BAB I. PENDAHULUAN
D. Afek Sadar pada Remaja SKAA
1. Afek Positif
Emosi yang menyenangkan akan mengarahkan seseorang untuk mengevaluasi orang lain atau peristiwa secara positif (menyukai). Keadaan ini menunjukkan bahwa remaja SKAA mampu mengatasi masalah yang berhubungan dengan gangguan autis saudaranya dan masalah lainnya.
Subkelompok dari afek menyenangkan dapat dilihat pada Figur 2.2 (hal. 24). Dari berbagai penelitian tentang SKAA, diperoleh gambaran tentang afek positif sebagai berikut :
a Cinta (Love)
Cinta adalah adanya keinginan atau keikutsertaan dalam kasih sayang tetapi tidak mengharapkan balasan (Jenkins, Oatley, dan Stein, 2002:40). Cinta memiliki beberapa subkelompok, yaitu :
1). Kasih sayang (affection)
Kasih sayang digambarkan sebagai sesuatu yang mengalir atau bergerak dari seseorang ke orang yang lain (González, Barrull, dan Marteles, 1998). Ada bentuk perhatian atau kepedulian (taking care) dan pemahaman terhadap orang lain. Pemberian perhatian diwujudkan dalam hal melindungi dan menjaga AA. SKAA akan meluangkan waktu mereka untuk membantu orang tua menjaga AA. Powell dan Ogle (dalam Connor, 2002) menunjukkan bahwa SKAA akan menyediakan waktu untuk mengawasi AA. Mathew et al. (2002:4) menunjukkan bahwa remaja SKAA akan menjaga AA apabila sendirian di rumah atau orang tua tidak bisa menjaga AA. Pemberian perhatian (Caregiving) dapat dilakukan karena ada keinginan untuk melindungi AA. Powell dan Ogle (dalam Connor, 2002) menunjukkan bahwa SKAA akan memberi perhatian pada berbagai aktivitas atau kegiatan AA. Lauyers; Lettick; dan Myers (dalam Berkell, 1992:203) menemukan adanya perasaan hangat
pada SKAA. SKAA dapat membagikan keharmonisan hubungan ketika memberikan perlindungan kepada AA (McHale, Sloan & Simeonsson dalam Feiges dan Harris, 2007:5).
Adanya pemahaman terhadap seseorang ditunjukkan dengan adanya empati. Empati merupakan kemampuan untuk melihat kedalaman kepribadian seseorang dengan tujuan memahami orang tersebut lebih baik (Young, 1975:115). Wispe (dalam Tiedens & Leach, 2003:20) menyampaikan bahwa empati adalah proses kognitif, sebagai hal yang oleh Dymond (dalam Tiedens & Leach, 2003:20) dapat digunakan untuk memahami orang lain secara akurat. Haynes dan Avery (dalam Cotton, 2001) mengkarakteristikkan empati sebagai kemampuan mengenali dan memahami persepsi atau perasaan orang lain, dan ada respon menerima.
Remaja SKAA memiliki perhatian karena adanya keprihatinan dengan keadaan AA (concern). Remaja SKAA akan memperhatikan tentang bagaimana perlakuan dan penerimaan orang lain ketika berinteraksi dengan AA. Misalnya dalam kelompok sosial, acara kencan, dan pernikahan AA.
2). Belas kasihan (compassion)
Adanya belas kasihan berhubungan dengan tergeraknya hati seseorang karena penderitaan orang lain dan ingin menolong atau membantu. Remaja SKAA memiliki rasa kasihan dengan berbagai
kelemahan AA (Lauyers; Lettick; dan Myers dalam Berkell, 1992:203). Hannah dan Midlarsky (dalam Sharpe dan Rossiter, 2002) juga menemukan adanya populasi saudara yang memiliki rasa kasihan yang besar.
