• Tidak ada hasil yang ditemukan

Solusi untuk Problematika Santriwati dalam program takhassus Tahfidz Al-Qur’an Tahfidz Al-Qur’an

C. Solusi untuk Problematika Santriwati dalam program takhassus

mengatasi problematika program takhassus tahfiz Al-Qur‟an para santriwati memiliki keunggulan dengan orang-orang yang menghafal pada umumnya. Solusi tersebut jika di lakukan dengan istiqomah maka tidak akan terlalu berat ketika di jalani, sebab, jika hafalan tersebut di ulang-ulang, maka dengan seiring berjalannya waktu hafalannya pun akan cepat selesai.

Langkah yang tidak kalah efektif bagi santriwati penghafal Qur‟an dalam mengatasi problem program takhassus tahfidz Al-Qur‟an adalah banyak mendengarkan murottal Al-Al-Qur‟an. walaupun hanya kita dengarkan tanpa memperhatiakan, pasti akan terekam diingatan kita, Apalagi, jika ia bukan hanya kita dengarkan, tetapi juga kita perhatikan, bahkan kita ikuti bacaannya, tentu akan sangat bermanfaat terhadap hafalan kita.19

Kegiatan tahfiz memiliki tingkat perjuangan yang lebih berat.

Maka, tak heran jika islam memberikan balasan besar kepada para penghafal Al-Qur‟an. Dalam konteks ini, Abdullah bin Amr bin Ash memberitahu bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Seseorang yang mencurahkan hidupnya untuk Al-Qur‟an akan di minta di hari kiamat naik ke atas mimbar untuk membaca dengan hati-hati seperti yang dia lakukan selama di dunia dimana dia akan masuk syurga selamanya setelah bacaan ayat terakhirnya itu”.20

Dalam hadits lain, Nabi Muhammad menjelaskan, “Bacaan seseorang tanpa bantuan mushaf berhak mendapat pahala sebanyak seribu tingkat.” Sebaliknya, Nabi Muhammad memperingatkan orang yang malas menghafal Al-Qur‟an. Ibnu Abbas menceritakan bahwa

19 Cece Abdulwaly, Mitos-mitos Metode Menghafal Al-Qur‟an (Yokyakarta:

Laksana 2017), cet. Ke1 h. 234

20 Dr. H.A. Muhaimin Zen, Al-Qur‟an 100% Asli: Sunni Syi‟ah Satu Kitab Suci, (Nur Al-Huda:juni 2012), cet. Ke 1 hal. 85

nabi pernah bersabda, “Seseorang yang tidak berminat terhadap Al-Qur‟an laksana Rumah yang telah roboh. “Para penghafal Al-Al-Qur‟an yang melupakan Hafalannya di pandang berdosa besar. Oleh sebab itu, Nabi menasehati para penghafal Al-Qur‟an agar selalu mengulangi hafalannya.”

Dari para sahabat penghafal itulah, Al-Qur‟an di turunkan secara berkesinambungan hingga generasi sekarang, kegiatan tahfiz di era modern juga terus di lakukan. Berbagai pesantren dan lembaga pendidikan berusaha menerapkan sistem hafalan Al-Qur‟an sebagai salah satu kelulusan.

Dari pemaparan penulis diatas, jelaslah bahawa tahfidz Al-Qur‟an memiliki peran cukup penting dalam melestarikan dan menjaga Al-Qur‟an dari upaya tahrif (penyelewengan).

