• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN

2) Ahli Materi

Penilaian oleh dosen ahli materi ditinjau dari aspek kebenaran konsep yang dilakukan melalui konsultasi selama proses penyusunan modul. Melalui proses konsultasi kepada dosen ahli materi, kemudian aplikasi panduan pengamatan capung disusun dengna memuat materi.

150

Antara lain: Keanekaragaman (gen,spesies,ekosistem) khususnya capung; Klasifikasi Capung; Panduan dalam mengidentifikasi capung; Keanekaragaman capung di Rawa Jombor. Selama proses konsultasi diperoleh beberapa saran dan penilaian terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah penilaian dosen ahli materi :

Tabel 38. Hasil penilaian kebenaran konsep Aplikasi Panduan Pengamatan oleh ahli materi

Ahli Materi Persentase Penilaian kebenaran konsep

Benar Salah

1. Triatmanto, M.Si 94,79 % 5,21 %

2. Suhandoyo, M.Si 90.62 % 9,38 %

3. Diagal Wisnu P, S.Si 90.62 % 9,38 %

Rata – rata 92,01 % 7,99 %

Berdasarkan hasil validasi dari dosen ahli dapat diketahui bahwa kriteria benar kemunculan terbanyak yakni 92,01 %, sedangkan kriteria salah memiliki frekuensi kemunculan sebesar 7,99 %. Artinya kriteria benar menjadi modus dalam penelitian ini. Sehingga konserp dalam aplikasi ini secara umum sudah sesuai dengan referensi. Beberapa konsep yang belum sesuai dengan referensi diperbaiki sesuai saran dari ahli materi. Berikut adalah proporsi penilaian ahli materi apabila disajikan dalam diagram pie :

151

Gambar 38. Diagram Pie Hasil Penilaian Aspek Kebenaran Konsep oleh Ahli Materi

Selain penilaian konsep kebenaran, ahli materi juga memberikan beberapa saran. Saran dosen ahli materi tersebut dijadikan acuan dalam perbaikan aplikasi. Berikut adalah saran dari dosen ahli materi: Tabel 39. Saran oleh Dosen Ahli Materi

Aspek Penilaian Saran

1. Triatmanto, M.Si a. Odonata lebih tepat jika di definiskan serangga yang kepalanya di dominasi mata dan gigi.

b. Segmen dalam bahasa indonesia adalah sekmen, antar segmen ada sekat/septum. c. Bioindikator lebih tepat jika yang

dimaksud adalah saat fase nimfa. d. Penggunaan kata sahabat petani rancu e. Artropoda berasal dari kata artros:ruas

dan podos:kaki. Yang beruas kaki bukan badannya.

f. Insecta mempunyai kaki 3 pasang yang terletak pada setiap ruas.

g. Insang pada nimfa merupakan insang trakea

h. Setiap kali bertambah besar nimfa akan berganti kulit. Pergantian kulit ini berlangsung beberapa kali.

7,99%

92,01%

Persentase Kebenaran Konsep oleh Ahli Materi

152

i. Ciri spesies yang sama adalah memiliki struktur taksonmi sama dan dapat interbreeding serta menghasilkan keturunan fertil.

j. Berikan definisi, Mata majemuk adalah...

k. Semua bagian tambahan pada makluk hidup disebut appendages/embelan. l. Bagian kaki serangga antara lain:

ruas pertama : coxa, kedua:trochanther, ketiga:femur, keempat: tibia, kelima: tarsus

2. Suhandoyo, M.Si a. Identifikasi proses melihat ciri morfologi.

b. Rancu definisi spesies masih bisa varietas. Lebih baik gunakan istilah memiliki kesamaan ciri taksonomi dan dapat melakukan perkawinan serta keturunannya fertil.

c. Capung bukan merupakan nenek moyang serangga yang ada melainkan sudah ada sejak zaman dahulu.

d. Penjelasan kurang lugas,

Zygoptera adalah ordo serangga yang bagaimana...

