.perpus.iainjember.ac.id/id/eprint/3619,diakses 13 september 2016

10 Shufrotul Hasanah. “Kiat Takrir Hafalan Al- qur’an Wanita Karir (Studi Living Qur’an Terhadap Alumni Institut Ilmu Al-qur’an Jakarta)” Skripsi Strata 1 Institut Ilmu Al- Qur’an Jakarta

(32)

tersebut meneliti di kampus yang berbasis Al-Qur’an sedangkan penelitian ini meneliti dikalangan pesantren.

4. Kholidul Iman (skripsi 2016) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim dengan judul penelitian “Strategi Menghafal Al-Qur’an Bagi Siswa (Studi Kasus di Rumah Tahfiz Daarul Qur’an Putra Kepanjen Malang)”.11 Dalam penelitian ini yang dilakukan adalah untuk mengetahui bagaimana kegiatan dan strategi yang dilakukan dalam keseharian objek yang di teliti terhadap para siswa di rumah Tahfiz Daarul Qur’an. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bagaimana gambaran dan pemaparan hasil dari strategi menghafal yang rutin dilakukan, kemudian cara –cara yang di terapkan untuk menjaga hafalan, serta deskripsi tentang faktor yang mendukung para siswa dalam menghafal Al-Qur’an.Penelitian ini mempunyai kesamaan teknik pengumpulan data dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu data yang dihasilkan didapat melalui proses pencarian di lapangan. Bedanya, penelitian ini dilakukan melalui observasi sedangkan penulis menggunakan teknik wawancara singkat dan dokumentasi. Objek yang dikaji pun berbeda, bahwa penelitian ini fokus pada kajian para siswa Daarul Qur’an dalam menghafal Al-Qur’an. Sedangkan yang penulis teliti adalah fakus kepada kajian Program takhassus dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

5. Uli Rif’atul Millah (skripsi 2018) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta dengan judul penelitian “Tradisi Pemberian Sanad Al- Qur’an (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Baitul Abidin Darussalam Wonosobo Jawa Tengah dan Pondok

11 http://etheses.uin-malang.ac.id/id/eprit/4625, diakses pada 13 september 2018

(33)

Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Banjar Jawa Tengah)”.12 Dalam penelitian ini fokus pada pembahasan pemberian sanad Al-quran pada dua pesantren,dimana penelitian penulis menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang berusaha melukiskan pengalaman peneliti sebagimana adanya, persamaan dalam penelitian ini dan penulis, sama-sama meneliti di kalangan pesantren dengan menggunakan jenis penelitian wanwancara dan dokumentasi, sedangkan perbedaannya peneliti dan penulis, peneliti menggunakan penelitian di dua pesantren sedangkan penulis hanya meneliti di satu pesantren.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data yang ada di lapangan13.

Program yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Program penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati.

12 Uli Rif’atul Millah, “Tradisi Pemberian Sanad Al-qur’an (Studi Kasus pada Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Baitul Abidin Darussalam Wonosobo Jawa Tengah dan Pondok Pesantren Miftahul Huda Banjar Jawa Tengah)” Skripsi , Program Strata 1 Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta

13 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Research, (Tarsoto: Bandung, 1995), Hal. 58

(34)

Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.14

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu generelasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia.15

Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis berdasarkan tujuan penelitian yang ingin mengetahui kemampuan menghafal santriwati MTA Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dengan adanya Program takhassus hafalan.16 2. Sumber Data

Sebagaimana yang diketahui sumber data mencakup primer dan sekunder, sumber data primer atau utama dari penelitian adalah data dari hasil penelitian lapangan terhadap sejumlah narasumber yang telah di sesuaikan berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan. Sedangkan data sekundernya adalah literatur-literatur pendukung berbentuk dokumen dan pustaka, sebagai penunjang teori-teori yang terdapat dalam penelitian.

14 Sri Mamindi dan Hang Rahardjo, Teknik Menyusun Karya Ilmiah, (Jakarta, 1995), hal. 23

15 Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), hal. 209

16 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2015) h.26

(35)

3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data dalam penelitian ini menggunakan Studi kasus berdasarkan objek kajian yang di teliti sebagaimana judul yaitu:

a. Observasi

Pengumpulan data dalam penelitian Program Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura), peneliti menggunakan teknik observasi, yakni observasi tidak terlibat (not participant observation) peneliti tidak terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang diamati dan hanya sebagai pengamat independen17 keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dalam penelitian ini.

