• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV/ AIDS

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP (Halaman 67-77)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

HIV/ AIDS

Berpengetahuan benar tentang pencegahan HIV/ AIDS Bolaang Mangondow 20,2 5,3 30,8 Minahasa 72,5 15,4 32,2 Kepulauan Sangihe 30,8 5,1 25,6 Kepulauan Talaud 38,8 6,0 28,1 Minahasa Selatan 63,3 11,3 63,7 Minahasa Utara 65,8 2,2 43,8 Kota Manado 77,3 20,9 72,5 Kota Bitung 68,1 5,7 57,7 Kota Tomohon 69,0 7,3 45,9 Sulawesi Utara 58,6 12,5 51,8 Sumber : Riskesdas 2007

Kasus HIV/ AIDS tertinggi ditemukan pada: usia 20-29 tahun : 50%

usia 30-39 tahun : 28% usia 40-49 tahun : 11%

kelompok umur tersebut mempunyai risiko penularan lebih tinggi untuk tertular HIV/ AIDS karena merupakan kelompok seksual aktif.

Berdasarkan jenis pekerjaan

kasus HIV/ AIDS paling tinggi adalah : Swasta/ Wiraswasta : 22 %

IRT : 17%,

PSK : 10% Pelaut : 8 %.

Hasil Riskesdas menunjukkan bahwa kesadaran

masyarakat tentang HIV/ AIDS masih pada level menengah seperti terlihat dalam tabel di bawah ini.

Secara rerata di tingkat Provinsi, 58% penduduk yang berumur ≥ 10 tahun di Provinsi Sulawesi Utara pernah mendengar tentang HIV/ AIDS. Per-sentase tertinggi di Kota Manado (77%) dan teren-dah di Kabupaten Bolaang Mongondow (20%). Secara rerata yang mempunyai pengetahuan benar tentang HIV/ AIDS hanya 12,5% atau satu di antara delapan penduduk yang berumur ≥ 10 ta-hun. Sementara yang berpengetahuan benar ten-tang cara penularan HIV/ AIDS sebesar 50% dari yang pernah mengetahui.

Gambar IV. 19.Case Notification Rate Tahun 2004 – 2008 Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Bidang PMK 2010

Gambar IV. 20.Pola penemuan kasus TBC Provinsi Sulawesi Utara tahun 2001 - 2008

Sumber : Bidang PMK 2009

b. TUBERKULOSIS

Sejak mulai di pakai di provinsi Sulawesi Utara pada tahun 1993, maka strategi DOTS telah dit-erapkan di seluruh Kabupaten/ Kota dan 95 % Puskesmas telah mengadopsi strategi ini, sisanya belum dapat dikembangkan berhubungan dengan keterbatasan sumber daya tenaga kesehatan yang akan mengimplementasikan strategi ini terutama

di puskesmas pemekaran

Trend penemuan kasus pada 5 tahun tera-khir tergambar pada Grafik Case Notification Rate di bawah ini.

Fokus penemuan tetap pada penderita BTA positif untuk menuntaskan sumber penularan,

tanpa meninggalkan kasus lainnya, sepertin terli-hat dalam grafik 6 di bawah ini.

0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 4 0 0 0 5 0 0 0 B T A P O S I T I F 1 7 3 7 1 7 1 5 2 3 9 3 3 0 5 5 3 3 4 4 4 1 4 9 3 7 5 3 4 0 5 4 B T A N E G A T I F 2 7 5 5 5 0 5 8 1 7 1 7 7 4 7 5 2 2 5 1 9 4 8 5 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 146 158 190 167 184 163 0 40 80 120 160 200 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar IV. 21.Penderita baru BTA positif (CDR) di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

Sumber : Bidang PMK 2010

Gambar IV. 22.Error rate hasil cross check di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2004 - 2009

Sumber : Bidang PMK 2010

Angka penemuan kasus baru pada be-berapa tahun terakhir ini menggambarkan fluk-tuasi yang bukan disebabkan oleh pergeseran

epi-demiologis, tetapi lebih banyak disebabkan oleh dinamika program, seperti terlihat dalam grafik di bawah ini.

Kualitas Diagnosa TB menunjukkan perkem-bangan yang cukup baik dimana sejak tahun 2004 Error rate cross check slide selalu dibawah <5 % atau sesuai dengan standar yang diharapkan.