Anisoptera adalah ordo serangga yang bagaimana...

e. Jelaskan makanan capung dewasa dan saat nimfa berbeda

f. Sumber air akan lebih tepat jika diganti sumber perairan

g. Jelaskan apakah ecdysis, moulting dan ganti kulit sama atau berbeda.

h. Penyusunan kalimat diperbaiki, misalnya “insecta adalah serangga dengan ciri berkaki 6”.

i. Capung merupakan salah satu komponen penting dalam menyeimbangkan ekosistem.

3. Diagal Wisnu P, S.Si

a. Bedakan antara klasifikasi dan identifikasi

b. Spesies adalah unit dasar, masih ada subspesies dan varietas.

153

d. Jelaskan kenapa capung menjadi bioindikator lingkungan

e. Jelaskan lugas peran capung dalam mengontrol hama tanaman

f. Tidak semua anisoptera matanya berhimpitan (gomphidae)

g. Tidak semua zygoptera berukuran kecil. Gunakan “umumnya”

h. Capung biasa umumnya memiliki daya terbang jauh sedangkan capung jarum daya terbangnya rendah

i. Jelaskan dengan lugas, Capung saat fase Nimfa hidup di dalam air

j. Konsisten dalam penggunaan istilah misal caung jarum: zygoptera dan capung biasa: anisoptera

k. Banyak kalimat yang terlalu panjang sehingga sulit dimengerti

d. Revisi I

Revisi dilakukan dari berdasarkan hasil penyuntingan, masukan dan saran oleh dosen ahli materi dan media untuk menyempurnakan produk yang dihasilkan. Tahap ini merupakan tahap terakhir sebelum melakukan penilaian terhadap produk. Berikut merupakan beberapa perubahan pada aplikasi sebelum revisi dan setelah revisi pertama:

154

Tabel 40. Tabel perubahan aplikasi sebelum dan setelah revisi I

No. Sebelum Revisi Setelah Revisi I

1.

2. Capung masuk dalam Ordo Odonata yang diambil dari Bahasa Yunani odon (gigi) dan – ata(akhiran penamaan kelompok zoologi), sehingga diartikan kelompok serangga yang memiliki gigi.

Capung masuk dalam Ordo Odonata yang diambil dari Bahasa Yunani odon (gigi) dan – ata (akhiran penamaan kelompok zoologi), sehingga diartikan kelompok serangga yang proporsi kepalanya di dominasi mata majemuk dan gigi.

3. Perut capung memiliki bentuk memanjang, umumnya seperti tabung namun sebagian lainnya pipih. Perut capung memiliki 10 segmen/ sekat.

Perut capung memiliki bentuk memanjang, umumnya seperti tabung namun sebagian lainnya pipih. Perut capung memiliki 10 segmen, antar segmen terpisah oleh septum/sekat.

4. Secara deskriptif capung masuk dalam kerajaan animalia/ hewan. Tergolong dalam fillum arthropoda / hewan dengan tubuh beruas-ruas. Tergolong pada kelas insecta/ serangga yang memiliki 6 tungkai (kaki). Tergolong dalam ordo odonata / memiliki gigi. Odonata terbagi menjadi tiga Sub-Ordo namun hanya dua divisi yang dapat ditemukan di Rawa Jombor

Secara deskriptif capung masuk dalam kerajaan animalia/ hewan. Tergolong dalam fillum arthropoda / hewan dengan kaki beruas-ruas. Tergolong pada kelas insecta/ serangga yang memiliki 3 pasang tungkai (kaki). Tergolong dalam ordo odonata / serangga yang kepalanya di dominasi mata majemuk dan gigi. Odonata terbagi menjadi tiga Sub-Ordo namun hanya dua

155 yaitu: capung biasa (Anisoptera) dan capung jarum (Zygoptera).

Sub-Ordo yang dapat ditemukan di Rawa Jombor yaitu: capung biasa (Anisoptera) dan capung jarum (Zygoptera).

