• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA

DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH

IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK

KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SYAEKODIN

NIM 11407199

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA

DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH

IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK

KECAMATAN BANCAK KABUPATEN

SEMARANG TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

SYAEKODIN

NIM 11407199

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(3)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA JL Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

website: www.stainsalatiga.ac.id e-mail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 3 eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah skripsi

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga

A ssalam u’alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari:

Nama : Syaekodin

NIM : 11407199

Jurusan / Progdi : TARBIYAH / PAI

Judul : HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN

ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM

BANCAK KECAMATAN BANCAK

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosahkan.

Demikian agar menjadi perhatian

W assalam u’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 19 Agustus 2009

(4)

DEPARTEMEN AGAMA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

n. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http://www.salatiea.ac.id e-mail: akademik@stainsalatiea.ac.id

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi Saudara: SYAEKODIN dengan Nomor Induk Mahasiswa: 11407199 yang berjudul HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBT1DAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009 telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Sabtu yang bertepatan dengan tanggal 29 Agustus 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I.).

0 . . 08 Ramadhan 1430 H

Salatiga,---29 Agustus 2009 M

Panitia Ujian

Drs. H. M. Zulfa, M.Ag Drs. Taufigul Mu’in, M.Ag NIP. 19520430 197703 1 001 NIP. 19631205 199203 1 001

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Syaekodin

NIM :11407199

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

s ' t , A o * S * o

A)U*oje«<»j j l & \ \ y / 9j ) ^ 'o f j i j *

2jy

^

jr

’’Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanya lahyang pada akhirnya menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau M ajusi” ( H.R. Muslim )

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada: Kedua orang tua yang sangat aku sayangi dan aku cintai, karena dengan semangat dan dukungannya aku bisa bertahan untuk tetap selalu menjadi yang terbaik walaupun saya masih banyak kekurangannya dan perlu atau masih

wajib belajar lebih giat lagi. Kakak-kakak tercinta (Qoni’ah, dan Slamet Widodo sekeluarga) yang telah mendukungku baik secara moral maupun materi, adik-adikku (Ipul dan Fat) yang sangat aku cintai dan aku harap adik-adikku dapat menjadi yang terbaik dan menjadi anak-anak yang soleh seperti harapan orang tua. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. yang telah bersabar dalam mengarahkan dan memberi masukan-masukan dengan jurus jitunya kepada penulis, rekan-rekan seperjuangan di MI Darussalam Bancak (Pak Sholeh, Pak Khubet, Lek War, Alimin, serta rekan-rekan yang tidak dapat saya sebut satu persatu) selamat berjuang semoga sukses selalu, teman-teman senasib seperjuangan khususnya Pak Ketua kelas AB1 (Pak Asko) yang telah memberi semangat dengan info- info pentingnya, saya ucapkan terima kasih. Dan semua teman-temanku yang selalu aku banggakan dan dengan penuh harapan semua teman-teman dapat menjalin tali persaudaraan dihari kepannya, semua dosen beserta semua karyawan STAIN Salatiga, dan Keluarga besar As@Kom (Mas Fatur, dan Ibu sekeluarga) yang telah setia mendampingi,membantu dan rela menerima sebagian beban pikiranku dalam menyusunan skripsi ini saya ucapkan banyak- banyak terima kasih dan jangan kapok ya Mas Fat...! kalau suatu saat aku ajak

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang beijudul “HUBUNGAN PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK SISWA DI MADRASAH IBTIDAIYAH DARUSSALAM BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2009”, untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Tarbiyah.

Penulis mengucapkan penghargaan yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga yang telah menyetujui pembahasan skripsi ini

2. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

3. Para Dosen dan Staf Pengajar di lingkungan STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan sehingga menyelesaikan skripsi ini.

4. Kepala MI Darussalam Bancak, Bapak Muh. Sholeh, S.Ag yang telah memberikan ijin pada penelitian ini

5. Ibu, Bapak tercinta yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materiil.

(8)

ABSTRAK

Syaekodin. 2009. Hubungan Perilaku Keagamaan Orang Tua dengan Akhlak Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Jaka Siswanta, M.Pd

Kata Kunci: perilaku keagamaan orang tua, akhlak siswa

Orang tua mempunyai peranan yang sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai akhlak pada diri anak. Karena keteladanan adalah hal yang paling baik untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan keagamaannya, perilaku keagamaannya dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak. Penulis menemukan bahwa di lingkungan pendidikan MI Darussalam tersebut banyak guru yang berpendapat bahwa akhlak siswa-siswi di MI Darussalam mulai menurun. Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009 dan hubungannya dengan akhlak siswa. Penelitian dilakukan di MI Darussalam Bancak, Bancak, pada bulan Juli-Agustus 2009. Populasi penelitian sejumlah 170 siswa, pengambilan sampel sejumlah 81 siswa diperoleh dengan metode

nonprobability sampling yaitu dengan purposive sampling.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah bagaimana perilaku keagamaan orang tua, bagaimana akhlak siswa dan apakah terdapat hubungan diantara keduanya. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang termasuk dalam penelitian kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode angket.

Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009/2010 tergolong tinggi, didukung data 38 responden (46,9%) menjawab pada kategori tinggi, sedangkan 9 responden (11,1%) dan 34 responden (42,0%) menjawab pada kategori rendah dan sedang. Adapun akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Tahun 2009/2010 tergolong tinggi, didukung data 33 responden (40,7%) menjawab pada kategori tinggi. Uji hipotesis menunjukkan ada hubungan antara perilaku keagamaan dengan akhlak siswa, didukung nilai koefisien korelasi 0,557.

(9)

DAFTAR ISI

JUDUL... i

PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BABI PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Hipotesis Penelitian... 7

E. Kegunaan Penelitian... 8

F. Definisi Operasional... 9

G. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian... 12

2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 13

(10)

4. Metode Pengumpulan Data... 14

5. Instrumen Penelitian... 16

6. Analisis Data... 19

H. Sistematikan Penulisan... 20

BABU KAJIAN PUSTAKA... 22

A. Perilaku Keagamaan Orang Tua... 22

B. Akhlak Siswa... 32

C. Hubungan Perilaku Keagamaan Orang Tua dengan Akhlak Anak... 40

BAB III HASIL PENELITIAN... 42

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bancak. .. 42

B. Penyajian Data... 48

BAB IVANALISIS DATA... 50

A. Analisis Deskriptif... 53

B. Pengujian Hipotesis... 59

C. Pembahasan... 64

BAB V PENUTUP... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Untuk Orang Tua Lampiran 2 : Angket Untuk Siswa

Lampiran 3 : Hasil Uji Validitas Variabel X Lampiran 4 : Hasil Uji Validitas Variabel Y

Lampiran 5 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X Lampiran 6 : Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y Lampiran 7 : Statistik Deskriptif Variabel X

Lampiran 8 : Penggolongan Perilaku Keagamaan Orang Tua Lampiran 9 : Statistik Deskriptif Variabel Y

(14)

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melihat catatan sejarah bahwa Nabi Muhammad saw. diturunkan ke bumi dengan membawa misi yaitu “sebagai penyempurna akhlak manusia”. Masyarakat yang semula tidak tenang dan terombang-ambing hidupnya, penuh ketakutan berubah menjadi masyarakat yang penuh kedamaian dan keselamatan sehingga membawa suasana yang penuh kebahagiaan. Karena sikap atau perbuatan yang luhur dari pribadi Nabi Muhammad saw, maka sedikit demi sedikit beliau berhasil membangun masyarakat dan menanamkan akhlak mulia dan beriman hanya kepada Allah swt. Sebagaimana sabda Nabi saw :

Artinya : “Sesungguhnya aku diutus Allah swt. Untuk menyempurnakan (memperbiki) akhlak manusia” ( H.R. Ahm ad).(Multahim, dkk, : 2006:192)

Dari hadis di atas, kita dapat memahami bahwa sangatlah penting akhlak bagi diri seorang muslim. Oleh karena pendidikan akhlak sudah seharusnya ditanamkan dalam jiwa anak sejak kecil.

