• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

Bahasa Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas tentang analisis kontrastif afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan mendeskripsikan persamaan bentuk, fungsi, dan makna bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah penutur asli Dayak Linoh, yakni mereka yang tinggal di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian, yang sedang menempuh studi di Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, dan Elian Dotala).

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran analisis kontrastif afiksasi yang diperoleh dari terjemahan karangan, lagu dan rekaman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada informan) serta penelitian sendiri dengan bekal teori analisis kontrastif. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode cakap dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan proses afiksasi bahasa Dayak Linoh serta mendeskriksikan persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan afiks terutama penggunaan afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

Simpulan dari penelitian ini adalah Peneliti menemukan 83 afiks dalam bahasa Dayak Linoh. Delapan puluh tiga afiks tersebut terdiri dari prefik, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat persamaan dan perbedaan bentuk afiks dengan bahasa Indonesia seperti prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh memiliki persamaan bentuk dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia, perbedaan bentuk sufiks –am/-om/-em dalam bahasa Dayak Linoh tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Penelitian analisis kontrastif afiksasi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain, bagi guru dan bagi masyarakat Dayak Linoh.

(2)

Language and Indonesian Language. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP. USD

This research discusses the contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language. The research aims to describe the morphological process of word-forming of Dayak Linoh language and to describe the form, function, dan meaning similarity of these language. The subject of this research is Dayak Linoh’s native speakers, who live in Kalimantan Barat especially Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian who are studying in Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, and Elian Dotala).

The contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language applies the descriptive-qualitative research, because the research contains the contrastive analysis of affixation that is gained from prints translation, songs and records. The instrument that is used is interview (informants confirmation) and individual research with contrastive analysis basic theory. The data collects method is, first interview method with writing and record technique and second, interview method that is lined-up with fishing-rod technique. In this research, the researcher tries to describe the affixation process of Dayak Linoh language and to describe the similarity and diversity of affixation form of these language, it goal is to be an comprehension about affix using espesially in Dayak Linoh language and Indonesian language.

The research conclusion is the researcher finds 83 affix in Dayak Linoh language. The-83-affix including preffix, suffix, konffix, and simulffix. In Dayak Linoh language is also found the similarity and diversity of affix form with Indonesian language as preffix be- un Dayak Linoh language has the siilar form with preffix ber- in Indonesian language, the diversity of suffix –am/-om/-em in Dayak Linoh language is not found in Indonesian language. The analysist of affixation contrastive research is also expected to give inputs to another researchers, teachers and the people of Dayak Linoh.

(3)
(4)

ANALISIS KONTRASTIF AFIKSASI

BAHASA DAYAK LINOH DENGAN BAHASA INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Lusianus Rinata Pratama 111224080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu membimbing dan memberikan rahmat serta karunianya disetiap langkah hidup saya, karya ini akan saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang selalu membimbing, serta mendoakan dalam setiap langkah saya.

(8)

MOTTO

Realisasikan ucapan lewat perbuatan

Perjuangan dan pengorbanan

kunci kesuksesan

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Pratama, Lusianus Rinata. 2016. Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini membahas tentang analisis kontrastif afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan mendeskripsikan persamaan bentuk, fungsi, dan makna bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Subjek dalam penelitian ini adalah penutur asli Dayak Linoh, yakni mereka yang tinggal di Kalimantan Barat khususnya Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian, yang sedang menempuh studi di Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, dan Elian Dotala).

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran analisis kontrastif afiksasi yang diperoleh dari terjemahan karangan, lagu dan rekaman. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara (konfirmasi kepada informan) serta penelitian sendiri dengan bekal teori analisis kontrastif. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode cakap dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan proses afiksasi bahasa Dayak Linoh serta mendeskriksikan persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan afiks terutama penggunaan afikasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

Simpulan dari penelitian ini adalah Peneliti menemukan 83 afiks dalam bahasa Dayak Linoh. Delapan puluh tiga afiks tersebut terdiri dari prefik, sufiks, konfiks, dan simulfiks. Dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat persamaan dan perbedaan bentuk afiks dengan bahasa Indonesia seperti prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh memiliki persamaan bentuk dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia, perbedaan bentuk sufiks –am/-om/-em dalam bahasa Dayak Linoh tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Penelitian analisis kontrastif afiksasi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain, bagi guru dan bagi masyarakat Dayak Linoh.

(12)

ABSTRACT

Pratama, Lusianus Rinata. 2016. The Contrastive Analysis of Affixation between Dayak Linoh Language and Indonesian Language. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP. USD

This research discusses the contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language. The research aims to describe the morphological process of word-forming of Dayak Linoh language and to describe the form, function, dan meaning similarity of these language. The subject of this research is Dayak Linoh’s native speakers, who live in Kalimantan Barat especially Kabupaten Sintang Kecamatan Sungai Tebalian who are studying in Yogyakarta (Yohanes Pamfi S.P, Cyprianus Karte, Supriandi, and Elian Dotala).

The contrastive analysis of affixation between Dayak Linoh language and Indonesian language applies the descriptive-qualitative research, because the research contains the contrastive analysis of affixation that is gained from prints translation, songs and records. The instrument that is used is interview (informants confirmation) and individual research with contrastive analysis basic theory. The data collects method is, first interview method with writing and record technique and second, interview method that is lined-up with fishing-rod technique. In this research, the researcher tries to describe the affixation process of Dayak Linoh language and to describe the similarity and diversity of affixation form of these language, it goal is to be an comprehension about affix using espesially in Dayak Linoh language and Indonesian language.

The research conclusion is the researcher finds 83 affix in Dayak Linoh language. The-83-affix including preffix, suffix, konffix, and simulffix. In Dayak Linoh language is also found the similarity and diversity of affix form with Indonesian language as preffix be- un Dayak Linoh language has the siilar form with preffix ber- in Indonesian language, the diversity of suffix –am/-om/-em in Dayak Linoh language is not found in Indonesian language. The analysist of affixation contrastive research is also expected to give inputs to another researchers, teachers and the people of Dayak Linoh.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia” bertujuan untuk memenuhi persyaratan gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan member masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik.

4. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik, mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

5. R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

(14)
(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR PUSTAKA ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian yang Relevan ... 10

2.2 Landasan Teori ... 12

(16)

2.2.2 Afiksasi ... 14

2.2.3 Suku Dayak ... 20

2.2.4 Bahasa Dayak Linoh ... 21

2.2.5 Bahasa Indonesia ... 24

2.3 Kerangka Berfikir ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Subjek Penelitian ... 26

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4 Instrumen Penelitian... 29

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Triangulasi Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN ... 32

4.1 Deskripsi Data ... 32

4.1.1 Prefiks ... 33

4.1.2 Sufiks ... 36

4.1.3 Konfiks ... 38

4.1.4 Simulfiks ... 42

4.2 Analisis Data ... 43

4.2.1 Prefiks ... 43

4.2.2 Sufiks ... 45

4.2.3 Konfiks ... 47

4.2.4 Simulfiks ... 49

4.3 Pembahasan ... 51

(17)

xiv

4.3.1.1 Prefiks ... 52

4.3.1.1.1 Prefiks Be ... 52

4.3.1.1.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Be- ... 54

4.3.1.1.2 Prefiks N- dan Ng- ... 55

4.3.1.1.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks N- dan Ng- ... 58