Salah satu faktor pendukung santriwati terhadap program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an adalah, Menghafal Al-Qur‟an merupakan kegiatan yang memerlukan niat yang kuat dan kerja keras untuk bisa mencapainya, Apabila seseorang menghafal Al-Qur‟an Mka sudah menjadi kewajibannya juga untuk mengulang hafalan yang telak dihafal, maka dari itu Ungkapan tersebut, diungkapakan oleh firdausiah selaku santriwati kelas 2 SMP, tentang apa yang menjadi faktor pendukung dalam adanya program takhassus tahfidhul Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura adalah sebagai berikut:

“Saya menghafal Al-Qur‟an pendukung utama saya orang tua, dengan seiring berjalannya waktu keinginan menghafal sendiri tumbuh dengan sendirinya, maka dari itu dengan adanya program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an sangat menjadi faktor pendukung

dalam menaikkan keinginan lebih dalam menyelesaikan hafalan dengan cepat”.21

Begitu juga yang diungkapkan oleh Fatimatus Zahro selaku santriwati kelas 3 SMA, adalah “Saya menghafal itu memang keinginan sendiri mbak, awal mula saya menghafal bukan di ma‟had ini. Saya masuk ke ma‟had ini sudah hafal 7 Juz. Dan Alhamdulillah 2 tahun saya bisa khatam meski belum lancar. Saya bisa menghafal cepat faktor pendukungnya saya ikut program takhassus Tahfidz Al-Qur‟an dengan begitu saya harus lebih semangat, istiqomah, dan harus bisa membagi waktu”.22

Data tersebut diperkuat hasil observasi pada tanggal 23 Juni 2019, peneliti melihat secara langsung santriwati dalam menghafal Al-Qur‟an di Ma‟had Tahfidz Al-Qur‟an Al-amien Prenduan Sumenep Madura, di dalam metode menghafalnya santriwati terlebih dahulu membaca mushaf Al-Qur‟an dengan melihat (bi an-nadhor) yang dibaca ke ustadzah (pembimbing), setelah itu santriwati menghafalkan setelah hafal disetorkan kepada muhafidhah masing-masing. Masing- masing muhafizah menerima setoran 11-12 santriwati.23

Berdasarkan keterangan di atas dapat dianalisis dan diambil kesimpulan bahwa dengan adanya program takhassus tahfidz Al-Qur‟an santriwati lebih semangat dalam menghafal. Namun dalam menghafal Al-Qur‟an santriwati tetap berkewajiban melafadkan hafalan Al-Qur‟annya didepan guru dengan baik dan benar, serta mampu membaca Al-Qur‟an dengan tartil (tajwid yang benar) atau

21 Firdausiah, Wawancara, Madura, 23 Juni 2019.

22 Fathimauis Zahro,Wawancara, Madura, 23 Juni 2019.

23Observasi, Madura, 23 Juni 2019.

setidaknya terus berusaha untuk memperbaiki kualitas bacaan Al-Qur‟an.

Menurut penuturan mudir ma‟had MTA putri Al-Amien Prenduan, solusi-solusi yang dapat dilakukan oleh santriwati MTA putri, Ustadz Nuruddin mengatakan “Beberapa problematika dan masalah yang akan dihadapi para penghafal Al-Qur‟an, yang pertama jenuh menghafal, memang bahwasannya jalan menuju surga itu penuh dengan duri, dan orang-orang pilihan Allah adalah mereka yang mampu menghadapi cobaan semacam ini. Ketika seseorang mengalami rasa jenuh dalam menghafal maka yang perlu dia lakukan jangan menambah hafalan untuk sementara, cukup lakukan muroja‟ah dari hafalan-hafalan yang sebelumnya. Atau kalau memang tidak bisa muroja‟ah karena pikiran terlalu penat cukup dengan membacanya saja, tetapi jangan sampai meninggalkan Al-Qur‟an secara total. Lalu baca dan tadabburi tafsir dari ayat-ayat yang telah dihafal atau yang ingin dihafal agar kita mengerti makna dari ayat-ayat tersebut sehingga timbul rasa cinta untuk menghafalnya, sebagaimana kata pepatah: “tak kenal maka tak sayang”. Adapun salah satu cara untuk mengembalikan semangat adalah dengan membaca kisah-kisah orang-orang pilihan seperti kisah para mujahidin pada zaman dahulu, ulama, raja-raja, dan lain-lain. tetapi jangan membaca buku yang tidak bermanfaat seperti majalah gossip, komik-komik, dan yang sejenisnya karena bacaan-bacaan seperti itu bukannya menambah semangat tetapi justru melalaikan, dan mengajak kita untuk berkhayal. Dengarkan bacaan Al-Qur‟an dari orang-orang yang dikaruniai suara yang merdu, baik itu melalui kaset murotal atau sesama teman. Dan yang perlu diketahui santriwati bahwa ayat yang paling sulit dihafal ketika kita berhasil