5. Keanekaragaman spesies atau keanekaragaman antar spesies, yakni beragamnya spesies akibat perbedaan jumlah dan susunan gen. Spesies adalah individu yang dapat kawin/interbreeding dengan sejenisnya dan mampu menghasilkan keturunan fertil.

Keanekaragaman spesies yakni beragamnya spesies akibat perbedaan jumlah dan susunan gen. Ciri spesies yang sama adalah dapat kawin/interbreeding dengan sejenisnya dan mampu menghasilkan keturunan fertil. 6. Capung dikenal sebagai

bioindikator lingkungan perairan dan sahabat bagi petani sebagai natural pestcontrol yang memakan hama tanaman.

Capung dikenal sebagai bioindikator lingkungan, karena nimfa capung hidup di dalam perairan tertentu, semakin tercemar semakin sedikit yang dapat bertahan hidup. Capung bermanfaat bagi petani sebagai predator yang memakan hama tanaman.

e. Uji Keterbacaan

Aplikasi yang telah divalidasi oleh ahli media dan ahli materi kemudian di revisi. Produk revisi ini kemudian di uji keterbacaan pada 3 orang Guru Biologi dan 12 orang peserta didik kelas X semester di MAN Yogyakarta III, Sleman. Hasil penilaian kelayakan modul oleh guru biologi dan peserta didik sebagai berikut :

a) Guru Biologi

Penilaian oleh guru biologi di tinjau dari empat aspek utama, yaitu aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa. Berikut adalah hasil penilaian guru terhadap aplikasi panduan pengamatan capung:

156

Tabel 41. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aplikasi Aspek Penilaian Guru Frekuensi

Sudah Baik Belum Baik

Aspek Materi 1 6 0 2 6 0 3 4 2 ∑f 16 2 % 88,88 11,12 Aspek Penyajian 1 9 0 2 8 1 3 6 3 ∑f 23 4 % 85,18 14,82 Aspek Desain 1 12 2 2 14 0 3 1 13 ∑f 39 3 % 92,85 7,15 Aspek Bahasa 1 9 0 2 9 0 3 7 2 ∑f 25 2 % 92,59 7,41

Total Frekuensi Tiap Aspek 103 11 Rata-rata Persentase 90,35 9,65 Keterangan : Guru Biologi 1. Rini Utami, S.Pd

Guru Biologi 2. Siti Mahmudah, S.Pd

Guru Biologi 3. Siti Nur Rochmah, S.Pd, MA (1) Aspek Materi

Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek materi sebesar 88,88% sudah baik dan 11,12% dikatakan belum baik oleh guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi.

157

Hasil penilaian aspek penyajian oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian materi sebesar 85,18% sudah baik dan 14,82% dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi.

(3) Aspek Desain

Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 92,85% sudah baik dan 7,15% dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi.

(4) Aspek Bahasa

Hasil penilaian aspek materi oleh Guru Biologi menunjukkan bahwa persentase aspek penyajian desain sebesar 92,59% sudah baik dan 7,41% dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum aplikasi ini sudah baik karena modus dengan persentase baik jauh lebih tinggi.

Persentase penilaian aplikasi panduan pengamatan capung secara keseluruhan ditinjau dari aspek materi, aspek penyajian, aspek desain dan aspek bahasa sebesar 90,35 %dikatakan sudah baik dan 9,65% dikatakan belum baik oleh Guru Biologi. Berikut

158

adalah proporsi penilaian kelayakan aplikasi panduan pengamatan capung oleh ahli media disajikan dalam diagram pie: Gambar 39. Diagram Pie Penilaian Kelayakan oleh Guru Biologi

Selama proses konsultasi juga diperoleh beberapa saran terhadap aplikasi yang dikembangkan. Berikut adalah saran guru biologi terhadap aplikasi yang dikembangkan :

