• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, ahmad_junaidi@ft.unand.ac.id

Abstract

Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Anai dan DAS Siak terletak dikiri dan kanan tengah Sumatera, dipisahkan oleh Bukit Barisan. Kedua DAS memiliki karakter bertolak belakang, namun memiliki kerentanan banjir yang sama setiap tahunnya. Berbagai penanganan banjir baik secara struktur maupun non struktur sudah dilakukan oleh pemerintah setempat, namun hingga saat ini banjir masih menggenangi sebagian wilayah di kedua DAS ini. Penelitian ini dilakukan untuk memahami karakteristik kedua DAS dan membandingkan karakteristik keduanya. Penelitian terfokus pada pemetaan wilayah yang berpotensi banjir dengan asumsi bahwa wilayah tersebut merupakan DAS belum terukur (ungauged basin). Lemahnya system management data dilapangan, maka sumber data dalam penelitian ini berasal dari Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). Karakteristik wilayah, tipe dan penyebab banjir dapat didiagnosa dengan salah satunya menggunakan pemodelan ArcGIS. Berdasarkan hasil analisa, DAS Siak memiliki kerentanan banjir terhadap pengaruh pasang laut, sedangkan DAS Batang Anai memiliki kerentanan terhadap banjir debris karena alur sungai yang pendek dan kemiringan sungai yang tajam.

Kata Kunci : Banjir, model, ArcGIS, delta, Sumatera

1. PENDAHULUAN

Kelemahan dalam management data dan sistem informasi memberi dampak lesunya minat para peneliti dalam melakukan kajian ilmiah. Selain itu juga berdampak pada ketidak- akuratan dalam desain dan evaluasi terhadap implementasi pengendalian banjir. Kesalahan pengukuran di lapangan secara manual tak jarang memberikan keluaran desain yang kurang valid untuk sebuah perencanaan struktur bangunan pengendalian banjir. Perkembangan teknologi menjadi solusi yang membantu para peneliti melakukan penelitian akibat keterbatasan data lapangan. Suwargana (2010) telah membuktikan bahwa pemakaian aplikasi penginderaan jarak jauh melalui citra satelit dapat mempermudah inventarisasi dan evaluasi desain hidrologi. Hasil pengolahan DEM yang berasal data dari citra radar SRTM akan menghasilkan penilaian hidrologi penentuan aliran, seperti delineasi DAS, arah aliran, wilayah genangan, akumulasi aliran, order aliran, jaringan aliran, dan jalur sungai, panjang aliran, snap pour (David 2002; Konadu and Fosu 2009; Kraemer and Sudhanshu 2009). Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan analisa mengenai karakteristik hidrologi daerah aliran sungai (DAS) pada

Syaidul, A., Nurhamidah, Bambang, I., Ahmad, J., Studi Komparatif DAS Batang Anai dan DAS Siak dengan Pemodelan Hidrologi GIS

daerah studi. Manfaat dari penelitian ini adalah menghasilkan dasar kajian ilmiah yang kuat untuk digunakan sebagai dasar implementasi kebijakan dalam penanggulangan bencana banjir pada kawasan daerah studi.

2. STUDI PUSTAKA

Dalam kajian hidrologi, batasan wilayah selalu ditinjau berdasarkan DAS. DAS adalah Pengaliran air suatu wilayah menuju kearah sebuah sungai atau badan air. Secara fisik digambarkan mulai dari sebuah penunjukan titik outlet kearah wilayah hulu. Sebelum mengelola sebuah landscape menjadi DAS, terlebih dahulu digambarkan batas hidrologi Daerah Aliran Sungai seperti gambar dibawah ini :

Gambar 1 Daerah Aliran

Sungai

Dimana: P = Hujan yang jatuh kedalam DAS; Qo = Aliran sungai yang keluar dari outlet DAS; Ea = Evapotranspirasi; S = Perubahan tampungan air dalam DAS. Dalam banyak aplikasi software ArcGIS, selalu ada aplikasi yang berisi routing penggambaran batas wilayah hidrologi, untuk melakukan analisa-analisa hidrologi lainnya. Seperti area terakumulasinya genangan ( flow accumulation), arah aliran (flow direction) dan panjang aliran. (flow length).

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) telah menjadi sebuah sarana yang semakin penting untuk menekan persoalan air terkait pengelolaan sumberdaya air. Konsep dan teknologi SIG membantu kita mengumpulkan dan mengatur data terkait problem tertentu dan hubungan spatial masing-masing problem. Kemampuan analisa SIG menyediakan cara untuk pemodelan dan membuat informasi yang berkontribusi terhadap keputusan untuk mendukung kebijakan pengelolaan sumberdaya air dalam berbagai skala, baik lokal maupun global. Selain itu SIG juga memiliki kemampuan untuk menggambarkan karakteristik sumberdaya air untuk meningkatkan pemahaman dalam mendukung pengambilan keputusan. SIG terdiri dari empat elemen penting dalam pengoperasian yaitu: perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), data dan perangkat pendukung. Database SIG terdiri dari rangkaian lembaran peta yang secara geografis direferensi dan proyeksikan berdasarkan sistem koordinat yang sebenarnya. Masing-masing lapisan berisi

Syaidul, A., Nurhamidah, Bam

tema peta informasi menur secara bersama-sama maupun s

3. HASIL, ANALISA

Langkah pertama dalam Raster DEM. Masing-masi penginderaan jarak jauh denga masing berbeda, dimana ke Gambar 2 dan 3 merupaka Sumatera. Bagian hulu su menunjukan bahwa delinea antara grid 90 dan 30. Kont sebagian terlihat landai diba Sedangkan pada wilayah t berada di sebagian provinsi terlihat jauh lebih landai unt

