• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Saya … kalau boleh Hakim ini checking on the spot, Pak, artinya di luaran sana juga … ini untuk boleh dari Pak Harisman, ya. Bapak ini direktur di Kementerian Agama, tapi juga Ahli … sebagai Ahli juga posisi Bapak di sini? Itu sebenarnya ada kepentingan yang mestinya mengganggu independency kalau bagian dari Kementerian Agama juga sebagai Ahli.

Tapi bagi saya tidak begitu penting, yang penting yang ingin saya tanyakan adalah kalau boleh Hakim ini checking on the spot, di luar apa yang Bapak terangkan yang landasannya adalah peraturan menteri agama yang merupakan penjabaran bahwa adanya pembatasan haji tadi, di luar mahram. Mahram juga di situ potensi untuk disalahgunakan juga bisa karena tahun ini bisa mahram istri, berikutnya mahram anak, berikutnya lagi mahram orang tua, barangkali. Tapi yang lebih penting bagi Mahkamah adalah checking on the spot, kalau boleh Hakim ini banyak, Pak. Orang-orang yang di luar mahram pun ternyata lolos juga, bisa berhaji berkali-kali bahkan setiap tahun. Ada yang orang sudah berhaji sampai 17 kali, Pak. Itu. Makanya kalau Mahkamah boleh checking on the spot, saya juga ada data. Beberapa orang yang sudah ke-18 kali atau ke-17 kali, Pak, berangkat haji.

Mohon ini jadi perhatian dan Mahkamah juga perlu penjelasan masalah ini, di samping potensi untuk penyalahgunaan mahram tadi. Di dalam keadaan yang sulit, saya kira soal kualitas mahram itu seperti apa mungkin nomor 2 yang penting orang bisa berangkat. Karena di sana mahram itu akhirnya juga tidak pernah bersentuhan kok antara satu dengan yang lain, bahkan asal tunjuk karena kan petugas di sana enggak pernah secara detail menanyakan. Tunjuk … tunjuk-tunjuk itu padahal jaraknya juga cukup jauh, artinya tidak … tidak begitu detail dan itu potensi juga karena menurut saya soal kualitas nomor 2 ya, tapi penyalahgunaan ada di situ.

Kemudian yang kedua, ya barangkali untuk Pak Anggito juga. Kenapa Pemerintah kok „apriori‟ untuk mengakomodasi bahwa apa sih salahnya kalau setoran awal haji ini mesti dikelola sebagaimana yang dimaui oleh Pemohon itu? Artinya bahwa yang penting kan ketika dibutuhkan uang itu ada dan sudah terjamin di dalam simpanan, mungkin barangkali deposito atau mekanisme lain yang bisa menjadi pegangan pemerintah. Daripada selama ini pemerintah sebagai lembaga pengelola setoran dana awal haji itu, calon haji itu ternyata juga penuh dengan fitnah, sangat sensitif. Dan memang di situ saya kira rawan sekali dengan potensi-potensi penyalahgunaan. Bukan Mahkamah ini

menuduh, tapi secara harfiah saya kira sangat mudah kalau memang itu bisa dihindari kenapa tidak sportif, kemudian okelah yang penting calon jemaah ini ketika diperlukan dana itu ada. Dan mereka sudah sanggup kok, yang penting memasukkan dana itu ke deposito atau ke rekening dalam bentuk rekening, kemudian ketika diperlukan, siap. Kenapa pemerintah mesti keukeuh mencengkeram soal pengelolaan dana haji ini? Barangkali bisa diceritakan filosofinya dan mungkin ada kepentingan-kepentingan di situ yang mesti rakyat harus tahu, Bapak. Terima kasih, Yang Mulia.

43. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Terima kasih. Ini ternyata saya juga diajari Pak Suhartoyo ini. Kawin-cerai untuk jadi mahram lagi bisa terus naik haji terus ini ternyata.

Baik. Kalau begitu saya persilakan Ahli yang akan menjawab seluruh rangkaian tadi, ada tambahan Pak anggito dari Yang Mulia Pak Patrialis Akbar. Mungkin Pak Anggito dulu dibalik yang menjawab.

44. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Terima kasih, Yang Mulia dan Pemohon, saya mohon maaf mendahului. Pak Fathul Hadie ada enam pertanyaan, sebetulnya kalau saya ada cukup waktu saya berikan simulasi, Ketua, dan juga kajian yang kita lakukan tahun 2014 itu mengenai setoran awal. Itu (…)

45. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Bisa dilakukan tertulis saya mohon (…)

46. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Saya sudah sampaikan kepada Panitera, studi kami dan naskah akademiknya lengkap semua.

47. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Terima kasih kalau begitu.

48. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Dan kami sudah membuktikan secara perhitungan matematis, ekonomis bahwa membayar setoran awal itu menguntungkan jemaah haji. Jemaah haji yang tunggu itu akan diuntungkan. Saya punya sampai dengan 2050 bahkan. Bahwa kalau membayar setoran awal jemaah tunggu itu, nanti 2030 jemaah haji tidak perlu lagi membayar setoran

akhir karena sudah mengumpulkan. Jadi, setoran awal itu, Yang Mulia digambarkan dengan hal yang sederhana. Seperti kita mau pergi pesan tiket Lebaran, bayar DP sekarang. Sesederhana itu sebetulnya. Jadi, kita membayar DP dulu, membayar setoran awal, kemudian … dan (suara tidak terdengar jelas) yang merupakan milik jemaah haji. Pada waktu dia berangkat, uang itu dikumpulkan lagi dan menjadi uang jemaah haji. Sisanya adalah sisa yang dibayarkan dalam setoran akhir atau pelunasan akhir.

Jadi, sebetulnya tidak ada yang unik dari setoran awal itu. Itulah cara pengelolaan keuangan yang menguntungkan jemaah haji. Nah, apalagi sekarang dengan yang namanya rekening virtual itu, jemaah haji itu punya hak untuk melihat uangnya berapa sekarang. Dulu enggak bisa dengan Undang-Undang Nomor 13 tidak ada karena konsepnya bukan tabungan, Yang Mulia. Konsepnya adalah mengumpulkan uang itu dalam rekening Menteri Agama sebagai pejabat negara pengelola keuangan tersebut dan dia melakukan pengelolaan nilai manfaat.

Nah, sekarang ini dengan virtual account, nanti jemaah bisa melihat uangnya berapa. Meskipun tidak bisa menarik sewaktu-waktu, kecuali … hak itu ada menarik, kecuali dia membatalkan. Begitu dia membatalkan, uang itu kembali pada jemaah. Jadi, tidak ada yang namanya uang itu dikuasai dan dimanfaatkan untuk hal-hal yang bukan kepentingan jemaah. Tidak ada sama sekali.

Jadi, dalam undang-undang juga tidak disebutkan setoran awalnya berapa. Setoran awal adalah kebijakan menteri. Bisa enggak diturunkan Rp15.000.000,00? Ya, bisa kalau menterinya memang mempertimbangkan. Bisa dinaikkan, enggak? Ya, bisa. Itu adalah pertimbangan teknis dari kementerian saja. Kami dulu pernah menaikkan dari Rp20 juta ke Rp25 juta. Pernah 2014 kita akan mengubah lagi.

Jadi, tidak ada dalam undang-undang, tidak disebutkan berapa setoran awalnya. Setoran awal Rp0,00 bisa, enggak? Secara matematis bisa, Rp0,00 bisa, tergantung kebutuhan. Tidak boleh diubah pasal itu. Kalau itu masalah besaran setoran awal, silakan Pemohon diskusi dengan kementerian, kenapa kok Rp25.000.000,00? Berapa nilai manfaatnya?

Jadi, menurut saya sih ini agak berselisih pendapat bahwa yang dipermasalahkan adalah setoran awal itu wajib sebagai tanda jadi dan sebagai suatu istitha'ah tadi. Itu yang … yang pertama.

Jadi, tidak ada sama sekali ketentuan mengenai berapa setoran awal dalam undang-undang. Undang-undang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Begitu, Yang Mulia.

Jadi, kalau angkanya berapa, silakan didiskusikan, silakan menyampaikan pada DPR juga bisa. “Kami minta supaya ditinjau kembali setoran awal,” bisa terbuka sekali dan disampaikan nanti. Pak Ramadhan sudah menyampaikan berapa itu angkanya sampai dengan 2030, punya angkanya mereka. Apa manfaatnya itu? Dan dengan … dengan BPKH ini

alhamdulillah, Pimpinan … Yang Mulia, pengelolaan akan jauh lebih bagus karena dikelola oleh profesional tenaga-tenaga ahlinya, ya profesor, tapi nirlaba, gitu ya.

