• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Sulawesi Utara di tahun 2009 adalah Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Ta-hun 2009. Dengan demikian dapat dikatakan Buku Profil Kesehatan ini pada intinya berisi berba-gai data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di Su-lawesi Utara pada tahun 2009. Selain itu Buku Profil Kesehatan dapat digunakan untuk membuat perencanaan ke depan.

Oleh karena kedudukannya yang sangat strategis itu, penyusunan Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini perlu disusun dengan cermat dan sedapat mungkin diusa-hakan kesesuaian antara berbagai sumber data yang menjadi acuan dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan ini, baik data yang berasal dari lingkungan Dinas Kesehatan tingkat Provinsi, Tingkat Kabupaten/ Kota maupun dengan sektor terkait dari berbagai tingkatan administrasi.

Isi Buku profil Kesehatan dimulai dengan Pendahuluan, Gambaran Umum Pembangunan Kesehatan Daerah, Pencapaian Pembangunan Kesehatan, Upaya Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Penutup dan Daftar Pustaka.

Buku Profil Kesehatan ini disajikan dalam bentuk hard copy (pencetakan buku) dan soft copy (CD), dan dapat diakses dalam website resmi Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dengan alamat http:www.depkes.go.id/ dinkessulut

Kepada tim yang telah bekerja keras serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Buku Profil Kesehatan ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih.

Kami menyadari bahwa data yang tersedia dan bentuk penyajian dalam Buku Profil Kesehatan ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan masukan dari pengguna untuk perbaikan buku ini di masa mendatang. Semoga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini dapat bermanfaat.

Manado, Oktober 2010

Kepala Balai Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan

Dr. Nora Lumentut

NIP. 196201081996032001

(4)

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas ber-kat dan karuniaNya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 dapat diterbitkan sebagai wujud kerja keras dan partisipasi seluruh jajaran lingkup Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara.

Saya menyambut baik terbitnya Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009 ini karena di era informasi dan teknologi sekarang ini, semakin dirasakan bahwa data dan informasi kesehatan sangat dibutuhkan, baik untuk manajemen kesehatan, pelaksanaan pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan serta dapat digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi.

Oleh karena itu perlu dibangun kerjasama dalam mengembangkan “Data Kesehatan” dengan cara meningkatkan koordinasi dalam pertukaran data dan informasi baik di lingkungan Dinas Kesehatan tingkat Provinsi, tingkat Kabupaten/ Kota maupun dengan sektor terkait di berbagai tingkatan administrasi. Kerja sama tersebut dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas data yang dibutuhkan untuk manajemen kesehatan.

Tak ada gading yang tak retak, saran dan kritik untuk penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan, kerja sama yang telah dibina dalam proses penyusunan buku ini harus terus ditingkatkan.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam menyumbangkan usulan, pikiran, data dan informasi dalam pembuatan Buku Profil ini.

Semoga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara ini dapat bermanfaat.

Manado, Oktober 2010

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara

Dr. MAXI R. RONDONUWU, DHSM

NIP. 140 268 410

KATA SAMBUTAN

(5)

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR GAMBAR v

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II GAMBARAN UMUM 3

A. KEPENDUDUKAN 4

B. KEADAAN EKONOMI 4

C. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 6

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 9

A. UMUR HARAPAN HIDUP 9

B. MORTALITAS 9

C. MORBIDITAS 18

D. STATUS GIZI 33

BAB V UPAYA PELAYANAN KESEHATAN 35

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 35

B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN 44

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 50

E. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 54

F. PEMBERANTASAN PENYAKIT 56

G. PENYEHATAN LINGKUNGAN 62

BAB VI SUMBER DAYA KESEHATAN 67

A. SARANA KESEHATAN 67

B. TENAGA KESEHATAN 72

C. PEMBIAYAAN KESEHATAN 75

BAB VII PENUTUP 79

(6)

DAFTAR TABEL

TABEL I.1. LUAS WILAYAH, JUMLAH PENDUDUKDAN KEPADATAN PENDUDUK

MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

4

TABEL I.2. PERBANDINGAN IPM KABUPATEN / KOTA TAHUN 2008-2009 6

TABEL I.3. KOMPONEN PENYUSUN IPM MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

7

TABEL IV.1. DATA PUSKESMAS,TENAGA KESEHATAN DILATIH MTBS DAN SDIDTK

PADA TAHUN 2009

35

TABEL IV.2. DATA PUSKESMAS, TENAGA KESEHATAN DILATIH MANAJEMEN

ASFIKSIA DAN BBLR PADA TAHUN 2009

36

TABEL IV.3. JUMLAH BIDAN / BIDAN DESA & BIDAN KIT TAHUN 2009 40

TABEL IV.4. JUMLAH PUSKESMASDAN RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA YANG

MAMPU MELAKSANAKAN PONED & PONEK

40

TABEL IV.5. JUMLAH DUKUN DAN DUKUN YANG BERMITRA DI PROVINSI SULAWESI

UTARA S/ D TAHUN 2009

41

TABEL IV.6. REKAPITULASI KEGIATAN BKMM TAHUN 2009 44

TABEL IV.7. KUNJUNGAN PENDERITA DI BKMM TAHUN 2006– 2009 45

TABEL IV.8. 10 PENYAKIT YANG DITEMUKAN DI BKMM T.A. 2006– 2009 46

TABEL IV.9. ANGKA KEBUTAAN YANGDITEMUKAN DI BKMM TAHUN 2006-2009 46

TABEL IV.10. KEGIATAN OPERASI MATA TAHUN 2006-2009 46

TABEL IV.11. KUNJUNGAN PASIEN TAHUNPADA KEGIATAN LUARGEDUNG

2006– 2009

47

TABEL IV.12. KUNJUNGAN PASIEN TAHUNPADA KEGIATAN LUARGEDUNG 2006–

2009

47

TABEL IV.13. ANGKA KEBUTAAN YANGDITEMUKAN DI LUARGEDUNGTAHUN

2006-2009

47

TABEL IV.14. JENISOPERASI YANGDILAKUKAN DI LUARGEDUNGTAHUN 2006-2009 47

TABEL IV.15. KABUPATEN,KECAMATAN, PUSKESMAS DAN NAMA PULAU YANG

TER-MASUK DTPK SULAWESI UTARA TAHUN 2009

48

TABEL IV.16. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DAN JPKM

KABUPATEN / KOTA TAHUN 2009

50

TABEL IV.17. HASIL CAKUPAN PROGRAM GIZI TAHUN 2000—2009 51

TABEL IV.18. JENIS, WAKTU KEJADIAN DAN KAB/ KOTA TERDAMPAK 55

TABEL IV.19. PERSENTASE PENDUDUK10 TAHUN KE ATASMENURUT

PENGETAHUAN TENTANG HIV/ AIDS DAN KABUPATEN/ KOTA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

57

TABEL V.1. PERBANDINGAN DANA KESEHATAN DEKONSENTRASI PROVINSI

SU-LAWESI UTARA TAHUN 2005-2009 (X 1.000)

(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR II.1. PETA WILAYAH PROVINSI SULAWESI UTARA DAN 13 KABUPATEN/ KOTA TAHUN

2009

3

GAMBAR II.2. PROPORSI LUAS KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 3

GAMBAR II.3. PDRB PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2005 - 2009 (TRILIUN RUPIAH) 5

GAMBAR II.4. STRUKTUREKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 5

GAMBAR II.5. PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2001 - 2009 5

GAMBAR III.1. TREN UMUR HARAPAN HIDUP PROVINSI SULAWESI UTARA 9

GAMBAR III.2. PERBANDINGAN AKB NASIONAL DAN PROVINSI SULAWESI UTARA 10

GAMBAR III.3. PERBANDINGAN AKN, AKB DAN AKABA PROPINSI SULAWESI UTARA DENGAN

PROPINSI LAIN SE INDONESIA MENURUT SDKI 2007

11

GAMBAR III.4. PERSENTASE PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL DI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 11

GAMBAR III.5. PERSENTASE PENYEBAB KEMATIAN BALITA ( 0—4 TAHUN) PROVINSI SULAWESI

UTARA TAHUN 2009

12

GAMBAR III.6. PERBANDINGAN JUMLAH KEMATIAN BAYI PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT

KAB/ KOTA TAHUN 2008 DAN 2009

12

GAMBAR III.7. PETA DISTRIBUSI KASUS KEMATIAN BAYI PROPINSI SULAWESI UTARA 13

GAMBAR III.8. PERBANDINGAN ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL NASIONAL DAN SULAWESI

UTARA

14

GAMBAR III.9. JUMLAH KEMATIAN IBU DAN AKI DI PROPINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2007-2009

15

GAMBAR III.10. DISTRIBUSI JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KABUPATEN/ KOTA SE PROPINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009

15

GAMBAR III.11. PETA DISTRIBUSI KASUS KEMATIAN IBU DI PROPINSI SULAWESI UTARA

MENU-RUT KAB/ KOTA TAHUN 2009

16

GAMBAR III.12. PERSENTASE PENYEBAB LANGSUNG KEMATIAN IBU DI PROVINSI SULAWESI

UTARA TAHUN 2009

16

GAMBAR III.13. SEPULUH (10) BESAR PENYAKIT MENULAR MENONJOL DI SULAWESI UTARA

TA-HUN 2009

18

GAMBAR III.14. JUMLAH KASUS AFP PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 20

GAMBAR III.15. NON POLIO AFP RATE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2005-2009 20

GAMBAR III.16. JUMLAH KASUS HIV/ AIDS PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 1997 - 2009 21