Tabel 42.Saran oleh Guru Biologi

Aspek Penilaian Saran

Rini Utami, S.Pd a. Penjelasan materi keanekaragaman spesies kurang jelas

b. Keterangan gambar tidak jelas pada materi siapa capung itu

c. Bagian penjelasan zygoptera sebaiknya diperbaiki

d. Beberapa kata tidak baku “nampak

seharusnya tampak”

e. Ada beberapa kata yang tidak baku seperti kemendikbud dan indonesia, seharusnya diawali huruf kapital

f. Pembagian kolom zygoptera dan anisoptera membingungkan

g. Kata yang berpasangan beberapa ada yang belum diberi tanda hubung

90,35% 9,36%

Persentase Kelayakan Aplikasi Oleh Guru Biologi

159

h. Judul bab siapakah capung itu ?, disarankan diubah menjadi bagaimana kedudukan capung dalam taksonomi. Siti Mahmudah,

S.Pd

a. Disarankan menambah bagian usaha pelestarian capung dan pesan moral b. Disarankan menambah foto habitat

masing-masing lokasi sampling

c. Aplikasi ini juga sesuai digunakan untuk pengayaan

Siti Nur Rochmah, S.Pd, MA

a. Materi terlalu banyak kata. b. Sebaiknya dibuat lebih sederhana c. Tidak semua peserta didik mengenal

capung secara dekat. b) Peserta Didik

Tanggapan peserta didik terhadap kelayakan modul pengayaan ini dilakukan oleh 12 peserta didik kelas X MAN Yogyakarta III. Berikut adalah hasil penilaian kelayakan modul oleh peserta didik :

Tabel 43. Hasil tanggapan peserta didik terhadap kelayakan aplikasi Aspek penilaian

Persentase Kriteria Penilaian Kelayakan Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju Aspek Penyajian 47,92 % 47,92 % 4,16 % 0,00 % Aspek Bahasa 38,89 % 58,32 % 2,79 % 0,00 % Aspek Pelaksanaan 75,00 % 25,00 % 0,00 % 0,00 % Aspek Kemandirian 33,33 % 58,33 % 8,34 % 0,00 % Aspek Manfaat 51,67 % 48,33 % 0,00 % 0,00 % Rata-Rata Persentase 49,36% 47,58% 3,06% 0,00%

(1) Aspek Kelayakan Penyajian

Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek kelayakan isi pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkanbahwa persentase kelayakan penyajian sebesar 47,92 % dikatakan sangat setuju, 47,92 % dikatakan setuju, 4,16

160

% dikatakan kurang setuju, dan 0,00 % dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini sangat baik menurut peserta didik.

(2) Aspek Kelayakan Bahasa

Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Bahasa pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan bahasa sebesar 38,89 % dikatakan sangat setuju, 58,32 % dikatakan setuju, 2,79 % dikatakan kurang setuju, dan 0,00 % dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik.

(3) Aspek Kelayakan Pelaksanaan

Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Pelaksanaan pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan bahasa sebesar 75 % dikatakan sangat setuju, 25 % dikatakan setuju, 0,00 % dikatakan kurang setuju, dan 0,00 % dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi

161

kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini sangat baik menurut peserta didik.

(4) Aspek Kelayakan Kemandirian

Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Kemandirian pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan Kemandirian sebesar 33,33 % dikatakan sangat setuju, 58,33 % dikatakan setuju, 8,34 % dikatakan kurang setuju, dan 0,00 % dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik.

(5) Aspek Kelayakan Manfaat

Hasil tanggapan peserta didik terhadap aspek Kelayakan Kemandirian pada aplikasi panduan pengamatan capung ini menunjukkan bahwa persentase kelayakan Kemandirian sebesar 51,67 % dikatakan sangat setuju, 48,33 % dikatakan setuju, 0,00% dikatakan kurang setuju, dan 0,00 % dikatakan tidak setuju. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sangat setuju merupakan modus dalam tanggapan peserta didik karena mempunyai frekuensi kemunculan paling banyak. Disimpulkan kelayakan aplikasi ini baik menurut peserta didik.