Jadi, itu badan hukum publik yang artinya dikelola oleh pihak swasta dan pemerintah. Jadi, para ahlinya di bidang ahli fulus itu, itu akan dikumpulkan di BPKH nanti untuk mengelola keuangan haji supaya Kementerian Agama berkonsentrasi pembinaan dan pelayanan kepada jemaah haji. Soal keuangannya itu langsung di bawah presiden dan nanti insya Allah dengan adanya BPKH yang sudah beroperasional tahun ini ya, Pak Jamil ya, insya Allah, itu akan lebih bagus, Pak.

Jadi, sekarang undang-undang ini saya bersyukur sekali karena sejak tahun 2012 tidak ada BPKH, kami semua sangat rawan dengan risiko korupsi. Dengan adanya BPKH ini akan ada pengelolaan yang lebih profesional dan lebih bermanfaat.

Yang ketiga, mengenai KBIH, Pak. Saya kira begini, sebetulnya masyarakat punya hak untuk melakukan pembinaan, untuk melakukan kepembimbingan kepada jemaah haji. Kementerian juga punya kewajiban dan kementerian sudah menyediakan, namanya TPIHI dan TPHI itu. Kenapa kok harus KBIH dibiayai sama BPIH? Itu merugikan bagi mereka yang tidak menggunakan KBIH. Itu justru tidak adil, Yang Mulia. Tidak adil sama sekali. Kalau KBIH itu ditarik uangnya dan yang membayar hanya yang menggunakan KBIH saja. Sementara banyak jemaah yang tidak menggunakan KBIH. Kalau TPHI itu adalah kewajiban dari kementerian untuk menyediakan bimbingan mulai dari asrama haji sampai kepulangan dan itu sifatnya wajib bagi kementerian, maka dibiayai oleh indirect cost, maka dibiayai oleh KBIH.

Rupiah … begini, sekaligus menjawab pertanyaan Yang Mulia Pak Hakim Patrialis Akbar. Sebetulnya begini, di dalam … saya kira yang disampaikan Pak Siswo, Pak Ramadhan betul bahwa Undang-Undang Mata Uang itu adalah transaksi dalam negeri yang harus di (suara tidak terdengar jelas) rupiah. Tapi yang di … dimintakan Pemohon bukan itu sebetulnya. Adalah siapa yang bertanggung jawab terhadap fluktuasi nilai tukar itu. Karena pada waktu berangkat tahun ini misalnya, (suara tidak terdengar jelas) 13.000, jemaahnya kesulitan.

Tapi begini, coba Pak Ramadhan bisa menjelaskan pada kita semua. Kalau rupiah itu melemah, suku bunga juga naik, Pak. Nilai manfaatnya juga naik, Pak. Jadi, itu natural hedging namanya. Jadi, sebetulnya kalau nilai tukar itu melemah, nilai manfaatnya naik. Coba saja dicek saja angkanya. Jadi, jemaah dirugikan yang mana? Mana yang dirugikan? Tidak ada yang dirugikan.

Nah, kalau ada tiba-tiba naik, pakailah hedging. DSN, MUI sudah memberikan fatwa terhadap hedging untuk forward. Dulunya akan hanya spot saja, sekarang forward bisa. Caranya bagaimana? Ya, Kementerian Agama beli asuransi supaya menetapkan kurs pada tingkat Rp12.000,00 misalnya, selisihnya dibayar melalui BPIH, itu bisa. Itu

bukan masalah undang-undang, itu masalah omong-omongan saja, konsultasi saja. Coba Pemohon menyampaikan pada Pak Ramadhan, Beliau sudah mempunyai konsep mengenai lindung nilai. Tanyakan kepada MUI yang sudah punya fatwa, baru saja diterbitkan. Bisa forward sekarang, bisa memberikan asuransi, bisa juga pada hedging untuk harga minyak, juga bisa. Jadi, sekarang enggak ada alasan untuk Kementerian Agama tidak bisa mengelola mengenai fluktuasi nilai tukar.

