• Tidak ada hasil yang ditemukan

AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

27. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih, Pak Ramadhan Harisman. Waktunya masih 35 menit, untuk 10 menit saya … paling lama. Saya berikan untuk Pak Anggito Abimanyu sebagai Ahli Ad Informandum. Saya persilakan di Mimbar.

28. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Bismillahirrahmaanirrahiim, Yang Mulia Ketua dan Anggota Panel Hakim Mahkamah Konstitusi uji materi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014, mohon Pak Fathul Hadie Utsman dan keluarga dari Banyuwangi, Termohon Pemerintah Republik Indonesia diwakili oleh Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Hukum dan HAM, Termohon pihak DPR RI yang diwakili oleh pimpinan Komisi VIII DPR RI.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sehubungan dengan surat Mahkamah Konstitusi kepada kami untuk memberikan keterangan Ad Inforandum perihal Pengujian Materi Nomor Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Yang Mulia Ketua dan Para Anggota Panel Hakim Mahkamah Konstitusi atas undangan tersebut.

Pokok permohonan uji materi Undang 34 dan Undang-Undang Nomor 13 yang dimaksudkan oleh Pemohon pada hakikatnya menyangkut lima materi dalam undang-undang tersebut yang

dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yakni pertama Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008, kedua Pasal 5 Nomor … poin b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 mengenai setoran awal BPIH, Undang-Undang Nomor 23 … Pasal 23 ayat (2) mengenai nilai manfaat BPIH, Undang-Undang Nomor 13 Pasal 30 ayat (1) mengenai pungutan biaya oleh BPIH, dan kelima adalah Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3), Pasal 6 ayat (4), ayat (5), Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 12 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), Pasal 50 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 mengenai setoran awal dan nilai manfaat BPIH ke rekening BPIH.

Yang Mulia Ketua dan Para Anggota, Pihak Termohon, dan Pihak Pemohon. Izinkanlah kami menyampaikan rincian hasil kajian kami terhadap materi yang disampaikan oleh Pihak Pemohon. Pertama, mengenai pembatasan keberangkatan jemaah haji satu kali seumur hidup. Permohonan tersebut menurut kami dapat diterima dengan alasan keadilan, asas manfaat, dan sebagai upaya untuk menyaring panjangnya antrian haji, dan kiranya hal tersebut dapat ditampung dalam substansi perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 seperti yang disampaikan oleh pihak DPR.

Kementerian Agama seperti yang disampaikan oleh pihak saksi dari Pemerintah sebetulnya telah melaksanakan kebijakan tersebut dengan membuat peraturan Menteri Agama yang berupa kebijakan penundaan keberangkatan jemaah haji yang pernah berhaji. Kalau tidak salah dalam empat tahun terakhir dan telah terus dilanjutkan hingga saat ini. Karena ketetapan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 ayat (4) belum mengatur secara tegas hal tersebut, Kementerian Agama sebetulnya hanya melakukan penundaan keberangkatan jemaah haji yang sudah berhaji pada tahap pengisian kuota haji diperuntukkan bagi mereka yang belum pernah berhaji. Alasan penundaan tersebut adalah memberi kesempatan bagi yang belum pernah berhaji dan antrian yang mencapai lebih dari 12 tahun.

Kami sepakat dengan Pihak Pemohon agar pembatasan haji satu kali dijadikan suatu norma agar memiliki kepastian hukum. Perlu kami sampaikan dalam naskah akademik dan perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 yang sekarang sedang digodok oleh DPR telah ada wacana mengenai persyaratan … perubahan persyaratan menunaikan ibadah haji dengan syarat poin c belum pernah melakukan ibadah haji dengan keterangan pengecualian, pengecualian pada pasal penjelasan.

Kedua, ketentuan mengenai perlu tidaknya membayar setoran awal BPIH? Pihak Pemohon menyampaikan argumen bahwa pembayaran setoran awal pihak awal BPIH oleh jemaah tunggu tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat(1), dan Pasal 28H ayat (4) yang berupa hal untuk mendapatkan kepastian hukum, hak untuk memperoleh asas atas hak milik yang tidak

boleh diambil alih oleh (suara tidak terdengar jelas) sewenang-wenang dirugikan oleh berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (2).

Sehubungan hal tersebut, kami akan sampaikan pendapat sebagai berikut. Perjalanan ibadah haji ke Arab Saudi memerlukan biaya perjalanan tidak sedikit. Biaya perjalanan ibadah haji atau BPIH tersebut tahun ini disampaikan oleh Menteri Agama berjumlah 3.150 untuk direct cost dan Rp15.000.000,00 berjemaah untuk indirect cost. Bukan tidak mungkin dalam 15 tahun BPIH bisa mencapai angka di atas 4.500 plus Rp30.000.000,00. untuk direct cost. Untuk meringankan beban tersebut, maka dengan dasar Undang-Undang Nomor 13 Pemerintah mengeluarkan kebijakan operasional atau teknis berupa pembayaran setoran awal atau cicilan atau down payment BPIH.