GAMBAR III.17. DISTRIBUSI KASUS HIV/ AIDS TOTAL TAHUN 1997S/ D FEBRUARI 2010 MENURUT

KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA

22

GAMBAR III.18. PENDERITA MALARIA KLINIS DAN AMI DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2005 – 2009

23

GAMBAR III.19 DISTRIBUSI KASUS MALARIA KLINIS KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA

TAHUN 2009

24

GAMBAR III.20 SPR KASUS MALARIA KLINIS SEPROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2005 S/ D

2009

(8)

GAMBAR III.21. JUMLAH KASUS DBD DAN KEMATIAN SELANG TAHUN 2005-2009 25

GAMBAR III.22. GRAFIK IR DAN CFR DBD 2005 - 2009 26

GAMBAR III.23. KASUS DBD DAN KEMATIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA MENURUT

BULAN TAHUN 2009

26

GAMBAR III.24. DISTRIBUSI KASUS DBD MENURUT BULAN SE PROVINSI SULAWESI UTARA

TAHUN 2005-2009

27

GAMBAR III.25. PETA DISTRIBUSI KASUS DBD DI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 27

GAMBAR III.26. CDR TB PARU PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 28

GAMBAR III.27. HASIL PENGOBATAN (CURE RATE) TB PARU PROVINSI SULAWESI UTARA

TA-HUN 2009

29

GAMBAR III.28. KASUS DIARE BALITA DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 30

GAMBAR III.29. DISTRIBUSI KASUS PENUMONIA BALITA SE PROPINSI SULAWESI UTARA

TA-HUN 2009

31

GAMBAR III.30. KASUS GIGITAN DAN LYSSA DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2003 - 2009

31

GAMBAR III.31. KASUS GIGITAN DAN PEMBERIAN VAR DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2003 - 2009

32

GAMBAR III.32. DISTRIBUSI KASUS GIGITAN DAN LYSSA PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2009

32

GAMBAR III.33. DISTRIBUSI KASUS GIZI BURUK KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

33

GAMBAR IV.1. CAKUPAN PELAYANAN K1 IBU HAMIL PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2009

37

GAMBAR IV.2. CAKUPAN PELAYANAN K4 IBU HAMIL PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2009

37

GAMBAR IV.3. CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN PROVINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009

38

GAMBAR IV.4. PERSENTASE DISTRIBUSI PENOLONG PERSALINAN PROVINSI SULAWESI

UTARA

38

GAMBAR IV.5. DETEKSI IBU HAMIL RISTI/ KOMPLIKASI KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009

39

GAMBAR IV.6. GRAFIK CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL (KN LENGKAP)

PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

39

GAMBAR IV.7. CAKUPAN UCI DESA KAB/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 41

GAMBAR IV.8. PETA UCI DESA PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 42

GAMBAR IV.9. CAKUPAN IMUNISASI DPT1-HB1 PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 42

GAMBAR IV.10. CAKUPAN DO (DPT1-CAMPAK) KABUPATEN/ KOTA SE-PROVINSI SULAWESI

UTARA TAHUN 2009

43

GAMBAR IV.11. CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA INFORMAL PROVINSI SULAWESI

UTARA TAHUN 2009

48

GAMBAR IV.12. KUNJUNGAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA DI PUSKESMAS SE PROVINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009

(9)

GAMBAR IV.13. .

CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA N/ D KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

52

GAMBAR IV.14. CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VIT A PADA BAYI BULAN FEBRUARI DAN

AGUSTUS KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

52

GAMBAR IV.15. CAKUPAN PEMBERIAN KAPSUL VIT A PADA ANAK BALITA BULAN FEBRUARI

DAN AGUSTUS KABUPATEN/ KOTA SE PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009

53

GAMBAR IV.16. CAKUPAN PEMBERIAN TABLET BESI FE-1 DAN FE-3 DI PROVINSI SULAWESI

UTARA TAHUN 2008

54

GAMBAR IV.17. JUMLAH KASUS HIV/ AIDS PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 1997 - 2009 56

GAMBAR IV.18. JUMLAH KASUS AIDS DAN KEMATIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

1997 S/ D 2008

56

GAMBAR IV.19. CASE NOTIFICATION RATE TAHUN 2004 – 2008 PROVINSI SULAWESI UTARA 58

GAMBAR IV.20. POLA PENEMUAN KASUS TBC PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2001

-2008

58

GAMBAR IV.21. PENDERITA BARU BTA POSITIF (CDR) DI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2009

59

GAMBAR IV.22. ERROR RATE HASIL CROSS CHECKDI PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN

2004 - 2009

59

GAMBAR IV.23. DATA CURE RATE PENDERITA BARU BTA (+) PER KAB/ KOTA DI PROVINSI

SU-LAWESI UTARA TAHUN 2009

60

GAMBAR IV.24. CDR KUSTA (/ 100.000 PENDUDUK) DI SULAWESI UTARA DALAM 10 TAHUN

TERAKHIR

60

GAMBAR IV.25. PROPORSI CACAT 2 DAN PROPORSI ANAKTAHUN 1999—2009 61

GAMBAR IV.26. TREND % RUMAH YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI

UTARA TAHUN 2007 S/ D 2009

62

GAMBAR IV.27 TREND % JAMBAN YANG MEMENUHI SYARAT (MS) KESEHATAN DI

SU-LAWESI UTARA TAHUN 2007 S/ D 2009

63

GAMBAR IV.28. TREN % SPAL YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA

TAHUN 2007—2009

64

GAMBAR IV.29. TREN % TP PESTISIDA YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI

UTARA TAHUN 2007—2009

64

GAMBAR IV.30. TREN % TTU YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA

TAHUN 2007-2009

65

GAMBAR IV.31. TREN % TPM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA

TAHUN 2007-2009

65

GAMBAR V.1. DISTRIBUSI PUSKESMAS MENURUT JENIS PELAYANAN SE PROVINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009

67

GAMBAR V.2. RASIO PUSKESMAS– PENDUDUK PROVINSI SULAWESI UTARA TAHUN 2009 68

GAMBAR V.3. PERKEMBANGAN PUSKESMAS SE SULAWESI UTARA TAHUN 2006-2009 68

GAMBAR V.4. DISTRIBUSI RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA BERDASARKAN KEPEMILIKAN

TAHUN 2009

69

GAMBAR V.5. PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT DI SULAWESI UTARA TAHUN

2006—TAHUN 2009

(10)

GAMBAR V.6. .

PERKEMBANGAN RS DI SULAWESI UTARA MENURUT KEPEMILIKAN TAHUN 2006-2009

72

GAMBAR V.7. TREN % TPM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN DI SULAWESI UTARA

DALAM PERSEN TAHUN 2006 S/ D 2008

72

GAMBAR V.8. PERKEMBANGAN POSYANDU DI SULAWESI UTARA TAHUN 2006-2009 73

GAMBAR V.9. JUMLAH DESA SIAGA DAN POSKESDES MENURUT KABUPATEN/ KOTA TAHUN

2009

74

GAMBAR V.10. PERSEBARAN TENAGA MEDIS DI PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN/ KOTA

TAHUN 2009 74

GAMBAR V.11. DISTRIBUSI TENAGA PERAWAT/ BIDAN YANG BEKERJA DI PUSKESMAS

MENU-RUT KABUPATEN/ KOTA TAHUN 2009

75

GAMBAR V.12. RASIO DOKTER PER 100.000 PENDUDUK KABUPATEN/ KOTA TAHUN 2009 75

GAMBAR V.13. KEBERADAAN JUMLAH DOKTER UMUM DAN DOKTER GIGI PTT PROVINSI

SULAWESI UTARA S/ D DESEMBER 2009

76

GAMBAR V.14. JUMLAH PESERTA DIDIK DI POLTEKKES DEPKES-MANADO MENURUT

JURU-SAN DAN PROGRAM PENDIDIKAN TAHUN 2009

77

GAMBAR V.15. DANA KESEHATAN SUMBER DEKONSENTRASI SULAWESI UTARA MENURUT

PROGRAM TAHUN 2005-2009 ( DALAM JUTA )

78

GAMBAR V.16. APBD KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA 2004-2009 (DALAM MILYAR) 79

GAMBAR V.17. PERBANDINGAN DANA KESEHATAN PROVINSI SULAWESI UTARA SUMBER

DEKONSENTRASI DAN SUMBER APBD (BELANJA PUBLIK) TAHUN 2005-2009 (DALAM MILYAR)

(11)

Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara adalah gambaran situasi kesehatan di Provinsi Su-lawesi Utara yang diterbitkan setahun sekali. Profil ini memuat data tentang kesehatan, baik yang meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Profil kesehatan juga menyajikan data pendukung lain yang berhubun-gan denberhubun-gan kesehatan seperti data kependudu-kan, data sosial ekonomi, data lingkungan. Data dianalisis dengan analisis sederhana dan ditampil-kan dalam bentuk tabel dan grafik.

Dalam setiap penerbitan Profil Kesehatan Sulawesi Utara selalu terdapat perbedaan baik dari segi materi, analisis maupun dari bentuk tam-pilan fisiknya sesuai masukan dari para pengelola program di lingkungan Dinas Kesehatan dan pe-makai pada umumnya.

Informasi yang disajikan dalam profil ini bersumber dari beberapa pihak baik dari bidang-bidang di lingkungan internal Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Kesehatan Ka-bupaten/ Kota se Sulawesi Utara maupun yang bersumber dari luar seperti kantor statistik (BPS Sulawesi Utara) dan hasil-hasil survey dan riset seperti Riset Kesehatan Daerah tahun 2007 (yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan) dan Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (Indonesia Demographic and Health Survey 2007 (yang dilaksanakan oleh Macro International bekerja sama dengan Depkes, BKKBN dan BPS)

Tujuan utama diterbitkannya Profil Kese-hatan Sulawesi Utara 2009 adalah untuk mem-berikan informasi / gambaran keadaan kese-hatan / hasil pembangunan di bidang kesekese-hatan di Provinsi Sulawesi Utara, khususnya untuk tahun 2009 dalam bentuk narasi , tabel dan gambar.