Dalam Program observasi tidak terlibat ini dilaksanakan dengan cara peneliti berada di lokasi penelitian, dan hanya pada saat melaksanakan penelitian, dan tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Observasi yang dilakukan selain untuk menjadi data secara umum, juga untuk memperoleh informasi tentang siapa saja narasumber yang layak diwawancarai pada pondok pesantren yang menjadi objek dalam penelitian ini.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan teknik “semi structured”, dalam hal ini maka mula-mula interviwer menanyakan serentetan

17 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Alfabeta:

Bandung, 2012), hal. 145

(36)

pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu-persatu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.18 Adapun narasumber dalam wawancara ini adalah santriwati dan guru pondok pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Penulis akan melakukan wawancara secara langsung kepada narasumber dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai Program Tahfiz Al-Qur’an di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura. Karena ini adalah penelitian kualitatif, maka untuk menentukan narasumber yang layak diwawancarai yakni melalui observasi di lapangan.

c. Dokumentasi

Selain kedua teknik pengumpulan data diatas, terdapat pula teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, dokumentasi dalam penelitian merupakan alat bukti tentang sesuatu baik berupa catatan, foto, rekaman, atau vidio yang dialkukan peneliti.19 peneliti melakukan pengumpulan data yang relevan dengan penelitian, data-data tersebut meliputi arsip-arsip dan dokumen dari pondok pesantren Al-Amien Prenduan yang menjadi objek penelitian skripsi ini, buku- buku yang digunakan sebagai refrensi penelitian Program

18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998) cet. 11, Hal.232

19 Ibrahim, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2015), cet. 1, hal 96

(37)

Takhassus Tahfiz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura), transkrip hasil wawancara, juga dilengkapi dengan foto kegiatan saat penelitian berlangsung seperti foto saat wawancara. Hal ini dilakukan untuk menambah informasi dan melengkapi data-data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data sebelumnya.

Adapun data yang akan di peroleh melalui Program dokumentasi adalah denah Pondok Pesantren Tahfiz Al- Qur’an putri Al-Amien, struktur Pengurus Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an putri Al-Amien, Sejarah bedirinya Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an putri Al-Amien, data guru Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an putri Al-Amien, dan data santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an putri Al- Amien .

G. Program Analisis Data

Program analisis data yang dipakai adalah Program analisis kualitatif, Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis data yang diperoleh saat pengumpulan data sehingga data tersebut dapat dikembangkan menjadi kesimpulan.20

Langkah penyajian data yang dilakukan adalah mengumpulkan semua data yang ada, baik sumbernya primer

20 Muri Yusuf, Metode Penelitiaan Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitaian Gabungan, h. 328

(38)

maupun sekunder. Kemudian dari macam-macam data yang didapat peneliti memilih data yang ada untuk dikategorisasi berdasarkan jenis datanya. Selanjutnya data yang telah diklasifikasi tersebut digabung dan disesuaikan sebagaimana pola yang sudah disusun pada outline penelitian. Maka satu persatu masalah dan solusi akan tergambar, dan penelitian akan membuahkan hasil yang signifikan.21

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan rangkuman sementara dari isi skripsi ini yang bertujuan untuk mengerti secara global dari seluruh pembahasan yang ada. Terkait dengan materi yang akan dibahas pada dasarnya terdiri dari lima bab, dan setiap bab memiliki beberapa sub bab, antara bab yang satu dengan bab yang lain saling berhubungan bahkan merupakan pendalaman pemahaman dari bab sebelumnya. Untuk lebih mudahnya maka dibawah ini akan dikemukakan gambaran umum secara singkat dari pembahasan skripsi ini.

Bab Pertama, bab ini merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian serta sistematika penelitian.

Bab Kedua, penulis akan menjelaskan secara lengkap pengertian Tahfiz dan Program takhassus Al-Qur’an, hukum menghafal Al-Qur’an, syarat, strategi, adab-adab, hingga keutamaan

21 Muri Yusuf, Metode Penelitiaan Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitaian Gabungan, h. 400

(39)

menghafal Al-Qur’an, Penulis juga menjelaskan secara rinci dasar dan hukum menghafal Al-Qur’an.