Jadi menurut kami, setoran awal dimaksudkan untuk meringankan beban jemaah haji yang akan berangkat dengan cara mencicil. Setoran awal tersebut disimpan pada rekening Menteri Agama di Bank Syariat dengan maksud untuk menjaga tingkat keamanan, jaminan, dan tanggung jawab, serta memberikan nilai manfaat kepada jemaah. Penetapan Bank Syariah sebagai bank penerima setoran awal dipersyaratkan oleh bank yang telah dijamin oleh lembaga penjamin simpanan. Jadi setoran awal tersebut tidak diambil alih kepemilikannya, tetapi dititipkan atau diwakilkan kepada Menteri Agama dengan akad wakalah untuk dikelola melalui manajemen syariah, profesional, amanah, serta nirlaba.

Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014, masalah kepemilikan dana dan pengelolaan dana telah tegas-tegas diatur sehingga memberikan kepastian hukum bahwa dana setoran awal dan nilai manfaat BPIH jemaah tunggu adalah milik jemaah dan diwakilkan kepada BPIH atau Badan Pengelola Keuangan Haji. Setoran awal tersebut dimaksudkan juga akan memberikan kepastian akan niat seseorang berangkat haji dan sekaligus menunjukkan indikator kemampuan keuangan atau istitoah dari jemaah calon haji.

Argumentasi bahwa adanya calon atau setoran awal tersebut menutup hak mendaftar bagi para calon jemaah muda yang belum berpenghasilan dapat diatasi dengan melakukan kerja sama atau bantuan pihak keluarga atau pihak terkait secara sukarela dengan dasar saling tolong-menolong untuk membayar setoran awal. Perlu kami sampaikan bahwa penelitian Dirjen PHU bekerja sama dengan FEB UIN Syarif Hidayatullah tahun 2014, setoran awal dapat mengurangi antrean haji. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa jemaah tidak wajib … apabila jemaah tidak diwajibkan setoran awal BPIH, maka antrean haji akan menjadi lebih panjang lagi. Dengan antrean setoran awal atau DP, saat ini rata-rata mencapat 14 tahun. Menurut penelitian tersebut tanpa setoran awal, diperkirakan antrean akan menjadi 20 tahun. Hal tersebut tentu tidak dikehendaki oleh calon jemaah haji, termasuk oleh Pemohon.

Ada pun keberatan … mohon maaf, secara legal ditambahkan bahwa setoran awal bukan merupakan substansi yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 13 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014. Penetapan setoran awal merupakan kebijakan pemerintah. Besarannya ditetapkan oleh menteri agama dengan berbagai pertimbangan. Ada pun keberatan Pemohon adanya beban jemaah atas pelemahan atau kemerosotan nilai tukar rupiah pada saat pelunasan BPIH bukan merupakan risiko yang tidak seluruhnya bisa dihindari, seperti dimaklumi pergerakan nilai tukar merupakan faktor eksternal ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran rupiah. Untuk mengatasi beban pelemahan nilai tukar bagi jemaah pada waktu pelunasan akhir, kementerian agama dapat menerapkan, seperti yang disampaikan oleh ahli pemerintah melakukan kebijakan lindung nilai atau hedging seperti yang telah ditetapkan dalam fatwa MUI. MUI telah menerbitkan fatwa baru perluasan dari fatwa DSN MUI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Jual-Beli Mata Uang sebelumnya. Fatwa tersebut telah memberikan makhroj syari bagi forward agreement. Berikut penjelasan dan keterangan.

MUI telah mengeluarkan fatwa aktivitas lindung nilai forward tersebut menyangkut akad penting yaitu akad tasawuf al basit atau transaksi lindung nilai sederhana. Kedua, akad al tasawuf al muraqabah atau transaksi lindung nilai kompleks. Ketiga adalah akad al tasawuf filsuf al silah atau transaksi lindung nilai melalui bursa komoditi syariah.

Ketiga. Pemohon menyampaikan pendapat bahwa nilai manfaat BPIH yang digunakan langsung untuk membiayai operasional ibadah haji tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar selama nilai manfaat dan setoran awal dibayarkan pada tahun berjalan dan bukan jemaah daftar tunggu. Permohonan tersebut sejalan permohonan kedua, yaitu bahwa dengan alasan keadilan hak kepemilikan dan kemampuan keuangan, Pemohon berpendapat bahwa jemaah haji tunggu tidak perlu membayar setoran awal.