Profil Kesehatan Sulawesi Utara 2009 ini terdiri dari 6 (enam) bab yaitu:

Bab I Pendahuluan. Bab ini menyajikan

tentang maksud dan tujuan penulisan Profil Kese-hatan Sulawesi Utara serta sistematika penyaji-annya

Bab II Gambaran Umum. Bab ini

menyaji-kan tentang gambaran umum Sulawesi Utara. Se-lain uraian tentang letak geografis, demografis, administrasi, pendidikan ekonomi, bab ini juga menyajikan uraian singkat mengenai Indeks Pem-bangunan Manusia

Bab III. Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini

berisi uraian tentang situasi Derajad Kesehatan, antara lain Umur Harapan Hidup, Angka Kematian, Angka Kesakitan dan Status Gizi.

Bab IV. Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini

menguraikan hasil-hasil upaya-upaya kesehatan baik upaya kesehatan wajib seperti Kesehatan Ibu dan Anak, Perbaikan Gizi, Promosi Kesehatan, Pengendalian Penyakit Menular (dan Tidak Menu-lar), Lingkungan Sehat maupun upaya kesehatan pengembangan, termasuk uraian singkat tentang situasi jaminan pemeliharaan kesehatan masyara-kat miskin.

Bab V. Situasi Sumber Daya Kesehatan Bab

ini menguraikan tentang sarana kesehatan, ke-tenagaan pembiayaan kesehatan.

Bab VI. Penutup.

BAB I

PENDAHULUAN

(12)
(13)

Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0°15’ – 5°34’ Lintang Utara dan antara 123°07’ – 127°10’ Bujur Timur, yang berbatasan dengan Laut Sulawesi, Republik

Philipina dan Laut Pasifik disebelah utara serta Laut Maluku di sebelah timur. Batas sebelah selatan dan barat masing-masing adalah Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo.

Gambar II. 1. Peta wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2009

Luas Wilayah Sulawesi Utara tercatat 15.273,60 km2 (luas ini memang mengalami perubahan karena dihitung dengan menggunakan peta rupa bumi skala 1 : 50.000) yang meliputi sembilan kabupaten dan empat kota.

Bolaang Mongondow merupakan kabupaten terluas dengan luas wilayah 6.230,95 km2 atau 40,79 persen dari wilayah Sulawesi Utara. Pada

akhir tahun 2008 wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami pemekaran menjadi tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sehingga total seluruhnya terdapat 15 kabupaten/ Kota se Sulawesi Utara.

BAB I I

GAMBARAN UMUM

B o l m o n g , 2 3 . 2 M i n a h a s a , 6 . 7 S a n g i h e , 4 . 1 T a l a u d , 8 . 2 M i n s e l , 9 . 0 M i n u t , 6 . 1 S I T A R O , 2 . 5 B o l m u t , 1 1 . 1 M i t r a , 4 . 7 B o l s e l , 1 1 . 7 B o l t i m , 5 . 9 M a n a d o , 1 . 0 B i t u n g , 2 . 0 T o m o h o n , 1 . 0 K o t a m o b a g u , 2 . 8

Gambar II.2. Proporsi Luas Kabupaten/ Kota se propinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

(14)

Di Sulawesi Utara terdapat 41 gunung yang

tersebar pada beberapa kabupaten/ kota.

Sedangkan jumlah danau tercatat ada sebanyak 17 danau dan jumlah sungai yang mengaliri wilayah Sulawesi Utara sebanyak 30 sungai. Berdasarkan pencatatan Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi, rata-rata temperatur di Kota Manado dan sekitarnya sepanjang tahun 2007 adalah sekitar 26,2oC.

a. Kependudukan

Berdasarkan estimasi data penduduk menurut Buku Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 -2011 yang diterbitkan oleh Pusat data dan Informasi Departemen Kesehatan

RI Tahun 2009, jumlah penduduk di Sulawesi Utara tahun 2009 sebanyak 2.228.856 jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, yang tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari 100 yaitu 103,82. Jika dibandingkan dengan luas wilayah propinsi yang seluas 15.273,60 km2 maka kepadatan penduduk / km2 adalah 145,9 jiwa/ km2.

Luas wilayah, jumlah penduduk (dijabarkan menurut rumus estimasi) dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada tabel berikut.

No Kabupaten / Kota Luas Wilayah (km2 )* Jumlah penduduk ** Kepadatan penduduk (jiwa/km2) 1 Kab. Bolaang Mongondow 3,547.49 196.263 55.3

2 Kab. Minahasa 1,025.85 300.226 292.7

3 Kab. Kepulauan Sangihe 625.96 130.449 208.4

4 Kab. Kepulauan Talaud 1,250.92 74.997 60.0

5 Kab. Minahasa Selatan 1,368.41 182.818 133.6

6 Kab. Minahasa Utara 937.65 176.480 188.2

7 Kab. Kepulauan SITARO 387.07 61.781 159.6

8 Kab. Bolaang Mongondow Utara 1,696.09 80.508 47.5

9 Kab. Minahasa tenggara 710.69 95.525 134.4

10 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 1,783.54 52.122 29.2

11 Kab. Bolaang Mongondow Timur 899.42 59.401 66.0

12 Kota Manado 157.91 434.845 2753.8

13 Kota Bitung 304 180.618 594.1

14 Kota Tomohon 146.6 83.718 571.1

15 Kota Kotamobagu 431.5 119.105 276.0

Jumlah 15.273,10 2.228.856 145.9

Sumber * : BPS Sulawesi Utara, **: Depkes RI

b. Keadaan ekonomi

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2009 tumbuh 7,85 persen, meningkat dibandingkan tahun 2008 yang tumbuh sebesar 7,56 persen. Di tahun 2009, se-mua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif.

Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pengang-kutan & komunikasi yang mencapai 16,89 persen, sementara pertumbuhan terendah terjadi di

sek-tor pertanian yang hanya tumbuh sebesar 2,07 persen.

Sementara PDRB menurut harga konstan (ADHK) pada tahun 2005 sebesar 10.93 triliun, pada tahun 2009 telah mencapai 16,64 triliun, sebagaimana terlihat pada grafik II.2 di bawah.

Semakin lebarnya perbedaan nilai antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan PDRB atas dasar harga konstan yang terlihat pada gambar 2 di bawah menunjukkan semakin tingginya nilai inflasi yang terjadi di tingkat harga produsen di Provinsi Sulawesi Utara.

Tabel I.1. Luas Wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kabupaten/ Kota se Propinsi Sulawesi Utara tahun 2009

(15)

Gambar II. 4. Struktur ekonomi Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Struktur ekonomi.

Di tahun 2009, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi ter-jadi di sektor pengangkutan & komunikasi yaitu sebesar 16,89 persen, diikuti oleh sektor listrik, gas, dan air bersih yang tumbuh sebesar 14,89 persen, sektor perdagangan, hotel, & restoran

12,31 persen, sektor keuangan persewaan & jasa perusahaan 7,57 persen, sektor industri pengola-han 7,02 persen, sektor jasa-jasa 6,85 persen, sek-tor bangunan 6,10 persen, seksek-tor pertambangan & penggalian 5,50 persen, serta sektor pertanian 2,07 persen

Gambar II. 5. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2001 - 2009

Sumber : BPS 2009

Pertumbuhan ekonomi

Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sulawesi Utara mengalami peningkatan

dimana nilai pada tahun 2001 dan 2005 adalah masing-masing 2.13 dan 4.9, pada tahun 2008 dan 2009 menjadi masing-masing 7.56 dan 7.85.

Sumber : BPS 2010

Gambar II. 3. PDRBProvinsi Sulawesi Utara Tahun 2005 - 2009 (Triliun Rupiah)

(16)

Tabel II.2. Perbandingan IPM Kabupaten / Kota Tahun 2008-2009 C. Indeks Pembangunan Manusia (Human

Development Index)

Indeks pembangunan manusia digunakan sebagai alat ukur untuk melihat dampak kemajuan pembangunan, IPM tersebut menggunakan empat indicator yaitu Angka Harapan Hidup, Angka Me-lek Huruf, Rata-rata Lama Sekolah dan Penge-luaran per kapita riil. Secara nasional tahun 2009 Provinsi Sulawesi Utara berada di posisi ke- 2

na-sional dengan IPM 75,68 lebih tinggi dibanding-kan IPM tahun 2008 sebesar 75,16. Meskipun demikian jika dibandingkan dari 13 Kabupaten/ Kota, Kota Manado mempunyai ranking nasional tertinggi yaitu ranking 13, sedangkan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mencapai ranking 297, ranking terendah. . Selengkapnya seperti pada table l berikut

Sumber : BPS 2010

Jika dilihat dari indikator-indikator kesehatan dalam IPM tersebut, maka Angka Harapan Hidup di Sulawesi Utara Tahun 2009 mencapai 72,12, Angka melek huruf 99.41 %, Rata-rata lama

seko-lah 8.82 tahun dan Pengeluaran per kapita riil adalah Rp. 631,00,- sebagaimana terlihat pada tabel II.3.

