BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN
4.4 Interpretasi Data Penelitian
4.4.4. Aditya Bekerja Sebagai Pengemis Dikarenakan Ajakan Dan Paksaan
Yesi berusia 38 tahun bekerja sebagai tukang becak, dan isteriya Dewi berusia 32 tahun bekerja sebagai tukang cuci harian. Kedua pasangan ini mempunyai dua orang anak, dimana anak pertama seorang anak laki-laki yang bernama Aditya berusia 9 tahun dan duduk di bangku kelas 4 sekolah dasar, dan anak kedua dari pasangan Yesi dan Dewi ini adalah seorang anak perempuan yang bernama Santika berusia 7 tahun baru saja duduk di bangku sekolah dasar. Dewi menikah dengan suaminya Yesi adalah pada usia 16 tahun, pasangan ini bisa dikatakan adalah pasangan yang menikah muda.
Pada tahun 2000 Yesi dan Dewi menikah, dan memutuskan untuk tinggal di Sei Kera Hillir 1. Dengan menyewa rumah seharga Rp 400.000/bulan. Setiap tahun harga sewa rumah yang mereka tempati selalu bertambah dan semakin mahal. Padahal rumah yang mereka tempati tersebut hanya rumah kecil yang masih berdindingkan papan. Karena tidak mempunyai pilihan untuk menyewa rumah lain. Maka Yesi dan Dewi memilih dan mempertahankan rumah yang sedang mereka tempati saat ini. Karena rumah yang sekarang mereka tempati sudah menjadi kenangan bagi keluargnya dan membuat mereka sulit untuk pindah dari rumah tersebut.
Sebelum Dewi menikah dengan sumainya, Yesi sudah bekerja sebagai tukang becak dan Dewi bekerja sebagai pelayan di sebuah rumah makan yang ada di kota Medan ini. Perkenalan Dewi dan Yesi di mulai ketika Yesi sering mampir dan membeli makanan di rumah makan tempat Dewi bekerja. Setelah sekian lama saling mengenal munculah niat Yesi untuk meminang dan menikahi Dewi. Tanpa menolak Dewi dengan senang hati menerima Yesi sebagai suaminya. Setelah mereka menikah Yesi tetap menjadi seorang tukang becak, sedangkan Dewi tidak bekerja sama sekali. Penghasilan yang didapatkan oleh Yesi dari menarik becaknya sangat cukup untuk membiayai segala kebutuhan yang mereka perlukan. Karena mereka belum dikarunia seorang anak sehingga tidak terlalu banyak biaya hidup yang mereka butuhkan. Kedua pasangan ini hidup secara sederhana dan setiap hari mereka hidup dari penghasilan yang didapatkan dari hasil manarik becak oleh Yesi.
Sebelum menikah dengan Dewi, Yesi sudah mempunyai sebuah becak miliknya sendiri yang ia dapatkan sewaktu masih lajang, bacak tersebut merupakan becak yang di beli oleh Yesi dengan usaha dan uang miliknya sendiri. Dengan becak tersebut Yesi dapat mencari nafkah untuk menghidupi isterinya, meskipun penghasilan yang didapatkan Yesi terkadang tidak terlalu banyak, terkadang ia hanya mendapatkan uang dalam sehari hanya sebesar Rp.100.000-, dan
terkadang jika pelanggannya sepi ia hanya membawa pulang uang sebanyak Rp.50.000. Dewi tidak pernah merasa kekurangan sedikit pun, ia selalu menghargai berapa banyak nafkah yang diberikan oleh suaminya kepadanya. Dewi selalu mempergunakan uang yang diberikan oleh suaminya dengan sebaik-baiknya.