162

Persentase tanggapan peserta didik MAN Yogyakarta III terhadap kelayakan aplikasi panduang pengamatan capung secara keseluruhan ditinjau dari 4 aspek adalah sebagai berikut : sebesar 49,36% dikatakan sangat setuju, 47,58% dikatakan setuju, 3,06% dikatakan kurang setuju, dan 0,00% dikatakan tidak setuju. Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi panduan pengamatan capung ini secara keseluruhan memiliki kelayakan sangata baik untuk digunakan. Berikut adalah proporsi penilaian kelayakan aplikasi panduan pengamatan capung oleh peserta didik yang disajikan dalam diagram pie:

Gambar 40. Diagram pie tanggapan peserta didik terhadap kelayakan aplikasi

Berdasarkan angket yang diberikan kepada peserta didik didapatkan beberapa saran dan masukan, antara lain:

Tabel 44. Saran dari peserta didik

No. Saran

1. Ditambahkan ilustrasi atau tabel penggolongan capung berdasarkan waktu aktifnya

49% 48%

3% 0%

Persentase Penilaian oleh Peserta Didik

163

2. Pada menu mengenal capung judul dan isi dibedakan warna dan ukuran font nya. Tulisannya terlalu banyak 3. Ditambahkan identifikasi bebas, sehingga pengguna

dapat memasukkan beberapa ciri capung lalu akan tersaring mana yang mendekati

4. Aplikasinya mudah dan praktis untuk dipakai mempelajari capung, saran supaya paragraf jangan terlalu panjang sehingga tidak membuat bingung.

5. Tambahkan animasi supaya lebih menarik

f. Revisi Akhir

Masukan dan saran yang diberikan oleh guru dan peserta didik dijadikan dasar untuk revisi panduan belajar sebagai revisi akhir sehingga didapatkan produk akhir berupa Aplikasi Panduan Pengamatan Capung untuk mempelajari materi keanekaragaan hayati Indonesia bagi peserta didik kelas SMA kelas X. Salah satu revisi media yakni menambahkan menu panduan identifikasi capung, sehingga pengguna mengetahui cara mengidentifikasi capung mulai dari yang sederhana seperti teknik menangkap capung hingga langkah yang rumit seperti mengidentifikasi.

164

Tabel 45. Tabel Perubahan Aplikasi Sebelum Revisi Dan Setelah Revisi Akhir

No. Sebelum Revisi Setelah Revisi Akhir

Sebelum revisi akhir, tidak terdapat kolom panduan identifikasi capung.

Setelah revisi akhir, di tambahkan kolom panduan identifikasi capung.

Sebelum revisi akhir, tidak terdapat foto lokasi-lokasi sampling capung.

Penambahan foto lokasi sampling di Rawa Jombor.

165 B. PEMBAHASAN

1. Tahap Analisis

Proses pengembangan aplikasi panduan pengamatan capung berbasis android ini diawali dengan tahap analisis. Tahap analisis ini dibutuhkan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan suatu sumber belajar. Secara umum tahap analisis ini meliputi analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar, analisis peserta didik, analisis kompetensi/kurikulum, dan analisis instruksional pembelajaran. Berikut merupakan penjabaran pada setiap tahap analisis:

a. Analisis Potensi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

Analisis pertama merupakan analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar, yakni penelitian Keanekaragaman Jenis Capung di Rawa Jombor Klaten yang dilakukan oleh Tria Septiani Subagyo. Pada tahap ini diketahui hasil apa saja yang di dapatkan dari hasil penelitian dan potensi apa yang bisa dijadikan sebagai sumber belajar. Analisis potensi hasil penelitian terbagi menjadi dua tahap, pertama hasil identifikasi jenis capung yang ditemukan di Rawa Jombor dalam penelitian Tria Septiani Subagyo dan kedua identifikasi proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar. Berikut merupakan penjabaran analisis potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar:

166

1) Hasil Identifikasi Jenis Capung Yang Ditemukan Di Rawa