b Kegembiraan (Joy)
Kegembiraan menimbulkan suatu senyuman dan tawa ketika berinteraksi dengan orang lain atau obyek. Kegembiraan meliputi beberapa subkategori, yaitu :
1. Bahagia (Happiness)
Bahagia merupakan keadaan emosi dimana individu tersebut merasa terhubung dengan orang lain atau lingkungan ketika beraktivitas bersama (Jenkins et al, 2002:2). Ada kesesuaian terhadap perkembangan tujuan individu sehingga individu akan melanjutkan aktivitasnya dengan orang lain. Kebahagiaan juga menimbulkan senyuman dan tawa. SKAA merasa bahagia karena terhibur dengan perilaku AA ketika beraktivitas bersama. Thompson (Tanpa Tahun) menjelaskan bahwa SKAA dapat tertawa bersama ketika berinteraksi dengan AA. Haris (Tanpa Tahun) menyebutkan bahwa SKAA merespon gangguan autis sebagai hal yang lucu. Lee (Tanpa Tahun) menunjukkan kebahagiaan dengan adanya cerita-cerita lucu tentang saudaranya, mau menggoda saudaranya, dan tertawa bersama-sama. SKAA akan menghibur AA (Powell dan Ogle dalam Connor, 2002).
2. Harapan (Hope)
Harapan berkembang dari adanya kerinduan terhadap keadaan yang lebih baik karena ada kenyataan buruk dan menakutkan dan mempercayai kemungkinan adanya hasil yang menyenangkan (Lazarus dalam Rice, 2000:319). Harapan yang berkembang pada diri SKAA adalah harapan terhadap adanya keadaan normal dalam keluarganya. SKAA memiliki harapan agar AA dapat seperti saudara pada umumnya, terlebih AA dapat berperilaku normal. Adanya harapan ditunjukkan dengan berusaha menyelesaikan masalah dan memiliki keinginan akan masa depan (Patterson; Vessey dan Melbane dalam Sharpe dan Rossiter, 2002). 3. Bangga (Proud)
Lazarus (dalam Jenkins et al., 2002:40) menghubungkan perasaan bangga dengan meningkatnya nilai sesuatu dan adanya prestasi dari diri sendiri atau seseorang atau kelompok dimana individu itu berada.
AA mungkin dapat melakukan sesuatu dan berprestasi. SKAA akan bangga terhadap hasil akan kemampuan atau kecakapan saudaranya yang mengalami autis (Meyer, 2003). Cassie (dalam Meyer, 2003) bercerita, “Jennifer sering berprestasi daripada aku. Dia tidak dapat berbicara ketika akan pergi ke sekolah, sekarang dia dapat berbicara dan mengerti orang lain. Dia sungguh-sungguh berpotensi”.
Pada penelitian Grossman (dalam Buys, 2003:5) disebutkan bahwa SKAA yang berusia dewasa bangga akan prestasi AA. Sama seperti yang disampaikan Grossman, Buys (2003:108) juga menemukan bahwa SKAA bangga akan prestasi AA dan diri sendiri. Menurut Meyer dan Vadasy (dalam Schubert, Tanpa Tahun), SKAA menyebutkan perasaan bangga akan saudaranya yang mengalami autis. Mereka akan menceritakan prestasi AA kepada orang lain. Katrina berusia 10 tahun, “Saudara laki-lakiku berbicara tentang warna kesukaannya hari ini! Itu adalah kata pertamanya! Sekarang kita mengetahuinya!”.
4. Antusias (Enthusiasm)
Egloff (dalam Baron et al., 2006:262) menyampaikan bahwa antusias ditunjukkan dengan adanya semangat yang menggelora (enthusiasms). Individu akan menikmati hubungannya dengan orang lain. Misalnya SKAA sesekali bermain bersama dengan AA (Buys, 2003:96). Pada workshop di Hamilton, Ontorio (Adam, Tanpa Tahun) diperoleh respon tentang keinginan untuk bermain bersama saudaranya yang autis.
Meyer dan Vadasy (dalam Schubert, Tanpa Tahun) menemukan bahwa SKAA memiliki beberapa kesempatan sebagai berikut :
c. Dewasa (Maturity)
Kedewasaan SKAA berkembang sebagai hasil dari kesuksesan mengatasi masalah yang berhubungan dengan AA. Andrea (dalam
Meyer, 2003) menyampaikan, “Aku memiliki perbedaan dari orang lain seumuranku yang dapat terlihat dalam kehidupan. Aku mengerti bahwa kalian tidak akan mampu menerima keadaan ini. Dan kalian dapat melihat sisi positifnya… Dengan Jennifer, dia memiliki banyak hal negatif tetapi dia juga baik”.
