• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Akad-akad Syariah dalam Rumah Sakit Syariah

a. Pengertian Akad Ijarah

Ijarah menurut bahasa yaitu upah, sewa, jasa, dan imbalan.16 Ijarah menurut istilah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti kepemilikan atas barang itu sendiri.17

Akad ijarah yang dilakukan dalam Rumah Sakit Syariah yaitu :

15 Fatwa DSN-MUI No.107/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah

16

AH Azharudin Lathif, Fiqh Muamalah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 120

17

1. Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit Syariah dengan Tenaga Kesehatan. Akad ini terjadi atas jasa pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit Syariah sebagai pengguna jasa (Musta‟jir), dan Tenaga sebagai pemberi jasa (Ajir).

2. Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit Syariah dengan pasien. Akad ini terjadi atas upaya pengobatan penyakit yang dialami pasien yaitu Rumah Sakit Syariah sebagai pemberi jasa („Ajir) dan pasien sebagai pengguna jasa (Musta‟jir).

3. Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit Syariah dengan Pemasok Alat Kesehatan dan Pemasok Alat Laboratorium yaitu Rumah Sakit Syariah bertindak sebagai penyewa (Musta‟jir) dan pemasok sebagai pihak yang menyewakan (Mu‟jir).

b. Landasan Hukum Akad Ijarah

Adapun Landasan Hukum akad ijarah terdapat dalam Firman Allah SWT sebagai berikut: Q.S Az-Zukhruf ayat 32

َضْعَب اَنْعَف َرَو ۚ اَيْهُّلدا ِةاَيَحْما ِفِ ْمُ َتَ َ شيِعَم ْمُ َنَْيَب اَنْم َسَق ُنْ َنَ ۚ َكِّبَر َتَ ْحَْر َنوُم ِسْقَي ْ ُهَُأ

ََ ْوَف ْمُهُ

َْي اَّمِم ٌ ْيَْخ َكِّبَر ُتَ ْحْ َرَو ۗ ايًِّرْ ُسُ ا ًضْعَب ْمُهُ ُضْعَب َذِخَّتَيِم ٍتاَجَرَد ٍضْعَب

َنوُعَم

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”

Hubungan antara Q.S Az-Zukhruf ayat 32 dengan akad ijarah yaitu, dalam ayat ini Allah SWT memberikan peringatan berupa hikmah yang Allah SWT berikan yaitu adanya hamba yang kaya dengan adanya hamba yang miskin agar ada pihak lain (miskin) dapat dimanfaatkan jasanya sehingga hamba (kaya) memberikan upah atas jasa yang dilakukan hamba (miskin).

22

c. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun ijarah tebagi menjadi tiga yaitu:

a) Pelaku akad, yaitu musta‟jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa asset, dan mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak yang menyewakan asset.

b) Objek akad, yaitu ma‟jur (asset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa) c) Sighat, yaitu ijab dan Kabul.18

Syarat dari akad ijarah yaitu:

a) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya

b) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat diserahkan pada penyewa dan pekerja berikut kegunaannya (khusus dalam sewa menyewa)

c) Manfaat dan benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh) menurut syara’ bukan hal yang dilarang (diharamkan)

d) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-Nya hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.19

2. Murabahah

a. Pengertian Akad Murabahah

Murabahah menurut bahasa yaitu keuntungan.20 Sedangkan menurut istilah yaitu akad jual beli yang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.21 Dalam hal ini ketika pembeli ingin membeli barang dari penjual, si penjual harus memberi tahu harga asli dari barang tersebut. Setelah mengetahui harga asli barang, maka penjual dan pembeli menyepakati keuntungan yang harus didapat oleh si penjual dari tambahan harga jual kepada pembeli.

18 Ascara, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 101

19 Hendi Suhendi, Fiqih Mu.amalah, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 117-118

20

Ascara, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 136

21 Isnawati Rais dan Hasanuddin, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, (Ciputat: Lembaga Peneliti UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 87

Akad Murabahah yang dilakukan di Rumah Sakit Syariah yaitu:

1. Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit dengan Pemasok Alat Kesehatan dan Pemasok Alat Laboratorium yaitu Rumah Sakit bertindak sebagai pembeli (Musytari‟) dan pemasok sebagai penjual (Ba‟i).

2. Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit dengan Pemasok Obat yaitu Rumah Sakit bertindak sebagai pembeli (Musytari‟) dan pemasok obat sebagai (Ba‟i) baik pembayarannya dilakukan secara tunai (naqdan), angsuran (taqsith), maupun tangguh (ta‟jil).

b. Landasan Hukum Akad Murabahah

Adapun Landasan Hukum akad murabahah terdapat dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:

Q.S Al Baqarah ayat 275

… َب ِّرما َمَّرَحَو َعْيَبْما ُ َّللَّا َّلَحَأَو…

“…..padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”

Q.S. An Nisaa ayat 29

… ُْكْنِم ٍضاَرَت ْنَع ًةَراَ ِتِ َنوُكَت ْنَأ َّلَّا … ِ

“…kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu…”

Hubungan antara dua ayat diatas dengan akad Murabahah yang dilakukan di Rumah Sakit Syariah yaitu jual beli yang dilakukan dalam Rumah Sakit itu diperbolehkan selama tidak mengandung unsur riba serta bukan haram dan hal ini juga harus didasarkan dalam keadaan suka sama suka atau saling ridho dan saling menyepakati antar satu sama lain.

24

c. Rukun dan Syarat Murabahah

Rukun akad murabahah yaitu: a) Penjual (Ba’i)

b) Pembeli (Musytari) c) Objek jual beli (Mabi’) d) Harga (Tsaman) e) Ijab qabul22

Syarat akad murabahah yaitu:

a) Penjual memberi tahu harga pokok kepada calon pembeli

b) Akad pertama harus sah dan sesuai dengan rukun yang ditetapkan c) Akad harus bebas dari riba

d) Pejual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

e) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara hutang.23

3. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

a. Pengertian akad ijarah muntahiya bit tamlik

Ijarah muntahiya bit tamlik adalah ijarah dengan janji (wa’ad) yang mengikat pihak yang menyewakan untuk menjadikan kepemilikan kepada penyewa.24 Ijarah muntahiya bit tamlik juga sejenis perpaduan antara kontrak jual beli dan sewa, atau lebih tepanya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Sifat perpindahan kepemilikan ini pula yang membedakan dengan ijarah biasa.25

22 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan Akad/Perjanjian Pembiayaan Pada Bank Syariah), (Yogyakarta: UII Press, 2009), h. 58

23 Muhammad Ridwan, Konsstruksi Bank Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2007), h. 79

24 Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013), h. 225

Akad ijarah muntahiya bit tamlik yang dilakukan Rumah Sakit yaitu:

1. Akad ini dilakukan antara Rumah Sakit dengan pemasok alat kesehatan dan pemasok alat laboratorium yaitu Rumah Sakit bertindak sebagai penyewa (Musta‟jir) dan pemasok sebagai pihak yang menyewakan (Mu‟jir). Akad ini terjadi yaitu adanya pemindahan kepemilikan barang sewa dari Mu‟jir kepada

Musta‟jir.

b. Rukun dan syarat

Rukun akad IMBT sebagai berikut: a) Musta’jir (penyewa

b) Mu’jir (pemilik)

c) Ma’jur (asset yang disewakan) d) Sighat akad

e) Ujrah (upah)

Syarat akad IMBT sebagai berikut:

a) Adanya akad yaitu sesuatu yang mesti ada agar keberadaan suatu akad diakui syara’

b) Syarat sahnya akad adalah tidak terdapatnya lima hal perusak sahnya akad yaitu ketidakjelasan jenis yang menyebabkan pertengkaran, adanya paksaan, membatasi kepemilikan terhadap suatu barang, terdapat unsur tipuan, terdapat bahaya dalam pelaksanaan akad

c) Syarat berlakunya akad untuk kelangsungan akad diperlukan dua syarat adanya kepemilikan atau kekuasaan dan di dalam objek akad tidak ada hak orang lain.26