Meskipun demikian masih terdapat kabupaten/ kota yang bermasalah dan perlu untuk lebih di bina karena pencapaian error rate yang diatas 5% seperti kabupaten Sitaro dan Kabupaten Sangihe. 0 20 40 60 80 100 120 140 123 121 95 94 87 85 76 73 71 69 67 54 53 51 49 80 3 1 2 3 3 2 0 1 2 3 4 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar IV. 23.Data Cure rate penderita baru BTA (+) per kab/ kota di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

Kegiatan pembinaan pengobatan selama tahun 2008 terakhir ini berlangsung cukup baik dimana angka kesembuhan mencapai diatas 85 %

di seluruh Kabupaten/ Kota, kecuali kota Manado yang hanya 75 % seperti terlihat pada grafik di bawah ini. Sumber : Bidang PMK 2010 0 20 40 60 80 100 100 100 99 98 96 96 95 92 91 89 86 86 85 75 88 % 5.KUSTA

Perubahan visi Program penanggulangan kusta dari orientasi eliminasi kemudian bergerak kearah kesinambungan program yang berkualitas di lapangan, melahirkan beberapa kebijakan baru yang lebih memperhatikan aplikasi teknis pelaya-nan kusta yang berkualitas dari level Puskesmas ke level rujukan. Ekspansi program kearah

kegiatan rehabilitasi medik maupun sosial ekonimi juga mulai dijajaki. Akan tetapi secara epidemiolo-gis masalah kusta di Sulawesi utara terlihat sangat statis. Perlangsungan penyakit dan beberapa fak-tor lainnya yang masih belum terjawab diperkira-kan menyebabdiperkira-kan hal ini.

Gambar IV. 24.CDR Kusta (/ 100.000 penduduk) di Sulawesi Utara dalam 10 tahun terakhir

12,5 13,6 19,7 23 28 23 20 21 19 19 0 5 10 15 20 25 30 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Gambar IV. 25.Proporsi cacat 2 dan proporsi anak tahun 1999—2009

Sumber : Bidang PMK 2010

Kecenderungan penemuan kasus anak di Propinsi Sulawesi Utara memperlihatkan gambaran kenaikan. Jumlah secara absolut juga sangat bermakna yakni 56 kasus, dengan jumlah t erbanyak dat ang dari Bit ung, Bolaang Mongondow, Sitaro dan Talaud. Hasil ini bersinergi dengan kegiatan penemuan kasus di daerah tersebut dan juga riwayat dari kasus-kasus yang ada di propinsi Sulawesi Utara yang datang dari lokasi-lokasi tersebut. Gambaran ini memang sesuai dengan analisis pada beberapa tahun yang lalu yaitu di kabupaten Bolaang Mongondow dan Sitaro masih terjadi transmisi penyakit ini di masyarakat. Sedangkan di Bitung hal ini disebabkan oleh masalah yang sama yaitu ’urban leprosy’. Hal yang menarik juga terlapor bahwa sebagian anak ini datang dari Puskesmas yang

sebelumnya belum pernah melaporkan adanya kasus kusta, terutama di Puskesmas yang sulit dijangkau. Ke depan nantinya perlu dilakukan analisis yang mendalam terhadap masalah ini karena kehadiran kasus anak di daerah terpencil dan akseptibilitas terbatas menggambarkan adanya sumber penularan di daerah tersebut. Angka proporsi cacat menunjukkan trend penurunan, dengan penyumbang terbesar datang dari Manado dan Minahasa. Kegiatan RVS di Minahasa dan manado berkontribusi terhadap penemuan kasus backlog di beberapa desa. Hal ini menggambarkan bahwa masih adanya kasus-kasus tersembunyi di masyarakat yang masih harus ditemukan. Oleh karenanya kegiatan RVS harus tetap dilakukan pada tahun-tahun mendatang.

Dari hasil kegiatan penemuan kasus di Sulawesi utara maka gambaran trend CDR terlihat seperti pada gambar di atas. Selang 10 tahun terakhir ini CDR tertinggi ada di tahun 2004. Hal ini disebabkan pada tahun tersebut dilaksanakan kegiatan Mini LEC di 5 Kab/ Kota dari total 9 Kab/ Kota yang ada di Sulawesi Utara saat itu. Tahun-tahun selanjutnya kegiatan penemuan kasus secara aktif hanya mengandalkan RVS selektif di beberapa kantong endemis dan penguatan