(15)

bagaimana berinteraksi terhadap sesama. Selain itu, orang tua berperan untuk menciptakan persahabatan, kecintaan rasa aman, hubungan antar pribadi yang bersifat kontinu, semua itu merupakan dasar bagi perkembangan kepribadian anak (Ahmadi, 1982:155). Peran itu tidak hanya memberi fasilitas hidup, perhatian, bimbingan dan nasehat, justru amat sangat dibutuhkan dalam membangun perkembangan kepribadian atau akhlak anak (Ahmad, 1987:19).

Setiap manusia diciptakan oleh Allah swt. dalam keadaan fitrah (suci), sehingga orang tuanyalah yang akan membentuk kepribadian anaknya, baik dari segi moral, aqidah maupun intelektual anak tersebut. Dalam hal ini Rosulullah saw. Bersabda:

<0 j \ <01 j f o \ o j i a i J l J i ” Artinya : "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang

tuanyalah yang pada akhirnya menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi” ( H.R. Muslim) (Mustofa, 1993:587)

Di dalam hadits tersebut dinyatakan dengan jelas, bahwa setiap anak terlahir ke dunia dalam keadaan suci, belum memiliki ilmu sedikitpun, dan oleh karena itu, belum memiliki dosa. Kata fitrah juga dapat diartikan bahwa anak tersebut ketika lahir sebenarnya telah beragama Islam, orang tuanya lah yang nantinya menyebabkan dia beragama Yahudi, Nasrani atau pun Majusi. Orang tua yang membentuk kepribadian anak pertama kali. Secara lebih luas, maka keluargalah yang membentuk kepribadian anak selanjutnya.

(16)

tua sangat vital dalam membentuk pondasi yang kokoh bagi terbentuknya akhlak anak yang mulia. Oleh karena itu, orang tua harus benar-benar memperhatikan bagaimana cara meletakkan dasar-dasar akhlak mulia yang kokoh bagi putra-putrinya.

Kepedulian orang tua terhadap pembentukan pondasi yang kokoh bagi akhlak anak harus dimulai dari dirinya sendiri. Karena keteladanan adalah hal yang paling baik untuk membentuk pribadi anak yang berakhlak mulia. Oleh karena itu orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan keagamaannya, perilaku keagamaannya dan selalu memberikan contoh yang baik kepada anak. Disinilah perilaku keagamaan orang tua berperan dalam pembentukan akhlak anak. Jika keteladanan orang tua telah bagus, kemudian anak memperoleh pondasi yang kokoh tentang akhlak yang mulia, maka akan terbentuk sebuah masyarakat yang berakhlak, akhirnya bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju.

(17)

memelihara terjaminnya ketertiban hukum dan terlaksananya kesadaran bernegara dalam tubuh bangsa bersangkutan (al Ghalayaini, 1976:72-73).

Sejarah selalu mencatat bahwa kehancuran sebuah negara selalu didahului oleh rusaknya akhlak generasi mudanya. Kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Umayah maupun Abasiyah Islam pun hancur karena penguasanya mabuk akan kekayaan, akhirnya praktik mengingkari janji yang merupakan akhlak utama bangsa Arab diabaikan. Akhirnya umat menjadi lemah dan saat musuh datang, negara tidak lagi dapat mempertahankan diri.

Masa anak-anak adalah masa kritis awal yang harus diperhatikan secara saksama. Masa ini adalah peletak dasar pertama terhadap perkembangan selanjutnya di masa remaja. Dra. Hj. Endang Poerwanti dan Drs. Nur Widodo menyebut hal ini sebagai perkembangan awal lebih kritis dari perkembangan selanjutnya. Perkembangan merupakan proses kontinum, dimana perkembangan sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya, maka kesalahan ataupun gangguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi perkembangan-perkembangan berikutnya.

(18)

Dr. Zakiyah Daradjat mengatakan, “Orang tua adalah pembina dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung dengan sedikitnya masuk ke dalam pribadi anak yang sedang tumbuh (Daradjat, 1976:76)

MI Darussalam merupakan salah satu lembaga pendidikan dasar yang terletak di Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian petani dan beragama Islam. Dari data yang berhasil penulis kumpulkan dari MI Darussalam, sebagian besar orang tua dari siswa yang sekolah di lembaga tersebut bermata pencaharian petani. Mereka rata-rata berpendidikan dasar dan menengah. Bahkan tidak sedikit yang tidak mengenyam pendidikan formal.

Kurangnya pendidikan yang dimiliki oleh orang tua dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan, khususnya mengenai ilmu agama. Didukung oleh kurangnya ilmu agama, maka praktek keagamaan yang mereka jalankan pun kurang.

Penulis menemukan bahwa di lingkungan pendidikan MI Darussalam tersebut banyak guru yang berpendapat bahwa akhlak siswa-siswi di MI Darussalam sangat kurang. Banyak siswa yang tidak ngajeni kepada guru, terlihat dari penggunaan bahasa yang kurang sopan, kurang patuh jika diarahkan, dan perilaku berbohong yang banyak ditemukan pada diri siswa.

(19)

Apakah benar bahwa perilaku keagamaan mereka rendah? Selain itu, penulis juga ingin meneliti mengenai akhlak siswa di MI Darussalam.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai "HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KEAGAMAAN ORANG TUA DENGAN AKHLAK ANAK DI MI DARUSSALAM

BANCAK KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG

TAHUN 2009”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan pokok masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?

2. Bagaimanakah akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?

3. Apakah ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di M3 Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian

(20)

1. Untuk mengetahui perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

2. Untuk mengetahui akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

3. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah ”suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 1984:62) atau jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti (Sarwono, 2006:65). Dengan kata lain hipotesis adalah merupakan praduga yang mungkin benar dan mungkin juga salah (Hadi, 1981:63). Menurut Prof. Dr. S. Nasution, hipotesis adalah ’’pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”.

(21)

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan yang dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dalam bidang teoretis dan dalam bidang praktis. Dalam bidang teoritis, penulis berharap agar hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu khususnya dalam disiplin ilmu tarbiyah dan dalam bidang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti yang lebih umum.