4. Musyarakah Mutanaqishah

a. Pengertian akad musyarakah mutanaqishah

Musyarakah Mutanaqishah merupakan produk turunan dari akad musyarakah, yang merupakan bentuk akad kerjasama antara dua pihak atau lebih. Kata dasar dari

26 Dzakiyah Rusydatul Umam, Rachmi Sulistyarini, S.H. M.H, Siti Hamidah, S.H.M.M, “Analisis Yuridis Akad Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT) dalam Perspektif Hukum Islam dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata” Jurnal Hukum Fakultas Brawijaya. H. 6

26 musyarakah adalah syirkah yang berasal dari kata

syaraka-yusyriku-syarkan-syirkatan (syirkah), yang berarti kerjasama, perusahaan atau kelompok/kumpulan.

Musyarakah atau syirkah adalah merupakan kerjasama antara modal dan keuntungan. Sementara mutanaqishah berasal dari kata yatanaqishu-mutanaqishum yang berarti mengurangi secara bertahap.27

Akad Musyarakah Mutanaqishah yang dilakukan Rumah Sakit yaitu:

Akad ini dilakukan antara Rumah Sakit dengan pemasok alat kesehatan dan pemasok alat laboratorium yaitu Rumah Sakit sebagai mudharib (pengelola) dan pemasok alat kesehatan dengan pemasok alat laboratorium bertindak sebagai shahibul mal (pemilik modal). Akan ini terjadi ketika mudharib dengan shahibul mal menyatukan modal usaha dan porsi kepemilikan shahibul mal berkurang karena pemindahan kepemilikan modal kepada rumah sakit secara bertahap.

b. Landasan hukum

Adapun Landasan Hukum akad musyarakah mutanaqishah terdapat dalam Firman Allah SWT sebagai berikut:

Q.S As Shad ayat 24

ِلَقَو ِتاَحِما َّصما اوُلِ َعََو اوُنَمٓأ َنيِ َّلَّا َّلَّا ٍضْعَب ٰ َلََع ْمُهُ ُضْعَب يِغْبَيَم ِءا َطَلُخْما َنِم اًيِْثَل َّنِ

ِ

اَو

ٌلي

ۗ ْ ُهُ اَم

“Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat sedikitlah mereka ini".

Hubungan Q.S As Shad ayat 24 dengan akad Musyarakah Mutanaqishah yaitu Allah memberikan larangan terhadap hambanya yang melakukan kerjasama usaha tetapi salah satunya melakukan kecurangan. Maka akad Musyarakah Mutanaqishah yang dilakukan pihak rumah sakit dengan pihak pemasok alat

kesehatan dan pemasok alat laboratorium diperkenankan untuk tidak melakukan kecurangan dan harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

c. Rukun dan syarat

Rukum akad MMQ sebagai berikut:28 a) Sighat (lafadz akad)

b) Syarik, yaitu pihak yang melakukan musyarakah

c) Hishah, yaitu porsi atau bagian syarik dalam kekayaaan musyarakah yang bersifat musya’

d) Musya’, yaitu porsi atau bagian syarik dalam kekayaan musyarakah (milik bersama) secara nilai dan tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara fisik.29 e) Pokok pekerjaan, setiap perserikatan harus memiliki tujuan atau kerangka

kerja yang jelas, serta dibenarkan menurut syariah. Syarat akad MMQ sebagai berikut:

a) Masing-masing pihak harus menunjukkan kesepakatan dan kerelaan untuk saling bekerjasama

b) Antar pihak harus saling memberikan rasa percaya dengan yang lain

c) Dalam pencampuran hak masing-masing dalam kepemilikan obyek akad tersebut

d) Akad musyarakah mutanaqishah dapat diijarahkan kepada syarik atau pihak lain

e) Apabila aset muyarakah menjadi obyek ijarah, maka syarik (nasabah) dapat menyewa aset tersebut dengan nilai ujrah yang disepakati

f) Keuntungan yang diperoleh dari ujrah tersebut dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dalam akad, sedangkan kerugian harus berdasarkan proporsi kepemilikan. Nisbah keuntungan dapat mengikuti perubahan proporsi kepemililkan sesuai kesepakatan para syarik