menguasainya akan menjadi ayat yang paling sulit untuk hilang dari ingatan, karena dia akan mengeluarkan usaha yang sangat keras, begitu pula sebaliknya, ayat yang mudah untuk dihafal biasanya akan mudah hilang (orang bilang “easy come easy go”) dan yang terakhir mungkin bisa melakukan sedikit olahraga setelah pulih lanjutkan kembali hafalan”

Mengenai tidak sabar, malas, cepat mengantuk saat menghafal.dan berputus asa, maka solusi dari mudir ma‟had tersebut adalah hindari makan terlalu banyak, berwudhu kemudian shalat 2 rekaat, berpindah tempat menghafal, beraktifitas sejenak untuk menghilangkan kantuk seperti menyapu, jalan-jalan, dan lain sebagainya. Sedangkan solusi mengenai kesulitan konsentrasi saat muroja‟ah yaitu dengan mengosongkan pikiran dari hal-hal yang tidak bermanfaat., cari waktu dan tempat yang tepat untuk muroja‟ah.

Adapun kesulitan saat bertemu dengan ayat mutasyabihah.maka solusinya adalah dengan mencari titik perbedaan, tandai dengan stabilo, kemudian diingat-ingat letak perbedaannya.

Jika santriwati tidak mampu membaca dengan baik. Maka solusinya yakni mengikuti program tahsin atau cari pembimbing untuk membetulkan bacaaan. Dalam mengatur waktu yaitu dengan cara membuat jadwal harian dan target hafalan dan muroja‟ah perhari.

Jika sangat sibuk bisa muroja‟ah sambil beraktivitas yang tidak membutuhkan konsentrasi seperti menyapu, mencuci, dan lain sebagainya. Lalu permasalahan yang sangat perlu di perhatikan yakni mengenai banyaknya dosa dan maksiat. Karena Al-Qur‟an adalah kitab suci, maka yang menghafalnya pun harus dalam keadaan hati yang bersih, untuk itu maka segera bertaubat dan hindari segala

bentuk kemaksiatan sekecil apapun adalah solusi yang tepat.

Ingatlah! Sesungguhnya dosa dan maksiat akan melupakan hamba terhadap Al-Qur‟an dan terhadap dirinya sendiri. Hatinya akan buta dari dzikrullah.

Imam asy-Syafi‟i berkata: “Saya mengadu kepada Waqi‟

buruknya hafalanku, maka dia menasihatiku agar meninggalkan maksiat. Dan ia mengabarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah Subhanahu wa Ta‟ala tidak diberikan kepada pelaku maksiat”.

Berambisi menghafal ayat-ayat yang banyak dalam waktu yang singkat dan pindah ke hafalan lain sebelum kokohnya hafalan yang lama Ini sering dilakukan para santri, persis seperti yang dikatakan oleh ustdadzah Khadijah, “Mereka tidak sabar untuk mengulang-ulang hafalannya dan terlalu terburu-buru untuk menambah hafalan baru. Nanti kita sendiri yang akan merasakan akibatnya yakni jadi berat saat muroja‟ah dan seandainya kita telah selesai menyetorkan hafalan Qur‟an, kita tidak mampu menghadirkannya setiap saat. Maka solusinya untuk bersabar dalam mengulang-ulang ayat baru. Sedikit penambahan hafalan tapi hafalannya lancar jauh lebih baik dari pada banyak hafalan barunya tapi tidak lancar atau banyak salahnya”