(22)

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, baik dalam bidang keilmuwan maupun dalam bidang kehidupan praktis di masyarakat. Dalam bidang keilmuwan, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pengajar, dosen, pelajar, dan mahasiswa sebagai sumber pengembangan keilmuwan islam khususnya tarbiyah. Sedangkan dalam bidang kehidupan praktis, dapat dipakai sebagai pegangan bagi orang tua untuk mendidik anak berakhlak mulia.

F. Definisi Operasional

Dalam sebuah istilah banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda- beda, maka sangatlah penting penulis menjelaskan beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Hal ini penulis maksudkan untuk menghindari teijadinya kesalah fahaman dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Artinya daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1995:747)

2. Perilaku Keagamaan

a. Perilaku

(23)

b. Keagamaan

Artinya yang berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2005:12).

Selanjutnya arti perilaku keagamaan adalah suatu tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dalam beragama, khususnya yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah.

Indikator perilaku keagamaan orang tua antara lain : 1) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib tepat waktu 2) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib berjamaah 3) Rajin melaksanakan shalat sunat rawatib

4) Rajin melaksanakan puasa bulan ramadhan sebulan penuh

5) Mengganti segera mungkin puasa ramadhan yang ditinggalkan karena adanya halangan.

6) Rajin mengeluarkan zakat fitrah setelah selesai melaksanakan puasa bulan ramadhan.

7) Rajin membaca Al-Qur’an dalam setiap hari.

8) Sering berkunjung ke rumah kerabat untuk menjalin silaturrahmi 9) Rajin mengikuti kegiatan Keagamaan di masyarakat.

(24)

3. Akhlak

Pengertian akhlak akan lebih jelas, apabila kita lihat secara etimologis dan sekaligus secara terminologis, pengertian tersebut ialah: a. Etimologis

Kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab

Al-Akhlak. Ini merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluq yang berarti budi pekerti tabiat atau watak, selanjutnya arti ini sering disepadankan (disinonimkan) dengan kata: Etika, moral, kesusilaan, tata krama, atau sopan santun (Halim, 2000:8).

b. Terminologis

Akhlak ialah perbuatan-perbuatan seseorang yang telah mempribadi, dilakukan secara berulang atas kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak lain (Halim, 2000:12).

Indikator akhlak anak yaitu:

1) Sopan santun dalam bicara kepada orang tua

2) Mengucapkan salam terlebih dahulu ketika masuk rumah 3) Minta ijin orang tua jika akan meninggalkan rumah 4) Mencium tangan orang tua jika pergi dari rumah

5) Berani mengakui kesalahan dan minta maaf pada orang tua 6) Sopan santun dalam bicara kepada tetangga

(25)

9) Mengucapkan salam bila bertemu teman 10) Sopan santun dalam bicara pada teman

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif termasuk ke dalam kategori penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya (Subana, 2005:26). Dalam penelitian ini penulis bermaksud meneliti mengenai hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Penulis terdorong untuk mencari tahu apakah ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Dengan kata lain, apakah akhlak anak berhubungan dengan perilaku keagamaan orang tua mereka dalam kehidupan sehari- hari.

(26)

yaitu perilaku keagamaan orang tua dengan variabel y, yaitu akhlak siswa. Penulis tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel, oleh karena itu penelitian ini termasuk studi korelasional sejajar.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri- cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 170 Siswa.

b. Sampel

Sampel adalah proses menarik sebagian subjek, objek, atau gejala yang ada pada populasi (Sudjana, 1988:71).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini termasuk dalam golongan

(27)

Purposive sampling sendiri memiliki arti bahwa “sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu” (Mustofa, 2000). Teknik

nonprobability sampling ini penulis terapkan karena adanya beberapa kendala dalam pengambilan sampel. Kendala tersebut adalah; adanya kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan umur yang tinggi dan kemampuan akademis siswa yang berbeda dari kelas 1 hingga kelas 6 akan mempersulit penulis memperoleh data melalui angket. Selain itu, karena lingkup penelitian penulis adalah mengenai akhlak, maka siswa yang lebih tepat untuk diambil sebagai subjek penelitian adalah kelas 4, 5 dan 6 karena pada tingkatan ini, siswa dinilai telah baligh menurut Islam dan telah dikenai hukum syariat. Jumlah sampel seluruhnya dari kelas 4, 5 dan 6 adalah 81 siswa.

4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Observasi

Yaitu metode ilmiah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1995:136) atau pengertian yang digunakan adalah suatu metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986:136).

(28)

b. Metode Interview

Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan dengan telinga sendiri (Hadi, 1995:192). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi mengenai sejarah MI Darussalam Bancak serta data-data khusus yang mendukung latar belakang diadakannya penelitian seperti pendapat para guru dan orang tua mengenai akhlak siswa.

c. Metode Angket

Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya atau suatu daftar yang berisikan pertanyaan mengenai suatu hal atau bidang tertentu (Ningrat, 1977:179).

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec. Bancak Kab. Semarang.

d. Metode Dokumentasi

(29)

yang bersifat dokumentasi, misalnya biodata siswa, biodata orang tua siswa, guru dan karyawan.

5. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis membuat sebuah instrumen penelitian yang di dalamnya mengandung pertanyaan-pertanyaan tentang variabel-variabel yang ingin diteliti dan diketahui datanya.

Instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah berupa angket. Angket adalah salah satu instrumen penelitian nontes. Selain angket, penulis juga menggunakan instrumen penelitian yang lain berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (Subana, 2005:127). Pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas tersebut biasanya dilakukan dengan pengujicobaan instrumen jika instrumennya dibuat sendiri oleh peneliti. Alangkah baiknya jika instrumen yang dipakai sudah teruji valid dan reliabel oleh peneliti-peneliti sebelumnya, sehingga menjadi instrumen baku dan dapat dipergunakan oleh siapapun dan kapan pun.

Instrumen yang penulis gunakan penulis buat sendiri, sehingga perlu diuji mengenai validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji tingkat kelayakan (validitas dan reliabilitas) angket diberikan kepada responden

(30)

Untuk menguji validitas instrumen, penulis menggunakan cara seperti yang dikemukakan oleh Azuar Juliandi (2007), yaitu dengan metode validitas konstruk memanfaatkan program Microsoft Exel. Menurut beliau, “untuk menguji validitas dapat menguji ’’korelasi skor- skor setiap item angket dengan skor total variabelnya”. Kriterianya adalah suatu item instrumen valid jika nilai korelasinya adalah ’’positif’ dan “lebih besar atau sama dengan r tabel”. Nilai r tabel untuk n=50 adalah 0,279. Nilai korelasi tiap item pertanyaan dengan item total harus lebih dari 0,279 untuk dapat dikatakan bahwa item pertanyaan itu valid. Hasil uji validitas konstruk ini menyatakan bahwa semua item pertanyaan baik variabel x maupun variabel y pada angket yang penulis buat adalah valid. Nilai korelasinya berturut-turut dari pertanyaan 1 sampai pertanyaan 10 untuk variabel x adalah : 0,385; 0,525; 0,473; 0,416; 0,657; 0,739; 0,403; 0,459; 0,491; 0,443. Sedangkan nilai korelasi item pertanyaan 1 sampai 10 variabel y berturut-turut adalah: 0,528; 0,580; 0,400; 0,481; 0,691; 0,428; 0,420; 0,584; 0,449; 0,530 (hasil uji validitas terlampir).

