• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP (Halaman 54-59)

UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

B. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN

Seperti diketahui, bahwa Upaya kesehatan pengembangan merupakan salah satu kegiatan Puskesmas di samping upaya kesehatan wajib. Kegiatan upaya kesehatan pengembangan terse-but dilaksanakan bila upaya kesehatan wajib telah terlaksana secara optimal (target cakupan dan mutu terpenuhi), namyn dalam keadaan tertentu ditetapkan sebagai penugasan dari Dinas kese-hatan). Pemilihan kegiatan kesehatan Pengem-bangan oleh Puskesmas dilakukan bersama-sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota dengan mempertimbangkan masukan dari Badan penyan-tun Pelayanan (BPP).

Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan per-masalahan kesehatan yang ditemukan di masyara-kat serta yang disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok yang telah ada, yakni :

Upaya Kesehatan Usia Lanjut Upaya Kesehatan Kerja Upaya Kesehatan Indera Upaya Kesehatan Olah Raga

Upaya Pembinaan pengobatan Tradisional Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya Kesehatan Jiwa

Perawatan Kesehatan Masyarakat

Sebagai hasil pembangunan terlihat adanya peningkatan umur harapan hidup yang membawa dampak peningkatan jumlah usia lanjut dengan

berbagai masalah dan kebutuhan bagi usia lanjut di bidang kesehatan. Prioritas pembangunan kese-hatan saat ini masih ditujukan pada upaya penanggulangan penyakit menular, kekurangan gizi, kematian ibu maternal, sementara pada saat yang bersamaan pola penyakit juga bergeser yakni meningkatnya penyakit degeneratif dan kar-diovaskuler. Dengan keterbatasan sumber daya yang ada, maka upaya promotif dan preventif ha-rus ditingkatkan kepada kelompok pra usia lanjut di samping upaya kuratif yang perlu biaya tinggi.

Kesehatan Indera

Kegiatan Program kesehatan indera dalam hal ini dilaksanakan oleh Balai Kesehatan Mata Masyarakat Propinsi Sulawesi Utara yang adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang dapat melaksanakan intervensi pelayanan medis spesialistik dan dapat melakukan upaya kesehatan masyarakat khususnya pelayanan kesehatan mata, dapat melaksanakan kegiatannya di dalam dan luar gedung sehingga merupakan suatu institusi yang menjadi pemecah masalah keterbatasan kemampuan kewenangan Rumah Sakit maupun Puskesmas.

Balai Kesehatan Mata Masyarakat saat ini melayani rawat jalan baik untuk kegiatan dalam maupun luar gedung, dengan fasilitas dan sumber daya yang ada meliputi medis maupun penunjang medis mampu melayani 14.792 pasien dengan 9962 kasus untuk kegiatan dalam gedung, dan 4830 pasien pada 15 Kab/ Kota untuk kegiatan luar gedung tahun 2009.

Kegiatan Tindakan Medis/ Operatif Gangguan penglihatan Dalam Gedung 630 9962 Luar Gedung 451 4830 Jumlah 1081 14.792

Tabel IV.6. Rekapitulasi Kegiatan BKMM tahun 2009

Di Provinsi Sulawesi Utara, dengan jumlah penduduk ± 2,1 juta jiwa maka angka kebutaan 1.5 x 2.100.000 penduduk = 31.500 orang buta. Penyebab akibat katarak ; 0.78 x 31.500 = 16.380

orang buta/ tahun . Sedangkan angka insidens/

kejadian baru katarak 0.1% x 2.100.000 = 2100

insiden baru/ tahun. Berarti di Sulawesi Utara

setiap tahun terdapat 16.380 orang buta ditambah kejadian baru penderita katarak 2100 adalah 18.480 orang