Pada tahun 2009 Dewi dan Yesi dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Aditya. Setelah mempunyai seorang anak perekonomian keluarga Dewi semakin memburuk. Dimana harga sembako semakin hari semakin mahal dan meningkat. Pada tahun 2007 Dewi juga melahirkan anak kedua mereka yaitu Santika, dan semakin bertambah kebutuhan-kebutuhan untuk anak mereka. Penghasilan Yesi pun semakin hari semakin menurun, pelanggan becaknya tidak sebanyak dulu lagi, terkadang dalam sehari Yesi hanya mendapatkan dua orang pelanggan saja. Untuk mengatasi hal ini Dewi akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan sampingan agar ia dapat membantu suaminya dalam menangani permasalah ekonomi yang sedang mereka hadapi. Dewi berhasil mendapatkan pekerjaan sampingan yaitu menjadi seorang tukang cuci harian, dengan penghasilan dalam sekali mencuci sebesar Rp.20.000 dengan penghasilan sedikit itu sudah lebih dari cukup untuk Dewi.
Tidak hanya sampai itu saja kesulitan yang dialami oleh kedua orang tua ini, hal ini terbukti ketika anak pertama Yesi dan Dewi mulai memasuki dunia pendidikan. Dimana bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhui oleh kedua orang tua ini, perlengkapan sekolah yang harus mereka sediakan untuk anaknya. Dewi dan Yesi benar-benar harus membanting tulang untuk tetap dapat menyekolahkan anak-anak mereka. Karena bagi Yesi dan Dewi pendidikan itu sangat penting untuk anak-anak mereka. Dewi selalu berharap bahwa kedua anaknya harus tetap bersekolah dan melanjutan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Dewi sangat dasar bahwa dirinya tidak memiliki pendidikan yang tinggi dulunya ia hanya seorang tamatan
sekolah menengah pertama, membuatnya kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan berpenghasilan yang lebih tinggi. Begitu juga suaminya hanya dapat bekerja sebagai tukang becak karena minimnya pendidikan yang dimiliki oleh suaminya. Dewi tetap mencoba untuk tetap dapat menyekolahkan anak-anaknya, ia harus pandai mengelolah uang yang diberikan suaminya.
Hal ini membuat Dewi memiliki banyak utang kepada tetangganya. Setiap belanja di kedai Dewi selalu berhutang dan membayar dengan mencicil, untung saja pemilik kedai di dekat rumah Dewi berbaik hati kepadanya karena telah mengizinkannya untuk berhutang. Pemilik kedai sangat mengerti dengan keadaan yang di alami oleh keluarga Dewi sehingga tetap memberikan barang dagangannya kepada Dewi. Dengan catatan Dewi harus jujur dan mau mencicil utang-utangnya kepada pemilik kedai tersebut. Setiap suami Dewi pulang bekerja dari menarik becak selalu memberikan uang sebesar Rp. 50.000 kepadanya dan setiap malam Dewi selalu membayar utang-utangnya setengah dari uang pemberian dari suaminya, dan setengah lagi Dewi tabung untuk keperluan anak-anaknya juga untuk membayar sewa rumah yang mereka tempati, setiap hari Dewi harus menabung sebagian dari penghasilan suaminya.
Sebenarnya uang yang diberikan oleh suami Dewi sangatlah tidak cukup untuk biaya sehari-hari mereka. Namun karena tidak ingin terjadi pertengkaran dalam rumah tangganya Dewi selalu memilih untuk diam, dan mencari jalan keluar yang terbaik untuk menyelesaikan masalah perekonomian keluarganya. Dewi selalu bersyukur bahwa suaminya menafkahi dia dan anak-anaknya secara halal. Menurut Dewi, tidak perlu banyak uang yang diberikan oleh suaminya kepadanya, daripada banyak uang yang diberikan tetapi hasil dari mencuri atau merampok, Dewi selalu bersyukur bahwa suaminya tidak melakukan hal-hal yang licik untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Berlalunya waktu, anak-anak Yesi dan Dewi semakin tumbuh, anak
kedua mereka yaitu Santika mulai memasuki dunia pendidikan di sekolah dasar, hal ini membuat biaya yang dibutuhkan semakin hari semakin bertambah, karena sekarang Dewi harus membiayai pendidikan untuk dua orang anaknya.