Tapi kalau (suara tidak terdengar jelas) rupiah, tapi mohon saya sudah punya angkanya, Pak Pimpinan Yang Mulia. Bahwa kalau rupiah itu melemah, maka nilai manfaatnya naik, apa yang salah gitu? Enggak ada. Jadi tidak perlu risikokan karena nanti Pemohon bisa cek kepada Pak Ramadhan, sekarang saja Bank Syariah menawarkan 8,5% fix. Dulu waktu kursnya Rp10.000,00, 6% kali, ya, jadi ada kenaikan, manfaatnya naik, biayanya naik, 0-0 Pak, dan itu syariah semua, enggak ada masalah gitu.

Jadi kalau nanti Rp13.000,00 tapi coba ditagihkan kepada (suara tidak terdengar jelas) berapa nilai manfaatnya, Pak, Beliau bisa menjawab, “Ini sekian.” Saya baru saja menempatkan uang di bank syariah 8,5% fix, tinggi sekali, Pak, karena nilai tukarnya seperti ini sekarang.

Jadi secara prinsip ekonomi tidak perlu ada yang dikhawatirkan terhadap pelemahan rupiah, terhadap beban jemaah, beban jemaah akan mendapatkan tambahan nilai manfaat karena nilai kursnya melemah. Kalau ada tiba-tiba melemah pada pelunasannya, silakan Kementerian Agama secara teknis mempelajari mengenai lindung nilai yang sudah dikeluarkan fatwa oleh MUI.

Yang keempat mengenai sisa kuota dan sekaligus nanti mengenai … apa namanya ... tadi sekaligus pertanyaan Pak Hakim Patrialis Akbar mengenai kok saya berbeda. Tidak, Pak, justru PMA 2012 saya yang mengeluarkan, Pak, PMA 2012 yang disampaikan Pak Ramadhan tadi adalah sebetulnya adalah pengejawantahan dari persoalan yang dihadapi di masyarakat ini, antriannya terlalu panjang, maka kami mengeluarkan PMA, yaitu adalah untuk yang pelunasan tahap pertama itu hanya untuk mereka yang belum pernah berhaji, tapi kalau untuk mengisi pelunasan atau tahap kedua, tahap ketiga tidak masalah, itu sudah dilakukan.

Jadi kenapa harus digugat? Gitu, sudah dilakukan. Jadi Pemohon tinggal tanya saja mana PM yang (suara tidak terdengar jelas) Pak Ramadhan tadi ... Jadi, Pak Patrialis, saya tidak ada masalah itu, bahkan saya setuju, tapi kan kementerian sebetulnya belum bisa menetapkan PMA karena undang-undangnya itu tidak tegas-tegas mengatakan bahwa untuk yang pelunasan tahap pertama dilarang. Nah, maka kami mengusulkan pada DPR yang punya inisiatif perubahan undang-undang distafkan, lalu ada pasal pengecualiannya seperti yang disampaikan oleh Pak Hakim Yang Mulia Pak Patrialis Akbar, pengecualiannya apa?

Kami sudah menyampaikan melalui Panitera mengenai apakah pengecualian mengenai, seperti mahram, seperti kalau pengisian untuk sisa kuota, dan sebagainya itu silakan tapi untuk yang pertama yang wajib dulu adalah mereka yang belum pernah berhaji, tapi tegas-tegas disebutkan dalam undang-undang, kalau enggak Kementerian Agama tidak bisa membuat PMA yang tegas seperti itu bahwa untuk yang pengisian tahap pertama itu hanya bagi mereka yang belum pernah berhaji, sisanya ya boleh sesuai dengan nomor urut berikutnya.

Jadi saya kira kami menyampaikan hal tersebut. Yang terakhir mengenai dari Yang Mulia Hakim Pak Suhartoyo mengenai kenapa ... saya enggak apriori, Pak, terhadap setoran awal tetapi hasil studi kami mengatakan membayar setoran awal secara ekonomi lebih baik buat jemaah. Nah, bagaimana cara supaya tadi kan Pemohon mengatakan “Bagaimana kalau anak saya umur 13 tahun mau daftar kan dia enggak punya uang.” Ya, dibantu sama orang tuanya dong, sama keluarganya (suara tidak terdengar jelas) dan sebagainya. Artinya (...)

49. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Pengelolaannya yang saya maksudkan, kenapa kok Pemerintah apriori mesti harus Pemerintah yang mengelola? Tadi sudah dijawab di awal sebenarnya lebih profesional dan lain sebagainya.

50. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Ya.

51. HAKIM ANGGOTA: SUHARTOYO

Jadi pertanyaan saya diawal itu masyarakat supaya tahu kenapa ini jelas-jelas selama ini selalu timbul fitnah, timbul kecurigaan-kecurigaan dari calon jemaah dan lain sebagainya, dan memang fakta juga ada penyalahgunaan, gitu lho. Kenapa kalau itu sifatnya hanya untuk jaminan tidak diserahkan saja kepada calon jemaah sendiri kemudian pemerintah cukup pegang jaminannya? Itu terima kasih.

52. AHLI DARI MAHKAMAH KONSTITUSI: ANGGITO ABIMANYU

Baik. Yang Mulia, saya kira dari sisi Kementerian Agama mereka berkomitmen saya kira, untuk memperbaiki pengelolaan itu. Pengelolaan yang kami lakukan sejak zaman saya, kemudian Pak Jamil meneruskan, ya, kita merekrut seperti Pak Ramadhan, Pak Hasan Fauzi, ini akuntan-akuntan yang ... dulu enggak ada, dulu yang mengelola ahli agama Islam saja. Sekarang kami teman-teman merekrut para ahli-ahli akuntan-akuntan keuangan, satu.

Yang kedua membuat Undang-Undang BPKH itu adalah mailstone, terbesar, itu terobosan yang luar biasa maka saya bersyukur sekali undang-undang itu, tapi sekarang belum efektif, Pak Yang Mulia. Jadi kalau nanti efektif, saya kira tugasnya pak dirjen dan teman-teman direktur untuk menyampaikan itu bahwa kita sekarang sudah punya BPKH maka himbauan saya melalui Yang Mulia, melalui Panel ini, ya, mohon dipercepat pembentukan BPKH itu karena itu adalah tonggak sejarah pengelolaan keuangan haji di Indonesia, tanpa BPKH enggak bisa, enggak bisa.

Jadi saya tidak apriori, Pak, bahkan kami bersama Pak Siswo adalah orang yang menginisiasi undang-undang ini, Pak. Undang-undang ini ya alhamdulillah diteruskan oleh Pak Jamil dan teman-teman, selesai, saya justru bersyukur, Pak. Undang-undang ini segera dilaksanakan dan mudah-mudahan ini akan menghilangkan ... tidak seluruhnya, Pak, tapi minimal cara pengelolaannya jauh lebih bagus karena dia sudah punya sistem yang terbaik, undang-undang juga bagus. Dia bisa merekrut the best, kader terbaik di Indonesia ini, Pak, ahli-ahli keuangan syariah terbaik siapa? Enggak perlu PNS, Pak, ini.

Jadi saya kira dengan demikian insya Allah pengelolaan keuangan akan jauh lebih bagus dari yang sekarang ini. Mungkin demikian, Yang Mulia.

53. HAKIM ANGGOTA: PATRIALIS AKBAR

Ketua, ini satu hal supaya enak tidur. Mengenai masalah mahram tadi, walaupun sudah singgung sedikit oleh Pak Anggito tadi Pak Ramadhan Harisman sangat tegas itu. Jadi masalah mahram itu bukan persoalan duniawi, bukan persoalan tegur menegur sesama manusia. Tapi yang lebih hakiki itu adalah aturan tegas dari Allah SWT. Jadi saya kira persoalan mahram tadi itu merupakan bagian pengecualian itu dimantapkan Pak Ramadhan, ya.

Kalau orang berniat yang tidak baik, ya itu urusan dia sama Allah, tapi kalau memang sekarang dia belum bisa mendampingi anaknya, besok ada rejeki baru mendampingi istrinya, itu kan lain persoalannya. Tapi kalau dia menyalahgunakan, itu pertanggungjawabannya bukan persoalan takut dengan orang Arab, takut enggak bisa masuk, takut enggak bisa keluar, tapi ini adalah perintah Allah.