Bab Ketiga, pada bab ini penulis akan mendeskripsikan profil Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dan Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) putri Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Bab Keempat, berisi hasil analisis penulis tentang Program Tahfiz Al-Qur’an di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura.

Bab Kelima, pada bab ini berisi penutup, mencakup kesimpulan dan saran-saran, diakhiri dengan lampiran-lampiran hasil observasi penelitian.

(40)

21 AL-QUR’AN

A. Tahfiz Al-Qur’an

1. Pengertian Tahfiz Al-Qur‟an

Al-Qur`an kitab yang lengkap dan sempurna. Tidak ada satu aspek pun dalam kehidupan manusia yang tidak dibicarakan di dalam Al-Qur`an. 1 Hal ini dijelaskan di dalam Al-Qur`an (QS.

al-An`am [6]:38)













“...Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab...” (QS. al-An`am [6]:38)

Secara etimologi, tahfiz Al-Qur`an terdiri dari dua suku kata, yaitu tahfiz dan Al-Qur`an, yang mana keduanya mempunyai arti yang berbeda. Pertama, tahfiz berasal dari bahasa Arab hafiza-yahfadzu-hifdzan yang berarti menghafal, (Yunus, 1990: 105). Kedua, Al-Qur`an berasal dari bahasa Arab qara-a, yaqra-u, yang artinya: membaca. Menurut Abdul Azis Abdul Rauf, definisi tahfiz atau menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar.

Pekerjaan apapun jika sering diulang pasti menjadi hafal.2

Sementara al-Azhari dalam kitabnya “Tahdzibal-Lughah mengutip penjelasan al-Laits, seorang pakar bahasa, sebagai berikut:

1 Asep Usman Ismail, Al-Qur`an dan Kesejahteraan Sosial, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), h.1

2

(41)

ِئْيَشلِبِ ُلِكَوُلما : ُظْيِفَلحاَو .ِةَلْفُغلا ُةَّلِقَو ُدَىاَعَ تلا َوُىَو ,ِناَيْسِنلا ٌضْيِقَن ُظْفِلحا ةغللا بيذته(.ِوِظْفِِبِ

– ج(

٢ ص/

٠٥ٓ

)

“kata “hifzh” berarti kebalikan dari lupa yaitu senantiasa mengingat dan lupanya sedikit. Sedang “al-hafizh”

berarti yang diserahi sesuatu untuk menjaganya”.3

Kemudian pengertian Al-Qur`an menurut istilah adalah kitab yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan. Hal ini dijelaskan dalam (Q.S al-Qiyamah [75]:17-18).











“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya”. (Q.S al-Qiyamah [75]: 17-18)

Menurut Juju Saepudin secara terminologi, Al-Qur`an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.4

Sedangkan menurut Jalal al-Din al-Sayuthi didalam buku pengantar studi Al-Qur`an, beliau adalah seorang ulama terkemuka dalam bidang ulum Al-Qur`an meyatakan bahwa Al- Qur`an merupakan telaga sumber ilmu. Di dalamnya terkandung ilmu tentang segala sesuatu, menjelaskan mana yang merupakan

3 A. Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur`an Program Lauhun, (Jakarta :Transpustaka, 2013), cet ke-1 h.3

4 Juju Saepudin, et.al., Membumikan peradaban Tahfiz Al-Qur`an, (Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2015) cet ke-1 h.23

(42)

petunjuk dan mana yang bukan. Dari Al-Qur`an lah setiap orang mengembangkan spesialisnya dan berpegang kepadanya.5

Terlepas dari pengertian Tahfizh Al-Qur‟an di atas, minat masyarakat islam terhadap Tahfiz Al-Qur‟an tidak pernah pudar.

Terlebih bahwa di indonesia sendiri kegiatan menghafal Al- Qur‟an adalah salah satu kegiatan wajib yang ada di pesantren- pesantren. Berdasarkan data Bagian Data Sistem Informasi dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Diktorat Jendral pendidikan Islam Kementrian Agama, bahwa sampai tahun 2016 terdapat 28.194 pesantren yang tersebar baik di wilayah kota maupun pedesaan dengan jumlah santri sekitar 4.290.626 orang. Dan tidak menutup kemungkinan sampai tahun ini sudah bertambah jauh jumlah pesantren yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan angka yang sesuai untuk menyebutkan bahwa tradisi menghafal Al-Qur‟an di Indonesia sudah berada dalam tahap yang cukup baik.6

Tradisi menghafal Al-Qur‟an mengharuskan dengan talaqqi atau tatap muka, yaitu murid atau santri memperdengarkan hafalannya di hadapan guru secara langsung.