KABUPATEN/ KOTA IPM RANKING NASIONAL

2008 2009 2008 2009 Bolang Mongondow 72,11 72,52 158 159 Minahasa 74,86 75,28 66 65 Sangihe 74,67 75,21 70 67 Talaud 74,34 74,83 79 78 Minahasa Selatan 73,79 74,18 89 92 Minahasa Utara 75,33 75,57 56 57 Bolmong Utara 71,84 72,27 180 182 Minahasa Tenggara 71,87 72,31 175 176

Siau Tagulandang Biaro

72,58 72,86 142 147 Bolmong Selatan 69,65 70,03 282 297 Bolmong Timur 71,49 71,85 191 196 Manado 77,28 77,79 13 13 Bitung 74,61 75,00 71 72 Tomohon 76,65 76,09 50 47 Kotamobagu 74,46 75,03 74 70 SULUT 75,16 75,68 2 2

KABUPATEN/ KOTA IPM RANKING NASIONAL

2008 2009 2008 2009 Bolang Mongondow 72,11 72,52 158 159 Minahasa 74,86 75,28 66 65 Sangihe 74,67 75,21 70 67 Talaud 74,34 74,83 79 78 Minahasa Selatan 73,79 74,18 89 92 Minahasa Utara 75,33 75,57 56 57 Bolmong Utara 71,84 72,27 180 182 Minahasa Tenggara 71,87 72,31 175 176

Siau Tagulandang Biaro

72,58 72,86 142 147 Bolmong Selatan 69,65 70,03 282 297 Bolmong Timur 71,49 71,85 191 196 Manado 77,28 77,79 13 13 Bitung 74,61 75,00 71 72 Tomohon 76,65 76,09 50 47 Kotamobagu 74,46 75,03 74 70 SULUT 75,16 75,68 2 2

(17)

Tabel II. 3. Komponen penyusun IPM menurut Kabupaten/ kota se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 Sumber : BPS 2010 No Kab/ Kota Angka Harapan Hidup (tahun) Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Seko-lah (tahun) Pengeluaran per kapita riil (.000 Rp.) 1 Bolang Mongondow 71,38 98,23 7,39 631,00 2 Minahasa 72,33 99,68 9,01 612,39 3 Sangihe 72,75 98,54 7,71 621,74 4 Talaud 71,59 99,36 8,65 633,60 5 MinSel 72,09 99,42 8,54 625,68 6 MinUt 72,40 99,70 9,09 614,47 7 Bolmong Utara 69,68 98,31 7,31 624,14 8 Minahasa Tenggara 69,90 99,48 8,09 622,01

9 Siau Tagulandang Biaro 68,46 99,68 8,30 610,08

10 Bolmong Selatan 71,25 98,31 6,10 625,12 11 Bolmong Timur 71,28 99,50 6,35 593,25 12 Manado 72,50 99,86 10,59 631,88 13 Bitung 70,35 99,13 9,20 632,04 14 Tomohon 72,39 99,84 9,89 622,79 15 Kotamobagu 71,58 99,60 9,00 624,16 SULUT 72,12 99,41 8,82 631,00

(18)
(19)

BAB III

SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat di Sulawesi Utara, maka digunakan angka-angka Umur Harapan Hidup, mortalitas dan morbiditas serta status gizi masyarakat.

A. UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR

Umur harapan hiidup (UHH) penduduk In-donesia dari tahun ke Tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada pe-riode tahun 1980-1995. Estimasi UHH sebesar 52.41 pada tahun 1980 (SP 1980) meningkat men-jadi 63,48 tahun pada tahun 1995 (SUPAS 1995),

67.97 tahun pada tahun 2000, dan menjadi 69 tahun pada tahun 2005.

UHH penduduk Sulawesi Utara juga meng-alami peningkatan, dari 64.96 tahun tahun 1997 menjadi 69 tahun pada tahun 2000 (SP 2000) ta-hun 2004 meningkat lagi menjadi 70.9 tata-hun (BPS Sulut 2004), tahun 2007 dan tahun 2008 sebesar 70,9 tahun dan 72.01 tahun dengan posisi lebih tinggi dari angka nasional yang 68.5 tahun (BPS Sulut 2009) dan tahun 2009 meningkat menjadi 72,12.

Gambar III.1. Tren Umur harapan Hidup Provinsi Sulawesi Utara

B. MORTALITAS

Untuk mengevaluasi program program ke-sehatan / pembangunan keke-sehatan yang telah di-laksanakan selama ini biasanya dihubungkan de-ngan angka kematian bayi dan anak. Angka Kema-tian Bayi (AKB) bukan hanya digunakan untuk mengevaluasi kemajuan program kesehatan tetapi juga dimanfaatkan untuk memonitor situasi de-mografi dan memberikan masukan untuk proyeksi penduduk. Selain itu juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi subpopulasi yang yang mempun-yai risiko kematian yang tinggi.

a). Angka Kematian Bayi (AKB).

Angka kematian Bayi (AKB) adalah angka probabilitas untuk meninggal di umur antara lahir

dan 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menun-jukkan kecenderungan menurun .

Berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kese-hatan Indonesia) berturut-turut tahun 1997, 2002-2003 dan 2007, AKB Indonesia adalah 46, 35 dan 34.

AKB di Provinsi Sulawesi Utara mempunyai pola yang berbeda dengan AKB nasional menurut SDKI. Jika pada tahun 1994 AKB Sulawesi Utara berdasarkan SDKI adalah 66/ 1.000 KH , menurun menjadi 48 pada SDKI 97, selanjutnya menurun tajam pada tahun 2002 menjadi 25/ 1.000 KH, tetapi tetapi di tahun 2007 meningkat menjadi 35/ 1.000 KH. 64,96 69 70,9 72,01 72,12

60

62

64

66

68

70

72

74

1997 2000 2004 2008 2009 Sumber : BPS 2010

(20)

Perbandingan AKB Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara menurut tahun SDKI seperti

terli-hat pada gambar IV.2 di bawah

Gambar III. 2. Perbandingan AKB Nasional dan Provinsi Sulawesi Utara

Sumber : Indonesia Demographic Health Survey, 2008

Adapun jumlah kasus kematian bayi menurut ta-hun seperti pada gambar berikut.

Jika melihat tren/ perkembangan jumlah kematian bayi dan balita menurut tahun di Propinsi Su-lawesi Utara beberapa faktor berpengaruh terha-dap peningkatan angka kematian bayi termasuk di dalamnya status sosial ekonomi, lingkungan dan faktor biologis. Faktor sosioekonomi termasuk di dalamnya tempat tinggal, pendidikan ibu dan indeks kesejahteraan ibu. Faktor biologis terma-suk didalamnya jenis kelamin anak, usia ibu, pari-tas dan interval kelahiran. Beberapa variabel lain seperti berat waktu lahir, pemeriksaan antenatal dan penolong persalinan juga dipertimbangkan berpengaruh terhadap angka kematian bayi yang tinggi tersebut, yang untuk tahap lanjutan perlu dila-kukan studi lebih dalam. Sebagai contoh, anak-anak yang dilahirkan ibu yang tinggal di kota mempunyai angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang dilahirkan ibu yang tinggal di daerah rural, hal ini mungkin ber-hubungan dengan ketersediaan fasilitas dan prak-tek “health seeking” masyarakat yang tinggal di perkotaan.

Komitmen untuk terus melakukan upaya percepatan penurunan AKB secara nasional tetap diperlukan. Bayi sangat rentan terhadap keadaan kesehatan dan kesejahteraan yang buruk; karena

itu AKB merefleksikan derajat kesehatan masyara-kat yang sekaligus juga mencerminkan umur harapan hidup pada saat lahir.

Penurunan AKB menunjukan adanya peningkatan dalam kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Upaya percepatan penurunan AKB memper-hatikan kondisi yang mempengaruhi AKB, antara lain lokasi geografis, taraf sosio-ekonomi masyara-kat serta perilaku hidup sehat. Berdasarkan Risk-esdas 2007, proporsi kematian bayi pada kelom-pok umur di bawah 1 tahun di daerah pedesaan labih besar dari perkotaan, yaitu 11% di pedesaan dan 6,3% di perkotaan.

Strategi percepatan penurunan AKB mencakup: 1. Peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan

kesehatan Ibu dan bayi baru lahir / anak ber-dasarkan bukti ilmiah.

2. Kerjasama lintas programa dan lintas sector terkait, mitra lain, pemerintah, DPR, Organisasi Profesi, Swasta.

3. Pemberdayaan perempuan dan keluarga. 4. Pemberdayaan masyarakat.

(21)

Sebagai perbandingan data Angka Kematian Neonatal, Angka Kematian Bayi dan Angka Kema-tian Balita Prop. Sulawesi Utara dibandingkan

den-gan propinsi lain se Indonesia sebagaimana terli-hat pada gambar berikut.

Penyebab kematian terbesar pada neonatal tahun 2009 adalah gangguan pernafasan (36%),

diikuti prematuritas (32%) dan sepsis (12%) seperti terlihat pada gambar di atas.

Adapun penyebab kematian neonatal tersebut di atas adalah seperti grafik IV.4 berikut :

Gambar III. 4. Persentase penyebab kematian neonatal di Sulawesi Utara Tahun 2009 Gambar III. 3.Perbandingan AKN,AKB dan AKABA Propinsi Sulawesi Utara dengan

propinsi lain se Indonesia menurut SDKI 2007

Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010

(22)

Gambar III. 5.Persentase penyebab kematian balita ( 0—4 tahun) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009

Dari gambar di atas terlihat bahwa persen-tase penyebab kematian balita di Propinsi Su-lawesi Utara adalah masalah-masalah neonatal itu sendiri (36%), diikuti dengan penyakit Diare (17,2%) dan penyakit pneumonia (13 %). Penye-bab lainnya adalah kondisi malformasi congenital. Meningitis, tetanus.