Jadi ini saja saya mohon dari Kementerian. Bahwa mahram itu sesuatu yang absolut sifatnya. Begitu juga dengan bunga uang. Tadi sudah bagus Pak Anggito, persoalan bunga uang ini saya kira tidak ada jemaah haji yang ingin minta supaya ada bunga uang. Ya, uangnya ditempatkan terus ada bunganya. Ini persoalan bunga ini kan persoalan lain lagi ini, ya kan. Kalau berkaitan dengan masalah pelaksanaan ibadah kita. Itu saja supaya saya enak tidur, saya ingin mengomentari itu. Terima kasih, Pak.

54. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ada Ahli lain yang akan menambahkan, saya persilakan. Atau cukup, Pak Ramadhan mungkin mau menambahkan, saya persilakan.

55. AHLI DARI PEMERINTAH: RAMADHAN HARISMAN

Terima kasih Pimpinan. Saya seperti yang disampaikan Pak Anggito bukan Ahli syariah. Jadi saya stafnya Beliau di Kementerian Keuangan sama stafnya Pak Siswo dulu di Dirjen Perbendaharaan. Terkait dengan istitoa, Pak. Jadi tadi kan saya meng-quote surat Al Imran ayat 97. Jadi kalau … kalau kita tidak mampu dalam kerangka istitoa tadi. Bahwa gugur kewajiban, ini mohon nanti koreksi dari Pak Dirjen karena guru syariah saya Pak Dirjen PHU ini. Jadi gugur, tidak ada kewajiban bagi seseorang untuk melaksanakan ibadah haji. Jadi tidak ada paksaan dan kalau gugur ya berarti tidak berdosa jadinya. Mohon maaf kalau saya kepada Allah, saya mohon ampun, kalau salah saya … salah dalam menafsirkan ayat tersebut.

Kemudian kalau bunga setoran awal, termasuk setoran awalnya. Itu masuk ke mana? Jadi kan setoran awal kalau tadi Pak Anggito menyatakan seperti DP ya, atau booking ship. Kalau kita DP rumah, setorannya bukan di tabungan kita, Pak. Kalau kita misalnya ada apartemen, kita mau beli. Berarti masuk ke pengelola dan suatu saat kan kita tinggal nambah saja pada saat nanti pelunasan. Jadi kira-kira konsepnya kaya DP atau booking sheet, gitu Pak.

Kalau kita ambil, misalnya DP rumah kita ambil ya ilang jatah rumah kita. Kira-kira kalau mau analogi. Tetapi poin yang penting adalah harus ada kepastian uang Pak, yang dikelola, yang disimpan oleh penyelenggara haji atau nantinya kalau di rezim Undang-Undang Nomor 13 itu Kementerian Agama, tetapi di rezim Undang-Undang Nomor 34 nanti BPKH. BPKH adalah badan hukum publik yang bertanggungjawab kepada presiden yang terdiri dari unsur profesional yang akan mengelola.

Dan pembentukan BPKH, Bapak Pimpinan dan Anggota Majelis Hakim. Ini adalah salah satu reform terbesar di Kementerian Agama untuk menjawab tudingan bahwa Kementerian Agama adalah melakukan tiga fungsi sekaligus. Regulator, operator, dan pengawas haji. Dengan pemisahan pengelolaan keuangan haji dari Kementerian Agama, ini salah satu reform yang terbesar. Jadi nanti Kementerian Agama tidak akan mengelola uang, Bapak. Pemerintah di sini adalah BPKH badan hukum publik. Jadi tidak ada lagi Kementerian Agama bersinggungan yang tadi … yang disampaikan oleh Yang Mulia Bapak Hakim Suhartoyo tadi. Jadi tidak ada itu.

Jadi setoran awal itu nanti masuk ke rekening BPKH tetapi mohon bisa dilihat Pasal 26 Undang-Undang Nomor 34 butir c dan e. Di mana

BPKH berkewajiban memberikan imformasi kepada jemaah haji mengenai nilai manfaat melalui rekening virtual. Jadi rekening … masing-masing jemaah akan mempunyai rekening virtual, Pak. Di sana berapa dia dapat imbal hasil itu akan bisa dia lihat. Baik melalui websitenya masing-masing bank atau pun nanti dia bisa cek melalui rekening langsung, dia lihat perbankan. Jadi tidak ada yang ditutup-tutupi pada saat kami menyusun ini memang posisi kami di Kementerian Agama agar dana ini aman. Nanti dikelola oleh profesional, makanya kami pagari

Dokumen terkait