kegiat an pemeriksaan kont ak. Hasilnya menggambarkan stagnansi dan kecenderungan penurunan yang sangat lambat. CDR 19/ 100.000 pada tahun 2009 sama dengan pencapaian pada tahun 2008, walaupun pada tahun 2009 terdapat peningkatan kegiatan RVS di kabupaten/ kota karena adanya pengusulan dana tambahan di NLR dan APBD Kabupaten/ Kota, tetapi hal ini tidak serta merta meningkatkan jumlah kasus secara bermakna. 7,3 6,9 6,1 7,3 4,8 5,5 4,7 3,4 6,7 5,9 8,9 6,6 7,8 5,7 6,4 6,6 7,8 11,6 10 13,2 0 2 4 6 8 10 12 14 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah rumah yang ada di Provinsi Sulawesi Utara kurang lebih sebanyak 544.129 kegiatan pemantauan yang dilaksanakan dari tahun 2007 yaitu jumlah rumah yang dapat diperiksa sejumlah 335.541 dan yang memenuhi syarat

sebanyak 234.363 rumah atau sebesar 69,85 % , dan pada tahun 2008 jumlah rumah yang dapat diperiksa sebanyak 323.230 rumah, yang memenuhi syarat sebanyak 227.339 rumah atau sebesar 70,33 %.

G. PENYEHATAN LINGKUNGAN

1. Program Sanitasi Perumahan dan Lingkungan a. Sosialisasi Pendekatan Kabupaten/ Kota Sehat.

Sampai tahun 2009 penyebaran informasi tentang Kabupaten/ Kota Sehat telah dilaksanakan di 15 Kabupaten/ Kota. Berkenaan dengan pelak-sanaan sosialisasi, dalam rangka pembentukan forum kota sehat melibatkan seluruh lintas sek-tor / program terkait disetiap kabupaten/ kota. Dari 15 Kabupaten/ Kota, 7 kabupaten/ kota telah melaksanakan program pembentukan kabu-paten / kota sehat yaitu Kota Manado, Kota Bi-tung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Kabupaten/ Kota tersebut telah memiliki Forum Kabupaten/ Kota Sehat ataupun dengan nama lainnya yang sesuai dengan daerah masing-masing, sedangkan kabupaten / kota lainnya ma-sih dalam proses pembentukan Tim Pembina Ka-bupaten / Kota Sehat.

Untuk menentukan tatanan yang akan dipilih, masing-masing daerah menyesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan sumber daya yang dimiliki.

Pada tahun 2007 Prop. Sulawesi Utara telah mengajukan 3 (tiga ) Kab/ Kota yaitu Kabupaten

Kepulauan Sangihe, Kota Bitung dan Kota Manado untuk dinilai di tingkat Nasional dalam penilaian Kota Sehat, dan hasil yang dicapai yaitu Prop. Sulawesi Utara mendapatkan penghargaan Kota Sehat untuk Kota Manado dan Kota Bitung dengan Swasti Saba kategori Padapa. Sedangkan tahun 2009, hanya 4 Kaupaten/ Kota yang layak diusulkan untuk penilaian tingkat nasional yaitu, Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Kepulauan Sangihe. Dengan hasil yait u, Kot a Bit ung mendapat kan penghargaan Swasti Saba kategori Wiwerda sedangkan Kota Manado dan Kabupaten MinahasanUtara dengan penghargaan Swasti Saba kategori Padapa.,

b. Penyehatan Perumahan dan Lingkungan

Kondisi perumahan yang ada di Provinsi Sulut sangat bervariasi karena hal ini dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam membangun rumahnya, dan data yang ada belum merupakan hasil secara keseluruhan dari jumlah rumah yang ada di seluruh daerah t et api hanya menggambarkan dari jumlah rumah yang dapat dipantau oleh petugas di Puskesmas, namun demikian dari hasil pemantauan petugas, kualitas perumahan yang memenuhi syarat cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Gambar IV. 26.Trend % Rumah Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007 s/ d 2009 Sumber : Bidang PMK 2010 69 69 70 70 71 2007 2008 2009 69,85 69,33 70,33

Hasil kegiatan yang dilaksanakan pada ta-hun 2008 yaitu, pemantauan sebanyak 266.104 unit jamban. Dari sejumlah jamban yang dapat diperiksa tersebut hasilnya menunjukkan bahwa jumlah masyarakat yang memanfaatkan / meng-gunakan jamban sebanyak 78.480 atau sebesar 70,50 % %, sedangkan untuk tahun 2009 menun-jukkan adanya penurunan jumlah jamban yang dipantau yaitu sebanyak 365.879 jamban yang dapat diperiksa, dan dari jumlah tersebut terjadi peningkatan sebesar 301.010 unit jamban yang digunakan masyarakat 272.006 atau sebesar 74,34 %.