Hal ini membuat Dewi benar-benar merasa tidak sanggup lagi dan tidak tau harus berbuat apa, jika anaknya berhenti sekolah menjadi apa kelak anaknya. Dewi sangat mengharapkan yang terbaik untuk pendidikan anak-anaknya. Dewi pernah mencoba mencari pekerjaan yang lain tetapi tetap saja dia tidak mendapatkannya, karena Dewi berpendidikan rendah, dia juga pernah ingin mencoba membuka usaha untuk menjual makanan ringan tetapi itu juga sangat memerlukan dan membutuhkan modal yang lumanyan tinggi. Tentu saja kalau menyangkut permasalahan modal Dewi tidak akan mampu, sebab dirinya dan keluarganya sangat kekurangan dalam masalah keuangan. Dewi benar-benar merasa putus asa dan tidak tau harus berbuat apa lagi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dewi mendapat ide untuk mengemis saja, tetapi suaminya tidak akan mengizinkannya. Dewi berpikir lagi bahwa jika dia yang harus mengemis pasti orang tidak akan iba melihatnya karena badan Dewi bisa dikatakan gemuk dan sehat, orang-orang akan menilai dirinya malas dan tidak mau untuk bekerja. Pada akhirnya Dewi berpikir untuk mengajak anak-anaknya mengemis, karena jika anak-anak, orang-orang akan merasa iba dan mau memberikan belas kasihan kepada anak-anaknya.
Ketika Dewi mengajak anaknya, Aditya dan Santika menolak karena sebagai anak-anak yang mereka pikirkan hanya untuk bermain-main. Jika mereka harus mengemis maka waktu mereka untuk bermain-main akan tiada lagi. Lalu Dewi mengatakan kesulitan yang dialaminya, jika meraka tidak mau membantu ibunya. Maka mereka anak terancam tidak dapat bersekolah lagi, mendengar hal itu kedua anaknya sangat takut jika tidak bersekolah lagi. Kemudian mereka menyetujui permintaan ibunya. Ketika pertama kali turun kejalan Dewi dan
anak-anaknya memakai pakaian yang kumuh dan koyak-koyak, untuk Aditya memakai pakaian muslim dan lobe yang sudah tidak layak lagi digunakan. Santika juga memakai pakaian muslim dan jilbab dan Dewi juga memakai pakai yang koyak-koyak. Mereka turun kejalan masih tetap tanpa sepengatuhan suaminya, mereka bertiga telah berkompromi agar tidak memberitahu dan ketahuan oleh Yesi.
Beberapa bulan mereka sudah mulai bekerja sebagai pengemis, tetapi penghasilan yang mereka dapatkan tidak terlalu banyak karena Dewi ikut serta bersama kedua anak-anaknya meminta-minta belas kasihan dari orang lain. Kemudian Dewi berpikir kenapa orang-orang tidak begitu banyak memberikan belas kasihan kepada mereka. Karena Dewi ikut juga meminta-minta. Menurutnya, orang-orang beranggapan bahwa dia malas bekerja, karena dia memiliki tubuh yang terlihat sehat dan mampu bekerja tanpa harus menjadi pengemis.
Suatu hari, lalu muncul dalam benak Dewi untuk tidak ikut serta pengemis dan meminta-minta bersama anaknya. Hal ini terbukti bahwa penghasilan yang didapatkan Santika dan Aditya semakin hari semakin meningkat saja. Karena tidak ingin ketahuan oleh suaminya, Dewi dan kedua anak-anaknya mengemis jauh dari lokasi tempat tinggal mereka, tempat mereka meminta-minta hanya berada disekitaran jalan Dr.Mansyur dan Jalan Jamin Ginting-Padang bulan. Setiap mereka pergi mengemis Dewi menunggu anak-anaknya di suatu tempat, dan setiap dua jam sekali kedua anaknya harus kembali ketempat Dewi menunggu mereka. Setelah itu mereka akan pindah tempat lain untuk mengemis dan minta-minta.