(31)

instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60.” Uji reliabilitas instrumen variabel x dengan metode Split Half ini menghasilkan nilai korelasi 0,673. Nilai tersebut lebih dari 0,60 sehingga instrumen penelitian variabel x dinyatakan valid. Sedangkan untuk variabel y menghasilkan nilai 0,614 sehingga dikatakan instrumen ini pun reliabel (hasil perhitungan reliabilitas terlampir).

a. Spesifikasi Angket

Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan angket adalah spesifikasi data yaitu disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuannya. Spesifikasi data dilakukan dengan cara menyusun kisi-kisi angket yang terdiri dari:

1) Menentukan konsep tentang perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

2) Menentukan aspek dan indikator yang diukur dari variabel perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

3) Menyusun butir-butir pertanyaan b. Cara Pemberian Skor

(32)

Angket terdiri dari dua kelompok pertanyaan. Kelompok pertama adalah pertanyaan untuk mengukur variabel perilaku keagamaan orang tua, beijumlah 10 butir, dan kelompok kedua adalah untuk mengukur variabel akhlak siswa, beijumlah 10 butir.

Skor maksimal untuk variabel perilaku keagamaan orang tua didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (tertinggi) yaitu beijumlah 50 dan skor minimal didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat tidak setuju (terendah) yaitu berjumlah 10. Sedangkan skor maksimal dan minimal untuk variabel akhlak siswa berturut-turut adalah 50 dan 10.

6. Analisis Data

a. Analisis Pendahuluan

Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing penelitian. Analisis ini digunakan rumusan Prosentase :

P = — : 100%

N

Keterangan : P = Prosentase

(33)

b. Analsis Lanjutan

Analsis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec. Bancak Kab. Semarang dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Penulis menggunakan product moment dengan rumusan sebagai berikut:

R x y = —i

N*y-<Z*yx.y)

____ ___

= Koefisiean antara variable x dan variable y = Banyaknya data

= Variabel pengaruh = Variabel terpengaruh

= Jumlah skor dalam distribusi x

Is

l x

= Jumlah skor dalam distribusi y = Jumlah kuadrat skor x

= Jumlah kuadrat skor y

H. Sistematika Penulisan

(34)
(35)

BAB n

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Keagamaan Orang Tua

1. Perilaku

Seperti yang telah dijabarkan pada bab di depan, perilaku mempunyai pengertian yaitu tanggapan reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Masalah perilaku ini memperoleh perhatian yang cukup besar dari al-Mawardi. Menurut Fakhry (1996:86), “Bagian ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya wa al-Din juga berhubungan dengan ‘perilaku individu’....” Masih dalam Fakhry, perhatian al-Mawardi sangat besar dalam hal analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, kontrol diri, amanat dan terbebas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan sosial, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan. Namun penjelasan yang terakhir ini lebih berisikan mengenai akhlak,

a. Pengertian Perilaku

(36)

mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekeija, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003:114).

(37)

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini teijadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R” atau Stimulus - Organisme - Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

1) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

(38)

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

b. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup {covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek {practice).

c. Domain Perilaku

(39)

1) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007: 139)

d. Proses Terjadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut teijadi proses yang berurutan, yakni.

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

(40)

sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo, 2003: 122)

2. Keagamaan Orang Tua

Keagamaan berarti yang mempunyai ciri atau sifat agama. Adapun definisi agama itu banyak seperti beberapa pendapat di bawah ini:

Seperti yang dikatakan Rathomy (1974:103), ’’agama adalah penyuluh yang dapat menghantarkan masyarakat ke arah kemajuan dan keluhuran, sedangkan melaksanakan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan seluruh umat.”

Sedangkan Nasution (1974:10) mengatakan, ’’agama adalah dustur ilahi yang didatangkan Allah buat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di dunia untuk mencapai kejayaan dunia dan kesentosaan akhirat.”

Definisi agama yang lain dikemukakan oleh Amin (1991:20), agama adalah risalah yang disampaikan kepada rosul atau nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata-tertib cara hidup yang nyata baik hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia dan alam sekitarnya.”

(41)

yang dimaksud adalah meliputi latar belakang pendidikan agama, keaktifan dalam organisasi keagamaan, pengalaman kehidupan kemasyarakatan, menjalankan perilaku-perilaku agama dan sikap keagamaan yang baik.

Tindakan manusia beragama selalu didasarkan pada agama yang dianut. Namun pada dasarnya, walaupun terdapat bermacam- macam agama di dunia, terdapat kesamaan dalam segi penganutnya harus beribadah sebagai wujud menyembah kepada Sang Tuhan dan berperilaku baik kepada sesama manusia dan lingkungan. Selalu terdapat dua macam hubungan, yaitu hubungan vertikal dan horizontal. Tidak ada agama yang memerintahkan penganutnya berbuat hal yang buruk. Akal digunakan sebatas menalar hal-hal yang dapat dipikirkan, di luar itu adalah daerah “kekuasaan” agama. Agama sendiri memerintahkan umatnya untuk selalu menggunakan akal agar tidak serupa dengan hewan.

Jika tindakan manusia beragama berlandaskan pada agama yang dianut, maka tindakan manusia tidak beragama hanya didasarkan pada akal. Baik atau buruk sebuah perbuatan dipertimbangkan oleh akal semata. Karena keterbatasan akal, maka kebaikan yang dilakukannya pun terbatas dan sering kali malah keluar dari norma yang dibangun oleh akal itu sendiri.

(42)

(Allah) yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Berisi tentang perintah yang baik dan menjauhi larangan Allah sesuai dengan ajaran Rosulullah.

Dalam kesimpulan ini, Perilaku Keagamaan adalah tanggapan reaksi individu terhadap kepercayaan kepada pencipta alam semesta (Allah) yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. dan menjauhi larangan- Nya sesuai dengan ajaran rosulullah.

Perilaku keagamaan ini akan mengatur kebiasaan manusia dalam beribadah kepada Allah. Bila perilaku ini menyimpang jauh sekali dengan norma yang berlaku, maka orang ini disebut abnormal

(Davidoff, 1991:219) atau sifat keberagamaan masih minim sekali. Jika nilai-nilai agama yang mereka pilih untuk dijadikan pandangan hidup, maka sikap keberagamaan akan terlihat pula dalam kehidupan mereka. Sikap keberagamaan itu akan dipertahankan sebagai identitas dan kepribadian mereka, sikap keberagamaan ini membawa mereka untuk secara mantap menjalankan ajaran agama yang mereka anut (Jalaludin, 2000:96).