Kemudian guru mendengarkan bacaan hafalan murid dan membenarkan ketika ada kesalahan ataupun tertukarnya bacaan.

Hal ini merupakan tradisi terdahulu dari Zaman Rasulullah Saw melakukan talaqqi kepada malaikat Jibril as. Saat menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi, dan kemudian beliau mengajarkan para sahabat dengan talaqqi pula sehingga bacaan para bacaan para

5 Munzir Hitami, Pengantar Studi Al-Qur`an, (Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2012) cet ke-1 h. 19.

6 Agus Yulianto , Muhyiddin, “Pertumbuhan Pesantren di Indonesia Dinilai Menakjubkan,” http://www.m-republika –co –id.cdn.ampproject.org, di akses tanggal 4 juli 2018

(43)

sahabat dapat terjamin seluruh ayatnya persis sebagaimana Rasulullah menerima wahyu Al-Qur‟an. Dan Seorang Hafidz biasanya dianjurkan untuk mengetahui silsilah bacaan gurunya yang mana ia sampai kepada bacaan Nabi Muhammad Saw.7 2. Program Takhassus

Program takhassus tahfidz Al-Qur‟an dalam menghafal al- Qur‟an adalah cara lebih untuk memotivasi santriwati dalam menghafal al-Qur‟an, mengingat program tersebut merupakan salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan, karena ikut serta menentukan keberhasilan seberapa mampu tingkat menghafalkannya.

Mengenai Program Takhassus tahfidz Al-Qur‟an Ma‟had Tahfidzul Al-Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al-Qur‟an dengan melihat (bi an-nadhor). Dan santriwati juga menghafalkan sendiri sebelum menyetorkan hafalannya kepada muhafizah. Salah satu contohya dengan metode yang digunakan yaitu:

a. Bi an-nadhor membaca materi sesering mungkin yang akan dihafalkannya.

b. Setelah bi an-nadhor santriwati menghafalkan secara individu.

c. Dan setelah hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafidhah masing-masing, pagi nambah (tajdid) ngulang (takrir) sore.

7 M. D arwis Hude, “Pengaruh Program Menghafal Pisah- Sambung dan Pengaturan Takrir (Pengulangan) Nya Terhadap Kelancaran Hafalan Al-Qur‟an”, Tesis, Program Pasca Sarjana Universita Indonesia Program Studi Psikologi,1996, h.31. Tidak diterbitkan (t.d)

(44)

d. Mewajibkan Al-Qur‟an pojok.

Temuan-temuan tersebut kemudian didialogkan dengan teori yang dikembangkan oleh Wiwi Alawiyah Wahid menghafal al-Qur‟an yaitu sebagai berikut:

Memperbanyak membaca al-Qur‟an sebelum menghafal (bin-nazhar) adalah membaca al-Qur‟an sesering mungkin sebelum menghafalkannya, mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing lagi dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah menghafalkannya.

a. Sema‟an atau Tasmi‟ adalah memperdengarkan hafalan kepada orang lain baik perseorangan atau kelompok.

b. Talaqqi adalah menyetorkan atau memperdengarkan hafalan kita kepada seorang guru atau kiai, hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafal.

c. Tahfidz adalah melafalkan sedikit demi sedikit ayat-ayat al-Qur‟an yang telah dibaca berulang-ulang pada saat bin nazhar hingga sempurna dan tidak terdapat kesalahan.

d. Takrir adalah mengulang hafalan atau melakukan sima‟an terhadap ayat yang telah dihafal agar tetap terjaga dengan baik, kuat, dan lancar. Mengulang hafalan bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru serta teman.

e. Membuat klasifikasi target hafalan (tajdid), adalah membuat target waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hafalan sebanyak 30 juz. Sebab, membuat target hafalan akan terus membangkitkan semangat menghafal, selain itu, apabila hafalan terjadwal atau

(45)

terprogram, tidak akan ada waktu yang terbuang sia-sia.8 metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur‟an Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, sudah sesuai dengan teori tersebut.