(a)

Gambar 2 Arah Aliran (flow

(a)

Gambar 3 Akumulasi Alir

Grid 30

Bambang, I., Ahmad, J., Studi Komparatif DAS Batang Anai dan Pemodelan Hidrologi GIS

nurut penggunaannya. Biasanya susunan lapisa upun secara terpisah sesuai dengan kebutuhanny

SA DATA DAN PEMBAHASAN

m pemodelan hidrologi di ArcGIS yaitu asing DAS bagian kiri dan kanan Sumatera m dengan besaran grid 30 dan 90. Tingkat ketelitia a ketelitian grid 30 lebih mendekati daripad akan DAS batang Anai yang terletak dibag

sungai berada di wilayah Bukit Barisan. neasi DAS yang dihasilkan terlihat mengalami

ontur elevasi terbaca telihat sangat curam pada ibagian hilir.

h timur Sumatera yang dipisahkan oleh bukit nsi Riau yang bermuara di selat Malaka, hampir

untuk DAS yang lebih luas

(b)

flow direction) untuk DAS Batang Anai dan DA

DAS Batang Anai (b) DAS Siak

(b liran (flow accumulation) untuk DAS Batang A rid 30 (a) DAS Batang Anai (b) DAS Siak

dan DAS Siak dengan

pisan dapat digunakan nnya.

u menyiapkan data a menggunakan data litian masing-masing- pada grid 90 meter. bagian sebelah barat n. Gambar 2 dan 3 mi sedikit perbedaan pada bagian hulu dan

bukit barisan, persinya pir keseluruhan DAS

)

DAS Siak Grid 30 (a)

(b)

Syaidul, A., Nurhamidah, Bambang, I., Ahmad, J., Studi Komparatif DAS Batang Anai dan DAS Siak dengan Pemodelan Hidrologi GIS

(a) (b)

Gambar 4 Hasil deleneasi DAS Batang Anai dan DAS Siak dari data SRTM (a) DAS

Batang Anai; (b) DAS Siak

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa, potensi bencana banjir yang digambarkan oleh kedua karakteristik DAS sangat berbeda, DAS Siak memiliki kerentanan banjir terhadap pengaruh pasang laut, sedangkan DAS Batang Anai memiliki kerentanan terhadap banjir debris karena alur sungai yang pendek dan kemiringan sungai yang tajam. Hal ini berkaitan dengan tindakan penanggulangan banjir diwilayah kedua DAS tersebut dengan penanganan yang berbeda pula. Penanganan banjir yang diterapkan di DAS batang Anai tidak dapat diterapkan di DAS Siak. Untuk itu penanganan struktur dan non struktur yang dapat dipilih, mesti sesuai dengan karakteristik masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

David, R. M. (2002). Arc Hydro: GIS For Water Resources, ESRI, Redlands. EM-DAT. The International Disaster Database." Retrieved 26 February, 2010.

Fairfield, J. and P. Leymarie (1991). "Drainage networks from grid digital elevation models." Water Resources Research 27(5): 709-717.

Konadu, D. D. and C. Fosu (2009). Digital Elevation Models and GIS for Watershed

Modelling and Flood Prediction-A Case Study of Accra Ghana. Appropriate Technologies for Environmental Protection in the Developing World, Springer: 325-

332.

Kraemer, C. and S. P. Sudhanshu (2009). Automating ArcHydro for Watershed Delineation. Proceedings of the 2009 Georgia Water Resources Conference, held at the University of Georgia.

Nurhamidah, N. v. d. Giesen, et al. (2011). Flooding in delta's Southeast and East Asia: the implications. World delta Summit. Jakarta.

Nurhamidah, N. van de Giesen, et al. (2011). "Subsidence and Deforestation: Implications for Flooding in Delta's Southeast and East Asia." International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology 1(6): 658-663

Syaidul, A., Nurhamidah, Bambang, I., Ahmad, J., Studi Komparatif DAS Batang Anai dan DAS Siak dengan Pemodelan Hidrologi GIS

S.N.Ghosh (2006). Flood Control And Drainage Engineering, Taylor and

Francis/Balkema, The Netherlands.

Suwargana, N. (2010). Model Kajian Sebaran Run-off untuk Mendukung Pengelolaan Sistem DAS Menggunakan Data Penginderaan Jauh (Studi kasus DAS Ciliwung), Prosiding Seminar Nasional Limnologi V.

Tarboton, D. G. (1997). "A new method for the determination of flow directions and upslope areas in grid digital elevation models." Water Resources Research 33(2): 309-319.

Tarboton, D. G. (2003). Terrain Analysis Using Digital Elevation Models In Hydrology. 23rd ESRI international users conference, San Diego, California.

Tarboton, D. G. (2005). Terrain Analysis Using Digital Elevation Models (TauDEM), Utah State University, Logan.

Tarboton, D. G. and D. P. Ames (2001). Advances in the mapping of flow networks from digital elevation data. World water and environmental resources congress, Am. Soc Civil Engrs USA.

Aidil, S., Darwizal, D., Investigasi Profil Aliran dan Volume Gerusan pada TIkungan 1200akibat Perubahan Posisi Pelimpah Bertangga

INVESTIGASI PROFIL ALIRAN DAN VOLUME