Dalam tahun-tahun kedepan, khususnya mengha-dapi tahun 2015, dimana tenggat waktu dari pen-capaian indicator MDG’ s yang semakin dekat, maka diupayakan bahwa kematian anak di bawah 5 tahun dan kematian bayi adalah 2/ 3 kematian anak di bawah 5 tahun antara tahun 1990 dan tahun 2015

Jika dilihat dari kejadian menurut Kab/ Kota maka terdapat variasi kejadian kematian menurut tahun 2008 dan 2009. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kasus kematian bayi menurun dari 218 kasus pada tahun 2008 menjadi 210

ka-sus pada tahun 2009. Meskipun demikian terda-pat 2 kabuterda-paten dimana kasus kematian bayi yang terjadi meningkat pada tahun 2009 dibanding kan tahun 2008

Gambar III. 6.Perbandingan jumlah kematian bayi Provinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2008 dan 2009

Sumber : Bidang KIA Kesga, 2010

(23)

Gambar berikut memperlihatkan peta distri-busi kematian bayi di kabupaten/ kota sepanjang tahun 2009. secara gradual. Terlihat bahwa tidak ada daerah yang tidak mempunyai kasus kematian bayi ((0 kasus), dan Nampak bahwa daerah yang paling banyak bermasalah adalah di wilayah Kabu-paten Minahasa Selatan dan KabuKabu-paten Bolaang Mongondow Timur, diikuti dengan Kabupaten Talaud dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 3

daerah yang mempunyai kasus kematina bayi yang sedikit (1-3) yaitu Kota Tomohon (1), Kab. Bolaang Mongondow Selatan (2). Kot Manado (3) dan Kota Kotamobagu (3). Jika dibandingkan antara kasus tahun 2008 dan tahun 2009, dimana terdapat perubahan yang positif dari jumlah daerah yang bermasalah (wilayah merah), meskipun terdapat perubahan negatif daerah yang tidak mempunyai kasus (wilayah hijau).

Gambar III. 7.Peta distribusi kasus kematian bayi Propinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2009

(24)

Angka Kematian Balita (AKABA)

Angka kematian balita (0-4 ) tahun adalah angka probabilitas kematian anak umur umur 0-4 tahun per 1.000 anak. AKABA mengambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak dan faktor-faktor lingkungan yang ber-pengaruh terhadap kese-hatan anak Balita seperti gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Indikator ini menggam-barkan tingkat kesejahteraan sosial dan tingkat kemiskinan penduduk.

AKABA di Indonesia menurut SDKI 97, 2002-2003 dan 2007 adalah 58, 46 dan 44. AKABA di Provinsi Sulawesi Utara menurut SDKI 2007 adalah 43 yang masih lebih rendah dari angka na-sional.

Dari hasil penelitian terhadap semua kasus kematian balita yang disurvey pada SKRT 1995 dan Surkesnas 2001 diperoleh gambaran bahwa gam-baran besarnya proporsi penyebab utama kema-tian balita menunjukkan adanya pola penyakit penyebab kematian balita dimana penyakit infeksi masih merupakan penyebab kematian terbanyak. Pneumonia merupakan penyakit terbanyak penye-bab kematian diikuti oleh Diare.

Angka Kematian Ibu Maternal.

Kematian maternal didefinisikan sebagai setiap kematian ibu yang terjadi pada waktu ke-hamilan, melahirkan, atau dua bulan setelah me-lahirkan atau penghentian kehamilan. Kematian maternal juga didefinisikan sebagai proporsi ke-matian pada wanita usia reproduktif atau pro-porsi kematian pada semua wanita di usia repro-duktif yang disebabkan oleh penyebab maternal.

Analisis Angka Kemat ian Mat ernal

(MMR=Maternal Mortality Ratio) Indonesia sesuai SDKI 1994 adalah 390 per 100.000 kelahiran. Data SDKI (yang tidak dipublikasi) 1997 meng-implikasikan sedikit penurunan yaitu 334 kema-tian per 100.000 kelahiran selama periode 1993-1997. SDKI 2002-2003 mendapatkan estimasi AKI Maternal Indonesia sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran dan menurun lagi pada SDKI 2007 menjadi 228 kematian per 100.000 kelahi-ran. Angka ini semakin mendekati target nasional RPJMN sebesar 226 / 100.000 kelahiran.

Gambaran tersebut menegaskan bahwa tren AKI maternal di Indonesia menurun, diperje-las dengan analisis angka pengurangan tahunan (Annual reduction rate=ARR) antara SDKI 2002-2003 dan SDKI 2007 sekitar 5 persen, dibanding-kan ARR antara SDKI 1997 dan SDKI 2002-2003 sebesar 2 persen. Namun jika dibandingkan den-gan target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010 yaitu 125 per 100.000 kelahiran maka apabila penurunannya masih seperti gambaran di atas, maka dapat dipastikan target tersebut tidak akan dapat tercapai.

Di Provinsi Sulawesi Utara, AKI maternal menggunakan data SKRT 1992 sebesar 421 kema-tian per 100.000 kelahiran dan berdasarkan SDKI 1994 sebesar 390 kematian per 100.000 kelahiran. Sedangkan menurut SUPAS 1995 sebesar 212 ke-matian per 100.000 kelahiran. Tahun 2005 ber-dasarkan laporan Depkes bahwa situasi AKI mater-nal di Sulawesi Utara sebesar 150 kematian per 100.000 kelahiran.

Gambaran tren AKI maternal Indonesia dan Provinsi Sulawesi Utara sebagaimana terlihat pada gambar berikut.

Gambar III. 8. Perbandingan Angka Kematian Ibu maternal Nasional dan Sulawesi Utara

(25)

Sementara itu berdasarkan data yang dida-patkan dari program kesehatan keluarga, jumlah kematian ibu dalam 3 tahun terakhir mempunyai kecenderungan menetap dengan perubahan yang sangat kecil, yaitu 60 di tahun 2007, 50 di tahun 208 dan 51 di tahun 2009. Jika senadainya

terda-pat 100.000 kelahiran hidup di Sulawesi Utara, maka pada tahun 2007, 2008 dan 2009 , maka Angka kematian Ibu (Maternal Mortality Ratio di Sulawesi Utare adalah 184, 130 dan 139.

Sumber : Bidang kesga dan Gizi, 2010 Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010

60 50 51 184 130 139 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 Thn 2007 Thn 2008 Thn 2009 ∑ † Ibu AKI Gambar III. 9. Jumlah kematian ibu dan AKI di Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2007-2009

Adapun jumlah kasus menurut Kabupaten / kota seperti dilihat pada gambar di bawah, dimana kabupaten Sangihe, Talaud dan Minut merupakan wilayah yang

menyumbang jumlah yang besar dari total kasus kema-tian ibu seanyak 51 kasus

Gambar III. 10. Distribusi Jumlah kematian ibu menurut Kabupaten/ Kota se Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

(26)

Gambar berikut memperlihatkan pemetaan kasus kematian ibu sepanjang tahun 2009 ber-dasarkan data yang didapat dari program Kesga. Terlihat bahwa wilayah Minahasa Utara (7), Bitung (6), Kota Manado (6), Kab. Talaud (7) dan Kab. Sangihe (9) merupakan daerah yang paling

berma-salah dalam kematian ibu (wilayah merah) dari sisi jumlah kematian.Terdapat 2 daerah yang tidak terdapat kasus kematian ibu yaitu di Kota To-mohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

Gambar III. 12. Persentase penyebab langsung kematian ibu di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010

Adapun penyebab-penyebab langsung dari 51 kejadian kematian ibu seperti terlihat pada

gambar berikut.

Sumber : Bidang Kesga dan Gizi, 2010

P e r d a r a h a n , 2 5 , 4 9 % H i p e r t e n si , 7 , 1 4 % In f e k si , 0 , 0 % A b o r t u s, 1 , 2 % P a r t u s L a m a , 1 , 2 % L a i n - l a i n , 1 7 , 3 3 %

Gambar III. 11. Peta distribusi kasus kematian ibu di Propinsi Sulawesi Utara menurut kab/ Kota tahun 2009

(27)

Karena itulah Provinsi Sulawesi Utara mem-prioritaskan upaya kesehatan ibu dan penurunan AKI searah dengan kebijakan Departemen Kese-hatan dalam dalam menurunkan AKI yaitu mendekatkan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas kepada masyarakat untuk mewujudkan 3 pesan kunci untuk persalinan yang sehat (Making Pregnancy Safer):

1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kese-hatan terlatih.

2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditan-gani secara memadai.

3. Setiap perempuan usia subur memiliki akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus yang tidak aman.

Seperti diketahui bahwa kematian ibu dan bayi masih menjadi tantangan utama dunia. Data/ informasi yang dapat dipercaya tentang AKI/ AKB dan kecenderungannya merupakan hal yang san-gat mendasar dalam menyusun perencanaan dan kajian kemajuan program khususnya dalam penca-paian indicator MDG’ s tahun 2015 yaitu pada indi-cator ke 4 dan 5.

Sasaran MDGs 5 adalah penurunan 3/ 4 AKI dari kondisi 1990 pada tahun 2015, sehingga tar-get yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102/ 100.000 KH atau sekitar 37 kematian ibu dalam 1 tahun. Kondisi saat ini diperkirakan terda-pat 51 kematian ibu dalam satu tahun, oleh

karena itu menjadi tangung jawab bersama untuk dapat mencapai penurunan sekitar 35 % dari kondisi saat ini. Jika dilihat dari pendekatan untuk mendeterminasi kematian ibu, maka didapatkan masalah yang menjadi penyebab kematian ibu yang banyak.

Faktor determinan dari ibu sendiri, seperti ma-salah gizi, adanya penyakit menular/ penyakit lain, “4 terlalu” hingga menyebabkan komplikasi per-salinan, ditambah determinan lain seperti “terlambat merujuk” yang dipengaruhi oleh faktor geografi, ekonomi, gender, pendidikan ibu/ suami, dan budaya setempat, sehingga menyebabkan “terlambat sampai” selanjutnya “terlambat men-dapat pertolongan adekuat” yang dipengaruhi oleh faktor tenaga, sarana, obat dan manajerial.