Dari jumlah jamban yang dapat diperiksa tersebut, hanya menunjukkan kuantitas / jumlah dan belum menggambarkan segi kualitasnya. Dengan kondisi yang demikian memungkinkan timbulnya kasus penyakit yang berhubungan dengan masalah

pembuangan kotoran manusia yang tidak memenuhi syarat kesehatan.

Disamping masalah penyakit yang mungkin dapat timbul tersebut diatas, yang menyebabkan terjadinya penurunan pemanfaatan jumlah jamban keluarga yang ada mungkin disebabkan karena sering terjadinya bencana alam sehingga jamban tersebut tidak / belum dimanfaatkan lagi.

d. Sarana Pembuangan Air Limbah.

Penyehatan Sarana Pembuangan Air Limbah yang ada dipermukiman masyarakat pada umumnya dengan sistem terbuka dan masih banyak yang di wilayah desa / kelurahan dengan sistem peresapan secara individu karena belum tersedianya riol yang disediakan oleh pemerintah. Sehingga yang menggunakan sistem riolering biasanya didaerah pusat perkotaan dan di pusat ibukota kecamatan.

Dari data tersebut diatas dapat dilihat penurunan jumlah rumah yang diperiksa akan tetapi jumlah rumah yang memenuhi syarat t erdapat peningkatan dari 69,33% menjadi 70,33 %.

Hasil yang dicapai untuk penyehatan perumahan tersebut telah mencapai target yang ditetapkan pada tahun 2009 yaitu sebesar 70 %.

C. Penyehatan tempat pembuangan kotoran manusia.

Dalam pelaksanaan pemantauan dan pengawasan pemanfaatan jamban keluarga, pet ugas melaksanakan kegiat an tersebut bersamaan pada saat melakukan pemantauan penyehatan perumahan.

Gambar IV. 27.Trend % jamban Yang Memenuhi Syarat (MS) Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007 s/ d 2009 Sumber : Bidang PMK, 2010 58 60 62 64 66 68 70 72 74 76 2007 2008 2009 63,69 70,50 74,34

Dari hasil pemantauan di lapangan menun-jukkan bahwa dari jumlah yang dapat diperiksa pada tahun 2008 sebanyak 227.527, yang me-menuhi persyaratan hanya sebesar 112.627 atau 46,12 %, untuk tahun 2009 yang dapat diperiksa sebanyak 2188.254 dan yang memenuhi per-syaratan sejumlah 75.386 atau sebesar 40,04 %, Dari data tersebut diatas dapat dilihat adanya peningkatan jumlah SPAL yang diperiksa, hal ini

dengan kondisi yang demikian, factor ini dapat mempengaruhi kualitas lingkungan yang demikian ini dapat digunakan vector sebagai media penula-ran penyakit.

Capaian kegiatan dapat dilihat seperti dibawah ini .

Gambar IV. 28.Tren % SPAL Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007—2009

e.Program TP3 Pestisida e.Program TP3 Pestisida

Pengawasan Tempat Pengelolaan Pestisida. Dari hasil pemantauan terhadap Tempat Penyimpanan, Pengolahan dan Penjualan Pestisida di Provinsi Sulawesi Utara, hasilnya menunjukkan peningkatan kualitas dalam penanganan pestisida yaitu pada tahun 2007 dari

103 yang diperiksan Tempat Pengelolaan Pestisida yang memenuhi syarat sebanyak 92 atau sebesar 89,32 %, dan pada tahun 2008 dari 103 TP Pestisida yang diperiksa, yang memenuhi syarat 92 atau sebesar 89,32 %. Untuk tahun 2009 program ini tidak terpantau sebagaimana mestinya karena keterbatasan dana serta tidak d dilaporkan hasil kegiatan dari kabupaten/ kota. Sumber : Bidang PMK, 2010

Sumber : Bidang PMK, 2010

Gambar IV. 29.Tren % TP PESTISIDA Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007—2009 36 38 40 42 44 46 48 2007 2008 2009 46,12 46,12 40,40 40 50 60 70 80 90 2007 2008 2009 89,30 89,30 0,00