(43)

Lebih jauh lagi menurut Prof. Dr.Zakiah Daradjat, “meski pendidikan agama telah dilakukan sejak dini, bahkan saat bayi masih dalam kandungan sering diperdengarkan ayat Al-Quran, namun alangkah baiknya bila dilakukan lebih dini lagi (Daradjat, 2005:97).” Menurut beliau, sebelum seorang perempuan hamil dan seorang laki-laki menikah dan menjadi ayah, mereka harus mendapatkan bimbingan agama yang benar.

Karena orang tua adalah pembentuk dasar keagamaan generasi muda melalui pendidikan anak, maka sudah sepantasnya orang tua senantiasa mempelajari ilmu agama, memperdalam dan mengamalkannya. Hal ini mudah dipahami, bagaimana orang tua dapat memberi pendidikan agama kepada anak-anaknya apabila dia sendiri tidak memiliki pemahaman agama yang cukup. Oleh sebab itu, walaupun telah memperoleh pendidikan agama di sekolah formal mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, orang tua harus selalu mengisi waktu luang dengan membaca buku-buku teks agama, bertanya pada ulama, menghadiri majlis ta’lim kemudian mempraktikkan apa yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam keluarga.

Anak-anak yang duduk di kelas IV, V dan VI tingkat sekolah dasar rata-rata berumur antara 9 sampai 13 tahun. Pada masa ini anak memiliki sifat antara lain:

a) mempunyai perhatian terhadap kehidupan praktis sehari-hari b) amat realistis, ingin tahu, ingin belajar;

(44)

d) membutuhkan bantuan guru atau orang tua;

e) senang membentuk kelompok sebaya. (Mustaqim, 2001:19) Sifat anak yang mulai memperhatikan kehidupan praktis sehari- hari mengharuskan orang tua memberikan teladan yang baik bagi perkembangan anak. Dengan tindakan, anak akan lebih mudah dididik daripada dengan perintah-perintah lisan.

Untuk mengukur tingkat keagamaan orang tua, penulis menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib tepat waktu 2. Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib berjamaah 3. Rajin melaksanakan shalat sunat rawatib

4. Rajin melaksanakan puasa bulan ramadhan sebulan penuh

5. Mengganti segera mungkin puasa ramadhan yang ditinggalkan karena adanya halangan.

6. Rajin mengeluarkan zakat fitrah setelah selesai melaksanakan puasa bulan ramadhan.

7. Rajin membaca Al-Qur’an dalam setiap hari.

8. Sering berkunjung ke rumah kerabat untuk menjalin silaturrahmi 9. Rajin mengikuti kegiatan Keagamaan di masyarakat.

(45)

B. Akhlak Siswa

1) Pengertian Akhlak

Kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kata ”Akhlak”

(Bahasa Arab), yang merupakan bentuk jamak dari kata “Khuluq”

(Bahasa Arab) yang berarti perangai, budi, tabiyat, dan adab. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-Qalam ayat 4 :

f* s5 ^

Artinya: "Dan sesungguhnya engkau berbudi pekerti yang agung”

Menurut Al Ghozali harus mencakup dua syarat:

^ ***.’ SjLp JjiiM

%J j J

J'

J ? J * T ~ iJ

Artinya: "Akhlak adalah suatu sifat bawaan pada manusia yang daripadanya akan timbul perbuatan yang mudah dan cepat tanpa memerlukan pertimbangan dahulu. (Al-ghozali, tt, 57)

Akhlak berasal dari kata arab al khuluq (jamaknya al akhlak)

ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, dari padanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan (Zainuddin, dkk, 1991:102).

Urgensi akhlak bagi kaum muslim diketahui dari tujuan nabi Muhammad diutus ke dunia. Nabi bersabda “sesungguhnya aku diutus hanya untuk membenahi akhlak yang mulia” (At Thahir, 2006:19). Melalui hadits tersebut, nabi hendak menekankan bahwa sejak awal,

(46)

Demikianlah bahwa kemerosotan akhlak adalah penyakit masyarakat, untuk menggulanginya diperlukan usaha keras.

2) Etika dan Akhlak Islami

Ada beberapa etika (adab) dan akhlak Islami yang harus diperhatikan oleh setiap muslim dan harus diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya. Etika-etika ini akan memberikan buah (hasil) yang baik bila ditanam dalam diri seseorang sejak dini, maksudnya sejak dia masih kecil. Nabi Muhammad selalu mengajarkan etika dan akhlak Islami kepada anak-anak. Di antara etika dan akhlak yang dimaksud adalah:

a. Adab Mengucap Salam

Salam adalah penghormatan Islami. Anak pasti akan bertemu dengan orang-orang yang tentunya berbeda-beda tingkatan mereka. Karena itu, anak perlu mengenal kunci pembicaraan dengan mereka, yaitu salam (Hamman, 2007: 157-

158).

b. Adab Meminta Ijin

(47)

belum baligh. Tujuan meminta ijin ini adalah agar mereka tidak melihat aurat anggota keluarga yang lain.

Para psikolog sekarang, setelah kemajuan teknologi demikian pesat, menegaskan bahwa pandangan yang terlihat oleh mata seorang anak sewaktu kecil dapat berpengaruh terhadap kehidupannya. Terkadang anak akan mengalami beberapa penyakit jiwa dan gangguan emosi yang sulit disembuhkan (Hamman, 2007: 159-162).

c. Adab Menahan Pandangan

Seorang anak kecil terkadang bersikap ceroboh, terkadang suka lupa diri, dan pada saat-saat tertentu terkadang dirinya dikalahkan oleh hawa nafsunya, sehingga dia pun akan melayangkan pandangannya ke arah sejumlah perempuan.

(48)

d. Memisahkan Tempat Tidur

Ini adalah hal yang sangat penting untuk pendidikan seks anak. Ajaran ini tidak pernah diajarkan oleh syari’at mana pun, selain Islam.

Pemisahan tempat tidur dimulai pada usia sepuluh tahun, saat hasrat seksual mulai berkembang. Caranya adalah tidak menyuruh anak tidur dalam satu selimut, atau dengan cara menyuruh mereka tidur di atas satu ranjang atau satu kasur namun dengan dua selimut berbeda. Idealnya, mereka memiliki kamar sendiri-sendiri (Hamman, 2007).

e. Kejujuran

Jujur adalah dasar akhlak Islam yang paling penting dan membutuhkan usaha keras agar seorang terbiasa dengannya. Rasulullah senantiasa berusaha membiasakan akhlak ini pada diri anak dengan memerintahkan orang tua agar tidak berbohong terhadap anak. Hal itu dimaksudkan agar anak tidak meniru dan menganggap berbohong adalah hal yang biasa (Hamman, 2007).

f. Menjaga Rahasia

(49)

g. Budi Pekerti Malu

Malu adalah pekerti baik yang terkadung dalam diri seseorang. Rasa malu akan mencegahnya dari perbuatan dosa atau bersikap sewenang-wenang terhadap hak orang lain dan akan mencegahnya untuk kembali melakukan kemaksiatan (At Thohir, 2006:25-26).