Akibat dari semua hal tersebut adalah kematian ibu. Oleh karena itu penguatan pelayanan kese-hatan ibu tentu saja haruslah dimulai dari ke-luarga, yang dipengaruhi oleh masyarakat, peran kader dan dukun setempat, selanjutnya ke tingkat yang lebih tinggi yaitu pelayanan ANC di Po-syandu, penguatan di Puskesmas Pembantu dan Bidan di desa Poskesdes, Puskesmas (dengan memPONEKkan Puskesmas, hinga pelayanan di Rumah Sakit PONEK.

Penguatan pelayanan kesehatan ibu tersebut di-yakini pada akhirnya dapat mengurangi kasus ke-matian ibu.

(28)

C. MORBIDITAS

Angka Kesakitan penduduk diperoleh dari data yang bersumber dari masyarakat (community based data) yang diperoleh melalui survey serta hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan (facility based data) dan dikelola melalui sistem pencatatan dan pelaporan seperti pelaksanaan Surveilans Penyakit Terpadu (STP).

Berdasarkan laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007, penyakit menular untuk wilayah Sulawesi Utara dalam satu bulan terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala penyakit malaria, penyakit ini ditemukan di semua kabupaten/ kota dengan prevalensi sangat bervariasi antara 0,3%-11,2%.

Dalam 12 bulan terakhir, berdasarkan diag-nosa+gejala penyakit DBD, penyakit ini juga dite-mukan di semua kabupaten/ kota dengan preva-lensi 0,1%-0,7%. Filariasis diketemukan di lima kabupaten/ kota.

Dalam 1 bulan terakhir, berdasarkan diag-nosa+gejala penyakit ISPA diketemukan di semua kabupaten/ kota dengan prevalensi 20,5% pen-duduk, sementara dalam 12 bulan terakhir, preva-lensi TBC sebesar 0,6%, lebih rendah ketimbang angka nasional.

Prevalensi diare dalam satu bulan terakhir 5,4%, dan tertinggi di Kabupaten Kepulauan Talaud (8,8%).

Untuk penyakit tidak menular prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran cukup tinggi (31,2%), dan diketemukan dua kabupaten dengan prevalensi >40% yakni Kabupaten Minahasa dan Kota Tomohon.

Prevalensi penyakit sendi juga cukup tinggi (25%), dengan prevalensi tertinggi 34% diketemu-kan di Kabupaten Minahasa Selatan. Dalam satu tahun terakhir, berdasarkan diagnosa+gejala pen-yakit jantung, prevalensi jantung 8,2%, dan preva-lensi asma 2,7%. Secara rerata di Provinsi Sulawesi Utara hampir 1 di antara 10 penduduk (8,97%) menderita gangguan mental emosional, dan tertinggi di Kabupaten Kepulauan Talaud (20%). Prevalensi low vision dan kebutaan penduduk umur ≥ 5 tahun dalam 5 tahun terakhir 3,4 % dan 0,5%. Di Sulawesi Utara, berdasarkan diag-nosa+gejala katarak, prevalensi katarak penduduk umur ≥ 30 tahun sebesar 20%, dengan prevalensi tertinggi 34% di Kabupaten Kepulauan Talaud. Hampir satu di antara tiga penduduk di Provinsi Sulawesi Utara mempunyai masalah gigi-mulut

namun persentase yang menerima perawatan gigi baru satu di antara empat.

Sebagai negara tropis, Indonesia termasuk di dalamnya Provinsi Sulawesi Utara menghadapi permasalahan penyakit menular, diantaranya Tu-berkolosis (TB), malaria, dan Demam Berdarah Dengue (DBD) selain HIV/ AIDS dan beberapa pen-yakit lainnya.

a ) 10 penyakit menonjol

Berdasarkan pengolahan data laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota melalui sur-veilans terpadu penyakit didapatkan sepuluh be-sar penyakit menonjol di Sulawesi Utara tahun 2008 dengan urutan ranking sebagaimana pada tabel IV.2. di bawah.

Dari tabel IV. 2. di atas terlihat bahwa sama seperti laporan pada profil tahun 2008, di tahun 2009 penyakit influenza masih menjadi penyakit yang paling banyak di derita oleh masyarakat dan yang berobat ke Puskesmas diikuti oleh penyakit Diare dan malaria klinis. Meskipun demikian data 10 penyakit menonjol tersebut sangat dipengaruhi oleh kelengkapan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota yang merupakan indikator utama dari pelaksanaan surveilans terpadu pen-yakit.

Secara umum laporan STP Kabupaten/ Kota dikirimkan setiap bulan, namun beberapa Kabu-paten/ Kota tidak mempunyai cakupan kelengka-pan laporan STP 100 persen.

Sumber : Seksi Surveilans, 2010

Gambar III. 13.Sepuluh (10) besar penyakit menular menonjol di Sulawesi Utara tahun 2009

(29)

b) Acute Flaccid Paralysis (AFP)

Polio merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf. Penyakit ini umumnya menyerang anak usia 3 tahun ini dan dapat men-gakibatkan cacat seumur hidup, lumpuh layu (kecacatan) bahkan kematian. Penyakit ini tidak dapat diobati dan hanya bisa dicegah dengan pemberian imunisasi polio sebanyak empat kali pada bayi umur dibawah satu tahun.

Setalah cacar, polio merupakan penyakit yang da-pat dieradikasi dari muka bumi. Pada hakekatnya, polio belum sepenuhnya dapat diberantas total dan masih menjadi masalah kesehatan yang perlu ditangani secara seksama.

Dengan target mencapai status Indonesia Bebas Polio pada tahun 2010, Departemen Kesehatan memfokuskan strategi pemberantasan polio pada upaya surveilans Acute Flaccid Paralysis atau AFP secara ketat dan peningkatan cakupan imunisasi rutin. Starategi tersebut dijabarkan sebagai beri-kut :

1. Melaksanakan program imunisasi dasar leng-kap pada seluruh bayi dibawah satu tahun secara konsisten dan berkesinambungan. 2. Meningkatkan surveilans secara

berkesinam-bungan di seluruh wilayah Indonesia. 3. Mengamankan virus polio di laboratorium,

4. Memanfaatkan Posyandu sebagai sarana

sosialisasi sekaligus pelaksanaan imunisasi. 5. Sosialisasi pentingnya imunisasi bagi balita

melalui berbagai media secara terus menerus di seluruh wilayah Indonesia.

6. Menjalin kerjasama dengan ormas perem-puan, ormas keagamaan, toko masyarakat, serta pihak-pihak lain yang relevan untuk ber-sama-sama mendorong masyarakat melak-sanakan imunisasi bagi balita.

Target Indonesia Bebas Polio 2010 mengu-kur keberhasilan pelaksanaan strategi melalui in-dikator tercakupnya seluruh balita Indonesia (100%) dalam kegiatan imunisasi serta tidak adanya kasus serangan polio di seluruh wilayah Indonesia. Upaya program atau kegiatan yang di-lakukan mencakup :

1. Imunisasi rutin dengan sasaran anak / balita usia kurang dari 1 tahun yang bertujuan melindungi anak secara individual agar tidak terserang polio.

2. Pekan Imunisasi Nasional atau PIN yang

dilak-sanakan pada tahun 1995, 1996, 1997, 2000, 2005, dan 2006 dengan Sub-PIN dilaksanakan pada tahun 1998, 2000, 2001 dan 2006. Sa-saran PIN adalah anak usia sekolah 6 – 14 ta-hun, dengan tujuan memutuskan rantai penu-laran virus polio liar. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi sejak anak lahir sebanyak 4 kali dengan interval 6 sampai 8 minggu, yang kemudian diulang pada usia 1,5 tahun dan 15 tahun.

3. Surveilans AFP atau penemuan penderita yang dicurigai lumpuh layu pada usia dibawah usia 15 tahun, untuk kemudian diperiksa tinjanya agar dapat dipastikan apakah karena polio atau bukan.

4. Mopping-Up, yaitu pemberian vaksinasi mas-sal didaerah yang ditemukan penderita polio, terhadap anak usia dibawah 5 tahun tanpa melihat status imunisasi polio sebelumnya.

Keberhasilan program eradikasi polio secara global dinilai dari keberhasilan pelaksanaan sur-veilans AFP. Melalui pelaksanaan sursur-veilans AFP maka pendeteksian secara dini munculnya kasus polio liar yang mungkin terdapat di masyarakat dilakukan sehingga memungkinkan untuk segera dilakukan upaya penanggulangan. Terdapat 4 in-dikator pelaksanaan AFP diantaranya adalah Non Polio AFP rate anak berusia kurang dari 15 tahun. Secara nasional ditetapkan indikator non polio AFP rate 2 per 100.000 anak berusia kurang 15 tahun.