4.3.1.1.3 Prefiks Te- ... 59

4.3.1.1.3.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Te- ... 61

4.3.1.1.4 Prefiks Ke- ... 62

4.3.1.1.4.1Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Ke- ... 62

4.3.1.1.5 Prefiks Pe- ... 63

4.3.1.1.5.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Pe- ... 64

4.3.1.2 Sufiks ... 64

4.3.1.3.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Pe-....-e ... 71

4.3.1.3.2 Konfiks Ng-...-e ... 72

4.3.1.3.2.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Ng-...-e ... 72

4.3.1.3.3 Konfiks Ng-...-kan ... 73

4.3.1.3.3.1Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Ng-...-kan ... 74

4.3.1.3.4 Konfiks Se-...-e ... 75

4.3.1.3.4.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Se-...-e ... 76

4.3.1.3.5 Konfiks Pe-....-an ... 76

(18)

4.3.1.3.6 Konfiks Peny-...-e ... 78

4.3.1.3.6.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Konfiks Peny-...-e ... 79

4.3.1.4 Similfiks ... 79

4.3.1.4.1 Simulfiks Dipe-...-kan ... 80

4.3.1.4.1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Simulfiks Dipe-...-kan ... 80

4.3.2 Persamaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 81

4.3.2.1 Bentuk Prefiks atau Awalan Ber- ... 82

4.3.2.2 Bentuk Prefiks atau Awalan Ter- ... 82

4.3.2.3 Bentuk Prefiks atau Awalan Per- ... 83

4.3.2.4 Bentuk Konfiks atau Imbuhan Gabung Ke-...-an ... 83

4.3.2.5 Bentuk Konfiks atau Imbuhan Gabung Per-...-an ... 84

4.3.2.6 Persamaan Fungsi Afiks Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 84

4.3.2.7 Persamaan Makna Afiks Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 85

4.3.3 Perbedaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 86

4.3.3.1 Afiks Bahasa Dayak Linoh Yang Mirip dengan Bahasa Indonesia ... 86

4.3.3.2 Afiks Bahasa Dayak Linoh Yang Berbeda dengan Afiks Bahasa Indonesia ... 88

4.3.3.3 Perbedaan Afiks dalam Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 90

BAB V PENUTUP ... 91

(19)

xvi

5.1.1 Proses Pembentukan Kata dengan Afiks dalam Bahasa Dayak Linoh.. .... 91

5.1.2 Persamaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 92

5.1.3 Perbedaan Bentuk Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia ... 93

5.2 Saran ... 94

5.2.1 Bagi Peneliti Lain ... 94

5.2.2 Bagi Guru ... 94

5.2.3 Bagi Masyarakat Dayak Linoh ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96

LAMPIRAN ... 98

Lampiran 1. Tabulasi Karangan ... 98

Lampiran 2. Tabulasi Lagu Dayak Linoh ... 116

Lampiran 3. Tabulasi Data Rekaman ... 125

Lampiran 4. Karangan Guide Kedua Setelah TUHAN ... 131

Lampiran 5. Karangan Negeri Cantik Budaya Menarik ... 133

Lampiran 6. Karangan Mengambil Mimpi di Tanah Rantau ... 136

Lampiran 7. Kumpulan Lagu Dayak Linoh ... 138

(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Bagan 2 Peta Penggunakan Bahasa Dayak Linoh Bagan 3 Subjek Penelitian

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi antarindividu, kelompok, dan masyarakat luas. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu yang digunakan oleh kelompok-kelompok yang berbeda suku, ras, agama, dan budaya untuk berkomunikasi. Setiap daerah memiliki bahasa pemersatu daerah mereka sendiri, khususnya dalam bahasa Dayak Linoh. Keberadaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama (B1), bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai bahasa kedua (B2) sedikit banyak membawa kendala, masalah, dan kesulitan tersendiri dalam pembelajaran bahasa karena keberadaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama ternyata membawa pengaruh terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penguasaan bahasa daerah sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia dan bahasa asing sebagai bahasa kedua (B2) saling berkaitan.

(22)

1. (a) Harta paling beroga iyak’am keluarga (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Harta paling berharga adalah keluarga (Bahasa Indonesia)

2. (a) Umak ngogak engkayok kerimak (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Ibu mencari sayur kehutan (Bahasa Indonesia)

3. (a) Jari adin tekonak isau (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Tangan adik terkena pisau (Bahasa Indonesia)

(23)

4 (a) Omahe Ardi neng ndeso Jogokaryan (Bahasa Jawa)

(b) Rumahnya Ardi di desa Jogokaryan (Bahasa Indonesia)

Sufiks–e dalam bahasa Jawa mempunyai kemiripan arti dengan sufiks –nya pada Bahasa Indonesia. Sufiks–e dalam bahasa Jawa sama dengan sufiks

-e dalam bahasa Dayak Linoh. Perhatikan contoh berikut:

5 (a) Omahe Ardi neng ndeso Jogokaryan (Bahasa Jawa)

(b) Langkau’e Ardi di desa Jogokaryan (Bahasa Dayak Linoh)

Dalam bahasa Indonesia terdapat 4 proses afiksasi, yaitu prefiks (afiks yang berupa awalan), infiks (afiks yang berupa sisipan), sufiks (afiks yang berupa akhiran) dan konfiks (afiks yang berupa awalan dan akhiran). Sebenarnya tidak hanya bahasa Indonesia yang mengalami proses afiksasi dalam pembentukan katanya, tetapi bahasa daerah seperti bahasa Dayak Linoh juga mengalami proses afiksasi. Misalnya dalam bahasa Dayak Linoh: Kata ‘lamat e’ (lamanya) mempunyai sufiks - e, jika di tuliskan dalam bahasa Indonesia sufiks - e sama dengan sufiks – nya. Begitu juga dalam bahasa Jawa yang juga memiliki sufiks -nya, misalnya kata ‘sue ne’ (lamanya), sufiks -ne sama dengan sufiks -nya.

(24)

dulu sudah dibukukan dan diterbitkan di tanah air ini. Padahal bahasa merupakan kearifan lokal yang harus dijaga oleh generasi berikutnya. Oleh karenanya peneliti ingin mengkaji bahasa Dayak Linoh dari sudut proses afiksasi. Peneliti tidak serta merta hanya mengkaji proses afiksasi dalam bahasa Dayak Linoh, tetapi peneliti juga akan membandingkan dengan proses afiksasi yang ada di bahasa Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui afiksasi apa saja yang terdapat dalam bahasa Dayak Linoh diperlukan analisis kontrastif dengan bahasa Indonesia. Analisis kontrastif merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam suatu unsur kebahasaan. Analisis kontrastif dalam konteks penelitian ini digunakan untuk membandingkan perbedaan afiksasi yang terdapat dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Dayak Linoh. Hal itu bertujuan untuk mengetahui afiksasi apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Dayak Linoh dan apa perbedaannya dengan afiksasi yang ada di dalam bahasa Indonesia. Maka dari itu untuk membuktikan bahwa di dalam bahasa Dayak Linoh juga terdapat proses afiksasi seperti halnya bahasa Indonesia dibutuhkan langkah identifikasi, klasifikasi dan deskripsi. Ada beberapa teori yang digunakan salah satunya adalah teori analisis kontrastif.