Aditya dan Santika, pernah merasa jenuh, capek, dan juga bosan bekerja sebagai pengemis yang meminta-minta belas kasihan dari orang lain, dan hal ini mereka katakan kepada ibunya, mereka berdua ingin berhenti menjadi peminta-minta. Dewi merasa itu wajar saja
dirasakan anak-anaknya karena sebagai seorang anak memang seharusnya tidak pantas untuk bekerja. Tetapi Dewi terus membujuk anak-anaknya agar tetap mau menjadi pengemis. Beberapa bulan kemudian mereka tidak pergi lagi mengemis, karena kedua anaknya tidak mau lagi bekerja. Membuat keuangan Dewi semakin menipis, uang yang mereka dapatkan dari hasil mengemis yang di simpan oleh Dewi sudah semakin habis, dan hal ini membuat Dewi semakin merasa kesulitan dalam menghadapi perekonomian keluarganya seperti yang dulu.
Dewi kembali membujuk anak-anaknya untuk kembali bekerja sebagai pengemis. Mereka tetap tidak ingin kembali bekerja karena merasa sangat lelah. Kemudian Dewi mendapatkan solusinya, karena alasan anak-anaknya yang mengatakan bahwa mereka merasa lelah bekerja sebagai pengemis, maka Dewi membuat rencana waktu yang mereka gunakan untuk bekerja tidak setiap hari tetapi dua hari atau tiga hari dalam seminggu. Dengan rencana seperti itu Dewi merasa anak-anaknya tidak akan merasa lelah karena tidak setiap hari mereka turun ke jalan. Dengan bujukan dan rayuan Dewi , Aditya dan Santika mulai luluh dengan permintaan ibunya. Mereka kembali mengemis ketempat yang sebelumya. Sesuai dengan janji Dewi mereka mengemis sekali dalam dua hari atau lebih, jika uang yang mereka dapatkan pada saat mengemis itu sudah habis maka mereka akan kembali mengemis dan seperti itulah yang mereka lakukan sampai pada saat ini.
Penilaian Aditya terhadap bekerja di jalanan adalah sebuah pekerjaan yang tidak layak dan tidak pantas dilakukan oleh anak seusianya. Berada di jalanan sebagai seorang pengemis adalah pekerjaan yang paling memalukan baginya. Mereka harus menahan rasa malu ketika bekerja sebagai pengemis dari satu tempat ke tempat lainnya. Mereka berdua hampir tidak pernah mendapatkan bahaya atau ancaman ketika berada di jalanan. Karena Dewi ibunya, selalu bersama dan mengawasi mereka ketika bekerja sebagai pengemis atau peminta-peminta. Aditya
dan Santika juga merasa bahwa tidak seharusnya mereka yang harus bekerja untuk mendapatkan uang. Mereka tidak sepenuhnya mengerti, kenapa ibunya mengajak dan menyuruh mereka untuk bekerja sebagai seorang pengemis.
Sangat sering Dewi mengajak mereka berdua untuk bekerja sebagai seorang pengemis. Berawal dari sebuah ide dari Dewi untuk mendapatkan uang yang mereka butuhkan untuk biaya hidup mereka. Aditya dan Santikan harus turut serta dalam membantu ibunya untuk mendapatkan uang. Kesulitan yang di alami kedua orangtuanya yang membawa mereka untuk bekerja di jalanan. Masih jelas dalam ingatan Aditya, ketika pertama pada kali ia dan adiknya harus bekerja sebagai seorang pengemis. Pada saat itu masalah keuangan kedua orangtuanya selalu mengalami kesulitan, dan hal itu semkain bertambah parah ketika Aditya mulai memasuki dunia pendidikan. Pendapatan ayahnya hanya cukup untuk biaya makan mereka dalam sehari-hari, sehingga Dewi memutuskan untuk mencari pekerjaan sebagai seorang tukang cuci.
Setelah menjadi seorang tukang cuci pun tetap saja keluarga ini masih mengalami permasalahan dalam bidang ekonomi mereka. Karena tidak mempunyai pilihan yang lain, Dewi mengajak ia dan adiknya Santika untuk bekerja sebagai pengemis. Hal ini sebenarnya adalah sebuah pilihan berat bagi kakak beradik ini, mereka harus bekerja setiap pulang dari sekolah dan mengorbankan waktunya untuk tidak bermain-main bersama teman sebaya mereka. Bekerja sebagai pengemis juga mereka lakukan tanpa sepengetahuan ayah mereka. Tentu saja hal ini menjadi sebuah tanda tanya besar untuk Aditya dan Santika. Dewi selalu mengatakan bahwa jika ketahuan oleh ayah mereka akan, maka mereka akan mendapatkan hukuman yang berat. Jika mereka tidak bekerja sebagai pengemis mereka juga akan merasakan hidup serba kekuranga dan kelaparan.