h. Berbakti Kepada Kedua Orang Tua

Allah memberitahukan bahwa orang tua telah banyak mengalami kesusahan dalam kehidupan mereka demi anak- anaknya, dan mereka pun banyak menanggung kesengsaraan dan keletihan. Para ibulah sosok yang harus menanggung rasa sakit saat hamil, melahirkan, dan menyusui. Selanjutnya giliran sang ayah yang berusaha, bekeija dan bersusah payah untuk memberikan kehidupan yang layak bagi anak-anaknya yang masih kecil. Kita tidak akan dapat membalas kebaikan orang tua walaupun hanya sebagian dari rasa sakit ibu ketika mengejan saat melahirkan. Oleh karena itu, berbakti kepada kedua orang tua wajib hukumnya (At Thohir, 2006:38).

i. Kelembutan, Kasih Sayang dan Belas Kasih

(50)

adalah manusia yang berhati lembut dan selalu mengeijakan kebaikan (At Thohir, 2006:58-59).

j. Menyampaikan Amanah dan Tidak Menipu

Menipu adalah sifat orang-orang munafik dan bukan sifat orang muslim, sebab menipu itu sama halnya dengan berdusta, sementara seorang muslim yang benar tidak akan pernah melakukan dusta. Adapun keuntungan sifat kejujuran dan amah, “...kejujuran dan amanah adalah perbuatan yang baik dan kebaikan dapat menyebabkan pelakunya masuk surga” (At Thohir, 2006:92).

k. Tawadlu’ dan Tidak Sombong

Sikap sombong adalah bila seseorang meyakini bahwa dirinya lebih baik, lebih tinggi, dan lebih utama daripada mereka, dan meyakini bahwa pekerjaannya lebih baik daripada pekeijaan mereka. Adapun sikap tawadlu' adalah bila seseorang menganggap dirinya sederhana dan tidak lebih tinggi daripada orang lain karena ilmu, harta, atau pekerjaannya (At Thohir, 2006:101).

l. Hak Seorang Muslim Atas Muslim Lain

(51)
(52)

C. Hubungan Perilaku Keagamaan Orang Tua dengan Akhlak Anak

Kepribadian manusia sebenarnya telah diatur semacam sistem kerja untuk melaraskan tingkah laku manusia agar tercapai ketentraman dalam batinnya (Jalaludin, 2000:166). Sistem keija ini berupa keseimbangan alam yang sangat penting. Salah satu faktor penting yang sering mengubah keseimbangan ini adalah faktor manusia sendiri. Manusia seringkali menjadi penyebab utama terjadinya berbagai macam kecelakaan (human error) di berbagai segi kehidupan manusia sendiri. Di tempat kerja, di jalan, bahkan kecelakaan di tempat mereka istirahat pun bisa terjai. Dari sini, maka penting sekali membenahi aspek tingkah laku manusia agar selaras dengan keseimbangan alam, sehingga tercipta keamanan, ketenteraman dan kebahagiaan dalam hidupnya. Di sinilah peran agama begitu penting. Karena di dalam ajaran agama, ada aturan-aturan mengenai bagaimana seharusnya manusia menjalani hidupnya agar tetap selaras dengan keseimbangan yang juga merupakan aturan dari Yang Maha Kuasa.

(53)
(54)

BAB m

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang pada Tahun Pelajaran 2009. Bab ini akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Madrasah tersebut. Untuk memberikan gambaran konteks, terlebih dahulu akan disajikan tentang MI tersebut.

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bancak

1. Tinjauan Historis MI Darussalam Bancak

MI Darussalam Bancak merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh para tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat, diantaranya: Bpk. Muhlis, Bpk. Nusha, Bpk Sutamo, dan Suratman Dan didirikan pada tanggal 11 Mei 1950.

Maksud dan tujuan didirikan Madrasah ini yaitu: untuk memberikan pendidikan pada anak usia 6-12 tahun atau usia tingkat sekolah dasar baik pendidikan umum maupun pendidikan bersifat keagamaan.

2. Komunitas Madrasah

(55)

komunitas para buruh dan petani tadah hujan. Mereka adalah orang-orang yang ketika musim kemarau rata-rata pergi merantau sehingga mempengaruhi proses keberagamaan orang tua sendiri. Selain itu, kegiatan merantau ini juga mempengaruhi perkembangan pendidikan keagamaan dan akhlak bagi anak. Orang tua merupakan pemimpin {leadership) dalam keluarga, oleh sebab itu segala tingkah laku mereka akan menjadi contoh bagi anak.

3. Visi MI Darussalam Bancak

Hasil wawancara penulis dengan Kepala Madrasah memperoleh hasil bahwa visi MI Darussalam Bancak adalah “Prestasi Meningkat Budi Pekerti Melekat”. Maksud visi ini kurang lebih adalah menghasilkan lulusan yang berprestasi dan berbudi pekerti.

4. Misi MI Darussalam Bancak

Misi Madrasah Ibtidaiyah Darussalam Bancak, yaitu: a. Meningkatkan prestasi akademis

b. Meningkatakn prestasi olah raga

c. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

d. Meningkatkan ketrampilan siswa

e. Meningkatkan kedisiplinan warga sekolah

(56)

5. Letak Geografis MI Darussalam Bancak

MI Darussalam terletak di Dusun Banaran RT. 003 Rw. 007 Desa Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. MI Darussalam memiliki luas tanah 900 m3 dan terletak di tempat yang strategis karena dapat dijangkau kendaraan roda empat. Batas-batas luas Madrasah Ibtidaiyah Bancak, yaitu:

a. Sebelah utara : Tanah Bapak Munzamil b. Sebelah barat : Tanah Bapak Suroto c. Sebelah selatan : Tanah Bapak Sujaeri

d. Sebelah timur : Jalan Raya Protokol Banaran Bancak

6. Struktur Organisasi

(57)

a. Organisasi Komite

Gambar 3.1: Struktur Organisasi Komite Sekolah MI Darussalam Bancak

b. Organisasi Sekolah

Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah Sekretaris

Bendahara Guru kelas

: Muh. Sholeh, S.Ag

: M. Khubet, A.Ma : Listiyowati, A.Ma : I : Listiyowati, A.Ma

(58)

IV : Syaekodin, A.Ma V : Alimin Taufiq, S.Pdi VI : M. Khubet, A.Ma Guru Mapel : - Wiwik Maizunanik, S.Ag

- Muh. Sholeh, S.Ag

Tenaga Perpustakaan : Suraya Lutfatul Afidah, A.Ma

Penjaga :

-7. Kurikulum MI Darussalam Bancak

Dalam mengembangkan dan mengoptimalkan potensi anak MI Darussalam Bancak menggunakan kurikulum sebagai berikut:

a. Kurikulum Nasional, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang sering dikenal dengan KTSP. Agar KTSP ini dapat dilaksanakan dengan baik, MI Darussalam ini menggunakan

Management Basic Educatiaon (MBE), dan Management Basic School (MBS) dalam pengelolaan madrasah.

b. Kurikulum Muatan Lokal 1. Bahasa Jawa

2. Baca Tulis Al-qur’an (BTA) 3. Bahasa Inggris

c. Pengembangan Diri 1. Pramuka

(59)

3. Qiro’ati

4. Olah Raga (Sepak Bola, Bolavoly, Kasti)

8. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa MI Darussalam Bancak

Proses belajar mengajar akan dapat beijalan dengan baik manakala ada tenaga guru, siswa dan tenaga adminitrasi mempunyai keahlian, bakat, atau sesuai dengan bidang pendidikannya. Adapun jumlah guru dan karyawan di MI Darussalam Bancak beijumlah 9 orang dengan perincian 6 orang guru kelas, 2 orang guru mapel, dan 1 orang karyawan perpustakaan.

Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Darussalam Bancak

No Nama Jabatan Pendidikan Terakhir

1 Muh. Sholeh, S. Ag Kepala Sekolah dan

Guru Mapel SI

2 M.Khubet, A.Ma Guru Kelas D II

3 Alimin Taufiq, S.Pdi Guru Kelas SI

4 Anik Ambarwati, A.Ma Guru Kelas D II

5 M.Khairul Anwar, S Pdi Guru Kelas SI

6 Listiyowati, A.Ma Guru Kelas D II

7 Syaekodin, A.Ma Guru Kelas D n

8 Wiwik Maizunanik, S.Ag Guru Mapel SI

9 Suraya Lutfatul Afidah, A.Ma Kar. Perpustakaan D II

9. Keadaan Siswa dan Siswi MI Darussalam Pada Tahun Pelajaran 2009

(60)

Tabel 3.2 : Keadaan Siswa MI Darussalam Bancak Tahun 2009

No Kelas Putra Putri Jumlah

1 I 17 16 33

1. Data Perilaku Keagamaan Orang Tua

Angket mengenai perilaku keagamaan orang tua penulis sebarkan kepada 81 wali siswa. Adapun hasil dari angket tersebut dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 : Jawaban Angket Orang Tua Siswa MI Darussalam Bancak

(61)
(62)

No Nama Jawaban

2. Data Akhlak Siswa

Untuk memperoleh data mengenai akhlak siswa, penulis menggunakan angket yang berisi 10 pertanyaan dan penulis sebarkan kepada 81 orang siswa di MI Darussalam Bancak kelas 4, 5 dan 6. Adapun hasil dari angket tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4. Jawaban Angket Siswa MI Darussalam Bancak Tahun 2009

(63)
(64)
(65)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai tiga bagian utama, yaitu (1) Analisis terhadap tiap-tiap variabel, (2) pengujian hipotesis, dan (3) pembahasan hasil uji hipotesis. Data diperoleh dengan menyebarkan angket kepada 81 orang siswa dan sekaligus orang tua siswa yang duduk di kelas 4, 5 dan 6 MI Darussalam Bancak. Adapun ketiga bagian tersebut lebih lanjut di bahas di bawah ini.

A. Analisis Deskriptif

1. Perilaku Keagamaan Orang Tua

Data yang penulis peroleh dengan menyebarkan angket ke 81 orang responden kemudian dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Setelah dikelompokkan, penulis menyusun skor dari angket yang telah terisi oleh responden dan memberikan penilaian berdasarkan aturan:

1. Jawaban responden a diberi skor 5 2. Jawaban responden b diberi skor 4 3. Jawaban responden c diberi skor 3 4. Jawaban responden d diberi skor 2 5. Jawaban responden e diberi skor 1

(66)

Setelah data tentang variabel perilaku keagamaan orang tua terkelompokkan, penulis menyusun tabel distribusi frekuensi untuk variabel tersebut. Pada tabel ini penulis menyajikan nilai-nilai dari variabel perilaku keagamaan orang tua yang penulis peroleh dari angket. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Perilaku Keagamaan Orang Tua

No Interval Nilai Fabs Fre,(%)

1 23-26 4 4,9

Hasil olah data deskriptif menggunakan Microsoft Exel memperlihatkan bahwa dari kuesioner diperoleh nilai minimum sebesar 23 dan nilai maksimum sebesar 50 dengan distribusi data seperti pada tabel 4.1. Nilai rata-rata 39,32 dan standar deviasi 6,67. Adapun simpangan baku sebesar 0,74, dengan median 40 dan modus 36.

(67)

sebanyak 19 responden atau 23,5% berada pada nilai rata-rata, dan sisanya sebanyak 26 responden atau 22,1% memiliki nilai di atas rata-rata.

Sedangkan berdasarkan angket, diperoleh nilai perilaku keagamaan orang tua di MI Darussalam Bancak dengan nilai tertinggi adalah 50 dan nilai terendah adalah 23. Dengan menggolongkan data tersebut kedalam tiga kelas, maka diketahui interval kelasnya, yakni:

_ (nilai tertinggi - nilai terendah) + 1

jumlah kelas

(5 0 -2 3 ) + ! 3

. 28

l ~ 3

i = 9,3

Dengan kelas interval 9,3 dan dibulatkan menjadi 10 untuk memudahkan, diperoleh penggolongan perilaku keagamaan orang tua sebagai berikut:

41-50 termasuk kategori tinggi, diberi lambang A

31-40 termasuk kategori sedang, diberi lambang B

21-30 termasuk kategori rendah, diberi lambang C

(68)

jumlah responden yang berada di atas nilai kategori sedang. Selain itu, responden yang menjawab pada rentang nilai rendah (21-30) hanya 9 responden (11,1%), responden yang menjawab pada rentang nilai sedang (31-40) berjumlah 34 responden (42,0%) dan yang menjawab pada rentang nilai tinggi (41-50) berjumlah paling banyak, yaitu 38 responden (46,9%) (hasil terlampir). Kesimpulan ini menjawab permasalahan pertama yaitu “Bagaimanakah perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?”

2. Akhlak Siswa

Peroleh data mengenai akhlak siswa ini penulis peroleh dengan cara menyebarkan angket kepada 81 orang siswa yang menjadi responden. Adapun kriteria skor tiap butir sama dengan kriteria skor pada butir pertanyaan untuk perilaku keagamaan orang tua, yaitu sebagai berikut:

1. Jawaban responden a diberi skor 5 2. Jawaban responden b diberi skor 4 3. Jawaban responden c diberi skor 3 4. Jawaban responden d diberi skor 2 5. Jawaban responden e diberi skor 1

(69)

yang penulis peroleh dari angket. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Akhlak Siswa

No Interval Nilai fabs Fre,(%)

1 23-26 7 8,6

2 27-30 8 9,9

3 31-34 12 14,8

4 35-38 12 14,8

5 39-42 13 16,0

6 43-46 13 16,0

7 47-50 16 19,8

Jumlah 81 100,0

Hasil olah data deskriptif menggunakan Microsoft Exel (terlampir) memperlihatkan bahwa dari kuesioner diperoleh nilai minimum sebesar 23 dan nilai maksimum sebesar 50 dengan distribusi data seperti pada tabel 4.2. Nilai rata-rata 38,28 dan standar deviasi 7,84. Adapun simpangan baku sebesar 0,87, dengan median 39 dan modus 50.