Pendapat kami adalah bahwa hal pembayaran jemaah … setoran awal BPIH tersebut seperti dimaksud Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 bersifat meringankan beban jemaah dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Di samping itu, tersurat bahwa Pemohon juga menghendaki adanya penggunaan BPIH untuk pembiayaan terkait dengan operasional penyelenggaraan Ibadan haji. Terhadap substansi tersebut kami setuju dengan Pemohon bahwa nilai manfaat BPIH hanya dipergunakan untuk operasional langsung terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji. Namun ini berarti dalam hal terdapat biaya tidak langsung terkait dengan penyelenggaraan ibadah haji, tidak boleh dibiayai dari sumber nilai manfaat BPIH. Konsekuensinya biaya tersebut harus dibiayai oleh negara atau sumber dari APBN.

Sehubungan dengan pendapat Pemohon perlu disampaikan bahwa pembayaran BPIH dilaksanakan pada waktu berangkat, jemaah haji bukan oleh jemaah tunggu, maka sebetulnya tidak ada nilai manfaat setoran awal BPIH yang diperoleh apalagi dialokasikan untuk penyelenggaraan ibadah haji. Hal tersebut berarti bahwa jemaah haji harus membayar secara penuh yang berarti akan memberatkan jemaah haji tersebut.

Keempat. Pemohon mengajukan pendapat bahwa Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 mengenai Bimbingan oleh KBIH tidak boleh memungut biaya dan seharusnya menjadi bagian dari BPIH. Substansi tersebut pendapat kami tidak terkait langsung dengan materi Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008.

Pungutan biaya oleh KBIH tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 dan juga tidak diatur oleh pemerintah karena hal tersebut merupakan kegiatan swasta atau masyarakat sendiri. Besarnya biaya KBIH oleh jemaah haji ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara jemaah dan pembimbing KBIH dan tingkat kewajarannya sebaiknya dibicarakan oleh Pemohon dan KBIH yang bersangkutan. Biaya tersebut adalah pungutan yang bersifat sukarela dan terkait dengan jasa pembimbingan atau kegiatan manasik haji yang diberikan oleh pembimbing KBIH. Jemaah haji membutuhkan pengetahuan ibadah, pengetahuan agama, pelatihan teknis perhajian, sementara KPIH memberikan jasa pembimbingan, dan jika terdapat biaya yang timbul adalah wajar dan tidak bertentangan dengan prinsip ekonomi syariah.

Pemohon tidak memberikan permohonan dari Pihak Pemohon agar biaya KPIH ditanggung oleh pihak BPIH justru menimbulkan ketidakadilan di antara jemaah karena dalam pengertian kami sekitar 10% jemaah haji tidak mendapatkan bimbingan dari KPIH. Kementerian agama telah menyediakan bimbingan pendamping jemaah haji yang disebut sebagai TPIHI (Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia) sebelum dan selama di Arab Saudi. TPIHI ini adalah pembimbing ahli yang diseleksi secara ketat dan ke depan pembimbing tersebut harus mendapatkan sertifikasi kelayakan dan kompetensi pembimbingan.

Di samping itu, Kemenag menyelenggarakan beberapa kali manasik haji di tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan secara reguler dengan program manasik klasikal dan mutakhir. Kemenag juga mendorong tumbuhnya sikap haji mandiri dengan memberikan materi-materi tertulis dan elektronik yang dapat dipelajari oleh jemaah setiap saat. Sehingga sewaktu berhaji, jemaah tersebut telah memiliki ilmu penghajian yang memadai dan tidak tergantung pada pembimbing KPIH atau Kemenag. Biaya TPIHI dan manasik di depankan memiliki manfaat setoran jemaah KPIH yang bersangkutan. Apabila ... apabila Pemohon menghendaki agar biaya BPIH dibiayai oleh BPIH berarti terjadi tumpang tindih, dan inefisiensi pembiayaan pembimbingan jemaah dalam BPIH.

Kelima. Pemohon beranggapan bahwa pengambil alihan setoran awal BPIH dan tambahan nilai manfaat setoran awal BPIH, ke rekening atas nama BPKH merupakan salah satu bentuk pengambilalihan secara paksa, secara sewenang-wenang atas milik calon jemaah haji oleh BPKH. Menurut kami pendapat tersebut agak berlebih-lebihan, dana setoran awal BPIH dan tambahan nilai manfaat seluruh pihak adalah milik jemaah. Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 disebutkan bahwa setoran dana BPIH merupakan dana titipan jemaah haji untuk penyelenggaraan ibadah haji. Jadi sifat dana tersebut adalah titipan jemaah haji, yang disimpan ke rekening BPIH sebagai wakil jemaah haji, dikelola secara profesional, amanah, dan prinsip syariah, dan memperoleh manfaat.