(25)

Dayak Linoh dengan orang sesukunya, berbahasa Indonesia dengan orang bukan sesukunya. Dalam keadaan dan kebiasaan seperti ini terutama oleh meningkatnya pemakaian bahasa Indonesia sudah dapat diduga bahwa bahasa ini kelak akan menghilang dari pergaulan sehari-hari.

Peneliti mengambil topik analisis kontrastif afiksasi di Desa Baya Mulya Kabupaten Sintang Kalimantan Barat karena bahasa daerah yang mirip tentu memudahkan proses belajar bahasa tersebut. Selain itu, Sebagai lambang identitas kebudayaan daerah, bahasa Dayak Linoh perlu dibina dan dikembangkan karena bahasa Dayak Linoh merupakan salah satu bahasa Indonesia yang masih hidup dan berkembang di Indonesia. Perkembangan bahasa daerah Dayak Linoh juga seirama dengan perkembangan bahasa daerah lainnya di Indonesia khususnya bahasa daerah di Kalimantan Barat.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembentukan kata dengan afiks dalam bahasa Dayak Linoh ?

2. Apakah persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia?

(26)

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses afiksasi pada kata bahasa Dayak Linoh.

2. Mendeskripsikan persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

3. Mendeskripsikan perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoretis

(27)

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Penelitian Bidang Bahasa

Penelitian ini secara umum dimaksudkan untuk mengembangkan teori kebahasaan dan secara khusus menambah pengetahuan mengenai analisis kontrastif. Penelitian ini juga dapat memberi masukan (sumbangan) untuk studi bahasa terutama menyangkut pendidikan bahasa Indonesia pada masyarakat dan kebahasaan dalam bahasa Dayak Linoh.

2) Bagi Penelitian Lain

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pembaca khususnya para peneliti bidang bahasa tentang analisis kontrastif afiksasi dalam bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia.

I.5 Batasan Istilah

Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori analisis kontrastif afiksasi, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut.

(28)

Linoh. Surjani Alloy dkk (2008) dari sisi kebahasaannya, penutur bahasa Dayak Linoh kebanyakan [r]-nya bergetar (berkarat).

2. Analisis kontrastif

Kridalaksana (2001:13) menyatakan bahwa analisis kontrastif adalah metode sinkronis dalam analisis bahasa untuk menunjukkan persamaan dan perbedaan antara bahasa-bahasa atau dialek-dialek.

3. Afiksasi

Afiks (imbuhan) adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Afiks memiliki 5 jenis imbuhan yaitu: Prefiks (Awalan), Infiks (Sisipan), Sufiks(Akhiran), Konfiks ( Imbuhan Terbelah), dan Simulfiks (imbuhan Gabung). Namun Pada penelitian ini, peniliti membatasi jenis afiks Bahasa Indonesia menjadi 4 jenis yaitu Prefiks(awalan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), simulfiks (imbuhan gabung). 3. Peneliti hanya membandingkan kata yang berafiks dalam bahasa Dayak

Linoh dengan kata yang berafiks dalam bahasa Indonesia.

1.6Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penelitian ini terdiri dari lima bab.

(29)

2. Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu mengenai penelusuran literatur yang relevan. Dimana penulis mencari buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan dengan mencari teori-teori sebagai dasar untuk membedah permasalahan.

3. Bab III berisi metodologi penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data, pada bab ini dibahas mengenai (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, dan (6) triangulasi hasil analisis data.

4. Bab IV berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan mengenai hasil penelitian, yang diperoleh peneliti di lapangan baik dari hasil wawancara, rekam, catat, dan terjemahan untuk menjawab rumusan masalahan.

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas analisis kontrastif, afiksasi (prefiks atau awalan, infiks atau sisipan, sufiks atau akhiran, konfiks atau imbuhan terbelah, simulfiks atau imbuhan gabung), bahasa Dayak Linoh, dan bahasa indonesia Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

(31)

tersebut. Pada tataran kala, dalam BI dibagi menjadi tiga, yaitu (1) kala lampau, (2) kala sedang, dan (3) kala akan datang. Pada tataran jumlah, dalam BI dan BA digolongkan atas dua macam, yaitu (1) singularis, (2) pluralis. Pada tataran persona, dalam BI dan BA digolongkan atas tiga, yaitu (1) orang pertama, (2) orang kedua, dan (3) orang ketiga.

Peneliti Krishan Dini (2011) berjudul “Analisis Kontrastif Afiksasi Verba Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia”. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk kontrastif sistem afiks verba bahasa Jawa dan bahasa Indonesia (2) mengetahui persamaan dan perbedaan bentuk-bentuk afiks verba bahasa Jawa dan bahasa Indonesia (3) bagaimanakah makna afiks yang dimiliki oleh verba bahasa Jawa dan afiks verba bahasa Indonesia. Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Krishan Dini menghasilkan beberapa kesimpulan afiks bahasa Jawa mempunyai beberapa kesamaan dan perbedaan jika dibandingkan dengan afiks Bahasa Indonesia. Persamaan dan perbedaan itu meliputi dua aspek, yaitu adanya kesejajaran bentuk afiks verba dan bentuk dasar yang dilekati oleh afiks tersebut.

(32)

dengan bahasa Indonesia sehingga judul penelitian ini “Analisis Kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh Dengan Bahasa Indonesia”. Oleh karena itu, kedua penelitian kata serapan dapat digunakan sebagai acuan untuk mengkaji fenomena analisis kontrastif afiksasi khususnya dalam ranah masyarakat yang selama ini belum pernah ada peneliti yang menelitinya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Analisis Kontrastif

Berdasarkan kedudukannya sebagi sebuah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran bahasa (mempunyai teori dan aplikasi bersifat ilmiah), maka analisis kontrastif akhirnya mendapat tempat sebagai suatu Linguistik Terapan. Kehadiran analisis kontrastif ini dalam bidang pendidikan bahasa seperti di Indonesia perlu mendapat tempat yang layak dan perhatian yang serius mengingat kedwibahasaan yang sudah sulit dibendung.

(33)

Analisis kontrastif dalam kajian linguistik adalah suatu cabang ilmu bahasa yang tugasnya membandingkan secara sinkronis dua bahasa sedemikian rupa sehingga kemiripan dan perbedaan kedua bahasa itu dapat terlihat (Lado dalam Pranowo 1996: 42). Analisis kontrastif berkaitan dengan dua aspek penting, yakni aspek linguistik dan aspek psikolinguistik. Aspek linguistik berkaitan dengan masalah perbandingan dua bahasa. Dalam hal ini, tersirat dua hal penting, yaitu (1) apa yang akan diperbandingkan, dan (2) bagaimana cara memperbandingkannya. Dalam penelitian ini, hal yang akan diperbandingkan adalah proses morfologis khususnya pada afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (2009: 20) membandingkan dua bahasa secara menyeluruh tidak mungkin, dan pakar linguistik Inggris menganjurkan bahwa yang diperbandingkan hanyalah sistem fonologi dan morfologi. Aspek psikolinguistik, analisis kontrastif menyangkut kesukaran belajar, cara menyusun bahan pengajaran, dan cara menyampaikan bahan pengajaran (Tarigan 2009: 19)

(34)

simpulkan bahwa analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal (Tarigan 2009: 5). Analisis kontrastif dikembangkan dan dipraktikkan pada tahun 1950-an dan 1960-an, sebagai suatu aplikasi linguisik struktural pada pengajaran bahasa, dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini.

