• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semarang tahun 2009?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok masalah, maka yang menjadikan tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perilaku keagamaan orang tua siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

2. Untuk mengetahui akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009

3. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun 2009

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah ”suatu jawaban yang bersifat sementara sampai terbukti melalui data yang terkumpul” (Arikunto, 1984:62) atau jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti (Sarwono, 2006:65). Dengan kata lain hipotesis adalah merupakan praduga yang mungkin benar dan mungkin juga salah (Hadi, 1981:63). Menurut Prof. Dr. S. Nasution, hipotesis adalah ’’pernyataan tentatif yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya”.

Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis bahwa ”ada hubungan yang positif dan signifikan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak, Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang tahun 2009”.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini memiliki kegunaan yang dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dalam bidang teoretis dan dalam bidang praktis. Dalam bidang teoritis, penulis berharap agar hasil penelitian ini mampu memberikan sumbangsih bagi pengembangan ilmu khususnya dalam disiplin ilmu tarbiyah dan dalam bidang pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti yang lebih umum.

Secara praktis, penulis berharap penelitian ini dapat membantu orang tua untuk lebih memahami mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak anaknya. Salah satunya adalah faktor keteladanan yang berasal dari orang tua sendiri, yaitu perilaku keagamaan orang tua. Hal ini penting diketahui karena orang tua adalah peletak dasar akhlak bagi anak mereka di masa mendatang, sedangkan anak, adalah pribadi yang masih mencari figur yang dapat dicontoh. Sesuai dengan pendapat Prof. dr. Zakiah Daradjat (1976:76) bahwa “orang tua adalah pembina dalam kehidupan anak, kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan....”, maka baik buruknya akhlak anak merupakan tanggung jawab dari orang tua, sebagai figur pertama yang mereka contoh. Kemudian apabila dari lingkungan keluarga dapat terbentuk pribadi-pribadi baru yang berakhlak mulia, maka Indonesia, secara lebih luas, akan memiliki generasi-generasi yang tangguh dan dapat diandalkan. Dari sinilah diketahui bahwa penelitian ini perlu dilaksanakan.

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, baik dalam bidang keilmuwan maupun dalam bidang kehidupan praktis di masyarakat. Dalam bidang keilmuwan, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para pengajar, dosen, pelajar, dan mahasiswa sebagai sumber pengembangan keilmuwan islam khususnya tarbiyah. Sedangkan dalam bidang kehidupan praktis, dapat dipakai sebagai pegangan bagi orang tua untuk mendidik anak berakhlak mulia.

F. Definisi Operasional

Dalam sebuah istilah banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda- beda, maka sangatlah penting penulis menjelaskan beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Hal ini penulis maksudkan untuk menghindari teijadinya kesalah fahaman dalam penafsiran terhadap istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh

Artinya daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang (Depdikbud, 1995:747)

2. Perilaku Keagamaan a. Perilaku

Artinya tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005:859).

b. Keagamaan

Artinya yang berhubungan dengan agama (Depdiknas, 2005:12).

Selanjutnya arti perilaku keagamaan adalah suatu tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dalam beragama, khususnya yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah.

Indikator perilaku keagamaan orang tua antara lain : 1) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib tepat waktu 2) Rajin melaksanakan ibadah shalat wajib berjamaah 3) Rajin melaksanakan shalat sunat rawatib

4) Rajin melaksanakan puasa bulan ramadhan sebulan penuh

5) Mengganti segera mungkin puasa ramadhan yang ditinggalkan karena adanya halangan.

6) Rajin mengeluarkan zakat fitrah setelah selesai melaksanakan puasa bulan ramadhan.

7) Rajin membaca Al-Qur’an dalam setiap hari.

8) Sering berkunjung ke rumah kerabat untuk menjalin silaturrahmi 9) Rajin mengikuti kegiatan Keagamaan di masyarakat.

3. Akhlak

Pengertian akhlak akan lebih jelas, apabila kita lihat secara etimologis dan sekaligus secara terminologis, pengertian tersebut ialah: a. Etimologis

Kata akhlak adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa Arab

Al-Akhlak. Ini merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khuluq yang berarti budi pekerti tabiat atau watak, selanjutnya arti ini sering disepadankan (disinonimkan) dengan kata: Etika, moral, kesusilaan, tata krama, atau sopan santun (Halim, 2000:8).

b. Terminologis

Akhlak ialah perbuatan-perbuatan seseorang yang telah mempribadi, dilakukan secara berulang atas kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan dari pihak lain (Halim, 2000:12).