Dari penjelasannya, ustadzah Khadijah menutup kalimatnya dengan memberikan kalimat semangat untuk para penghafal Al-Qur‟an, “Nah, setelah mengetahui problematika dan masalah yang akan dihadapi oleh para penghafal Qur‟an, semoga kita dapat lebih waspada dan memperkuat „azam serta tekad kita dan tentunya jangan pernah lupa memuraja‟ah setiap hafalan yang kita miliki disamping

kita menghafal ayat Al-Qur‟an yang lainnya. Serta yang tidak kalah penting itu adalah perbanyak berdo‟a dan bermunajat kepada Allah agar tetap istiqomah dalam jalan ini yakni „jalan para keluarga Allah Keep Spirit and remember Innallaha Ma‟ana”

Sebagaimana hasil dari wawancara sebelumnya, salah satu faktor pendukungnya yang pertama adalah motivasi yang tumbuh dari Al-Qur‟an bagi pembacanya. Hal ini di karenakan adanya keyakinan yang kuat di dalam hati, bahwa dengan menghafal Al-Qur‟an dan menjaga Al-Al-Qur‟an merupakan salah satu cara kita mencintai Al-Qur‟an beserta hikmah di dalamnya, dan barang siapa yang menghafal Al-Qur‟an Allah Swt. Telah menjajikan kemuliaan atasnya, sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Nabi Saw:

َيَْيَ اَنَ ثَّدَح ،ٌدَّدَسُم اَنَ ثَّدَح ، ٍِِّّ ََْْ ،َََََدَْْ ْ ُْْْ ُُِِاََ َِِثَّدَح ،ََاََُُْْ ََْْ ،

ُلاَقُ ي " :ََُّلََُو ِهََْلََ ُالله ىَّلَِ َِّللَّا ُلوٍَُُّ َلاَق :َلاَق ،و رْمََ ِْْْ َِّللَّا ِدْبََ ََْْ

دَا ِفِ ُلِّتَرُ ت َتْنُك اَمَك ْلِّتٍََّو ،ِقَتٍّْاَو ،ْأَرْ قا :َِآْرُقَْا ِبِحاَصَِ

َكََِزْنَم ََِّإَف ،اََْ ن

" اَهُؤَرْقَ ت ََيآ ِرِخآ َدْنَِ

Akan dikatakan kepada penghafal Al-Qur‟an: Bacalah naiklah (derajatmu), dan bacalah Al-Qur‟an secara tartil, sebagaimana engkau membaca tartil ketika engkau di dunia, sebab derajatmu (akan terus anaik) sampai batas akhir ayat yang engkau baca.”24 (H.R. Abu Daud)

24 Abu Dawud Sulaimain bin al-Asy‟ats al-Azdi as-Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5, Sunan Abu Dawud, terj. Muhammad Ghazali dkk, (Jakarta: Almahira, 2013), Bab tentang membaca Al-Qur‟an, membaginya kedalam beberapa hizb (bagian), dan membacanya secara tartil, h. 289

Para penghafal Al-Qur‟an memiliki keistimewaan di sisi Allah Swt. Dengan derajat yang diberi bagi siapa yang membaca dan menghafal Al-Qur‟an. Semakin banyak membaca Al-Qur‟an maka Allah akan melipat gandakan pahala terhadapnya, serta Allah angkat derajatnya. Membacanya akan mendatangkan pahala, apalagi menghafalnya yang berarti terus menerus membaca hafalan Al-Qur‟an. Maka penghafal Al-Qur‟an akan terus membaca Al-Qur‟an dimanapun dia berada, baik dengan mushaf ataupun tanpa mushaf, karena Al-Qur‟an perlu di ulang- ulang dan sudah menjadi terpatri di dalam dadanya. Maka hal ini menumbuhkan semangat dengan sendirinya. Rasulullah Saw. Bersabda: “Seseorang yang mencurahkan hidupnya untuk Al-Qur‟an akan diminta di hari kiamat naik ke atas untuk membaca dengan hati-hati seperti yang dilakukan selama di dunia, di mana ia akan masuk syurga lamanya setelah bacaan ayat terakhir.” (H.R. Tirmidzi)

Hadits ini memiliki makna bahwa kelak di hari kiamat kita akan diminta membaca Al-Qur‟an sebagaimana kita biasa membacanya sampai pada bacaan terakhir kita di dunia. Apabila saat di dunia kita sudah menghafal Al-Qur‟an dan terbiasa untuk mengulang hafalannya, kelak di hari kiamat akan merasakan kemudahan dalam membaca ayat-ayat Al-Qur‟an tersebut. Semakin sering mengulang hafalan maka akan semakin kuat ingatan hafalan tersebut di diri kita. Karenanya, Takrir hafalan Al-Qur‟an menjadi suatu upaya yang sangat besar manfaat dan keutamaannya.

