BAB III. HASIL PENELITIAN
B. Konflik Pedagang dengan Dinas Pengelola Pasar
1. Adanya event/pertunjukkan di Pasar Windujenar
Pemerintah Kota melalui Dinas Pengelola Pasar yang bekerjasama dengan Dinas Pariwisata kota Surakarta menyelenggarakan event/pertunjukkan di pasar Windujenar. Event itu dimaksudkan agar pasar Windujenar dapat di promosikan dan dapat dikenal oleh masyarakat pasca revitalisasi pasar Windujenar, tetapi pedagang Pasar Windujenar mengeluhkan bahwa bila ada event yang diselenggarakan di pasar Windujenar, seperti apa yang dirasakan oleh bu pini, pedagang pasar Windujenar yang sudah berjualan sejak tahun 1964 :
apabila ada event pedagang merasa dirugikan karena pembeli sepi dan pasar terlihat tertutup karena dilihat dari depan gak bisa dan akses jalan masuk juga di tutup, yang ada Cuma orang-orang lihat saja. Sebenarnya kemasan dari event itu menarik. Tetapi dampaknya bagi pedagang sangat kurang.
73
Pedagang mengeluhkan kalau ada event di pasar Windujenar pembeli menjadi sepi dan pasar terlihat tertutup karena depan pasar sudah tertutup panggung untuk pertunjukan. Akses jalan ke pasar Windujenar sudah di tutup, penutupan jalan itu dimulai dari perempatan pasar pon dan di pertigaan puro Mangkunegaran, jadi pembeli tidak bisa lewat kalau akses jalannya ditutup. Waktu ada event memang ramai, tetapi yang ada cuma orang-orang yang lihat event-event itu jadi posisinya tidak pembeli. Hal sama juga diungkapkan oleh bu Aminah pedagang Pasar Windujenar yang telah berdagang sejak tahun 1966 :
Pertunjukkan di pasar windujenar malah membuat sepi karena jalannya ditutup sejak dari slamet riyadi, itu sangat-sangat menggangu, menurut saya itu bukan bentuk promosi karena pedagang tidak bisa memanfaatkan adanya event tersebut.pada saat event kita malah disuruh buka sampai malam hari, tetapi kami menolaknya karena pada siang hari kita buka pembeli sepi, apalagi malam buka pasti sepi juga karena yang ada hanya orang-orang yang lihat di Pasar Windujenar.
(wawancara tanggal 7 Desember 2009 pukul 12.00 WIB)
Event di Pasar Windujenar menurutnya bukan merupakan bentuk promosi karena tidak ada efek positif bagi pedagang, meskipun di depan pasar terlihat ramai, pedagang belum bisa memanfaatkan event-event itu untuk menarik pembeli. Hal serupa juga diungkapkan oleh Pak Sugeng Pramono yang telah berjualan di Pasar Windujenar ini sejak tahun 1987 :
Event-event di pasar Windujenar contohnya Solo City jazz yang diselenggarakan kemarin di pasar Windujenar ternyata pasar terlihat sepi , la bagaimana adanya Cuma orang-orang yang lihat dan cah enom-enom yang jarang sekali tertarik dengan barang-barang seperti ini. Menurut saya itu hanya untuk kepentingan pemkot saja, karena menggelar acara di halaman Pasar WIndujenar ini kan harus bayar ke pemkot, jadi ini semata-mata hanya untuk bisnis, tidak untuk kesejahteraan pedagang. (wawancara tanggal 6 Desember 2009 pukul 12.00 WIB)
74
Pada saat event memang ramai tapi hanya orang-orang yang lihat dan anak muda yang jarang membeli di pasar Windujenar, selain itu event-event di Pasar Windujenar dilakukan pada malam hari, kalau malam pedagang diminta membuka kios akan merasa keberatan karena malam hari waktunya istirahat, tapi dari Pemkot jarang sekali melihat keadaan pedagang bila ada event-event.
