• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.2 Afiksasi

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam linguistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para ahli bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir maupun tengah kata (Richards, 1992).

Richard (dalam Putrayasa; 2008:5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks sedangkan afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Menurut Ramlan (2009:55) Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru, sedangkan menurut (Mulyono 2013-75) afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara membubuhkan afiks terhadap bentuk dasar baik yang berupa pokok kata, kata asal, maupun bentuk-bentuk kata lainnya. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapatkan afiks, yang dalam bahasa Indonesia cukup banyak jumlahnya, sedangkan afiks (imbuhan) adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Afiks memiliki 4 jenis imbuhan yaitu: Prefiks (Awalan), Infiks (Sisipan), Sufika (Akhiran), Konfiks ( Imbuhan Terbelah), dan Simulfiks (imbuhan Gabung).

1. Prefiks (Awalan)

Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin

pula kata jadian). Bentuk prefiks (awalan) yaitu: ber-, per-, meng-, di-, ter-, ke-, dan se-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Contoh:

1 (a) Betumuk  Penumuk

Numuk  Ditumuk Tekelolak Nglolak

(b) Bertinju  Petinju Meninju  Ditinju

Terlihat  Melihat

2 (a) upacara ituk puba penghormatan teakhir seopan jonat dikubur dalam tanah.(Bahasa Dayak Linoh)

(b) upacara ini sebagai penghormatan terakhir sebelum jenasah dimakamkan keliang lahat.(Bahasa Indonesia)

3 (a) Sepanyang jalan depan pasar Demangan pas jam-jam sebituk tekelolak pemandangan yang nak asing agik, iyak am kemacetan. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Sepanjang jalan depan pasar Demangan pada jam-jam tertentu terlihat pemandangan yang tidak asing lagi, yaitu kemacetan. (Bahasa Indonesia)

4 (a) Antik aku nak nglolu jalan iyak, alah agik obok-obok sak nak telamat sampai ditempat tujuan. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Saat saya hendak melintas jalan tersebut, terutama pada pagi hari, saya harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di tempat tujuan.

2. Infiks (Sisipan)

Proses pembentukan kata dengan menambah afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Afiks yang ditambahkan tersebut disebut infiks atau sisipan. Bentuk infiks (sisipan) yaitu: -el-, -em-, -er-, dan – in-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Berikut ini contoh infiks bahasa Indonesia. (1) Getar  Geletar

(2) Gigi  Gerigi (3) Kerja  Kinerja 3. Sufiks (Akhiran)

Proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Istilah ini juga berasal dari bahasa Latin suffixus yang berarti melekat (fixus, figere). Bentuk sufiks (akhiran) yaitu: -i, -kan, -an, -man, -wan, -wati, -wi (-wiah), dan –nya.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Buku ini menggambarkan pemakaian afiks pada bahasa Indonesia. Berikut ini contoh sufiks bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan sufiks bahasa Dayak Linoh.

1. (a) Amik Amikkan, Amik’em Turun  Turune

(b) Ambil  Ambilkan, Ambillah Turun  turunnya

2. (a) Turune roga sembako matang ngrugikan petani. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Turunnya harga sembako sangat merugikan petani. (Bahasa Indonesia)

Akhiran atau sufiks–e,- kan, dan - em pada kata turune, amikan, dan amikem dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan sufiks-nya, -kan, dan -lah pada kata turunnya, ambilkan, dan ambillah dalam bahasa Indonesia.

4. Konfiks (Imbuhan Terbelah)

Konfiks (Imbuhan Terbelah) adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar. Konfiks harus diletakan sekaligus pada dasar (harus mengapit dasar) karena konfiks merupakan imbuhan tunggal, yang tentu saja memiliki satu kesatuan bentuk dan satu kesatuan makna. (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Konfiks ialah afiks gabungan yang terbentuk atas perfiks dan sufiks yang berfungsi mendukung makna tertentu. Karena mendukung makna tertentu itulah maka konfiks tidak dianggap sebagai prefiks atau sufiks yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi dianggap sebagai satu kesatuan bentuk yang tidak terpisahkan. Dan karena morfem merupakan komposit

bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua morfem (Sumadi, 2008). Bentuk konfiks (imbuhan terbelah) yaitu: ke-....-an, ber-....-an, peng-...-an, per-....-an, dan se-...-nya. Berikut ini contoh konfiks bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan konfiks bahasa Dayak Linoh.

1. (a) Konfiks se-...-e pada kata sepanai-panaie, sebagak-bagake Konfiks pe-...-an pada kata pejuangan

(b) Konfiks se-....-nya pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya Konfiks per-...-an pada kata perjuangan

2. (a) Sepanai-panai’e tupai namong pasti panai jatok gam. (b) Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga

Konfiksse–…-e dan pe-...-an pada kata sepanai-panaie, sebagak-bagake dan pejuangan dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan konfiks se-….-nya dan per-...-an pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya dan perjuangan dalam bahasa Indonesia.

5. Simulfiks (Imbuhan Gabung)

Simulfiks (Imbuhan Gabung) adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap. Bentuk simulfiks (imbuhan gabung) yaitu: memper-kan, diper-kan, memper-i, dan diper-i.

1. Cinta Doni dipeguraukan Sari (Bahasa Dayak Linoh) 2. Cinta Doni dipermainkan Sari (Bahasa Indonesia)

Simulfiks dipe-….-kan pada kalimat (1) khususnya pada kata dipeguraukan mempunyai kemiripan fungsi dengan simulfiks diper-….-kan pada kata dipermainkan dalam bahasa Indonesia. Pada uraian urutan pengimbuhan (afiksasi), afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar main adalah prefiks per- menjadi permain, setelah itu sufiks –kan menjadi permainkan. Akhirnya, baru prefiks di- pada kata tersebut sehingga menjadi dipermainkan.

Morfem ku, mu, nya, kau, dan isme memiliki arti leksikal sedangkan afiks tidak, oleh karenanya morfem tersebut tidak dapat dimasukkan kedalam golongan afiks, melainkan golongan yang biasa dan disebut klitik. Menurutt Ramlan (2013:57) Morfem nya yang termasuk golongan klitik adalah yang mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti ia (rupanya, agaknya, dan kiranya) termasuk golongan afiks karena hubungannya dengan arti leksikal sudah terputus.

Dokumen terkait