1) Kesukaran-kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan oleh inteferensi dari bahasa pertama

2) Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diprakirakan oleh analisis kontrastif.

3) Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk mengurangi efek-efek interferensi. (Richard [et al] 1987: 63 dalamTarigan 2009: 5).

2.2.2 Afiksasi

Afiksasi ialah proses pembentukan kata dengan cara menggabungkan afiks pada bentuk dasar atau juga dapat disebut sebagai proses penambahan afiks atau imbuhan menjadi kata. Hasil proses pembentukan afiks atau imbuhan itu disebut kata berimbuhan.

(35)

Richard (dalam Putrayasa; 2008:5) mengatakan bahwa afiksasi atau pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan membubuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks sedangkan afiks merupakan bentuk terikat yang dapat ditambahkan pada awal, akhir atau tengah kata. Menurut Ramlan (2009:55) Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru, sedangkan menurut (Mulyono 2013-75) afiksasi adalah proses pembentukan kata dengan cara membubuhkan afiks terhadap bentuk dasar baik yang berupa pokok kata, kata asal, maupun bentuk-bentuk kata lainnya. Afiksasi atau pengimbuhan adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapatkan afiks, yang dalam bahasa Indonesia cukup banyak jumlahnya, sedangkan afiks (imbuhan) adalah morfem non dasar yang secara struktural dilekatkan pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk kata-kata baru (Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5). Afiks memiliki 4 jenis imbuhan yaitu: Prefiks (Awalan), Infiks (Sisipan), Sufika (Akhiran), Konfiks ( Imbuhan Terbelah), dan Simulfiks (imbuhan Gabung).

1. Prefiks (Awalan)

(36)

pula kata jadian). Bentuk prefiks (awalan) yaitu: ber-, per-, meng-, di-, ter-, ke-, dan se-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Contoh:

1 (a) Betumuk  Penumuk

Numuk  Ditumuk

Tekelolak Nglolak

(b) Bertinju  Petinju

Meninju  Ditinju

Terlihat  Melihat

2 (a) upacara ituk puba penghormatan teakhir seopan jonat dikubur dalam tanah.(Bahasa Dayak Linoh)

(b) upacara ini sebagai penghormatan terakhir sebelum jenasah dimakamkan keliang lahat.(Bahasa Indonesia)

3 (a) Sepanyang jalan depan pasar Demangan pas jam-jam sebituk tekelolak pemandangan yang nak asing agik, iyak am kemacetan. (Bahasa Dayak Linoh)

(37)

4 (a) Antik aku nak nglolu jalan iyak, alah agik obok-obok sak nak telamat sampai ditempat tujuan. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Saat saya hendak melintas jalan tersebut, terutama pada pagi hari, saya harus berangkat lebih awal agar tidak terlambat sampai di tempat tujuan.

2. Infiks (Sisipan)

Proses pembentukan kata dengan menambah afiks atau imbuhan di tengah bentuk dasarnya. Afiks yang ditambahkan tersebut disebut infiks atau sisipan. Bentuk infiks (sisipan) yaitu: -el-, -em-, -er-, dan – in-.(Zainal Arifin dan Junaiyah 2009:5).

Berikut ini contoh infiks bahasa Indonesia. (1) Getar  Geletar

(2) Gigi  Gerigi (3) Kerja  Kinerja 3. Sufiks (Akhiran)

(38)

1. (a) Amik Amikkan, Amik’em Turun  Turune

(b) Ambil  Ambilkan, Ambillah Turun  turunnya

2. (a) Turune roga sembako matang ngrugikan petani. (Bahasa Dayak Linoh)

(b) Turunnya harga sembako sangat merugikan petani. (Bahasa Indonesia)

Akhiran atau sufiks–e,- kan, dan - em pada kata turune, amikan, dan amikem dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan sufiks-nya, -kan, dan -lah pada kata turunnya, ambilkan, dan ambillah dalam bahasa Indonesia.

4. Konfiks (Imbuhan Terbelah)

(39)

bentuk beserta artinya, maka konfiks dianggap satu morfem, bukan gabungan dua morfem (Sumadi, 2008). Bentuk konfiks (imbuhan terbelah) yaitu: ke-....-an, ber-....-an, peng-...-an, per-....-an, dan se-...-nya. Berikut ini contoh konfiks bahasa Indonesia yang dibandingkan dengan konfiks bahasa Dayak Linoh.

1. (a) Konfiks se-...-e pada kata sepanai-panaie, sebagak-bagake Konfiks pe-...-an pada kata pejuangan

(b) Konfiks se-....-nya pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya Konfiks per-...-an pada kata perjuangan

2. (a) Sepanai-panai’e tupai namong pasti panai jatok gam. (b) Sepandai-pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga

Konfiksse–…-e dan pe-...-an pada kata sepanai-panaie,

sebagak-bagake dan pejuangan dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan konfiks se-….-nya dan per-...-an pada kata sepandai-pandainya, sebaik-baiknya dan perjuangan dalam bahasa Indonesia.

5. Simulfiks (Imbuhan Gabung)

Simulfiks (Imbuhan Gabung) adalah dua imbuhan atau lebih yang ditambahkan pada kata dasar tidak sekaligus, tetapi secara bertahap. Bentuk simulfiks (imbuhan gabung) yaitu: memper-kan, diper-kan, memper-i, dan diper-i.

(40)

Simulfiks dipe-….-kan pada kalimat (1) khususnya pada kata dipeguraukan mempunyai kemiripan fungsi dengan simulfiks diper-….-kan pada kata dipermainkan dalam bahasa Indonesia. Pada uraian

urutan pengimbuhan (afiksasi), afiks yang pertama kali melekat pada kata dasar main adalah prefiks per- menjadi permain, setelah itu sufiks –kan menjadi permainkan. Akhirnya, baru prefiks di- pada kata tersebut

sehingga menjadi dipermainkan.

Morfem ku, mu, nya, kau, dan isme memiliki arti leksikal sedangkan afiks tidak, oleh karenanya morfem tersebut tidak dapat dimasukkan kedalam golongan afiks, melainkan golongan yang biasa dan disebut klitik. Menurutt Ramlan (2013:57) Morfem nya yang termasuk golongan klitik adalah yang mempunyai pertalian arti dengan ia. Morfem nya yang sudah tidak mempunyai pertalian arti ia (rupanya, agaknya, dan kiranya) termasuk golongan afiks karena hubungannya dengan arti leksikal sudah terputus.

2.2.3 Suku Dayak

(41)

Bahasa Dayak adalah bahasa yang digunakan masyarakat Dayak untuk berkomunikasi dalam acara adat istiadat setempat. Bahasa Dayak yang diperkirakan berjumlah sekitar 400-an merupakan tumpukan harta karun budaya bangsa yang menyimpan beranekaragam keindahan, kearifan, dan keunikan tradisi, pengetahuan, dan teknologi. Bahasa tersebut merupakan the last frontieryang membentengi berbagai kearifan tersebut dari kepunahan. Bagi orang Dayak yang tidak mengenal tradisi tulisan, bahasa-bahasa yang mereka miliki dapat diandalkan sebagai pertahanan budaya dan eksistensinya sebagai komunitas masyarakat adat menurut Surjani Alloy dkk (2008). Afiks dalam bahasa Dayak memeiliki persamaan bentuk seperti dalam bahasa Dayak Keninjal, bahasa Dayak Mualang, dan bahasa Dayak Linoh memiliki afik yang sama yaitu afiks n-, be-, te- se-, dan ke-. Afiks tersebut adalah bɘjalai, tɘbɘRap, ngɘlɘpas, kɘlimak, sɘRibu, ngamik, bejalan, tebait. Persamaan afiks tersebut dikerenakan bahasa Dayak merupakan bahasa yang serumpun hal ini disebabkan masuknya pengaruh bahasa lain melalui penjajahan di pulau Borneo.