Terjadinya angka kebutaan yang tinggi tersebut terutama disebabkan karena adanya

ketidakseimbangan antara angka insiden

( kejadian baru 0.1 % atau 210.000/ tahun) dengan kemampuan pelaksanaan operasi katarak ( ±80.000 orang/ tahun). Dengan demikian terjadi backlog katarak yang cukup tinggi. Ada beberapa alasan backlog katarak cukup tinggi tersebut antara lain akibat rendahnya daya jangkau pelayanan operasi katarak akibat ketidaktahuan masyarakat dan tingginya biaya operasi. Dilain pihak, ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan mata sampai saat ini masih terbatas. Bila keadaan ini dibiarkan tanpa adanya upaya yang serius, maka angka kebutaan akan bertamabah terus. Untuk itu diperlukan tambahan upaya untuk membendung laju kebutaan dan menurunkannya, sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Dalam mengatasi masalah tersebut WHO telah mencanangkan VISION 2020 – The Right to Sight, yaitu inisiatif global untuk mengeliminasi kebutaan yang seharusnya dapat ditanggulangi. Selanjutnya di Indonesia, pada tanggal 15 Februari 2000, Wakil

Presiden Megawati Soekarno Puteri,

mencanangkan pula Vision 2020- The Right to sight bagi seluruh warga negara Indonesia, artinya pemberian hak untuk melihat dengan optimal bagi setiap warga negara Indonesia.

Cakupan pelayanan medis spesialis yang umumnya dilakukan di Rumah sakit kurang mampu meningkatkan cakupan pelayanannya

karena tidak adanya kewenangan untuk

melakukan pelayanan medis dan kesehatan diluar gedung. Sedangkan Puskesmas yang mempunyai kewenangan pelayanan medis dan kesehatan di luar gedung hanya mampu menyelenggarakan

pelayanan medis dasar. Oleh karena itu kesenjangan antara kebutuhan pelayanan medis spesialistik dengan jumlah dan sebaran sarana yang tersedia menyebabkan dibutuhkannya satu institusi yang dapat mengurangi kesenjangan pelayanan dan mendekatkan pelayanan medis spesialistik tersebut ke masyarakat.

Tahun 2007 dan 2008 BKMM Provinsi Sulawesi Utara, telah mengirim satu Dokter Spesialis Mata mengikuti Program Fellowship Fakoemulsifikasi selama 3 bulan dan satu orang

dokter spesialis mata mengikuti Program

Fellowship Glaucoma di RS. Cipto Mangunkusumo serta seorang Perawat Mahir Mata mengikuti

Program Inservice Training Mid Level

Opthalmologi Personal selama 3 bulan di Jakarta Eye Center menggunakan anggaran APBD 2007 -2008. Tahun 2009, seorang perawat diikutkan juga dalam Pelatihan Comunity Eye Nursing di RS. Mata Cicendo Bandung selama 6 minggu dan di tahun yang sama BKMM ketambahan 2 orang tenaga Sub Spesialis Vitreoretina lulusan Bangkok dan Sub Spesialis Infeksi dan Imunologi dari RSUP Cipto Mangunkusumo. Dalam hal peralatan medis dan sarana prasarana kantor untuk meningkatkan pelayanan, BKMM melaksanakan pengadaan alat-alat kesehatan, AC, meja, kursi rapat, dll tetapi semuanya habis di lalap api pada tanggal 4 Maret

2010. Untuk kegiatan pelayanan BKMM

melaksanakan kegiatan dalam gedung dan luar gedung dengan berkoordinasi dan bermitra dengan organisasi-organisasi sosial keagamaan dan lintas sektor di seluruh wilayah Kab/ Kota se Provinsi Sulawesi Utara. BKMM Provinsi Sulawesi Utara juga melayani pasien Jamkesmas.

Untuk kegiatan dalam gedung, didapatkan hasil seperti pada table berikut,

Sumber : BKMM,2010 Kunjungan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Penderita Baru 2716 7370 6562 5432 Penderita Lama 771 4505 4415 4530 Jumlah 3487 11.875 10.977 9962

Sumber : BKMM,2010

N Jenis Penyakit Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1 Kelainan Refraksi 5520 4598 3091 3610 2 Katarak 1134 1062 1807 2001 3 Konjunctivis 75 529 593 553 4 Pterygium 176 393 389 397 5 Gloucoma 76 51 152 191 6 Sikatrik Kornea 8 2 1 3 7 Hordeolum 105 45 25 78 8 Blepharitis 37 40 39 41 9 Trichiasis Trachoma 28 9 5 11 1 Lain-lain 2044 3503 2030 3077

Tabel IV.8. 10 Penyakit Yang Ditemukan di BKMM T.A. 2006– 2009

Sumber : BKMM,2010

Kebutaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Satu Mata 556 1405 790 991