(30)

Dari grafik di atas terlihat bahwa kontribusi terbanyak pada penemuan kasus AFP adalah Kota Manado sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja surveilans AFP Kota Manado lebih baik

dibanding-kan Kabupaten/ Kota lainnya . Non Polio AFP rate Provinsi Sulawesi Utara dalam 5 tahun terakhir masih di atas indikator nasional (2.62 untuk tahun 2009) seperti terlihat pada gambar III. 15 berikut. Gambar III. 14.Jumlah kasus AFP Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009

Gambar III. 15.Non Polio AFP rate Provinsi Sulawesi Utara tahun 2005-2009

Sumber : Seksi Surveilans, 2010 Sumber : Seksi Surveilans, 2010

0 1 2 3 4 5 6 7 8 7 2 5 4 2 4 3 0 2 2 1 0 1 0 0 0 1 2 3 4 5 6 7 2005 2006 2007 2008 2009 3.5 4.6 4 5.46 6.1 2.44 2.46 2.54 2.62

(31)

c) Penyakit HIV/ AIDS

HIV / AIDS merujuk pada sindroma menu-runnya kekebalan tubuh yang berakibat fatal. HIV / AIDS telah menjadi masalah kesehatan pada tataran global, terutama pada negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Selama satu dasawarsa terakhir (1997 – 2007) ka-sus AIDS yang dilaporkan meningkat tajam, den-gan kasus AIDS terbanyak DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali. Menurut kelom-pok umur 20 – 29 tahun yaitu sebesar 54% dari keseluruhan kasus; suatu hal yang mengkha-watirkan mengingat kelompok umur ini adalah kelompok umur yang produktif, dan dapat ber-dampak buruk terhadap pembangunan sosio-ekonomi Indonesia serta berpotensi menyebab-kan umur harapan hidup menurun. Berdasarmenyebab-kan cara penularan, kasus penularan AIDS terbanyak adalah melalui penggunaan jarum suntik bersama terutama di kalangan penyalahguna NAPZA suntik (IDU).

Upaya penanggulangan penyakit HIV / AIDS ditujukan bukan hanya pada penanganan pende-rita yang ditemukan, tetapi juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini melalui upaya penjangkauan yang di-lanjutkan dengan upaya konseling.

Upaya penemuan penderita dilakukan me-lalui skrining HIV / AIDS terhadap darah donor, pemantauan terhadap kelompok beresiko pende-rita Penyakit Menular Seksual (PMS), penyalah-guna obat dengan suntik IDUs), penghuni Lapas

(Lembaga Pemasyarakatan) serta yang tidak kalah penting pemantauan dan penelitian terhadap kelompok umur beresiko rendah seperti ibu rumah tangga.

Sejauh ini belum ditemukan obat atau vaksin yang efaktif bagi kasus HIV / AIDS; pengobatan terha-dap HIV / AIDS dikelompokan sesuai tujuannya : a. Pengobatan suportif yang bertujuan

mening-katkan keadaan umum penderita, mencakup pemberian gizi yang baik, obat simtomatik, vitamin dan dukungan psikososial.

b. Pengobatab infeksi oportunistik yang dilaku-kan secara empiris

c. Pengobatan anti-retrovital (ARV) yang dapat menghambat perkembangbiakan virus HIV, namun belum dapat menyembuhkannya atau membunuh virus HIV. Pengobatan ini terbukti dapat memperbaiki kualitas hidup penderita karena kemungkinan untuk men-jadi infeksi oportunistik lebih jarang atau mu-dah diatasi.

Di Provinsi Sulawesi Utara , kasus HIV/ AIDS yang pertama kali dilaporkan pada tahun 1997, selang empat tahun terakhir terjadi peningkatan kasus yang cukup bermakna. Total kasus HIV/ AIDS di Provinsi Sulawesi Utara adalah sampai akhir tahun 2009 adalah 613 kasus dengan perincian 240 kasus HIV dan 373 kasus AIDS. Adapun dari 613 penderita, yang sudah meninggal sebanyak 96 kasus, atau masih ada 517 penderita yang masih hidup.

Gambar III. 16. Jumlah kasus HIV/ AIDS Provinsi Sulawesi Utara tahun 1997 - 2009

Sumber : Bidang PMK, 2010 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 HIV 0 0 0 3 5 5 2 9 30 61 29 55 38 AIDS 1 1 1 4 1 13 6 9 47 38 43 93 112 0 20 40 60 80 100 120

(32)

Perubahan status HIV ke AIDS yang memer-lukan waktu pada akhirnya akan mempengaruhi gambaran kurva dari tahun ke tahun pada waktu data di”update”. Diharapkan dengan pemberian ARV yang adekuat maka proses perubahan status HIV ke AIDS menjadi lebih lama atau bahkan tidak sama sekali.

Dari 15 Kabupaten / Kota se Provinsi Su-lawesi Utara maka Kota Manado, Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa adalah 3 kabupaten/ kota penyumbang kasus terbanyak, yaitu masing-masing 237, 146 dan 63 . Distibusi kasus HIV/ AIDS menurut Kabupaten/ Kota dapat dilihat pada gam-bar di bawah.

Sumber : Bidang PMK, 2010

Melihat perkembangan kasus AIDS yang menunjukkan peningkatan yang signifikan dari waktu ke waktu, Dinas Kesehatan Provinsi Su-lawesi Utara mengikuti kebijakan Departemen Kesehatan dalam hal penanggulangan yang berfo-kus pada pencegahan, yang diintegrasikan dengan perawatan, dukungan dan pengobatan. Upaya meningkatkan akses layanan kesehatan bagi penderita AIDS dilaksanakan melalui :

1. Pelayanan VCT di Rumah Sakit. Hingga akhir 2008 terdapat lima Rumah Sakit di Sulawesi Utara yang memberikan layanan terapi anti-retoviral (ARV) dan Voluntary Counselling and Testing (VCT) yaitu RSU Prof. Dr. R. D. Kan-dou-Manado, RS TNI Teling-Manado, RS Prof. Ratumbuysang-Manado, RSUD Bitung, RSU Bethesda-Tomohon

2. Meningkatkan cakupan penderita yang men-dapatkan perawatan anti-retoviral, serta meningkatkan cakupan penderita yang

mem-peroleh Terapi Anti-retroviral Kombinasi.

3. Mengembangkan layanan MST (Maintenance

Substitution Treatment).

d) Malaria

Pengendalian penyakit Malaria telah menjadi prioritas penanggulangan masalah kesehatan masyarakat di dunia, termasuk Indonesia lebih khusus Provinsi Sulawesi Utara. Hampir disetiap bagian dunia, tidak terkecuali Indonesia yang me-rupakan salah satu negara yang beresiko malaria, penyakit malaria muncul sebagai Kejadian Luar Biasa.

Upaya pemberantasan penyakit malaria dila-kukan melalui strategi yang menekankan empat aspek, yaitu :

1. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. 2. Pengendalian vektor yang selektif.

3. Pengendalian Kejadian Luar Biasa. 4. Sistem Surveillans yang efektif.

Gambar III. 17.Distribusi kasus HIV/ AIDS total tahun 1997s/ d februari 2010 menurut Kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara.

(33)

Strategi tersebut dijabarkan dalam pro-gram-program berikut :

1. Pencegahan dan perlindungan kelompok

masyarakat beresiko tertular malaria melaui kegiatan kelambunisasi dengan kelambu ber-insektisida yang tahan lama (long lasting nets) untuk pencegahan. Tahun 2003-2008 telah dibagikan kelambu berinsektisida di-daerah berpotensi/ endemis malaria

2. Integrasi dan peningkatan penemuan kasus malaria (active case detection) dan pengen-dalian malaria.

3. Penggunaan rapid diagnostic tests untuk mempermudah diagnosis

4. Pengobatan profilaksis dan penggunaan obat malaria kombinasi derivat artemesinin.

5. Peningkatan jangkauan penemuan,

pengo-batan dan perawatan malaria yang berkuali-tas didaerah terpencil :

a. Pembentukan revitalisasi Pos Malaria Desa (Posmaldes)

b. Pelatihan dan pemberdayaan kader Pos-maldes yang aktif

c. Pendirian pos malaria desa di wilayah yang sulit dijangkau tenaga kesehatan.

d. Penggunaan pokesdes pada Desa Siaga

6. Memenuhi kebutuhan obat.

Target dan tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah eliminasi penyakit ini yang dilaku-kan secara bertahap dimana untuk wilayah Su-lawesi ditargetkan tereliminasi di tahun 2020.

Selain itu, ditetapkan pula tujuan-tujuan khusus pemberantasan penyakit malaria sebagai berikut:

1. Penurunan 50% jumlah desa dengan kasus malaria lebih dari 5 per 1.000 penduduk pada tahun 2010.

2. Seluruh kabupaten / kota mampu melaksana-kan pemeriksaan atas sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan secara tepat dan terjangkau pada tahun 2010.

3. Seluruh wilayah Indonesia telah melaksanakan intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria pada tahun 2020.

Di Provinsi Sulawesi Utara, jumlah penderita malaria klinis tidak mempunyai pola yang tetap, namun jumlah kasus malaria klinis pertahun se-lama lima tahun terakhir berkisar pada angka 30.000 kasus, seperti pada gambar III.18. di bawah.

Gambar III. 18.Penderita Malaria Klinis dan AMI di Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005 – 2009 Sumber : Bidang PMK, 2010 2005 2006 2007 2008 2009 Kasus 32120 33321 30341 30856 30070 AMI (0/ 00) 15.23 15.56 13.88 13.97 12.62 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 28000 29000 30000 31000 32000 33000 34000

(34)

Dari grafik IV.12 terlihat bahwa selama lima tahun terakhir kasus malaria klinis menunjukkan tren penurunan dengan Annual Malaria Incidence (AMI) per 1.000 penduduk Provinsi Sulawesi Utara lebih rendah dari indikator yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Penyakit malaria. AMI adalah Angka Kesakitan Malaria yang didasari oleh gejalah-gejalah klinis tanpa melalui tes labo-ratorium.

Sepanjang tahun 2009, Kabupaten Kepu-lauan Sangihe melaporkan kasus malaria terban-yak diikuti oleh Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kabupaten Minahasa, sementara Kota To-mohon melaporkan kasus yang paling kecil diikuti oleh Kota Manado dan Kabupaten Sitaro. Distri-busi kasus malaria klinis dapat dilihat pada grafik distribusi kasus malaria klinis dan angka kematian karena malaria.