2.2.4 Bahasa Dayak Linoh

(42)
(43)

Peta wilayah yang menggunakan bahasa Dayak Linoh

(44)

Sami, Boji menurut Andreas Jemari. Daerah yang diteliti bahasanya adalah Desa Baya Mulya. Ketua adat desa Baya Mulya adalah Tanjung dengan anggota FX. Kedahan. Narasumbernya kepala desa Baya Mulya yaituYosep Suratman.

2.2.5 Bahasa Indonesia

(45)

2.3 Kerangka Berpikir

Analisis kontrastif Afiksasi Bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia

Proses Morfologis

Afiksasi (Zaenal Arifin dan Junaiyah, 2009), dan (Ramlan 2009)

Bahasa Dayak Linoh

Bahasa Indonesia

Proses pembentukan kata dan afiksasi

Persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh

(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) triangulasi data.

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan model penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Bog dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2010:4) menjelaskan penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif dari orang atau pelaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, peneliti bersama penutur asli Dayak Linoh menerjemahkan karangan/tulisan ke dalam bahasa Dayak Linoh.

Penelitian ini merupakan penelitian sinkronis dan historis komperatif dengan tujuan membandingkan bentuk afiks yang ada dalam bahasa Indonesia dan bahasa Dayak Linoh. Selain membandingkan, peneliti juga akan menyimpulkan persamaan dan perbedaan afiks di kedua bahasa tersebut.

3.2 Subjek penelitian

(47)

adalah data yang sudah dianalisis dari hasil terjemahan karangan opini, tuturan bahasa Dayak Linoh serta lagu Dayak Linoh dari bahasa Indonesia kedalam bahasa Dayak Linoh. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul “analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia”.

Subjek penelitian:

No Nama Umur Profesi Alamat

1. Cyprianus karte 23 Mahasiswa

Desa Guhung Kec. Belimbing Kab. Melawi Kalimantan Barat

2. Yohanes Pamfi S.P 25 Mahasiswa

Desa Baya Mulya Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

3. Elian Dotala 21 Mahasiswa

Dusun Tengadak Desa Bancoh Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

4. Supriyandi 23 Mahasiswa

(48)

Barat

5.

Andreas Jemari S.Ag.,M.Th

52 Guru

Desa Nobal Kec. Sungai Tebelian Kab. Sintang Kalimantan Barat

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti berusaha menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan menguji hipotesis tertentu. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan afiksasi berbahasa karena peneliti akan menguraikan afiks yang terdapat dalam rekaman, lagu dan karangan/tulisan.

(49)

Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau spontanitas, maksudnya pencingan dapat muncul ditengah-tengah percakapan. Dalam mengaplikasikan teknik ini, peneliti memberikan stimulus pada penutur bahasa Dayak Linoh sesuai dengan konteks yang mendukung untuk memperoleh sebuah data tuturan berafiks. Teknik ini dapat dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman, setelah itu kata-kata yang berafiks kemudian disandingkan dengan bahasa Indonesianya.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia ialah wawancara (konfirmasi kepada informan) dengan bekal teori analisis kontrastif afiksasi. Teori tersebut akan digunakan untuk menganalisis afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Hasil analisis afiksasi yang diperoleh akan dimasukan kedalam format pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Sumber data: ………

No Data Kode

Afiks

(50)

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.Untuk membandingkan kosakata bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia berdasarkan analisis kontrastif afiksasi adalah metode deskriptif kontrastif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsi permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini, sehingga diperoleh pembahasan yang lebih terperinci. Metode kontrastif digunakan untuk menbandingkan kosakata bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia agar memperoleh perbedaan bentuk kosakata bahasa Dayak Linoh dengan Bahasa Indonesia berdasarkan analisis kontrastif afiksasinya. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis sehingga permasalahan yang menjadi topik dalam penelitian ini dapat terselesaikan.

Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Sudaryanto (2015:208) mengatakan bahwa metode cakap ialah berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti dan penutur selaku narasumber. Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik rekam dan teknik catat. Teknik rekam digunakan untuk merekam semua pembicaraan yang dilakukan oleh penutur, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat kosakata yang berafiks yang dituturkan oleh penutur menggunakan buku tulis.

(51)

1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeksnya.

3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

3.6 Triangulasi Data

(52)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data berupa tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak Linoh dan karangan peneliti. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau bahasan dari data yang telah dideskripsikan pada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

4.1 Deskripsi Data

Data penelitian yang dianalisis berupa tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak Linoh dan karangan peneliti. Data diambil berdasarkan afiks yang ada dalam tuturan bahasa Dayak Linoh, lagu Dayak linoh, dan karangan peneliti. Data yang terkumpul berjumlah 83 afiks yang terdiri: 48 data berafiks dari karangan, 20 data berafiks dari lagu Dayak Linoh dan 15 data berafiks dari tuturan dalam rekaman. Setelah mendapatkan data tentang afiks peneliti mengelompokkan menjadi tiga masalah, yaitu, bentuk afiks, persamaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Data tersebut sebagai berikut:

Tabel 1

Jumlah Data Afik Dalam Bahasa Dayak Linoh

No Afiks Jumlah Data

1 Prefiks (awalan) 48

(53)

3 Konfiks (imbuhan terbelah) 13

4 Simulfiks (imbuhan gabung) 1

JUMLAH 83

(54)

2. A.Upacara bebukong seopan jonat dikubur dalam tanah. berimbuhan, kata dasarnya akir, mendapat prefiks te-, fungsi prefiks te- sebagai pembentuk kata kerja pasif yang memiliki makna telah dilakukan atau dalam keadaan, yang memiliki persamaan dengan prefiks te- dalam bahasa Indonesia.

3. A.Tapi ngelolu kereja koras, tokad yang

membara, apai

(55)

semangat dan berimbuhan, kata dasarnya kadang, dan bunuh, mendapat prefiks te-, dan pe- fungsi prefiks te- pada kata tekadang sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna telah mengalami, fungsi prefiks pe- pada kata pemunuh sebagai pembentuk kata

kerja yang ‘yang

(pekerjaannya) melakukan perbuatan yang tersebut

(56)

ke-Pamfi , dan be-, fungsi prefiks ke- pada kata kemonai sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna telah mengalami, fungsi prefiks be- pada kata begurau sebagai pembentuk kerja yang memiliki makna suatu perbuatan yang aktif, yang memiliki persamaan dengan prefiks ke, ber dan sufiks -lah, dalam bahasa Indonesia.