Dalam pelaksanaannya, program takhassus Tahfidz Al- Qur‟an menggunakan metode yang dalam menghafal al-Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura,yaitu tidak jauh berbeda dengan metode yang diatas.

Jadi hafalan al-Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al- amien Prenduan Sumenep Madura,berjalan dengan sungguh- sungguh oleh para muhafidhah dalam metode menghafal al- Qur‟an yang disesuiakan dengan situasi dan kondisi santriwati.

B. Dasar dan Hukum Menghafal Al-Qur’an

Secara tegas banyak para ulama‟ mengatakan, alasan yang menjadikan sebagai dasar untuk menghafal Al-Qur‟an adalah sebagai berikut :

a. Jaminan kemurnian Al-Qur‟an dari usaha pemalsuan.

Sejarah telah mencatat bahwa Al-Qur‟an telah dibaca oleh jutaan manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal Al-Qur‟an adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga kemurnian Al-Qur‟an dari usaha-usaha pemalsuannya. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al- Hijr ayat 9:

















8Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur‟an Super Kilat (Yogyakarta:

Diva Press, 2015), 70.

(46)

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”9

b. Menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah.

Melihat dari surat Al-Hijr ayat 9 diatas bahwa penjagaan Allah terhadap Al-Qur‟an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-fase penulisan Al-Qur‟an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya untuk ikut menjaga Al- Qur‟an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli Qur‟an yang mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah, diantaranya adalah: Ahsin W. mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap ayat-ayat suci Al-Qur‟an.10

Kemudian menurut Abdurrab Nawabudin bahwa apabila Allah telah menegaskan bahwa Dia menjaga Al-Qur‟an dari perubahan dan penggantian, maka menjaganya secara sempurna seperti telah diturunkan kepada hati Nabi-Nya, maka sesungguhnya menghafalnya menjadi fardhu kifayah baik bagi suatu umat maupun bagi keseluruhan kaum muslimin.11

Setelah melihat dari pendapat para ahli Qur‟an di atas dapat disimpulkan bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah, yaitu apabila diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah beban yang lainnya, tetapi

9 Al-Qur‟an dan terjemahnya, (Semarang: Raja Publishing, 2011), hal. 262

10Ahsin W, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur‟an. hal. 24

11 Abdu al-Rabb Nawabudin, Program Efektif Menghafal Al-Qur‟an. hal. 19

(47)

sebaliknya apabila di suatu kaum belum ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.

Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan Al- Qur‟an menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia dan di akhirat.

C. Hikmah Menghafal Al-Qur’an

Kemudian berikut ini ada beberapa hikmah menghafal Al-Qur‟an:

1) Al-Qur‟an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi penghafalnya. Ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi:





















”Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.12 (QS. As-Shaad: 29)

2) Hafiz Qur‟an merupakan ciri orang yang diberi ilmu 3) Fasih dalam berbicara dan ucapannya.

4) Al-Qur‟an memuat 77.439 kalimat. Jika seluruh penghafal Al-Qur‟an memahami seluruh arti kalimat tersebut berarti dia sudah banyak sekali menghafal kosa kata bahasa arab yang seakan-akan ia menghafal kamus bahasa arab.

12 Al-Qur‟an dan terjemahnya, (Semarang: Raja Publishing, 2011), hal. 455

(48)

5) Dalam Al-Qur‟an banyak terdapat kata-kata hikmah yang sangat berharga bagi kehidupan. Secara menghafal Al-Qur‟an berarti banyak menghafal kata-kata hikmah.

6) Hafidz Qur‟an sering menjumpai kalimat-kalimat uslub atau ta‟bir yang sangat indah. Bagi seseorang yang ingin memperoleh rasa sastra yang tinggi dan fasih untuk kemudian bisa menikmati karya sastra Arab atau menjadi satrawan Arab perlu banyak menghafal kata- kata atau uslub Arab yang indah seperti syair dan amtsar (perumpamaan) yang tentunya banyak terdapat di Al-Qur‟an.

7) Mudah menemukan contoh-contoh nahwu, sharaf, dan juga balaghah dalam Al-Qur‟an.

8) Dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat hukum, dengan demikian secara tidak langsung seorang penghafal Al- Qur‟an akan menghafal ayat-ayat hukum. Yang demiakian ini sangat penting bagi orang yang ingin terjun di bidang hukum.

9) Orang yang menghafal Al-Qur‟an akan selalu mengasah hafalannya. Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung berbagai macam informasi.

10) Penghafal Al-Qur‟an adalah orang yang akan mendapatkan untung dalam perdagangannya dan tidak akan merugi.

11) Al-Qur‟an akan menjadi penolong (syafa‟at) bagi para penghafal Al-Qur‟an.

Selain itu ada beberapa tujuan dalam Tahfizul Qur‟an secara terperinci yakni sebagai berikut:

(49)

1) Santriwati dapat memahami dan mengetahui arti penting dari kemampuan dalam menghafal Al-Qur‟an.

2) Santriwati dapat terampil menghafal ayat-ayat dari suratsurat tertentu dalam juz „amma yang menjadi materi pelajaran.

3) Santriwati dapat membiasakan menghafal Al-Qur‟an dan supaya dalam berbagai kesempatan ia sering melafadzkan ayat-ayat Al-Qur‟an dalam aktivitas sehari-hari.13

Selain itu juga tujuan yang terpenting yakni untuk menumbuhkan, mengembangkan serta mempersiapkan bakat hafidz dan hafidzah pada anak, sehingga nantinya menjadi generasi cendekiawan muslim yang hafal Al-Qur‟an.

D. Syarat menghafal Al-Qur’an

Menghafal Al-Qur‟an adalah pekerjaan yang sangat mulia.

Akan tetapi menghafal Al-Qur‟an tidaklah mudah seperti membalikan telapak tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.

Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an ialah:

1. Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran - pikiran dan teori- teori, atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan mengganggunya. Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya

13 Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur‟an dan Hadits (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009), hal. 168-169

(50)

mengganggu dalam proses menghafal merupakan hal yang penting. Dengan kondisi yang seperti ini akan memepermudah dalam proses menghafal Al-Qur‟an karena benar-benar fokus pada hafalan Al-Qur‟an.

2. Niat yang ikhlas. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling utama dalam masalah hafalan Al-Qur‟an. Sebab, apabila seseorang melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka.

3. Izin dari orang tua, wali atau suami. Semua anak yang hendak mencari ilmu atau menghafalkan Al-Qur‟an, sebaiknya terlebih dahulu meminta izin kepada kedua orang tua dan kepada suami (bagi wanita yang sudah menikah). Sebab, hal itu akan menentukan dan membantu keberhasilan dalam meraih cita-cita untuk menghafalkan Al-Qur‟an.14

4. Tekad yang kuat dan bulat. Tekad yang kuat dan sungguh- sungguh akan mengantar seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya.15

Sebagaimana firman Allah swt berikut:



























14 Wiwi Alawiyah Wahid, Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur‟an, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hal. 30

15 Raghib As-Sirjani & Abdurrahman A. Khaliq, Cara Cerdas Hafal Al-Qur‟an, hal.

63

Referensi

Dokumen terkait

Arah rotasi venus searah jarum jam (dari timur ke barat). Hal ini berbeda dengan planet-planet lain yang rotasinya berlawanan jarum jam. Sekali mengelilingi matahari, venus

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Asli Surat Pernyataan yang dibuat sendiri oleh yang bersangkutan di atas kerlas bermaterai cukup (Rp. 6.000), bahwa bersedia untuk tidak merangkap sebagai Pejabat

Hal positif ini juga serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Iqbal, dkk (2013) dengan judul penelitian yaitu Impact of performance appraisal

Pada prinsipnya, perbedaan tekanan pada sisi upstream dan downstream dari core plug akan menyebabkan fluida dapat mengalir, namun hal yang patut diperhatikan adalah dalam

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan telah didesain media pembelajaran IPA menggunakan LMS dan moodle yang layak digunakan yang dapat meningkatkan

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk

Pada kuadran ini karyawan memiliki harapan yang sangat tinggi terhadap kinerja aktual organisasi/perusahaan namun kinerja aktual organisasi/perusahaan dipersepsikan rendah oleh