Senada juga diungkapkan oleh mas Apin salah satu pedagang Pasar Windujenar yang telah berjualan selama kurang lebih 6 tahun, dia berkata bahwa :
Pertunjukan di pasar Windujenar dapat merugikan pedagang karena sebelum ada event dan sesudah ada event jalannya juga di tutup jadi merugikan pedagang karena akses jalannya cuma searah, dengan akses jalan yang ditutup itu otomatis pembeli hanya melihat eventnya itu saja tetapi tidak melihat pasar dan barang-barangnya.sebenarnya event yang diselenggarakan hanya I hari gak masalah, tetapi event 1 hari sebelumnya harus menata panggung, cek sound yang kadang memerlukan 2-3 hari, pada saat itulah pedagang merasa terganggu dan efeknya tidak ada pembeli di pasar Windujenar.
(wawancara tanggal 13 Desember 2009 pukul 11.00 WIB)
Penutupan jalan saat event yang digelar di Pasar Windujenar membuat para pedagang merasa sepi pembeli, akses jalan masuk ke pasar Windujenar yang ditutup, dari jalan Slamet Riyadi. Kondisi ini memang yang seharusnya diantisipasi oleh pihak DPP agar dapat menyelesaikannya, meskipun pergelaran event-event di Pasar Windujenar tidak sepenuhnya dipegang oleh DPP, juga kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Badan Informasi dan Komunikasi Kota Surakarta. Event yang diselenggarakan di Pasar Windujenar durasinya sebenarnya tidak lama, tetapi persiapan untuk menggelar event itu yang memakan waktu,
75
mulai dari menata panggung, cek sound dan lain-lain, hal itu yang membuat pembeli di pasar Windujenar menjadi sepi. Pemerintah Kota Surakarta seharusnya memikirkan kemasan event yang membuat pasar Windujenar ramai dikunjungi oleh masyarakat baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing seperti pada saat dahulu sekitar 5 tahun yang lalu.
Pernyataan keempat informan mengenai dampak dari adanya event yang digelar di Pasar Windujenar adalah sepinya pembeli yang dikarenakan akses jalan masuk ke Pasar Windujenar yang ditutup. Keresahan pedagang dengan adanya event-event di pasar Windujenar yang membuat sepi pembeli. Pedagang masih merasakan dan mengeluh kepada antar pedagang yang merasakan hal yang sama. Pedagang belum mengemukakan permasalahan ini kepada DPP agar DPP dapat memberikan desain event yang dapat memajukan pasar Windujenar. Event yang ada di Pasar Windujenar dalam rangka memamerkan produk-produk unggulan pasar Windujenardan dapat menarik masayarakat untuk membeli barang di Pasar Windujenar.
Dahulu sebelum revitalisasi, pasar Windujenar sering diadakan acara “Festival Seni Pasar Kumandang”. Acara yang digelar di Pasar Triwindu (sebelum berganti nama menjadi Pasar Windujenar) tidak semeriah seperti sekarang ini setelah di revitalisasi, pada waktu dulu meskipun acara tidak semeriah sekarang tetapi dampaknya sangat bertolak belakang, kalau dulu acara tidak meriah tetapi dampaknya dapat menarik
76
wisatawan untuk datang dan membeli barang-barang yang ada di Pasar Triwindu, tetapi sekarang dengan acara yang begitu mewah tetapi efeknya membuat pedagang merasa sepi karena konsep, desain dan kemasan yang belum terencana dari DPP.11
DPP sebenarnya harus menyadari bahwa Pasar bukanlah sekedar sebagai ruang ekonomi, tetapi pasar juga sebagai “pusar” kehidupan sosial yang humanis sebagai jagad kecil sosiologis sekaligus living heritage. Sinergisitas pasar sebagai public space dan kesenian sebagai kehidupan dari oleh cipta manusia adalah suatu keniscayaan yang tak terhindarkan. Keduanya memiliki peran penting dalam membangun ketahanan sosial bangsa.