28 Abdul Ghafar Anshori, Hukum Perjanjian Islam di Indonesia (Konsep, regulasi, dan implementasi), (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2010), h. 120

28 g) Kadar atau ukuran atau bagian atau porsi kepemilikan aset musyarakah syarik (LKS) yang berkurang akibat pembayaran oleh syarik (nasabah), harus jelas dan disepakati dalam akad.

h) Biaya perolehan aset musyarakah menjadi beban bersama sedangkan biaya peralihan kepemilikan menjadi beban pembeli.30

5. Mudharabah

a. Pengertian akad mudharabah

Mudharabah menurut terminologi yaitu akad kerja sama usaha antara dua

belah pihak diman pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila mengalami kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.31

Secara etimologi mudharabah adalah kontrak atau perjanjian antara pemilik modal (rab al-maal) dan pengguna dana (mudharib) untuk digunakan sebagai aktivitas yang produktif di mana keuntungan dibagi antara pemilik modal dan pengelola modal.32

Akad Mudharabah yang dilakukan Rumah Sakit yaitu:

Akad yang dilakukan antara Rumah Sakit dengan pemasok alat kesehatan dan pemasok alat laboratorium yaitu Rumah Sakit bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan pemasok sebagai shahibul mal (pemilik modal).

b. Rukun dan syarat

Rukun akad mudharabah sebagai berikut: a) Pemilik dana (shahibul maal) b) Pengelola (mudharib)

c) Ijab qabul (sighat) d) Modal (ra‟sul mal)

30 Fatwa DSN No. 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Musyarakah Mutanaqishah, h. 5

31 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001) h. 85

e) Pekerjaan (amal)

f) Keuntungan atau nisbah33

Syarat akad mudharabah sebagai berikut:

a) Orang yang terkait dalam akad adalah cakap bertindak hukum b) Syarat modal yang digunakan harus:

 Berbentuk uang (bukan barang)

 Jelas jumlahnya

 Tunai (bukan berbentuk utang)

 Langsung diserahkan ke mudharib

c) Pembagian keuntungan harus jelas dan besarnya nisbah sesuai yang disepakati34

6. Wakalah Bil Ujrah

a. Pengertian akad Wakalah Bil Ujrah

Wakalah secara etimologi berarti al-hifd artinya pemeliharaan tafwidh penyerahan, pendelegasian atau pemberi mandat.35

Secara terminologi wakalah adalah kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal diwakilkan.36

Terjadinya akad wakalah bil ujrah antara lain Rumah Sakit bertindak sebagai wakil dan pemasok obat sebagai pemberi kuasa muwakkil untuk menjual obat kepada pasien. Dan Rumah Sakit mengambil upah dari penjualan obat.

b. Rukun dan syarat

Rukun akad wakalah bil ujrah sebagai berikut: a) Wakil (orang yang mendapat kuasa) b) Muwakkil (pemberi kuasa)

c) Muwakkal fih (ojek yang diwakilkan)

33 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.139

34 Muamalat Institut, Perbankan Syariah Perspektif Praktisi, (Jakarta: Yayasan Pendidikan Perbankan dan LKS, 2001), h. 37

35 Azharuddin Latif, Fiqh Muamalah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 171

30 d) Sighat (lafal serah terima)37

Syarat akad wakalah bil ujrah sebagai berikut:

a) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad)

b) Wakalah dengan imbalan bersifat mengikat dan tidak boleh dibatalkan secara sepihak

c) Wakil adalah orang yang cakap hukum, dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya, dan wakil adalah orang yang diberi amanat

d) Muwakkil adalah pemilik sah yang dapat bertindak terhadap sesuatu yang diwakilkan. Orang mukallaf atau anak mumayyiz dalam batas-batas tertentu, yakni dalam hal-hal yang bermanfaat baginya seperti mewakilkan untuk menerima hibah, menerima sedekah dan sebagainnya38

D. Konsep Rumah Sakit Secara Umum

Dokumen terkait