4.1.2 Sufiks (akhiran)

(57)

dengan perbuatan. yang

B.Upacara bebukong ini sangat menarik selain itu juga untuk berimbuhan, kata dasarnya jekuk, mendapat sufiks –e, fungsi sufiks -e pada kata jekuk’e sebagai pembentuk kata sifat yang menunjukan diri sendiri yang memiliki makna sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan,

(58)

Indonesia. berimbuhan, kata dasarnya keti, mendapat sufiks –am, fungsi sufiks -am pada kata keti’am sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna tanya atau melakukan, yang memiliki persamaan dengan sufiks -lah, dalam bahasa berimbuhan, kata dasarnya kotok, mendapat sufiks -om, fungsi sufiks om pada kata kotok’om sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna tindakan atau menyuruh, yang memiliki persamaan dengan sufiks -lah dalam bahasa Indonesia.

4.1.3 Konfiks (imbuhan terbelah)

(59)

Tabel 4 kata berimbuhan, kata dasarnya bait, mendapat konfiks pe-...-e, fungsi konfiks pe-..-e pada kata

pemait’e sebagai

pembentuk kata

keterangan yang memiliki makna paling,

yang memiliki

Kata pejuangan adalah kata berimbuhan, kata dasarnya juang, tindakan, yang memiliki persamaan dengan konfiks per-...an dalam bahasa Indonesia.

3. A.Wih matang bagak bah betinak yak

(60)

B.Apai bagak’e, sebagai pembentuk kata keterangan dari kata sifat, yang memiliki makna tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai, yang memiliki persamaan dengan

Kata ngarapkan adalah kata berimbuhan, kata

dasarnya arap,

mendapat konfiks ,..-kan, fungsi konfiks ng-...-kan, pada kata ngarapkan sebagai pembentuk kata kerja yang memiliki makna suatu perbuatan atau

(61)

teknologi.

(62)

4.1.4 Simulfiks (imbuhan gabung)

Data berikut ini merupakan data yang termasuk dalam kategori simulfiks (imbuhan gabung) yang berjumlah 1 afiks yang terdiri dari dipe-....-kan, Afiks tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 5

No Data Kode Simulfiks Penjelasan

1. A.Hp yak bah

Dipeguraukan lok

sak adin kau

nglolak’e,

R.1/03 Depe-...-kan

(63)

4.2 Analisis Data

Analisis dari hasil penelitian ini disajikan berdasarkan (a) proses pembentukan kata bahasa Dayak Linoh dan (b) persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia dan (c) perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Berikut adalah pemaparan analisis data dalam penelitian ini.

4.2.1 Analisis Prefiks

Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Kategori ini dianalisis berdasarkan proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh. Wujud prefiks dalam bahasa Dayak Linoh didapatkan dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam prefiks tersebut. Berikut adalah analisis data prefiks:

Data prefiks dalam bahasa Indonesia

1) Kalau kita merasa dingin dan hangat.

Merasa → me- + rasa (K.1/01)

2) Rumah bisa dipakai berteduh.

Berteduh → ber- + teduh (K.1/01)

3) Masalah hidup yang sering datang dan terkadang masalah itu seperti pembunuh bayaran.

(64)

Pembunuh → pem- + bunuh (K.1/04)

4) Lusianus Rinata Pratama anak rantau yang berusaha mengambil (impian) di tanah rantau.

Berusaha → ber- + usaha (K.3/04) Mengambil → meng- + ambil (K.3/04)

Data prefiks dalam bahasa Dayak Linoh 1) Antik kita ngisa colap dan angat.

Ngisa → ng- + isa (K.1/01)

2) Langkau panai dipakai betoduh.

Betoduh → be- + toduh (K.1/01)

3) Masalah idup yang nguntik datang dan tekadang masalah iyak uba

pemunuh bayaran.

Tekadang → te- + kadang (K.1/04)

Pemunuh → pe- + munuh (K.1/04)

4) Lusianus Rinata Pratama anak rantau yangbeusaha ngamik (impian) di tanah rantau.

Beusaha → be- + usaha (K.3/04)

Ngamik → ng- + amik (K.3/04)

(65)

‘agentif’), yang memiliki persamaan dengan prefiks me-, ber-, ter- pe- dan meng- dalam bahasa Indonesia.

Analisis kontrastif berdasarkan data prefiks be-, n-/ng-, te-, dan ke- dalam bahasa Dayak Linoh tidak memiiliki variasi bantuk seperti prefiks ber-, me- meng- ter- dan ke- dalam bahasa Indonesia tetapi meliliki persamaan dari variasi bentuk dalam bahasa indonesia prefiks dalam bahasa Bahasa Dayak Linoh dan bahasa Indonesia sama-sama berfungsi sebagai pembentuk kata kerja, kata sifat, kata bilangan, dan kata nominal, fungsi ini sejalan dengan fungsi prefiks ber-, me-, ter-me-, dan ke-me-, dalam bahasa Indonesia yang dikemukakan oleh Ramlan 2009 yaitu sebagai pembentuk kata sifat, kata bilangan,kata nominal, dan kata kerja.

4.2.2 Analisis Sufiks

Sufiks (akhiran) adalah proses pembentukkan kata yang dilakukan dengan cara menambahkan atau menempelkan afiks di akhir bentuk dasarnya, maka afiks tersebut disebut sufiks atau akhiran. Kategori ini dianalisis berdasarkan proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh. Wujud sufiks dalam bahasa Dayak Linoh berupa transkip dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam sufiks tersebut. Berikut adalah analisis data sufiks:

Data sufiks dalam bahasa Indonesia

1) Dikitnya kesadaran anak muda untuk mewariskan tradisi nenek moyang. Dikitnya → dikit + -nya (K.2/03)

(66)

Semuanya → semua + -nya (K.3/05) 3) Cantiknya wanita itu bau juga kentutnya.

Cantiknya → cantik + -nya (R.1/02) 4) Bawa sinilah saya minta.

Sinilah → sini + -lah (R.1/02) 5) Gimanalah mata sudah mengantuk

Gimanalah → gimana + -lah (R.1/05)

Data prefiks dalam bahasa Dayak Linoh

1) Sikit’e kesadaran bala biak mudak pakai mewariskan tradisi inik umuh.

Sikit’e → sikit + -e (K.2/03)

2) Pengalaman yang aku ulih, dongan kobant panitia kodak’e.

Kodak’e → kodak + -e (K.3/05)

3) Bagak’ebetinak yak bau gam kontut’e.

Bagak’e → bagak + -e (R.1/02)

4) Baik kotok’om aku mintak.

Kotok’om → kotok + -om (R.1/02)

5) Keti’am kau matang ngantuk.

Kati’am → keti + -am (R.1/05)

(67)

(melakukan) yang memiliki persamaan dengan sufiks –nya dan -lah dalam bahasa Indonesia. Sufiks –nya dan –om/am dalam bahasa Dayaka Linoh dipakai dalam ragam cakapan non formal, atau dipakai dalam komunikasi sehari-hari.

Analisis kontrastif berdasarkan data sufiks –e,–am/-om dalam bahasa Dayak Linoh tidak memiliki variasi bentuk, ini sejalan dengan bentuk akhiran -lah dalam bahasa Indonesia yang dipakai dalam ragam cakapan tidak formal dan tidak mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan pada dasar tetapi akhiran –e, -om, –am memiliki persamaan fungsi dan makna dengan akhiran –lah dalam bahasa Indonesia yaitu berfungsi sebagai pembentuk kata kerja dan memiliki

makna ‘tindakan’, ‘perbuatan’ yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki

fungsi subjek.