Dua Mata 216 665 488 540

Tabel IV.9. Angka Kebutaan yang ditemukan di BKMM Tahun 2006-2009

Sumber : BKMM,2010

No Jenis Operasi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1 Katarak 505 538 815 534 2 Pterygium 73 113 121 54 3 Hordeolum 1 5 25 22 4 Torsotomi / SBL - - - -5 Glaukoma - - - 5 6 Lain-lain 8 12 15

Kunjungan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Jumlah Pasien 661 5637 4789 4830 Lokasi 9 9 13 15

Pada kegiatan luar gedung didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel IV.11. Kunjungan Pasien tahunpada kegiatan luar gedung 2006– 2009

Sumber : BKMM, 2010

No Jenis Penyakit Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

1 Kelainan Refraksi 902 3391 2623 2771 2 Katarak 284 1153 1101 1321 3 Konjunctivis 40 96 105 110 4 Pterygium 42 436 349 367 5 Glaucoma 4 22 17 34 6 Sikatrik Kornea 4 10 14 17 7 Hordeolum - 16 17 24 8 Blepharitis 4 14 22 27 9 Trichiasis NonTrachoma - 2 3 5 10 Lain-lain 42 496 494 154

Tabel IV.12. Kunjungan Pasien tahunpada kegiatan luar gedung 2006– 2009

Sumber : BKMM, 2010

Kebutaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Satu Mata 241 417 420 512

Dua Mata 43 134 131 171

Jenis Operasi Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009

Katarak 273 408 326 404 Pterygium 49 166 110 43 Hordeolum - - - -Lain-lain 18 3 1 4 Sumber : BKMM, 2010 Sumber : BKMM, 2010

Tabel IV.13. Angka kebutaan yang ditemukan di luar gedung tahun 2006-2009

2. Upaya Kesehatan pengembangan lainnya

Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam Upaya Kesehatan pengembangan yaitu Kesehatan kerja, Kesehatan Indera, Kesehatan Olah Raga, Battra, Kesehatan Gigi Mulut, Kesehatan jiwa dan Perawatan Kesehatan Masyarakat.

Pelayanan kesehatan kerja tidak dilaksana-kan oleh semua kabupaten/ kota oleh karena keterbatasan program dimana sarana pekerja formal yang dilayani sesuai program tidak tersedia. Oleh karena itu kegiatan pelayanan kese-hatan kerja hanya pada beberapa Kabupaten/ Kota saja. Adapun cakupan pelayanan kesehatan kerja pekerja formal seperti pada grafik berikut.

Gambar IV. 11. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja informal Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009

Sumber : Bidang UPK, 2009

3. Upaya Pelayanan Kesehatan Daerah

Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

Upaya pelayanan kesehatan di DTPK se Provinsi Sulawesi Utara dilaksanakan dalam ker-angka upaya kesehatan komunitas di daerah

DTPK. Pada tahun 2009 pelayanan kesehatan DTPK masih dilaksanakan di beberapa kabupaten yang mempunyai DTPK sesuai Keppres 78/ 2005 tentang Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepu-lauan, sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel IV.15.Kabupaten,Kecamatan, Puskesmas dan nama pulau yang termasuk DTPK Sulawesi Utara tahun 2009

Adapun kegiatan pelayanan kesehatan di daerah tertinggal, terpencil, perbatasan dan kepulauan meliputi :

1. Penguatan fasilitas kesehatan sehingga lebih mandiri khususnya pelayanan kesehatan di dalam gedung

a. Kesehatan ibu dan anak serta keluarga ber-encana

b. Perbaikan gizi c. Promosi kesehatan d. Kesehatan Lingkungan

e. Pengobatan dasar pelayanan kesehatan ke-liling

f. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit Menular

2. Peningkatan pelayanan kesehatan luar gedung melalui Tim Medis Keliling berbagai tingkat administrasi antara lain dalam Pusling Roda 4, Pusling Terapung, Pusling jalan kaki dan lain-lain

3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kese-hatan melalui pembentukan dan

pengemban-gan desa siaga, posyandu dan lain-lain.

4. Peningkatan pengelolaan (perencanaan, pen-gendalian, monitoring dan evaluasi program DTPK.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR. Dr. Nora Lumentut NIP (Halaman 54-59)

Dokumen terkait