F. Program Hygiene Sanitasi Tempat Tempat Umum.

Kondisi tempat-tempat umum di Provinsi Sulawesi Utara selama periode 2008 - 2009 adalah sebagai berikut, pada tahun 2008 kegiatan yang dilaksanakan yaitu dengan pengawasan pada 2.777 TTU yang diperiksa dan yang memenuhi syarat sebanyak 2.183 atau sebesar 78,6 % , sedangkan pada tahun 2009 dari 629 TTU yang

diperiksa yang memenuhi syarat 429 atau sebesar 68,20 %, hasil tersebut tidak dapat dibandingkan karena jumlah yang diperiksa sangat berbeda, karena ini dipengaruhi oleh kemampuan dan ketersediaan sarana yang ada, namun dari hasil tersebut masing-masing telah menunjukkan hasil yang cukup yaitu diatas 70 % yang memenuhi syarat.

g. Pengawasan TPM.

Pen gaw asan / p emer i ksaan Tem p at Pengolahan Makanan dan Minuman di Provinsi Sulawesi Utara juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan..Jumlah TPM yang dapat diperiksa pada tahun 2008 sebanyak 1.823 dan yang memenuhi syarat sebanyak 1.403 atau

sebesar 77 %, dan pada tahun 2009 dari 727 TPM yang diperiksa, yang memenuhi syarat sebanyak 514 atau sebesar 70,7%.

Dari hasil tersebut menunjukkan adanya penurunan TPM yang diperiksa, tetapi jumlah TPM yang memenuhi syarat masih di atas 70 %.

Gambar IV. 31.Tren % TPM yang memenuhi syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007-2009

Gambar IV. 30.Tren % TTU Yang Memenuhi Syarat Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2007-2009 Sumber : Bidang PMK 2020 40 50 60 70 80 90 2007 2008 2009 73,80 77,00 70,70 40 50 60 70 80 90 2007 2008 2009 78,60 78,61 68,20 Sumber : Bidang PMK 2010

h. Program Pengawasan Kualitas Air.

Program Pengawasan Kualitas Air bertujuan untuk memantau akses masyarakat terhadap air bersih dari segi kuantitas terlebih memperhatikan dan memantau kondisi kualitasnya .

Hasil pelaksanaan Program Pengawasan Kualitas Air adalah sebagai berikut :

Dalam rangka pelaksanaan program pengawasan kualitas air di 15 Kabupaten/ Kota, untuk kegiatan penyediaan air bersih pedesaan dan perkotaan penekanannya lebih besar diberikan kepada peran serta masyarakat dalam pencarian sumber air, perencanaan pembangunan sarana serta pemanfaatan dan pemeliharaannya.

Ada beberapa sarana yang menjadi obyek dalam pelaksanaan tugas pengawasan kualitas air adalah sebagai berikut :

Ledeng (PDAM), Depot Air Minum (Air Isi Ulang), PMA, PAH, PP Non PDAM, SGL, SPT, Sumur Bor, Kolam Renang, Pemandian Umum, Sungai, Danau dan lain – lain.

Untuk penyediaan air bersih pedesaan perhatian lebih besar diberikan kepada peran serta masyarakat dalam penyiapan sumber air bersih.

Cakupan air bersih sampai dengan tahun 2006 di pedesaan sebesar 58,79 % , tahun 2007 terjadi peningkatan yaitu 60, 33% sedangkan untuk untuk daerah perkotaan tahun 2007 adalah 61,32 % pedesaan 57 %. Sedangkan tahun 2008 perkotaan 60,37 % dan pedesaan 57 %. Penurunan cakupan disebabkan adanya bencana banjir yang mengakibatkan rusaknya sarana air bersih di daerah bencana.

Gambaran mengenai situasi sumber daya kesahatan dikelompokkan menjadi sarana hatan, tenaga kesahatan dan pembiayaan kese-hatan.

A. SARANA KESEHATAN

Sarana kesehatan meliputi puskesmas, rumah sakit (rumah sakit umum dan rumah sakit khusus), sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) dan Pedagang Besar farmasi/ Apotik/ Toko Obat.

1. Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan

tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam me-melihara kesehatan masyarakat.

Pada tahun 2009 jumlah puskesmas di selu-ruh Sulawesi Utara sebanyak 159 unit. Jika diban-dingkan dengan tahun 2008 terdapat peningkatan 10 unit dari jumlah sebelumnya 149 unit.

Adapun distribusi puskesmas menurut jenis pe-layanan (perawatan dan non perawatan) se kabu-paten/ kota di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 dapat dilihat pada gambar berikut.

BAB V

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP (Halaman 67-77)

Dokumen terkait