4.2.3 Analisis Konfiks

Konfiks (imbuhan terbelah) adalah imbuhan yang dilekatkan sekaligus pada awal dan akhir dasar. Kategori ini dianalisis berdasarkan proses pembentukan kata dalam bahasa Dayak Linoh. Wujud konfiks dalam bahasa Dayak Linoh berupa transkip dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam konfiks tersebut. Berikut adalah analisis data konfiks

Data sufiks dalam bahasa Indonesia

1) Seperti halnya kalau jiwa kita sedang risau sebaiknya berlari ke tempat keluarga.

(68)

2) Beragam penyebabnya mulai dari pengaruh teknologi, pembangunan sampai sedikitnya kesadaran anak muda untuk mewariskan tradisi nenek moyang.

Penyebabnya → peny-….-nya + sebab (K.2/03) 3) Perjuangan mengambil mimpi di tanah rantau

Perjuangan → per-….-an + juang (K.1/02) 4) Saya mengharapkan kalian sehat selalu.

Mengharapkan → meng-….-kan + harap (L.3/01)

5) Apa cantiknya, secantik-cantiknya wanita itu bau juga kentutnya. Secantik-cantiknya → se-….-nya + cantik (R.1/04)

6) Hp itu dipermainkan dulu supaya adik kamu melihatnya biar dia bisa. Melihatnya → me-….-nya + lihat (R.3/03)

Data sufiks dalam bahasa Dayak Linoh

1) Uba hal’e antik jiwa kita agik risau pemait’e bedari ke ontin keluarga.

Pemait’e → pe-….-e + bait (K.1/02)

2) Beragam penyobab’e dari mulai pengaruh teknologi, pembangunan

sampai sikit’e kesadaran bala biak mudak pakai mewariskan tradisi

inik umuh.

Penyobab’e → peny-….-e + sobab (K.2/03)

3) Pejuangan ngamik mimpi di tanah rantau.

Pejuangan → pe-….-an + juang (K.1/02) 4) Aku ngarapkan ikit’n sehat selalu.

(69)

5) Apai bagak’e, sebagak-bagak’ebetinak yak bau gam kontut’e Sebagak-bagak’e → se-….-e + bagak (R.1/04)

6) Hp yak bah dipeguraukan lok sak adin kau nglolak’e, sak iye panai.

Nglolak’e → ng-….-e + kelolak (R.3/03)

Pada data konfiks di atas kata pemait’e, penyobab’e, pejungan, ngarapkan, sebagak-bagak’e dan nglolak’e adalah kata berimbuhan dengan kata dasarnya bait, sobab, juang, arap, bagak dan kelolak yang mendapat imbuhan konfiks pe-....-e, peny-….-e, pe-….-an, ng-….-kan, se-….-e, dan ng-….-e yang berfungsi sebagai pembentuk kata keterangan, kata benda, kata sifat dan kata kerja yang memiliki makna paling, tindakan, tingkatan yang paling tinggi yang dapat dicapai.

Analisis kontrastif berdasarkan data konfiks pe-....-e, peny-….-e, pe-….-an, ng-….-kan, se-….-e, dan ng-….-e dalam bahasa Dayak Linoh memiliki

persamaan dari variasi bentuk konfiks se-….-nya, peny-….-nya, per-….-an, meng-….-kan, se-….-nya dan me-….-nya dengan bahasa Indonesia serta memiliki

persamaan dari segi fungsi dan makna antara konfiks bahasa Dayak Linoh dengan konfiks dalam bahasa Indonesia

4.2.4 Analisis Simulfiks

(70)

dari hasil karangan, lagu, dan rekaman yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Dayak Linoh serta makna dan fungsi yang terdapat dalam simulfiks tersebut. Berikut adalah analisis data simulfiks

Data simulfiks dalam bahasa Indonesia

1) Hp itu dipermainkan dulu supaya adik kamu melihatnya biar dia bisa. Dipermainkan → di + per-…-kan + main (L.3/03)

Data simulfiks dalam bahasa Dayak Linoh

1) Hp yak bah dipeguraukan lok sak adin kau nglolak’e, sak iye panai. Dipeguraukan → di + pe-…-kan + gurau (L.3/03)

Pada data simulfiks diatas kata dipeguraukan adalah kata berimbuhan dengan kata dasarnya gurau, serta mendapat simulfiks dipe-...-kan, yang berfungsi sebagai pembentuk kerja yang memiliki makna tindakan atau melakukan.

(71)

4.3 Pembahasan

Analisis dari hasil penelitian ini disajikan berdasarkan (a) analisis kontrastif afiksasi, (b) persamaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia, dan (c) perbedaan bentuk afiks bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Data yang telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya dibahas secara mendalam pada sub bab ini. Secara berurutan, data dibahas berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditentukan. Peneliti akan mendeskripsikan proses pembentukan kata dengan afiks, (bentuk fungsi, dan makna afiks) dalam bahasa Dayak Linoh, menentukan persamaan dan perbedaan bentuk afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia. Berikut adalah pemaparan pembahasan dari penelitian tentang analisis kontrastif afiksasi bahasa Dayak Linoh dengan bahasa Indonesia.

4.3.1 Proses Pembentukan Kata Dengan Afiks Dalam Bahasa Dayak Linoh

Berdasarkan analisis data di atas dapat ditemukan bahwa bahasa Dayak Linoh memiliki prefiks be-, n- & ng-, te-, ke dan pe-. Selain itu bahasa Dayak Linoh juga memiliki sufiks e- dan om-, memiliki konfiks pe-,…-e, Ng-,…-e, Ng-,…-kan, ke-,…-an, se-,…-e, pe-,…-an. Bahasa Dayak Linok juga memiliki

simulfiks dipe-,…-kan. Berikut ini adalah contoh afiksasi bahasa Dayak Linoh:

a. Bahasa Dayak Linoh yang dibentuk dengan prefiks (be-, n- & ng-, te-, ke-dan pe)

(72)

Contoh: kodak’e, aok om/am

c. Bahasa Dayak Linoh yang dibentuk dengan konfiks (pe-,…-e, Ng-,…-e, Ng-,… -kan, ke-,…-an, se-,…-e, pe-,…-an.)

Contoh: Pemagak’e , ngisa’e, ngisakan, sebagak-bagak’e, dan pejuangan. d. Bahasa Dayak Linoh yang dibentuk dengan simulfiks (dipe-....-kan)

Contoh: dipeguraukan

4.3.1.1 Prefiks

Proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan di depan bentuk dasarnya atau juga proses pembentukan kata-kata yang dilakukan dengan cara membubuhkan atau menambahkan atau menempelkan afiks di depan bentuk dasarnya. Prefiks (awalan) adalah imbuhan yang dilekatkan di depan dasar (mungkin kata dasar, mungkin pula kata jadian). Dalam bahasa Dayak Linoh ditemukan prefiks be-, n- & ng-, te-, ke dan pe-.