Indikator akhlak anak yaitu:

1) Sopan santun dalam bicara kepada orang tua

2) Mengucapkan salam terlebih dahulu ketika masuk rumah 3) Minta ijin orang tua jika akan meninggalkan rumah 4) Mencium tangan orang tua jika pergi dari rumah

5) Berani mengakui kesalahan dan minta maaf pada orang tua 6) Sopan santun dalam bicara kepada tetangga

7) Bersabar dalam menghadapi masalah dengan tetangga 8) Tidak suka memandang rendah orang lain

9) Mengucapkan salam bila bertemu teman 10) Sopan santun dalam bicara pada teman

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan studi korelasional. Sedangkan penelitian ini sendiri adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif termasuk ke dalam kategori penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikannya apa adanya (Subana, 2005:26). Dalam penelitian ini penulis bermaksud meneliti mengenai hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Penulis terdorong untuk mencari tahu apakah ada hubungan antara perilaku keagamaan orang tua dengan akhlak anak. Dengan kata lain, apakah akhlak anak berhubungan dengan perilaku keagamaan orang tua mereka dalam kehidupan sehari- hari.

Penelitian ini mengarah pada studi korelasional sejajar dengan teknik angket. Variabel yang penulis teliti bukanlah variabel sebab-akibat hasil eksperimen, melainkan hanya variabel dengan hubungan sejajar saja. Studi korelasional berarti studi yang hanya mencari hubungan antara dua variabel atau lebih saja, dengan tanpa memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel. Penulis hanya mencari hubungan antara variabel x,

yaitu perilaku keagamaan orang tua dengan variabel y, yaitu akhlak siswa. Penulis tidak memberikan perlakuan khusus pada salah satu variabel, oleh karena itu penelitian ini termasuk studi korelasional sejajar.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2009.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri- cirinya akan diduga (Singarimbun, 1995:152). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MI Darussalam Bancak Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 yang berjumlah 170 Siswa.

b. Sampel

Sampel adalah proses menarik sebagian subjek, objek, atau gejala yang ada pada populasi (Sudjana, 1988:71).

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling. Metode ini termasuk dalam golongan

nonprobability sampling. Dalam metode nonprobability sampling, peneliti mengambil sampel tidak dengan cara acak {random).

Purposive sampling sendiri memiliki arti bahwa “sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu” (Mustofa, 2000). Teknik

nonprobability sampling ini penulis terapkan karena adanya beberapa kendala dalam pengambilan sampel. Kendala tersebut adalah; adanya kesulitan yang disebabkan oleh perbedaan umur yang tinggi dan kemampuan akademis siswa yang berbeda dari kelas 1 hingga kelas 6 akan mempersulit penulis memperoleh data melalui angket. Selain itu, karena lingkup penelitian penulis adalah mengenai akhlak, maka siswa yang lebih tepat untuk diambil sebagai subjek penelitian adalah kelas 4, 5 dan 6 karena pada tingkatan ini, siswa dinilai telah baligh menurut Islam dan telah dikenai hukum syariat. Jumlah sampel seluruhnya dari kelas 4, 5 dan 6 adalah 81 siswa.

4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi

Yaitu metode ilmiah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Hadi, 1995:136) atau pengertian yang digunakan adalah suatu metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena- fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986:136).

Metode ini digunakan sebagai alat bantu dalam mengumpulkan data kondisi secara umum mengenai MI Darussalam Bancak, seperti letak geografis, data berupa bagan, struktur organisasi dan lain sebagainya.

b. Metode Interview

Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan, dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan dengan telinga sendiri (Hadi, 1995:192). Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi mengenai sejarah MI Darussalam Bancak serta data-data khusus yang mendukung latar belakang diadakannya penelitian seperti pendapat para guru dan orang tua mengenai akhlak siswa.

c. Metode Angket

Adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya atau suatu daftar yang berisikan pertanyaan mengenai suatu hal atau bidang tertentu (Ningrat, 1977:179).

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec. Bancak Kab. Semarang.

d. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada Subjek penelitian. Dokumentasi dapat berupa catatan pribadi, buku, notulen rapat, catatan khusus (Sukandarrumudi, 2004:100). Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data

yang bersifat dokumentasi, misalnya biodata siswa, biodata orang tua siswa, guru dan karyawan.

5. Instrumen Penelitian

Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis membuat sebuah instrumen penelitian yang di dalamnya mengandung pertanyaan-pertanyaan tentang variabel-variabel yang ingin diteliti dan diketahui datanya.

Instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah berupa angket. Angket adalah salah satu instrumen penelitian nontes. Selain angket, penulis juga menggunakan instrumen penelitian yang lain berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

Karakteristik instrumen yang baik sebagai alat evaluasi hendaklah memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas (Subana, 2005:127). Pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas tersebut biasanya dilakukan dengan pengujicobaan instrumen jika instrumennya dibuat sendiri oleh peneliti. Alangkah baiknya jika instrumen yang dipakai sudah teruji valid dan reliabel oleh peneliti-peneliti sebelumnya, sehingga menjadi instrumen baku dan dapat dipergunakan oleh siapapun dan kapan pun.

Instrumen yang penulis gunakan penulis buat sendiri, sehingga perlu diuji mengenai validitas dan reliabilitasnya. Untuk menguji tingkat kelayakan (validitas dan reliabilitas) angket diberikan kepada responden

Untuk menguji validitas instrumen, penulis menggunakan cara seperti yang dikemukakan oleh Azuar Juliandi (2007), yaitu dengan metode validitas konstruk memanfaatkan program Microsoft Exel. Menurut beliau, “untuk menguji validitas dapat menguji ’’korelasi skor- skor setiap item angket dengan skor total variabelnya”. Kriterianya adalah suatu item instrumen valid jika nilai korelasinya adalah ’’positif’ dan “lebih besar atau sama dengan r tabel”. Nilai r tabel untuk n=50 adalah 0,279. Nilai korelasi tiap item pertanyaan dengan item total harus lebih dari 0,279 untuk dapat dikatakan bahwa item pertanyaan itu valid. Hasil uji validitas konstruk ini menyatakan bahwa semua item pertanyaan baik variabel x maupun variabel y pada angket yang penulis buat adalah valid. Nilai korelasinya berturut-turut dari pertanyaan 1 sampai pertanyaan 10 untuk variabel x adalah : 0,385; 0,525; 0,473; 0,416; 0,657; 0,739; 0,403; 0,459; 0,491; 0,443. Sedangkan nilai korelasi item pertanyaan 1 sampai 10 variabel y berturut-turut adalah: 0,528; 0,580; 0,400; 0,481; 0,691; 0,428; 0,420; 0,584; 0,449; 0,530 (hasil uji validitas terlampir).

Untuk uji reliabilitas instrumen penelitian, penulis juga menggunakan teknik yang dijelaskan oleh Azuar Juliandi, yaitu dengan metode Split Half. Metode ini mensyaratkan bahwa nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item angket yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. Karena item pertanyaan penulis semua valid, maka semuanya penulis masukkan untuk diuji. Juliandi (2007) mengutip pendapat dari Ghozali bahwa “Kriterianya,

instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60.” Uji reliabilitas instrumen variabel x dengan metode Split Half ini menghasilkan nilai korelasi 0,673. Nilai tersebut lebih dari 0,60 sehingga instrumen penelitian variabel x dinyatakan valid. Sedangkan untuk variabel y menghasilkan nilai 0,614 sehingga dikatakan instrumen ini pun reliabel (hasil perhitungan reliabilitas terlampir).

a. Spesifikasi Angket

Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan angket adalah spesifikasi data yaitu disesuaikan dengan lingkup masalah dan tujuannya. Spesifikasi data dilakukan dengan cara menyusun kisi-kisi angket yang terdiri dari:

1) Menentukan konsep tentang perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

2) Menentukan aspek dan indikator yang diukur dari variabel perilaku keagamaan orang tua dan akhlak siswa.

3) Menyusun butir-butir pertanyaan b. Cara Pemberian Skor

Untuk mengukur tanggapan responden terhadap masing- masing variabel digunakan skor pada skala likert dengan kategori: jawaban sangat setuju diberi skor 5, jawaban setuju diberi skor 4, jawaban netral diberi skor 3, jawaban tidak setuju diberi skor 2, jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1.

Angket terdiri dari dua kelompok pertanyaan. Kelompok pertama adalah pertanyaan untuk mengukur variabel perilaku keagamaan orang tua, beijumlah 10 butir, dan kelompok kedua adalah untuk mengukur variabel akhlak siswa, beijumlah 10 butir.

Skor maksimal untuk variabel perilaku keagamaan orang tua didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (tertinggi) yaitu beijumlah 50 dan skor minimal didapat jika responden menjawab seluruh pertanyaan dengan jawaban sangat tidak setuju (terendah) yaitu berjumlah 10. Sedangkan skor maksimal dan minimal untuk variabel akhlak siswa berturut-turut adalah 50 dan 10.