Faktor pendukung yang kedua yaitu sebagai bekal untuk kelurga di dunia maupun akhirat. Mengulang-ngulang hafalan Al-Qur‟an akan menjadikan seseorang banyak membaca Al-Al-Qur‟an.

Apabila seorang anak yang shalih menghfal Al-Qur‟an dan ia rajin

mengulag hafalannya , maka pahala-pahala yang allah limpahkan akan tercurah juga kepada orang tua nya, Karena salah satu amalan yang tidak akan terputus adalah anak sholih yang mendo‟akan orsng tuanya. Ayat-ayat Al-Qur‟an mengandung makna yang penuh dengan do‟a, maka membaca Al-Qur‟an akan mengalirkan pahala untuk orang tua, baik ketika masih hidup di dunia maupun di akhirat.

Seorang wanita penghafal Al-Qur‟an kelak ketika sudah berumah tangga dan memiliki keturunan, ia akan menjadi tameng yang kuat bagi keluarganya, khususnya bagi keturunanya.

Faktor pendukung yang ketiga yaitu dukungan penuh dari keluarga untuk menghafal Al-Qur‟an. faktor ini merupakan faktor yang sangat mengdukung bagi para penghafal Al-Qur‟an untuk selalu sengat dalam menghafal. Karena keluarga adalah orang terdekat bagi diri kita, maka energi positif terbesar yang datang adalah yang datang dari keluarga. Sehingga apabila keluarga mendukung penuh untuk menghafal Al-Qur‟an maka upaya yang dilakukan akan merealisasikannya dengan senang hati dan dengan bekal ridho orang tua. Jika ridho orang tua sudah di dapat, maka segala sesuatu akan terasa lancar dan ringan. Sebagaimana pepatah arab mengatakan:

“Ridho orang tua adalah ridha Allah juga, dan kemarahan orang tua adalah kemarahan Allah juga”.

86 A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dari lapangan tentang “Program Takhassus Ma’had Tahfidz Al-Qur’an (Studi Kasus di Ma’had Tahfiz Al-Qur’an (MTA) Putri Al-Amien Prenduan Sumenep Madura”, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Program takhassus tahfiz Al-Qur’an di MTA putri Al-Amien sebelum memulai menghafal santriwati terlebih dahulu harus membaca mushaf al-Qur’an dengan melihat (bi an-nadhor). Dan santriwati juga menghafalkan sendiri sebelum menyetorkan hafalannya kepada muhafizah.

2. Problematika program takhassus tahfiz Qur’an di MTA putri Al-Amien yang sering dialami diantaranya yaitu: Ngantuk, Males, Keterbatasan waktu, Dukungan orang tua kurang maksimal, Pengaruh lingkungan atau teman, ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi, dan kebingungan santriwati karena banyaknya ayat yang serupa.

Sedangkan solusi yang di gunakan dalam program takhassus tahfiz Al-Qur’an Al-Amien Prenduan Sumenep Madura yaitu: santriwati wajib membaca bi an-nadhor materi sesering mungkin yang akan dihafalkannya, setelah bi an-nadhor santriwati menghafalkan secara individu, dan setelah hafal santriwati menyetorkan hafalannnya kepada muhafizah masing-masing, pagi nambah (tajdid) sore ngulang (takrir), Mewajibkan Qur’an pojok, mengadakan mudarrosah setiap hari selasa pagi, mengadakan tes ujian, mengadakan khotmul Qur’an setiap setengah bulan satu kali.

Dokumen terkait