4.3.1.1 1 Prefiks be-

Prefiks be- dalam bahasa Dayak Linoh mempunyai kemiripan fungsi dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia. Berikut ini contoh data yang membuktikan bahwa prefiks be- (bahasa Dayak Linoh) sama dengan dengan prefiks ber- (dalam bahasa Indonesia).

a. Betoduh

(73)

betoduh

be- + toduh (prefiks) ( kata dasar) b. Beroga

Kata beroga terbentuk dari kata dasar roga yang dibubuhi prefiks be-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

beroga

be- + roga (prefiks) ( kata dasar) c. Bejantoh

Kata bejantoh terbentuk dari kata dasar jantoh yang dibubuhi prefiks be-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

bejantoh

be- + jantoh (prefiks) ( kata dasar)

Jadi, prefiks be- yang ada dalam bahasa Dayak Linoh memiliki kesamaan fungsi dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

d. Bebeda

(74)

bebeda

be- + beda

(prefiks) ( kata dasar)

Jadi, prefiks be- yang ada dalam bahasa Dayak Linoh memiliki kesamaan fungsi dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

e. Betomu

Kata betomu terbentuk dari kata dasar tomu yang dibubuhi prefiks be-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

betomu

be- + tomu (prefiks) ( kata dasar)

Jadi, prefiks be- yang ada dalam bahasa Dayak Linoh memiliki kesamaan fungsi dengan prefiks ber- dalam bahasa Indonesia.

4.3.1.1 1.1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks Be- a. Bentuk prefiks be-

Bentuk awalan be- dalam bahasa Dayak Linoh tidak memiliki variasi bentuk seperti pada bahasa Indonesia. Bentuk prefiks ber- dalam bahasa Indonesia memiliki variasi bentuk ber-, be-, dan bel-.

b. Fungsi prefiks be-

(75)

a) Betomu → tomu

b) Begurau → gurau (kata kerja) c) Besedih → sedih ( kata sifat) d) Besepeda → sepeda (kata nominal) c. Makna prefiks be-

Makna prefiks be- dengan bentuk dasarnya dalam bahasa Dayak Linoh muncul berbagai makna yang dapat digolongkan sebagai berikut:

a) Menyatakan makna ‘suatu perbuatan yang aktif’, ialah perbuatan yang dilakukan oleh pelaku yang menduduki fungsi subyek yang bentuk dasarnya berupa pokok kata dan kata kerja seperti: bejuang, benyanyi, dan begurau.

b) Menyatakan makna ‘dalam keadaan’ atau ‘statif’ ialah pada kata-kata berafiks be- yang bentuk dasarnya berupa kata sifat seperti: besedih dan besenang.

c) Menyatakan makna ‘memakai’, ‘menggunakan’, ‘mengendarai’, seperti: Besepeda : orang yang menggunakan sepeda

Beingan : mengeluarkan suara d) Menyatakan makna ‘menjadi kelompok’

Bepokat : kita harus menjadi satu (satu kelompok) 4.3.1.1.2 Prefiks N- dan Ng-

(76)

membuktikan bahwa prefiks N- dan Ng- (bahasa Dayak Linoh) sama dengan dengan prefiks me- (dalam bahasa Indonesia).

a. Ngisa

Kata ngisa terbentuk dari kata dasar isa yang dibubuhi prefiks Ng-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

Ngisa

Ng- + isa

(prefiks) ( kata dasar) b. Ngogak

Kata ngogak terbentuk dari kata dasar gogak yang dibubuhi prefiks Ng-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

Ngogak

N- + gogak (prefiks) ( kata dasar) c. Nglolu

Kata nglolu terbentuk dari kata dasar lolu yang dibubuhi prefiks Ng-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

Nglolu

Ng- + lolu

(77)

Jadi, prefiks N- dan Ng- yang ada dalam bahasa Dayak Linoh memiliki kesamaan fungsi dengan prefiks me- dalam bahasa Indonesia.

d. Ngibur

Kata ngibur terbentuk dari kata dasar ibur yang dibubuhi prefiks Ng-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

Ngibur

Ng- + ibur

(prefiks) ( kata dasar)

Jadi, prefiks N- dan Ng- yang ada dalam bahasa Dayak Linoh memiliki kesamaan fungsi dengan prefiks me- dalam bahasa Indonesia.

e. Ngamik

Kata ngamik terbentuk dari kata dasar amik yang dibubuhi prefiks Ng-. Jika diuraikan proses morfologisnya adalah sebagai berikut.

Ngamik

Ng- + amik

(prefiks) ( kata dasar)

(78)

4.3.1.1.2 .1 Bentuk, Fungsi, dan Makna Prefiks N-, dan Ng- a. Bentuk prefiks n-, dan ng-

Bentuk awalan n-, dan ng- dalam bahasa Dayak Linoh hanya meliliki bentuk ng-, sedangkan bentuk prefiks meng- dalam bahasa Indonesia memiliki variasi bentuk mem-, men-, meny- me- dan menge-.

b. Fungsi prefiks n-, dan ng-

Awalan n-, dan ng-dalam bahasa Dayak Linoh berfungsi sebagai pembentuk kata kerja seperti contoh:

a) Ngogak → gogak

b) Ngamik → amik

c) Nyuman → suman

d) Nglatih → latih

c. Makna prefiks n-, dan ng-

Awalan n-, dan ng- mempunyai makna seperti berikut:

a) Menyatakan makna ‘ mencari’ seperti

Pakai ngogak kemantapan ati iyak keluarga. Untuk mencari kemantapan

hati adalah keluarga.

b) Menyatakan makna ‘melakukan’, ‘mengerjakan’ seperti

Ngamik mimpi di tanah rantau. Mengambil mimpi ditanah rantau

Cuba ikau nglatih adin kau bang. Sedang melakukan latihan untuk adikya

c) Menyatakan makna ‘membuat’,‘menghasilkan’ seperti

Gambar

Tabel 1 Jumlah Data Afik Dalam Bahasa Dayak Linoh
No Tabel 2 Data Kode Prefiks
No Tabel 3 Data Kode Sufiks
No Tabel 4 Data Kode Konfiks
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tata bahasa Jepang sangat berbeda dengan tata bahasa Indonesia, contohnya pada bentuk struktur kalimat bahasa Jepang yang menggunakan pola Subjek (S) Objek (O)

Penulisan kedua jenis kata ulang tersebut dalam bahasa Indonesia dieja dengan menggunakan tanda hubung (-), sedangkan dalam bahasa Melayu Jawi menggunakan simbol angka

Adapun dalam sufiksasi, misalnya kata ambilin yang terbentuk gabungan morfem afiks {-in} dengan BD /ambil/ jika dalam proses pembentukan kata berupa ({-in} + [ambil]

Tujuan dari pengujian variasi kata dan noise dalam proses pengenalan pola sinyal wicara adalah untuk menguji pengaruh banyaknya variasi kata dan variasi. noise dengan

maka pada penelitian ini akan dibangun sebuah aplikasi yang dapat menerjemahkan kalimat tunggal Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa dengan menggunakan aturan analisis

- Bentuk reduplikasi bahasa Inggris mencakup: Reduplikasi utuh (reduplikasi utuh dengan bentuk dasar kata benda, kata sifa)t, reduplikasi utuh dengan variasi

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbandingan kata kerja pasif dalam kalimat bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia baik persamaan maupun perbedaannya yang

Adapun dalam sufiksasi, misalnya kata ambilin yang terbentuk gabungan morfem afiks {-in} dengan BD /ambil/ jika dalam proses pembentukan kata berupa ({-in} + [ambil] →