• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Pengertian Akhlak

Kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ”Akhlak”

(Bahasa Arab), yang merupakan bentuk jamak dari kata “Khuluq”

(Bahasa Arab) yang berarti perangai, budi, tabiyat, dan adab. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-Qalam ayat 4 :

f* s5 ^

Artinya: "Dan sesungguhnya engkau berbudi pekerti yang agung”

Menurut Al Ghozali harus mencakup dua syarat:

^ ***.’ SjLp JjiiM

%J j J

J'

J ? J * T ~ iJ Artinya: "Akhlak adalah suatu sifat bawaan pada manusia yang

daripadanya akan timbul perbuatan yang mudah dan cepat tanpa memerlukan pertimbangan dahulu. (Al-ghozali, tt, 57)

Akhlak berasal dari kata arab al khuluq (jamaknya al akhlak)

ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan (Zainuddin, dkk, 1991:102).

Urgensi akhlak bagi kaum muslim diketahui dari tujuan nabi Muhammad diutus ke dunia. Nabi bersabda “sesungguhnya aku diutus hanya untuk membenahi akhlak yang mulia” (At Thahir, 2006:19). Melalui hadits tersebut, nabi hendak menekankan bahwa sejak awal,

Demikianlah bahwa kemerosotan akhlak adalah penyakit masyarakat, untuk menggulanginya diperlukan usaha keras.

2) Etika dan Akhlak Islami

Ada beberapa etika (adab) dan akhlak Islami yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Etika-etika ini akan memberikan buah (hasil) yang baik bila ditanam dalam diri seseorang sejak dini, maksudnya sejak dia masih kecil. Nabi Muhammad selalu mengajarkan etika dan akhlak Islami kepada anak-anak. Di antara etika dan akhlak yang dimaksud adalah:

a. Adab Mengucap Salam

Salam adalah penghormatan Islami. Anak pasti akan bertemu dengan orang-orang yang tentunya berbeda-beda tingkatan mereka. Karena itu, anak perlu mengenal kunci pembicaraan dengan mereka, yaitu salam (Hamman, 2007: 157-

158).

b. Adab Meminta Ijin

Seorang pelayan harus minta ijin bila hendak masuk kamar majikan pada ketiga waktu (sebelum sembahyang subuh, ketika menanggalkan pakaian di tengah hari dan sesudah sembahyang isya’), begitu juga dengan anak-anak yang sudah berakal namun

belum baligh. Tujuan meminta ijin ini adalah agar mereka tidak melihat aurat anggota keluarga yang lain.

Para psikolog sekarang, setelah kemajuan teknologi demikian pesat, menegaskan bahwa pandangan yang terlihat oleh mata seorang anak sewaktu kecil dapat berpengaruh terhadap kehidupannya. Terkadang anak akan mengalami beberapa penyakit jiwa dan gangguan emosi yang sulit disembuhkan (Hamman, 2007: 159-162).

c. Adab Menahan Pandangan

Seorang anak kecil terkadang bersikap ceroboh, terkadang suka lupa diri, dan pada saat-saat tertentu terkadang dirinya dikalahkan oleh hawa nafsunya, sehingga dia pun akan melayangkan pandangannya ke arah sejumlah perempuan.

Seorang anak harus dibiasakan untuk menahan pandangannya dari melihat aurat-aurat (lawan jenis) di setiap tempat agar tabiat seksualnya tidak tumbuh terlalu cepat dan tidak normal, karena dapat menimbulkan sejumlah kemudharatan dan bahaya, baik yang berkaitan dengan kepribadian, fisik, sosial, maupun moral (Hamman, 2007).

d. Memisahkan Tempat Tidur

Ini adalah hal yang sangat penting untuk pendidikan seks anak. Ajaran ini tidak pernah diajarkan oleh syari’at mana pun, selain Islam.