Berdasarkan tabel 4.2. terlihat bahwa perolehan skor paling sedikit terdapat pada interval kelas pertama yaitu 7 (8,6%), sedangkan perolehan skor paling banyak terdapat pada interval kelas ketujuh (47-50) dengan frekuensi sebanyak 16 (19,8%). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh modus (Mo) = 50 dan median (Me) = 39, sedangkan nilai rata-rata (mean) = 38,28 dan simpangan baku (s) = 0,87.

(70)

adalah 23. Dengan menggolongkan data tersebut ke dalam tiga kelas, maka diketahui interval kelasnya, yakni:

(nilai tertinggi - nilai terendah) + 1

jumlah kelas

(5 0 -2 3 ) + ! 3

/ 28 3

i = 9,3

Dengan kelas interval 9,3 dan dibulatkan menjadi 10 untuk memudahkan, diperoleh penggolongan akhlak siswa sebagai berikut:

41-50 termasuk kategori tinggi, diberi lambang A

31-40 termasuk kategori sedang, diberi lambang B

21-30 termasuk kategori rendah, diberi lambang C

(71)

Kesimpulan ini menjawab permasalahan penelitian yang kedua, yaitu “Bagaimanakah akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009?”

B. Pengujian Hipotesis

Pada bagian ini, penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis bangun sebelumnya, yaitu “ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009”. Ho atau hipotesis nol dari penelitian ini adalah “tidak ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009”.

Terlebih dahulu penulis mencari ada tidaknya hubungan antar variabel ((correlation) x dan y dengan menggunakan rumus korelasi pearson product-moment. Hasil perhitungan menghasilkan nilai koefisien korelasi (r) yagn menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Umumnya, jika nilai koefisien korelasi mendekati nol, maka hubungan antar variabel tersebut semakin lemah.

(72)

= 0, maka dikatakan bahwa antara variabel x dengan variabel y tidak ada hubungan sama sekali. Jika r hitung < r tabel, terdapat hubungan negatif antara variabel x dengan variabel y. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel dengan rumus korelasi sebagai berikut:

Keterangan:

% : korelasi antara variabel x dan variabel y xy : product dari x dan y

N : jumlah sampel yang diteliti

X : nilai perilaku keagamaan orang tua Y : nilai akhlak siswa

Sebelum melakukan penghitungan koefisien korelasi, penulis terlebih dahulu menyusun tabel keija koefisien korelasi antara x dan y. Setelah tabel kerja tersusun, barulah penghitungan koefesien korelasi dapat dilakukan.

1. Membuat tabel kerja koefisien korelasi antara x dan y

Pada tahap ini, penulis menyusun sebuah tabel bantu atau tabel keija untuk variabel x yaitu perilaku keagamaan orang tua dan variabel y yaitu akhlak siswa. Tabel ini berisi pula mengenai kuadrat variabel x dan variabel y serta perkalian variabel x dengan variabel y serta jumlah masing-masing.

(73)
(74)

NoR esp X Y X2 Y2 X.Y

53 48 50 2304 2500 2400

54 37 29 1369 841 1073

55 50 48 2500 2304 2400

56 36 41 1296 1681 1476

57 36 35 1296 1225 1260

58 46 47 2116 2209 2162

59 36 26 1296 676 936

60 38 37 1444 1369 1406

61 48 44 2304 1936 2112

62 46 50 2116 2500 2300

63 31 47 961 2209 1457

64 37 47 1369 2209 1739

65 36 42 1296 1764 1512

66 47 36 2209 1296 1692

67 48 39 2304 1521 1872

68 44 39 1936 1521 1716

69 48 49 2304 2401 2352

70 37 35 1369 1225 1295

71 29 32 841 1024 928

72 41 44 1681 1936 1804

73 31 35 961 1225 1085

74 37 37 1369 1369 1369

75 33 31 1089 961 1023

76 29 23 841 529 667

77 32 33 1024 1089 1056

78 38 36 1444 1296 1368

79 39 40 1521 1600 1560

80 41 46 1681 2116 1886

81 47 50 2209 2500 2350

(75)

2. Mencari Nilai Koefisien Korelasi (r^)

Rum us ^

y)

&Z*,-(Z*TkZ?-(Lyy)

81 x 124270 - ( 3185 x 3101 )

128801 - ( 3185 )2) ( 81 x 123647 - ( 3101 )2 )

*

7

10065870 - ( 9876685 )

( 10432881 - 10144225 )( 10015407 - 9616201 )

r x y ~ mmmp

V

189185

( 288656 )( 399206 )

189185 ( 115233207136 )

= 189185 339460,1702

r = 0,557

(76)

C. Pembahasan

1. Perilaku Keagamaan Orang Tua di MI Darussalam Bancak Tahun

Pelajaran 2009/2010

Untuk menjawab masalah penelitian yang pertama, yaitu “bagaimanakah perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009”, penulis akan menjelaskan hasil analisis deskriptif dari data penelitian mengenai perilaku keagamaan orang tua.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai modus, yaitu nilai yang banyak keluar dalam angket adalah 36, dan nilai rata-rata jawaban angket berada pada kisaran angka 39,32. Dari angket diketahui pula bahwa walaupun ditetapkan bahwa nilai minimum jawaban adalah 10 dan maksimum adalah 50, namun di lapangan diperoleh nilai minimum 23 dan maksimum mencapai 50. Berdasarkan nilai minimum dan maksimum ini, kemudian disusun penggolongan nilai ke dalam 3 golongan, yaitu; rendah (21-30), sedang (31-40) dan tinggi (41-50) seperti dalam lampiran.

Gambar

Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Darussalam Bancak............ 47
Gambar 3.1: Struktur Organisasi Komite Sekolah MI Darussalam Bancak
Tabel 3.1 Keadaan Guru dan Karyawan MI Darussalam Bancak
Tabel 3.2 : Keadaan Siswa MI Darussalam Bancak Tahun 2009
+4

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, menurut Pasal 1892, perbuatan hukum yang dapat dibatalkan karena adanya cacat yang tidak berakibat batal demi hukum, masih dapat disahkan melalui penetapan ataupun

Dalam Laporan Akhir ini penulis mengambil judul “ Perencanaan Gedung Pondok Pesantren Muqimus Sunnah ”. Laporan Akhir ini dibuat selain untuk memenuhi persyaratan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kadar Aspal Optimum, stabilitas, kelelehan, VIM, VMA, VFA, dan MQ pada campuran aspal beton AC-BC yang menggunakan batu

Kisi-kisi ini disajikan dengan maksud untuk memberikan informasi mengenai butir-butir yang drop setelah dilakukan uji validitas dan uji reabilitas serta analisis butir pertanyaan

Jadi, Gita Gesing adalah sebuah karya musik yang ingin menampilkan suara atau bunyi atau nyanyian yang berasal dari alat-alat musik yang terbuat dari bambu baik

According to the developments in the archipelago despite songket gold thread was. found in the ruins of the site of Srivijaya in Sumatra, along with rubies

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya, karena berkat rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan

Untuk penyelesaian transaksi yang melibatkan dana dalam C-BEST, diharapkan Pemegang Rekening membuka rekening dana sesuai mata uang asing Efek tersebut (mis: USD untuk.. Obligasi