Kedewasaan adalah kemampuan mengendalikan kemarahan (bersabar) dan mengatasi perbedaan tanpa kekerasan (mengalah). Tekun dan mampu bekerja keras pada tugas atau kondisi berat dan menakutkan. Ada kekuatan untuk menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan dan menekan, kegelisahan dan kekalahan, tanpa keluhan. Adanya kerendahan hati seperti berani mengatakan salah tetapi tidak sombong ketika benar. SKAA memiliki tingkat kedewasaan yang lebih daripada teman-teman sebayanya. SSAA akan melakukan penyesuaian dengan AA (Thompson, Tanpa Tahun; Lefkowitz, Crawford dan Dewey, Tanpa Tahun). SKAA akan beradaptasi dengan rutinitas AA.
Heater berusia 14 tahun menggambarkan keadaan keluarganya, “Sejak saudara perempuanku lahir, keluargaku bekerja bersama seperti tim. Saya senang menjadi bagian dalam tim tersebut”.
d. Kompetensi Sosial (Social Competence)
Kompetensi sosial adalah kemampuan menjaga hubungan baik dengan orang lain. SKAA mampu mendekati orang lain. Ada kemampuan bertanya kepada orang lain yang lebih mengerti tentang
gangguan autis atau bercerita tentang keadaan AA kepada orang lain. SKAA juga memiliki rasa percaya diri ketika berhubungan dengan orang lain. Mereka mampu menyampaikan secara jelas hak dan kebutuhannya. Adanya interaksi non verbal seperti tersenyum.
Brian berusia 11 tahun bercerita tentang kemampuannya bertanya kepada ahli untuk mengetahui informasi AA, “Ketika saya pergi bersama ibu untuk bertemu dengan dokternya adik, saya selalu bertanya tentang autism”.
e. Pencerahan (Insight)
Pencerahan merupakan pengenalan akan suatu hubungan secara tiba-tiba atau mendadak (Boeree, 1998). Kohler; Freud; dan Boeree (dalam Boeree, 1998) melihat bahwa individu dapat melihat dan memahami secara benar sesuatu yang alami. SKAA memiliki peluang untuk memahami ‘kondisi manusia’. Mereka diperlihatkan dengan situasi yang menyebabkan mereka memandang keadaan buruk orang lain, hadiah, kemampuan, dan adanya orang lain sebagai suatu hal yang dapat diterima secara benar. SKAA lebih bijak menyikapi setiap kejadian dalam hidupnya.
Mary berusia 10 tahun, “Walaupun saudaraku tidak dapat berbicara, saya tahu apa yang ia pikirkan. Dia menunjukkan kepada kita lewat pandangan matanya. Orang dapat berbicara dan berpikir dengan berbagai cara. Mereka tidak memerlukan mulut untuk berbicara”.
“Dia memberiku ide bagaimana mencintai tanpa syarat, tanpa harapan untuk menerima kembali cinta. Dia membuatku berpikir bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan. Martha tanpa pengecualian. Dia membuatku berpikir bahwa nilai seseorang tidak diukur dari tes IQ.” (Westra dalam Meyer, 2003).
f. Toleransi (Tolerance)
SKAA menjadi lebih toleran terhadap perbedaan setiap orang. Mereka lebih menghargai perbedaan setiap orang karena telah melihat sendiri prasangka banyak orang kepada AA.
Molly berusia 9 tahun memperlihatkan toleransi terhadap keadaan AA “Orang dengan ketidakmampuan seharusnya diobati, sama seperti orang yang lain. Mereka juga sama-sama manusia”. g. Loyalitas (Loyalty)
SKAA menunjukkan sejumlah kesetiaan yang luar biasa kepada saudaranya yang mengalami autis dan keluarganya. Mereka akan membela atau mempertahankan AA di luar rumah walaupun SKAA memiliki pertentangan dan bertengkar dengan AA di rumah.
Justin berusia 8 tahun mengatakan bahwa “Saya menjadi sangat marah ketika anak-anak itu membuat saudara perempuanku sebagai bahan leluconnya. Saya dapat membuatnya menjadi bahan lelucon, tetapi anak-anak itu tidak boleh. Mereka melukai perasaan saudaraku, saya hanya menggodanya (saudara perempuannya). Saya selalu mengatakan untuk meninggalkan saudara perempuanku sendirian”.