Mendengar hal tesebut, membuat Aditya dan Santika dengan terpaksa harus menerima segala keinginan dan perintah dari ibunya. Sebagai seorang anak mereka tidak dapat untuk menolak permintaan ibunya. Dengan berat hati mereka harus tetap bekerja sebagai seorang pengemis atau peminta-minta belas kasihan kepada orang lain. Tidak mudah bagi kakak beradik ini untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pengemis. Sudah hampir dua tahun mereka bekerja di jalanan menjadi seorang pengemis tanpa sepengetahuan ayahnya dan juga orang-orang terdekat mereka. Aditya dan Santika juga harus menutupi sebuah kebohongan besar kepada semua orang tentang pekerjaan yang mereka lakukan. Sebisa mungkin mereka harus menutupi kepada orang-orang terdekat mereka agar tidak mengetahui apa yang mereka lakukan setiap harinya.
Sudah hampir dua tahun Aditya dan Santika berada di jalanan bekerja sebagai pengemis. Mereka sudah melihat keanekaragaman bentuk dari para pengemis, mulai dari anak-anak sampai pada orang tua pun melakukan pekerjaan yang meminta-minta kepada orang lain. Untuk pengemis yang sudah tua, biasanya akan pengemis di suatu tempat hanya dengan duduk saja dan meletakan mangkok kecil dan meminta sedekah kepada siapapun lewat menghampirnya. Untuk pengemis yang masih muda, mereka yang akan menghampi orang-orang dan meminta belas kasihan kepada siapapun. Ada juga beberapa pengemis yang memanfaatkan kekurangan mereka untuk memint-minta, misalkan orang yang buta dan pincang mereka akan lebih banyak mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Aditya dan Santika juga selalu memperhatikan setiap pengemis, mereka selalu menggunakan pakaian yang compang-camping dan yang sudah tidak layak untuk digunakan.
Tidak pernah terjadi pertengkaran pada setiap pengemis, mereka selalu bekerja tanpa harus menganggu satu sama lain. Karena pekerjaan ini tergantung bagaimana rasa iba seseorang
terhadap mereka. Semakin memprihatinkan keadaan dan kondisi mereka, maka akan semakin banyak yang merasa iba kepada mereka. Hal ini akan semakin membuat penghasilan yang mereka dapatkan pun semakin tinggi. Maka tidak jarang ditemui beberapa pengemis yang berpenampilan layaknya seorang gelandangan yang tidak memiliki siapapun dan apapun di kehidupannya. Penampilan para pengemis akan selalu mempengaruhi pendapatan yang mereka dapatkanya. Karena itu para pengemis selalu berlomba-lomba membuat penampilan mereka menjadi seorang yang pantas untuk dikasihani.
Ketika berada di jalanan untuk mengemis Aditya juga harus rela kehilangan waktu untuk bermain-main bersama temannya dilingkungan tempat tinggal mereka. Setiap pulang sekolah ibunya akan menjemput ia dan adiknya dan setelah itu mereka pulang kerumah untuk menganti pakaiannya. Dari rumah mereka memakai pakaian yang biasa-biasa saja, ibunya Dewi sudah membawa pakaian yang akan mereka gunakan untuk mengemis. Biasanya Aditya dan Santika harus memakai baju yang tidak layak lagi untuk digunakan, dengan memakai pakaian yang kumuh dan goyak-goyak ibunya berharap ia dan adiknya akan mendapatkan uang dari orang lain. Karena dengan penampilan mereka, setiap hati manusia akan merasa iba kepada mereka dan akan memberikan mereka uang sebagai tanda kasihan terhadap dirinya dan juga adiknya Santika.