Gambar III. 19.Distribusi kasus malaria klinis kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

Sumber : Bidang PMK, 2010

Dari sejumlah kasus malaria klinis sebagai-mana grafik di atas, rata-rata selama 5 tahun tera-khir hanya 35.5 persen yang diperiksa, dengan

hasil positif (slide positive rate) sebesar 52.5 per-sen, seperti pada gambar IV. 14. berikut.

0 10 20 30 40 50 60 2005 2006 2007 2008 2009 47 48.4 48.8 51.7 60.5

Gambar III. 20.SPR kasus malaria klinis se Provinsi Sulawesi Utara tahun 2005 s/ d 2009

Sumber : Bidang PMK, 2009 5294 3315 3198 3159 2782 2760 2511 2123 1858 1354 579 573 251 185 128 0 1000 20 00 3000 4000 5000 6000 KEP.SANGIHE MINAH ASA TENGGARA MINAHASA BOL.MONGONDOW BOLMONG UTARA KOTAMOBAGU BITUNG KEP.TALAUD MINAHASA UTARA MINAHASA SELATAN BOLMONG TIMIUR BOLMONG SELATAN SITARO MANADO TOMOHON

(35)

Malaria positif ditemukan dengan persentase meningkat dari tahun ke tahun.

Penyakit malaria adalah penyakit musiman di-mana penyakit ini akan semakin meningkat seiring dengan pergantian cuaca. Malaria biasanya men-ingkat pada kondisi dimana curah hujan pada waktu itu meningkat sehingga menyebabkan “breeding place” akan meningkat. Oleh karena itu upaya penyemprotan dilaksanakan pada saat-saat dimana curah hujan tinggi agar kepadatan nyamuk penular penyakit malaria akan berkurang.

Sementara itu, angka kematian karena malaria berhasil ditekan dari 0.92 % pada tahun 2005 menjadi 0,42% pada tahun 2006 dan 0,56% pada tahun 2008.

e) Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merupakan penyakit menular yang disebab-kan oleh virus dengue dan ditulardisebab-kan melalui gigi-tan nyamuk Aedes Aegpti ini telah berkembang menjadi masalah kesehatan yang semakin serius. Selain faktor nyamuk penular serta keganasan vi-rus yang tevi-rus berevolusi seiring dengan peruba-han iklim (pemanasan global), serta keterlam-batan mencari pengoketerlam-batan dan kurangnya kesa-daran akan kebersihan lingkungan, menyebabkan kasus (Incidence Rata) penyakit DBD ini masih muncul dari tahun ke tahun.

Target atau sasaran pengendalian DBD adalah menjaga Case Fatality Rate di bawah 1% dengan menurunkan Incidence Rate dan Case Fa-tality Rate.

Upaya pemberantasan penyakit DBD mencakup langkah-langkah pencegahan dan penemuan ka-sus yang dapat secara efektif mengendalikan pen-yakit ini, yang meliputi:

a) Upaya pencegahan yang memiliki peran

penting dalam pemberantasan DBD :

1. Gerakan 3M Plus : Menguras, dan Menutup tempat penampungan air serta Mengubur barang-barang bekas, ditambah dengan menghindari gigitan nyamuk dengan meng-gunakan obat nyamuk dan kelambu dan menaburkan bubuk abate.

2. Memberantas sarang nyamuk.

3. Melakukan pemeriksaan jentik secara ber-kala, baik secara mandiri maupun oleh Ju-mantik.

4. Memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan (fogging) secara periodik.

5.Menghilangkan genangan air

6.Menggalakkan perilaku hidup sehat dan bersih.

b) Upaya penemuan kasus DBD dan pemberian pengobatan bagi penderita DBD yang dirawat

di RS rujukan, dan disarana pelayanan kese-hatan lain untuk menerima kartu Jamkesmas. c) Meningkatkan ketatalaksana kasus dan

pe-layanan kesehatan melaui pembentukan tim

penanggulangan saat wabah KLB, penerapan sistem monitoring dan pengembangan Rapid Diagonostic Test untuk deteksi dini kasus DBD d) Meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dan pemerintah daerah untuk

melakukan upaya pencegahan dan pember-antasan DBD

e) Penerapan COMBI (communication for be-havioral inpact atau komunikasi perubahan perilaku), sebuah metode baru dalam

pro-gram PSN DBD baik di pusat maupun daerah, suatu metode pendekatan PSN yang bersifat spesifik di suatu wilayah dan dengan cara PSN yang tepat (local area spesific), lebih men-goptimalkan kerjasama lintas sektor dan didukung data (evidence base) terutama data sosial budaya. Pelaksanaan COMBI telah di-laksanakan di Jakarta Timur(2005), Mojokerto (2006), Padang (2007), dan Yokyakarta (2007). Sedang dalam pelaksanaan di Sura-baya, Semarang, Bandung, KabupatenTanger-ang dan Jakarta Selatan (2008).

Keberhasilan pengendalian penyakit DBD ditujukan keberhasilan oleh persentase jumlah kasus yang ditangani. Kasus DBD dengan CFR di Provinsi Sulawesi Utara selama tahun 2005 s/ d 2009 terlihat seperti gambar IV. 15 berikut.

2005 2006 2007 2008 2009 Kasus 1926 1290 1430 1865 1616 meninggal 26 19 16 24 20 0 5 10 15 20 25 30 0 500 1000 1500 2000 2500

Gambar III. 21.Jumlah Kasus DBD dan kematian selang tahun 2005-2009

(36)

Dapat dilihat bahwa selama tahun 2009 ter-jadi penurunan kasus dan CFR dibandingkan tahun 2008. Jika dihitung dengan menggunakan Inci-dence Rate (angka kejadian per 100.000

pen-duduk) dan Case Fatality Rate ( Angka kematian), maka didapatkan pola yang berbeda seperti pada gambar IV. 16. berikut.

Pada tahun 2006, meskipun jumlah kasus dan kematian lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2005 tetapi CFR tahun 2006 menunjukkan pola yang berlawanan dengan pola pada grafik IV.15. Terjadinya peningkatan CFR dapat disebab-kan oleh masalah manajemen kasus dan perilaku pencarian pengobatan selain oleh virulensi virus

sendiri.

Sepanjang tahun 2009, jika dianalisis menu-rut bulan maka terlihat bahwa kasus dan kematian tertinggi terjadi pada bulan Desember. Namun Pola ini hampir serupa seperti pola tahun-tahun yang sebelumnya. Begitu juga dengan kasus men-inggal dimana banyak terjadi di bulan Januari.

2005 2006 2007 2008 2009 IR 90.4 59.6 63.6 86.1 72.9 CFR 1.3 1.5 1.1 1.3 1.24 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar III. 22. Grafik IR dan CFR DBD 2005 - 2009

Sumber : Bidang PMK, 2009

JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGU

S SEP OKT NOP DES

Kasus DBD 102 161 151 133 116 110 123 169 110 105 123 213 Kematian 1 3 0 1 1 0 0 3 1 2 2 6 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 0 5 0 100 150 200 250

Gambar III. 23. Kasus DBD dan kematian di Provinsi Sulawesi Utara menurut bulan Tahun 2009

(37)

Gambar III.24. memperlihatkan grafik den-gan pola 5 tahunan (2005-2009) kasus DBD di Su-lawesi Utara. Pada grafik tersebut nampak bahwa pola tahun 2005 dan tahun 2009 terlihat serupa

(grafik berwarna merah dan grafik berwarna biru) sehingga memperkuat asumsi pola penyakit den-gan siklus 5 tahunan.

Gambar III. 24. Distribusi kasus DBD menurut bulan se Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2005-2009

Sumber : Seksi Surveilans, 2010

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des

2005 217 296 176 102 130 85 92 146 97 150 168 267 2006 424 230 155 89 73 57 82 50 33 17 25 55 2007 124 307 239 137 74 81 107 126 141 199 83 90 2008 361 279 188 133 101 68 38 23 48 60 59 72 2009 102 161 151 133 116 110 123 169 110 105 123 213 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

Gambar

Gambar II. 1. Peta wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan 15 Kabupaten/ Kota Tahun 2009
Gambar III. 5. Persentase penyebab kematian balita ( 0—4 tahun) Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009
Gambar III. 8. Perbandingan Angka Kematian Ibu maternal Nasional dan Sulawesi Utara
Gambar berikut memperlihatkan pemetaan kasus  kematian  ibu  sepanjang  tahun  2009   ber-dasarkan  data  yang  didapat  dari  program  Kesga.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Islamic Social Reporting (variabel bebas /X) Menurut konsep etika Islam terbentuknya akuntabilitas dalam perspektif ekonomi Islam yaitu pelaporan tanggung jawab

Bagaimana peranan Panti Asuhan Bina Amal Shaleh Amanah Klepu Sumberarum Moyudan Sleman Yogyakarta dalam upaya pemberdayaan anak yatim piatu dan terlantar melalui keterampilan

Nilai X 1 = -1.269.10 -8 menunjukkan adanya kenaikan variabel realisasi pembiayaan sebelum pembatasan jaminan yang dapat mengakibatkan kenaikan tingkat profitabilitas

Dibandingkan dengan metode lain seperti finite different, finite volume memiliki beberapa kelebihan, yaitu metode ini didasarkan pada pengintegralan bentuk hukum

 Hasil pengujian penggunaan mesin klasifikasi JST-backpropagation tidak mampu meningkatkan nilai akurasi yaitu menunjukkan nilai akurasi sebesar mampu meningkatkan nilai

(2) Dalam hal perpanjangan masa penjaringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pemilihan belum juga mendapatkan bakal calon atau jumlah bakal calon kurang dari

Disamping digunakan sebagai pedoman oleh manajemen dan pegawai untuk pelaksanaan kegiatan operasional harian, Manual Mutu ini juga bisa dijadikan bahan informasi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelarut Organik Terhadap