6. Analisis Data

a. Analisis Pendahuluan

Analisis ini digunakan untuk menghitung skor masing-masing variabel, sehingga diketahui ciri-ciri masing-masing penelitian. Analisis ini digunakan rumusan Prosentase :

P = — : 100%

N

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi Mentah N = Jumlah Total Responden

b. Analsis Lanjutan

Analsis ini digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara perilaku keagamaan orang tua terhadap akhlak siswa di MI Darussalam Bancak Kec. Bancak Kab. Semarang dan sekaligus untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Penulis menggunakan product moment dengan rumusan sebagai berikut:

R x y = —i

N*y-<Z*yx.y)

____ ___ J { N Z x - G . x ) ) { N l y - ( L y ) ) Keterangan: Rxy N X Y

Z

x

= Koefisiean antara variable x dan variable y = Banyaknya data

= Variabel pengaruh = Variabel terpengaruh

= Jumlah skor dalam distribusi x

Is

l x

= Jumlah skor dalam distribusi y = Jumlah kuadrat skor x

= Jumlah kuadrat skor y

H. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan, bab ini menjelaskan pokok-pokok permasalahan yang menjadi landasan keija awal penelitian yaitu; latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis, dan metodologi penelitian serta sistematika penulisan skripsi. Bagian ini merupakan kerangka dasar yang menjadi pangkal pijak dan mengarahkan aktivitas peneliti.

BAB n

KAJIAN PUSTAKA

A. Perilaku Keagamaan Orang Tua 1. Perilaku

Seperti yang telah dijabarkan pada bab di depan, perilaku mempunyai pengertian yaitu tanggapan reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.

Masalah perilaku ini memperoleh perhatian yang cukup besar dari al-Mawardi. Menurut Fakhry (1996:86), “Bagian ketiga dari karya al-Mawardi Adab al-Dunya wa al-Din juga berhubungan dengan ‘perilaku individu’....” Masih dalam Fakhry, perhatian al-Mawardi sangat besar dalam hal analisis mengenai kebaikan-kebaikan manusia, seperti kerendahan hati, sikap yang baik, kesederhanaan, kontrol diri, amanat dan terbebas dari iri hati serta kebaikan-kebaikan sosial, seperti ucapan yang baik dan menjaga rahasia, iffah, sabar dan tabah, memberi nasehat baik, menjaga kepercayaan dan kepantasan. Namun penjelasan yang terakhir ini lebih berisikan mengenai akhlak,

a. Pengertian Perilaku

Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang beijalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini

mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada di balik tirai tubuh, di dalam tubuh manusia.

Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekeija, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo, 2003:114).

Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini teijadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S - O - R” atau Stimulus - Organisme - Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.

1) Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. Misalnya: makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya.

Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2) Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya

(stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

b. Bentuk Perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup {covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain.

2) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek {practice).

c. Domain Perilaku

Telah dituliskan sebelumnya bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2) Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007: 139)

d. Proses Terjadinya Perilaku

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut teijadi proses yang berurutan, yakni.

1) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu

2) Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4) Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru

5) Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan

sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). (Notoatmodjo, 2003: 122)

2. Keagamaan Orang Tua

Keagamaan berarti yang mempunyai ciri atau sifat agama. Adapun definisi agama itu banyak seperti beberapa pendapat di bawah ini:

Seperti yang dikatakan Rathomy (1974:103), ’’agama adalah penyuluh yang dapat menghantarkan masyarakat ke arah kemajuan dan keluhuran, sedangkan melaksanakan ajaran-ajaran agama adalah petunjuk jalan seluruh umat.”

Sedangkan Nasution (1974:10) mengatakan, ’’agama adalah dustur ilahi yang didatangkan Allah buat menjadi pedoman hidup dan kehidupan manusia di dunia untuk mencapai kejayaan dunia dan kesentosaan akhirat.”

Definisi agama yang lain dikemukakan oleh Amin (1991:20), agama adalah risalah yang disampaikan kepada rosul atau nabi sebagai petunjuk bagi manusia dalam menyelenggarakan tata-tertib cara hidup yang nyata baik hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia dan alam sekitarnya.”

Keagamaan menurut Kamus Online Bahasa Indonesia (2009) artinya “yang berhubungan dengan agama.” Segala hal dalam diri manusia yang berkaitan dengan agama disebut keagamaan. Hal-hal

yang dimaksud adalah meliputi latar belakang pendidikan agama, keaktifan dalam organisasi keagamaan, pengalaman kehidupan kemasyarakatan, menjalankan perilaku-perilaku agama dan sikap keagamaan yang baik.

Tindakan manusia beragama selalu didasarkan pada agama yang dianut. Namun pada dasarnya, walaupun terdapat bermacam- macam agama di dunia, terdapat kesamaan dalam segi penganutnya

Dokumen terkait