Untuk makan siang, ibunya tidak pernah memberikan mereka makan setiap pulang dari sekolah. Aditya dan Santika harus mengemis terlebih dahulu, dan setelah mendapatkan beberapa uang barulah ibunya membeli sebungkus nasi untuk makan siang mereka bertiga. Dengan begitu ia dan adiknya akan diberikan makan oleh ibunya. Setiap hari seperti itulah yang harus Aditya dan Santika rasakan. Aditya merasa sangat berat menjalani hidup sebagai pengemis. Meskipun ia sangat sering meminta kepada ibunya untuk tidak bekerja sebagai pemgemis lagi. Namun semua itu hanyalah sia-sia bagi Aditya. Ibunya seakan terus memaksa ia dan adiknya untuk
menjadi pengemis. Bahkan jika Aditya dan Santika melawan untuk tidak mengemis Dewi selalu mengatakan kepada mereka berdua, bahwa mereka tidak akan pernah mendapatkan makanan dan juga tidak akan dapat melanjutkan pendidikan atau akan berhenti dari sekolah.
Dengan perkataan Dewi yang seperti itu, seolah ia mengancam kedua anak-anak untuk tetap menjadi seorang pengemis. Setiap anak pasti akan sangat tidak ingin berhenti bersekolah, dengan ancaman seperti itu akan membuat Aditya dan Santika akan tetap mengemis. Dengan terpaksa kedua kakak beradik ini harus tetap mengikuti perkataan dan permintaan dari ibunya. Jika Aditya mengeluh karena meresa lelah kepada Dewi, biasanya ia akan terus memberikan pengertian kepada anak-anaknya mengenai permasalahan ekonomi yang sedang mereka alami. Karena tidak ingin membuat anak-anaknya merasa lelah ketika pergi mengemis, Dewi bersama kedua anak-anaknya tidak akan pergi mengemis setiap hari, karena jika mereka harus mengemis setiap hari akan membuat Aditya dan Santika merasa lelah dan jika itu terjadi kedua anak-anaknya akan sulit diajak untuk mengemis.
Aditya dan Santika memang tidak setiap hari berada di jalanan untuk mengemis. Biasanya mereka mengemis setiap sekali dalam dua hari atau lebih. Karena mereka juga sangat takut jika harus ketahuan oleh ayahnya, karena selama ini mereka tidak pernah memberitahukan kepada ayahnya terhadap pekerjaan yang sedang mereka lakukan beberapa tahun belakangan ini. Agar mereka tidak merasa lelah ketika harus bekerja di jalanan, karena mereka hanyalah seorang anak yang memiliki rasa lelah dan rasa bosan . Dewi sangat pandai mengatur waktu anaknya untuk bekerja sebagai seorang pengemis. Tidak hanya itu saja Dewi dan kedua anak-anaknya begitu pandai menyembunyikan rahasia mereka kepada Yesi. Hal ini Dewi lakukan semata agar dapat bertahan hidup, karena jika harus mengharapakan penghasilan dari suaminya akan sangat kurang dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan ia dan kedua anak-anaknya.
Aditya pernah mencoba untuk memberitahukan kepada ayahnya terhadap pekerjaan yang hampir setiap hari mereka lakukan. Tetapi itu hanya sia-sia saja ibunya selalu berusaha untuk merasuki pikiran kedua anak-anaknya untuk tidak memberitahukan kepada suaminya atau ayah dari kedua anak-anaknya. Karena merasa takut kepada ibunya Aditya tidak pernah berani untuk mengatakan kepada ayahnya, dan juga itu akan mengakibatkan kedua orang tuanya terlibat pertengkaran. Untuk menghindari hal tersebut Aditya harus mengubur dalam-dalam keinginannya untuk memberitahukan kepada ayahnya. Saat ini yang harus ia lakukan adalah terus bekerja sebagai pengemis dan menuruti segala permintaan dari ibunya.
Santika dan kakaknya selalu berpencar untuk meminta-minta belas kasihan dari orang lain, jika meraka bersama pendapatkan mereka akan sedikit. Karena hal ini ibunya Dewi selalu menyuruh mereka mengemis secara terpencar tetapi masih dalam lokasi yang sama. Setelah dua jam mereka akan berkumpul kembali bersama ibunya di tempat yang sudah mereka janjikan.