Pemisahan tempat tidur dimulai pada usia sepuluh tahun, saat hasrat seksual mulai berkembang. Caranya adalah tidak menyuruh anak tidur dalam satu selimut, atau dengan cara menyuruh mereka tidur di atas satu ranjang atau satu kasur namun dengan dua selimut berbeda. Idealnya, mereka memiliki kamar sendiri-sendiri (Hamman, 2007).

e. Kejujuran

Jujur adalah dasar akhlak Islam yang paling penting dan membutuhkan usaha keras agar seorang terbiasa dengannya. Rasulullah senantiasa berusaha membiasakan akhlak ini pada diri anak dengan memerintahkan orang tua agar tidak berbohong terhadap anak. Hal itu dimaksudkan agar anak tidak meniru dan menganggap berbohong adalah hal yang biasa (Hamman, 2007).

f. Menjaga Rahasia

Anak yang terbiasa menjaga rahasia akan tumbuh sebagai seorang yang memiliki disiplin lidah. Selanjutnya, akan terbina kepercayaan di antara sesama dengan saling menjaga rahasia (Hamman, 2007).

g. Budi Pekerti Malu

Malu adalah pekerti baik yang terkadung dalam diri seseorang. Rasa malu akan mencegahnya dari perbuatan dosa atau bersikap sewenang-wenang terhadap hak orang lain dan akan mencegahnya untuk kembali melakukan kemaksiatan (At Thohir, 2006:25-26).

h. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Allah memberitahukan bahwa orang tua telah banyak mengalami kesusahan dalam kehidupan mereka demi anak- anaknya, dan mereka pun banyak menanggung kesengsaraan dan keletihan. Para ibulah sosok yang harus menanggung rasa sakit saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Selanjutnya giliran sang ayah yang berusaha, bekeija dan bersusah payah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya yang masih kecil. Kita tidak akan dapat membalas kebaikan orang tua walaupun hanya sebagian dari rasa sakit ibu ketika mengejan saat melahirkan. Oleh karena itu, berbakti kepada kedua orang tua wajib hukumnya (At Thohir, 2006:38).

i. Kelembutan, Kasih Sayang dan Belas Kasih

Kelembutan dan kasih sayang adalah dua sifat mulia yang diserukan oleh Islam dan Rasulullah. Manusia yang penyayang

adalah manusia yang berhati lembut dan selalu mengeijakan kebaikan (At Thohir, 2006:58-59).

j. Menyampaikan Amanah dan Tidak Menipu

Menipu adalah sifat orang-orang munafik dan bukan sifat orang muslim, sebab menipu itu sama halnya dengan berdusta, sementara seorang muslim yang benar tidak akan pernah melakukan dusta. Adapun keuntungan sifat kejujuran dan amah, “...kejujuran dan amanah adalah perbuatan yang baik dan kebaikan dapat menyebabkan pelakunya masuk surga” (At Thohir, 2006:92).

k. Tawadlu’ dan Tidak Sombong

Sikap sombong adalah bila seseorang meyakini bahwa dirinya lebih baik, lebih tinggi, dan lebih utama daripada mereka, dan meyakini bahwa pekerjaannya lebih baik daripada pekeijaan mereka. Adapun sikap tawadlu' adalah bila seseorang menganggap dirinya sederhana dan tidak lebih tinggi daripada orang lain karena ilmu, harta, atau pekerjaannya (At Thohir, 2006:101).

l. Hak Seorang Muslim Atas Muslim Lain

Di dalam ajaran Islam, seorang muslim memiliki hak atas muslim yang lain. Hal ini artinya, seorang muslim sekaligus

memiliki kewajiban yang berkaitan dengan hak tersebut atas muslim yang lain. Hak-hak tersebut adalah: Memberi salam dengan mengatakan “As-salaamu 'alaikum wa rohmatullooh wa barokaatuh” dan menjawab salam bila diberi salam dengan mengatakan: “wassalamu’alaikum warahmatulloohi wabarokaatuh”. Mengucapkan “ Yarhamukumullooh” kepada orang yang bersin. Menjenguk orang sakit. Mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Tidak mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari. Tidak menyakiti saudaranya sesama muslim. Bersikap tawadlu terhadap muslim yang lain. Tidak menggunjing saudaranya semuslim. Memanggil dengan nama yang paling disukai. Tidak boleh mengolok-olok muslim lain. Tidak memaki atau mencela saudaranya. Tidak boleh mendengki saudara semuslim. Tidak boleh memata-matai muslim lain. Tidak boleh menipu muslim lain. Membantu saudara yang teraniaya. Membantu saudaranya dengan harta atau urusan-urusannya. Memaafkan muslim lain jika teijadi perselisihan. Yang kecil menaruh hormat pada yang tua, dan yang tua merasa sayang kepada yang kecil. Turut berbagi rasa. Memberikan nasihat kepada orang yang membutuhkannya. Memberikan hadiah kepada seorang muslim (At Thohir, 2006).

C. Hubungan Perilaku Keagamaan Orang Tua dengan Akhlak Anak

Dokumen terkait