Pengelolaan keuangan haji yang dilakukan oleh BPKH dengan prinsip korporatif dan nirlaba, hak jemaah atas dasar setoran awal disebut adalah mutlak termasuk apabila penarikan, jika jemaah melakukan pembatalan keberangkatan. Pembayaran setoran awal dan nilai manfaat setoran awal BPIH dilakukan secara berkala oleh BPKH ke rekening virtual, jemaah haji. Jadi tidak terdapat pengambil alihan kepemilikan, baik dari setoran awal, maupun nilai manfaat setoran awal, BPIH dari rekening jemaah haji kepada ... ke rekening BPKH.

BPKH adalah lembaga keuangan berbadan hukum publik yang bertanggung jawab kepada presiden melalui Menteri Agama. Lembaga ini adalah subjek audit oleh BPK dan diawasi secara langsung oleh DPR. Dengan adanya BPKH nanti, pengelolaan keuangan haji yang terpisah dari JPHU dilakukan secara prinsip korporatif. Jika BPKH memberlakukan laba atas pengelolaan dana setoran awal, jemaah tunggu hasilnya akan dikembalikan sebesar-besarnya manfaat bagi jemaah haji.

Keberadaan jemaah, eh keberadaan BPKH sebagai pengelolaan

jemaah haji bertindak untuk dan atas nama jemaah justru memberikan kepastian hukum dan memberikan jaminan perlindungan atas harta atau dana jemaah haji dan tidak boleh diambil oleh siapa pun secara sewenang-wenang, kecuali ... kecuali oleh pemilik dana tersebut. Jelas-jelas Undang-Undang Nomor 34 tidak merugikan hak konstitusional Pemohon yang terdapat dalam Pasal 28D ayat (1), Pasal 28G ayat (9) ... ayat (1), maaf. Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Yang Mulia Panel Hakim Mahkamah Konstitusi, Pihak Pemohon, Pihak Termohon, dan Hadirin sekalian. Demikianlah pendapat kami terhadap uji materi Undang Nomor 34 Tahun 2014 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 yang dimaksudkan oleh Pemohon.

Pada bagian akhir, izinkanlah kami menyampaikan ringkasan keterangan atas permohonan uji materi pada Panel Hakim Yang Mulia. Pertama, kami menyetujui permohonan mengenai perjalanan ibadah haji ditetapkan satu kali seumur hidup. Namun demikian, perlu ditetapkan dengan upaya hukum dalam perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008. Kedua, kami tidak bisa menerima permohonan

menghilangkan pembayaran setoran awal jemaah haji tunggu, dan memasukkan terhadap ... dan masukan terhadap besaran setoran awal BPIH dapat dibicarakan oleh Pemohon dengan Pihak Kementerian Agama.

Ketiga. Menerima sebagian permohonan penggunaan oleh

manfaat jemaah haji oleh ... untuk biaya langsung terkait dengan ibadah haji, tidak menerima permohonan pemanfaatan nilai manfaat BPIH tahun berjalan, alokasi nilai setoran awal BPIH hanya dipergunakan untuk biaya langsung dapat ditampung dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008, disertai dengan persyaratan agar ... agar, ini penting sekali, APBN memenuhi anggaran BPJHU untuk biaya-biaya operasional, selama ini dibiayai oleh nilai manfaat BPIH.

Keempat. Tidak menyetujui permintaan Pemohon agar biaya bimbingan BPIH ditiadakan dan dialokasikan oleh KPIH karena akan menimbulkan ketidakadilan dan tumpang tindih atau inefisiensi BPIH. Substansi KPIH, yakni standar pembinaan dan standar biaya KPIH dapat ditampung dalam perubahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008.

Kelima. Tidak menyetujui permintaan Pemohon agar pembiayaan setoran awal BPIH jemaah tunggu kepada KPIH sebagai wakil yang sah dari jemaah haji ditiadakan. Pembayaran setoran awal BPIH mempunyai tujuan meringankan beban jemaah tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pembayaran ke rekening BPKH sebagai wakil jemaah haji dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bahwa tidak ada pengalihan kepemilikan dana haji yang bersangkutan.

Yang Mulia Panel Hakim, Pemohon, Termohon, dan Hadirin Sekalian mudah-mudahan keterangan dan masukan rekomendasi kami dapat menjadikan pertimbangan objektif bagi Panel Hakim Yang Mulia untuk memutuskan uji materi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 secara adil dan memberikan nilai tambah bagi perbaikan penyelenggaraan ibadah haji ke depan.

Atas perhatian Panel Hakim, Pihak Pemohon, dan Termohon, dan para hadirin semuanya kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak berkenan, kemudian selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin ya rabbal alamin. Wasalamualaikum wr. wb.

29. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Walaikumsalam wr. wb. Terima kasih, Pak Anggito Abimanyu. Berikutnya sekarang tiba pada waktu untuk meminta klarifikasi atau pendalaman lebih lanjut. Saya mulai terlebih dahulu dari Pemerintah, apakah akan dilakukan pendalaman atau sudah cukup?

Dokumen terkait